Anda di halaman 1dari 11

BENTUK BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

 
 
 
 

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata Pelajaran PKN

Guru pembimbing: Maryamah S.Pd

Disusun:Oleh

Kelompok 3 

Muhammad Yasir
Salfa Shafira
Ulza maramis
Sinta Salsabila
Intan Marlina

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul. MENAMPILKAN PERAN SERTA
BUDAYA POLITIK PARTISIPAN Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi seluruh siswa dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Aceh,2 agustus 2014


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

 BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………………………………iii

PERUMUSAN MASALAH……………………………………………………..iiii

TUJUAN…………………………………………………………………………iiiii

BAB 2

1. Bentuk Budaya Politik Partisipan…………………………………………… 1


2. Mengapa dalam Kehidupan Nyata Tidak Ada Satupun Negara Yang Memiliki Budaya
Politik Yang Murni Partisipan…………………………… 1
3. Ciri-Ciri Warga Negara Yang Berbudaya Politik
Partisipan………………………………………………….………………… 2
4. Bentuk-Bentuk Partisipan Yang Sering Di Lakukan Oleh Warga Negara Di Berbagai
Negara Di Dunia……………………………….…………………. 2
5. Agen Mobilisasi Politik…………………………………………………….…3
6. Peran Serta Budaya Politik Partisipan............................................................5

BAB 3

PENUTUP……………………………………………………………………..iiiiii

KESIMPULAN…………………………………………………………..……iiiiiii

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………iiiiiiii
BAB 1

PENDAHULUAN

Budaya politik partisipan adalah individu yang berorientasi terhadap struktur inputs dan
prosesdan terlibat didalamnya atau melihat dirinya sebagai potensial terlibat,
mengartikulasikantuntutan dan membuat keputusan.Budaya partisipan yaitu budaya dimana
masyarakat sangat aktif dalam kehidupan politik, danmasyarakat yang bersangkutan sudah
relatif maju baik sosial maupun ekonomi, tetapi masihbersifat pasif.Contoh budaya politik
partisipan ini antara lain adalah peranserta masyarakat dalampengembangan budaya politik
yang sesuai dengan tata nilai budaya bangsa Indonesia.

PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang di maksud bentuk budaya politik partisipan itu ?

1. Mengapa dalam kehidupan nyata tidak ada satupun negara yang memiliki budaya
politik yang murnipartisipan ?

1. Bagaimanakah ciri-ciri warga Negara yang berbudaya politik partisipan ?

1. Bagaimanakah bentuk partisipan yang sering dilakukan warga Negara di berbagai


Negara di dunia ?

1. Apakah yang di maksud agen mobilisasi politik ?

TUJUAN

1. Mencari maksud dari budaya politik partisipan.

1. Mencari mengapa dalam kehidupan nyata tidak ada satupun negara yang memiliki
budaya politik yang murnipartisipan.

1. Mencari ciri-ciri warga Negara yang berbudaya politik partisipan.

1. Mencari bentuk bentuk partisipan yang sering dilakukan oleh warga Negara di
berbagai Negara di dunia.

1. Mencari maksud dari agen mobilisasi politik.


1. BENTUK BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Budaya partisipan yaitu budaya dimana masyarakat sangat aktif dalam kehidupan politik, dan
masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonomi, tetapi masih
bersifat pasif.
Contoh budaya politik partisipan ini antara lain adalah peran serta masyarakat dalam
pengembangan budaya politik yang sesuai dengan tata nilai budaya bangsa Indonesia.

Budaya politik partisipan dapat di artikan sebagai orang orang dengan budaya politik yang
selalu ikut serta dalam proses pengambilan keputusan public untuk menentukan tujuan dan
cara cara mencapai tujuan bersama. Focus perhatian budaya politik partisipan adalah
partisipan politik, yaitu usaha terorganisir oleh para Negara untuk memilih pimpinan
pimpinan mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Usaha ini di
dasarkan atas kesadaran dan tanggung jawab partisipan terhadap kehidupan bersama sebagai
suatu bangsa dan Negara.

2. MENGAPA DALAM KEHIDUPAN NYATA TIDAK ADA SATUPUN NEGARA


YANG MEMILIKI BUDAYA POLITIK YANG MURNI PARTISIPAN.

Dalam kehidupan nyata tidak ada satupun negara yang memiliki budaya politik murni
partisipan, melainkan terdapat variasi campuran di antara tipe-tipe partisipan, pariokal atau
subyek, ketiganya menurut para ahli tervariasi ke dalam tiga bentuk budaya politik, yaitu :
a. Budaya politik subyek-parokial (the parochial- subject culture)
b. Budaya politik subyek-partisipan (the subject-participant culture)
c. Budaya politik parokial-partisipan (the parochial-participant culture)

3. CIRI-CIRI WARGA NEGARA YANG BERBUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Ciri ciri warga yang berbudaya politik partisipan,antara lain sebagai berikut:
1.Warga memiliki pengetahuan dan kepekaan yang cukup terhadap isu issu mengenai
kehidupan politik negaranya.
2.warga mampu bersikap terhadap masalah atau isu politik baik sikap yang mendukung atau
menerima maupun sikap yang menolak.

 
4. BENTUK BENTUK PARTISIPAN YANG SERING DILAKUKAN OLEH WARGA
NEGARA DI BERBAGAI NEGARA DI DUNIA.

Menduduki jabatan politik atau administrasi

Mencari jabatan politik atau administrasi

Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik

Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik

Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik

Partisipasi dalam rapat umum, dan demonstrasi

Partisipasi dalam diskusi politik informal

Partisipan dalam pemungutan suara (voting)

5. AGEN MOBILISASI POLITIK

Agen mobilisasi politik yaitu suatu organisasi melalui nama anggota masyarakat dapat
berpartisipasi dalam kegiatan politik yang meliputi usaha mempertahankan gagasan, posisi,
situasi, orang atau kelompok tertentu lewat system politik negaranya. Contoh dari agen
mobilisaasi politik adalah partai politik, kelompok kepentingan dan gerakan

6. Peran Serta Budaya Politik Partisipan


Sikap Positif terhadap Budaya Politik

Dalam studi yang dilakukan oleh Almond dan Verba, ditemukan bahwa negara-negara yang
mempunyai budaya politik yang sudah matang akan menopang demokrasi yang stabil. Sebaliknya,
negara-negara yang memiliki derajat budaya politik yang belum matang tidak mendukung
terwujudnya demokrasi yang stabil. Kematangan budaya politik tersebut ditunjukkan dengan
besarnya peluang yang diberikan oleh negara kepada masyarakat untuk mandiri, sehingga memiliki
kompetensi politik yang tinggi.

Dalam suatu masyarakat, di mana sebagian besar warga masyarakatnya memiliki


kompetensi politik yang tinggi akan membentuk budaya politik partisipan atau demokratis. Mereka
mampu menjalankan peran politiknya secara aktif melalui berbagai kegiatan politik. Mereka
merupakan anggota aktif organisasi kemasyarakatan atau partai politik, atau anggota masyarakat
biasa yang mampu menilai dengan penuh kesadaran mengenai sistem politik yang sedang berjalan,
mampu memberi masukan untuk kebijakan pemerintah, serta mampu meraih posisi politik sesuai
dengan keinginan.
Seperti telah diuraikan terdahulu, bahwa pembentukan budaya partisipan hanya dapat
diciptakan setelah melalui proses sosialisasi politik yang dapat mewariskan berbagai nilai politik dari
satu generasi ke generasi berikutnya, dapat melalui berbagai agen seperti keluarga, teman
sepergaulan, sekolah atau perguruan tinggi, partai politik, dan media massa yang menghasilkan
individu mandiri.

Kepribadian dan kesadaran individu juga merupakan penentu bagi seseorang untuk mampu
melaksanakan aktivitas politiknya secara mandiri. Kesadaran individu ini berkaitan erat dengan
hasrat dan minat yang kuat untuk ikut berperan dalam kehidupan politik, sehingga dengan berbagai
cara dan upaya ia akan meningkatkan ilmu dan keterampilannya serta menambah pengalaman
politiknya dengan melibatkan diri secara aktif ke dalam kancah politik. Tanpa kesadaran politik yang
tinggi dan niat yang kuat, mungkin seorang individu cukup puas dengan peran politik yang pasif.

Banyak orang-orang yang menganggap bahwa dunia politik itu kotor, licik, penuh dengan
muslihat dan kekerasan. Hal ini disebabkan pemahaman dan pengetahuan mengenai kehidupan
politik masih sangat sempit, juga terdapat fakta sering adanya kekerasan dalam perebutan pengaruh
dan kekuasaan politik. Kondisi yang demikian menunjukkan rendahnya budaya politik masyarakat,
sehingga praktik-praktik politik yang diperankan oleh para tokoh politik kadangkala menimbulkan
penilaian dan citra negatif. Masyarakat cenderung beranggapan bahwa untuk memperebutkan suatu
posisi politik atau untuk mencapai tujuan politik boleh menghalalkan segala cara, sehingga
bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Sebagai generasi muda yang terpelajar, sudah sewajarnya apabila para pemuda memiliki
sikap dan pandangan yang positif terhadap budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia yang sedang bergulir menuju budaya politik yang demokratis. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempelajari, memahami, bersikap kritis dan demokratis terhadap perkembangan budaya
politik masyarakat Indonesia, sehingga pada saatnya nanti akan mampu berperan dalam kancah
politik yang lebih luas, dengan sikap dan budaya politik yang lebih mapan.

b. Kemampuan Berperan Serta dalam Budaya Politik Partisipan

Sebagai warga masyarakat dan warga negara sudah selayaknya kita ikut serta membangun
budaya politik partisipan agar mampu mewujudkan masyarakat demokratis yang stabil. Sebagai
generasi penerus bangsa, generasi muda perlu memupuk kesadaran untuk belajar dan berlatih
sesuai dengan tingkat dan kemampuan dalam berbagai kegiatan politik di lingkungan masing-
masing, misalnya, peran serta di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,
dan negara.  Peran serta dalam budaya politik partisipan, tidak dapat muncul secara instan tetapi
melalui proses yang panjang melalui sosialisasi sejak kanak-kanak, sampai dewasa bahkan sampai
tua di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.

1. Peran Serta Budaya Politik Partisipan dalam Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan masyarakat yang terkecil, di mana seorang anak sebagai anggota
keluarga belajar dan berlatih untuk memahami dan menghayati nilai, norma dan pola perilaku
melalui pendidikan awal dalam proses sosialisasi politik. Peran serta budaya politik partisipan dapat
dilakukan dengan memahami dan menghormati kedudukan semua anggota keluarga, baik
kedudukan ayah, ibu, serta anak-anaknya. Misalnya, menghormati peran ayah sebagai kepala
keluarga sesuai dengan kedudukan, kewenangan, fungsi dan tanggung jawabnya.

Sebagai seorang anak, baik dalam posisi sebagai kakak atau adik, wajib memahami hak dan
kewajiban masing-masing anggota keluarga dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai
dengan pola perilaku keluarga dan masyarakat. Peran serta budaya politik partisipan dalam keluarga,
misalnya ikut memberi masukan dalam pengambilan keputusan keluarga secara musyawarah.
Apabila peran serta budaya politik partisipan ini dapat berlangsung dengan baik dalam suasana
budaya yang demokratis maka sikap dan perilaku dalam keluarga akan mendasari sikap dan perilaku
di lingkungan yang lebih luas.

Negara Republik Indonesia telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan


hak dan kewajiban individu dalam keluarga, misalnya Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang
tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang tentang Perlindungan terhadap Kekerasan dalam
Rumah Tangga. Semua peraturan perundangan ini wajib ditaati oleh semua warga negara atau
warga masyarakat demi ketenteraman, keamanan, dan kebahagiaan semua anggota keluarga.

Apabila semua anggota keluarga dapat menerapkan budaya politik partisipan atau
demokratis, niscaya kehidupan keluarga akan tenteram dan bahagia, namun sebaliknya apabila
masing-masing anggota keluarga bersikap dan berperilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
ada maka akan muncul konflik yang berakibat hancurnya ketenteraman keluarga.

2. Peran Serta Budaya Politik Partisipan dalam Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan, di mana para siswa belajar dan berlatih berbagai
macam ilmu, keterampilan, nilai, dan norma yang akan membekali kehidupan masa depan. Di
sekolah, peserta didik akan beradaptasi dengan lingkungan sekolah, baik dengan guru, kepala
sekolah, pegawai tata usaha, teman sekelas, kakak kelas, maupun adik kelas. Peserta didik akan
menemukan pengalaman-pengalaman baru yang lebih luas untuk mendukung budaya politik
partisipan.

(Peran serta politik dalam sekolah dapat diwujudkan dalam pemilihan pengurus OSIS secara
langsung)

Peran serta budaya politik partisipan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan menunjukkan
sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata tertib atau peraturan-peraturan sekolah.

Peran serta budaya politik partisipan yang lebih nyata, dapat diwujudkan dalam kegiatan
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Setiap tahun akan diadakan pemilihan pengurus OSIS secara
langsung dan demokratis. Sebagai warga sekolah yang baik, semua peserta didik wajib ikut secara
aktif mengikuti seluruh kegiatan ini, mulai dari proses pencalonan, proses seleksi, kampanye,
penyampaian visi dan misi, sampai dengan pemungutan suara dan perhitungan suara. Para siswa
dapat berperan aktif mengembangkan budaya politik partisipan dengan cara mencalonkan diri
sebagai pengurus OSIS, sebagai tim seleksi, tim sukses, mempersiapkan dan mengikuti kampanye,
mendengarkan dan menanggapi penyampaian visi dan misi atau mengikuti debat antarkandidat,
memberikan dukungan suara dalam pemungutan suara, serta menyaksikan perhitungan suara dan
pelantikan pengurus OSIS yang terpilih. Para siswa juga dapat memberikan masukan, usul, saran
atau kritik yang membangun untuk kemajuan kegiatan OSIS dalam rangka penyusunan dan
pelaksanaan program-program OSIS di sekolah masing-masing. Demikian pula halnya dalam
kehidupan mahasiswa di lingkungan kampus. Mahasiswa sangat diharapkan untuk berperan serta
dalam pengembangan politik yang demokratis untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Peran serta budaya politik partisipan ini merupakan proses sosialisasi politik yang
memberikan pengalaman berharga bagi generasi muda dalam rangka pengembangan budaya politik
di masa datang dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas, misalnya di lingkungan kabupaten
atau kota, provinsi, negara nasional maupun internasional.

3. Peran Serta Budaya Politik Partisipan di Lingkungan Masyarakat

Generasi muda dapat menerapkan budaya politik partisipan, baik di lingkungan masyarakat
di sekitar tempat tinggal, misalnya di kampung atau desa, juga lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang lain. Sebagai warga masyarakat, para pemuda dapat ikut aktif dalam kegiatan karang taruna,
remaja masjid, organisasi pemuda, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi
kemasyarakatan yang lain.

Pada usia remaja sebagian besar pemuda menginginkan pengembangan jati diri dengan
berbagai aktivitas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mengembangkan kemampuan di
bidang politik, generasi muda dapat menyalurkan bakat dan minatnya sebagai partisipan atau
simpatisan partai-partai politik, dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki potensi dan kapasitas
di bidang politik, misalnya sebagai pengurus atau anggota pemuda Muhammadiyah, pemuda ansor,
nasyiatul aisyiah, pemuda marhaen, pemuda katolik, dan sebagainya. Sebagai aktivis sebuah
organisasi, para pemuda akan banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang akan
bermanfaat bagi pengembangan budaya politik partisipan.

4. Peran Serta Budaya Politik Partisipan dalam Pemerintahan Negara

Dalam negara demokrasi, setiap warga negara berhak menyampaikan aspirasinya untuk
mendukung atau menolak kebijakan pemerintah. Semua warga negara memiliki hak dan kewajiban
sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk hak dan kewajiban di bidang politik.

Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan menggantikan dan
mengatur kehidupan politik negara dapat menerapkan budaya politik partisipan melalui
pengalaman-pengalaman politik dalam kegiatan-kegiatan politik negara, misalnya menjadi anggota
atau simpatisan partai politik, menyaksikan atau mengikuti debat politik antarelite politik melalui
berbagai media, mengikuti kampanye pemilihan umum, memberikan suara dalam pemilihan umum
untuk pemilihan bupati/walikota, anggota DPRD, DPR RI, dan presiden. Pada saatnya nanti, juga
dapat mencalonkan diri sebagai ketua umum partai politik atau calon anggota lembaga legislatif
maupun eksekutif. Generasi muda dapat secara kritis dan objektif menilai kebijakan-kebijakan
pemerintah dengan memberi masukan, saran atau usul baik melalui tulisan di media massa, melalui
lembaga legislatif, maupun melakukan unjuk rasa dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh
undang-undang sesuai dengan nilai dan norma budaya masyarakat Indonesia.
BAB 3

PENUTUP

Semoga materi yang kami buat ini sangat bermanfaat, dan dapat memberikaninspirasi agar
kita lebih maju dan dapat menciptakan teknologi  teknologi yangbaru. Semoga budaya
politik di Indonesia semakin berkembang dan dapatmensejahterakan rakyatnya

Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan sehingga makalah ini dapatdiselesaikan
pada waktunya. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalampembuatan makalah ini. Kritik
dan saran sangat dibutuhkan untukmenyempurnakan makalah ini.Sekian makalah dari kami,
terima kasih atas segala perhatian, kritik, dan sarannya.Akhir kataWassalamualaikum
warahmattullahiwabarakatuh

KESIMPULAN

Budaya politik partisipan adalah individu yang berorientasi terhadap strukturinputs dan
proses dan terlibat didalamnya atau melihat dirinya sebagai potensialterlibat,
mengartikulasikan tuntutan dan membuat keputusan.Budaya partisipan yaitu budaya dimana
masyarakat sangat aktif dalam kehidupanpolitik, dan masyarakat yang bersangkutan sudah
relatif maju baik sosial maupunekonomi, tetapi masih bersifat pasif.Bentuk budaya politik
partisipan yaitu budaya politik partisipan konvensional-legal dan inkonvensional-
ilegal.Konvensional, artinya berdasarkan kesepakatan umum atau kebiasaan yang
sudahmenjadi tradisi. Legal, artinya sesuai dengan undang  undang atau hukum
yangberlaku. Jadi, partisipasi yang konvensional-legal berarti kegiatan politik
yangdilaksanakan secara lazim berdasarkan peraturan perundang-undangan atauketentuan
hukum yang berlaku.Lawan dari partisipasi konvensional legal adalah inkonvensional-ilegal
ataupartisipasi politik inkonstitusional dengan cara kekerasan atau revolusi.Kekurangan
politik yang melaksanakan partisipasi politik demikian biasanya tidakpernah mengindahkan
etika berpolitik. Mereka lebih menyukai tindakankekerasan (anarkhis).
DAFTAR PUSTAKA

Google. 2011. Peran Serta Budaya Politik Pertisipan (http//google.com), di akses pada 29
Oktober 2011.

Google. 2011. Budaya Politik Partisipan (http//google.com), di akses pada 29 Oktober 2011.

MENTARI. Penerbit dan Percetakan Cahaya Mentari. Pendidikan Kewarganegaraan untuk


SMK Kelas 2 Semester Gasal. Surakarta : Wiji Lestari, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai