Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

J DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKIN : DIABETES MILITUS DI RUANG ANGGREK
BOUGENVILE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Ahli Madya Keperawatan

PRISTI WIDYA ASTUTI


J200120030

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN : DIABETES MILITUS RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
(Pristi Widya Astuti, 2015, 47 Halaman)

Abstrak

Latar Belakang : Diabetes militus merupakan salah satu penyakit yang


disebabkan oleh faktor autoimun, keturunan, usia, obesitas dan pola hidup yang
tidak sehat seperti kurangnya olahraga. Angka kejadian Diabetes Militus di
Indonesia menempati urutan ke empat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa.
Diabetes Militus jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan berbagai
komplikasi diantaranya kerusakan pada mata, ginjal, jantung dan ekstremitas serta
dapat menyebabkan kematian. Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan diabetes militus meliputi pengkajian, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Metode : Metode yang digunakan adalah
dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan
data, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Hasil : Diagnosa yang muncul
pada kasus adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko
kurang volume cairan, dan perubahan persepsi sensori penglihatan. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil nutrisi
terpenuhi, tidak terjadi kurang volume cairan, kerusakan penglihatan tidak
semakin parah. Kesimpulan : Saat melakukan asuhan keperawatan masalah
ketidakseimbangan nutrisi dan risiko kurang volume cairan teratasi, masalah
perubahan persepsi sensori penglihatan teratasi sebagian sehingga membutuhkan
perawatan lebih lanjut dan kerja sama dengan tim medis lain, pasien serta
keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan.

Kata kunci : Diabetes militus, nutrisi, asuhan keperawatan, endokrin, insulin

1
NURSING CARE TO NY. J WITH THE ENDOCRINE SYSTEM
DISORDERS: DIABETES MELLITUS AT RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI

(Pristi Widya Astuti, 2015, 47 pages)

Abstract

Background: Diabetes mellitus is a disease caused by autoimmune factors,


heredity, age, obesity and unhealthy lifestyle such as lack of exercise. The
incidence of diabetes mellitus in Indonesia ranks fourth highest in the world at 8.4
million cases. Diabetes mellitus if not promptly treated can lead to various
complications including damage to the eyes, kidneys, heart and extremities and
can cause death. Objective: To implement nursing care in patients with diabetes
mellitus includes assessment, intervention, implementation, and evaluation of
nursing care. Methods: The method used was case study approach that was
defined as a scientific method to collect data, analyze the data and draw
conclusions. Results: Diagnosis which appeared on the case was imbalance
nutrition: less than body requirements, less of fluid volume risk, and changes in
visual sensory perception. After 3x24 hours nursing care, the results obtained
were nutrition requirement was met, less volume of fluid did not occur, damage to
the eye was not getting worse. Conclusion: In doing nursing care, imbalance
nutrition: less than body requirements and less of fluid volume risk is resolved.
Changes in visual sensory perception problem were partially resolved and thus
required further treatment and cooperation with other medical team. Patient and
family was indispensable for the success of nursing care.

Keywords: Diabetes mellitus, nutrition, nursing care, insulin, endocrine

2
PENDAHULUAN tidak menutup kemungkinan jumlah
Diabetes Millitus (DM) tersebut akan meningkat di tahun
merupakan suatu penyakit menahun mendatang. Jumlah penderita DM
yang ditandai oleh kadar glukosa darah meningkat akibat faktor genetik, pola
melebihi normal serta gangguan hidup yang tidak sehat, prevalensi
metabolisme karbohidrat, lemak, dan obesitas meningkat dan kurangnya
protein yang disebabkan oleh kegiatan fisik atau olahraga.
kekurangan hormon insulin secara Diabetes Militus merupakan
relatif. Pada umumnya ada 2 tipe salah satu penyakit yang dapat
diabetes, yaitu diabetes tipe 1 meyebabkan kerusakan organ tubuh
(tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 seperti kerusakan pada mata, ginjal,
(tidak tergantung insulin), tetapi ada jantung, dan ekstremitas serta dapat
pula diabetes dalam kehamilan yang meyebabkan kematian. Karena semakin
biasa disebut diabetes gastointestinal banyaknya penderita Diabetes Militus
(Suyono, 2009). di Indonesia salah satunya di RSUD
Menurut World Health Pandan Arang, maka dalam hal ini
Organitation (WHO) pada tahun 2012, penulis menuliskan tentang “Asuhan
jumlah penderita DM mencapai 194 Keperawatan Pada Ny. J Dengan
juta jiwa dan diperkirakan meningkat Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes
menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 Millitus Di Ruang Anggrek Bougenvile
mendatang, dan setengah dari angka RSUD Pandan Arang Boyolali”.
tersebut terjadi di negara berkembang, TINJAUAN TEORI
termasuk negara Indonesia. Angka A. Pengertian
kejadian DM di Indonesia menempati Pengertian dari Diabetes
urutan keempat tertinggi di dunia yaitu Millitus adalah gangguan
8,4 juta jiwa. Penderita Diabetes metabolisme yang ditandai dengan
Millitus di RSUD Pandan Arang hiperglikemia yang berhubungan
Boyolali berdasarkan data instalasi dengan abnormalitas metabolisme
rekam medik pada tahun 2015 karbohidrat, lemak, dan protein
sebanyak 312 jiwa, 298 jiwa yang disebabkan oleh penurunan
diantaranya mengalami komplikasi dan sekresi insulin dan menyebabkan

3
komplikasi kronis mikrovaskuler, C. Patofisiologi
makro-vaskuler, dan neuropati Menurut (Corwin, 2009) dan
(Murwani, 2009). Diabetes (Wijaya dan Putri, 2013)
Millitus merupakan suatu patofisiologi diabetes militus
kelompok penyakit metabolik adalah :
dengan karakteristik hiperglikemia Pada Diabetes tipe I terdapat
yang terjadi karena kelainan ketidakmampuan untuk meng-
sekresi insulin, kerja insulin atau hasilkan insulin karena sel – sel
keduanya. (Smeltzer dan Bare, beta pankreas telah dihancurkan
2006). oleh proses autoimun sehingga
B. Etiologi produksi glukosa tidak terukur
Menurut Long (2006) dan oleh hati dan menimbulkan
Padila (2012) penyebab Diabetes hiperglikemia. Jika glukosa dalam
Millitus adalah : Diabetes Militus darah tetap tinggi, ginjal tidak
tipe I disebabkan oleh : faktor dapat menyerap kembali semua
genetik/ herediter, faktor imu- glukosa yang tersaring keluar,
nologi (autoimun), faktor akibatnya glukosa tersebut muncul
lingkungan. DM tipe II disebabkan dalam urin (glukosuria). Ketika
oleh : obesitas, usia, dan pola glukosa yang berlebih
hidup. DM Gestasional terjadi diekskresikan dalam urin, ekskresi
karena faktor risiko berupa usia ini akan disertai pengeluaran
tua, obesitas, riwayat keluarga dan cairan dan elektrolit yang berlebih
riwayat diabetes gestasional (diuresis osmotik). Sebagai akibat
terdahulu. Diabetes tipe khusus kehilangan cairan yang belebih,
lain dapat terjadi karena defek pasien akan mengalami
genetik fungsi sel beta, dan kerja peningkatan dalam berkemih
insulin, penyakit eksokrin (poliuria) dan rasa haus
pankreas, endokrinopati, zat kimia (polidipsia).
dan infeksi. Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein
dan lemak yang menyebabkan

4
penurunan berat badan. Pasien jaringan. Akibat intoleransi
dapat mengalami peningkatan glukosa yang berlangsung lambat
selera makan (polifagia) akibat dan progresif maka awitan diabetes
menu-runnya simpanan kalori. tipe II dapat berjalan tanpa
Gejala lainnya mencakup terdeteksi. Gejala DM tipe II
kelelahan dan kelemahan. sering bersifat ringan dan dapat
Disamping itu akan terjadi mencakup kelelahan, poliuria,
pemecahan lemak dan produksi polidipsia, polifagia, luka yang
badan keton yang merupakan lama sembuh, pandangan kabur
produksi samping pemecahan (jika kadar glukosa yang sangat
lemak. Badan keton merupakan tinggi). Penyakit diabetes membuat
asam yang mengganggu gangguan atau komplikasi melalui
keseimbangan asam basa tubuh, kerusakan pembuluh darah di
apabila jumlahnya berlebihan akan seluruh tubuh disebut angiopati
mengakibatkan Ketoasidosis diabetik. Pada pembuluh darah
diabetik yang dapat menyebabkan besar (makrovaskuler) dan
tanda dan gejala seperti nyeri gangguan pada pembuluh darah
abdominal, mual, muntah, halus (mikrovaskuler) atau
hiperventilasi, nafas berbau aseton, mikroangiopati (Wijaya dan Putri,
dan apabila tidak ditangani akan 2013).
mengakibatkan perubahan kesa- TINJAUAN KASUS
daran, koma bahkan kematian A. Biodata
(Corwin, 2009). Pasien bernama Ny. J, umur
Pada Diabetes tipe II terjadi 55 tahun, berjenis kelamin
resistensi insulin dan gangguan perempuan, beragama islam,
sekresi insulin. Resistensi insulin pendidikan SD, pekerjaan ibu
pada diabetes tipe II disertai rumah tangga, status perkawinan
dengan penurunan reaksi intrasel. sudah menikah, suku bangsa Jawa
Dengan demikian insulin menjadi Indonesia, diagnosa medis
tidak efektif untuk menstimulasi Diabetes Militus, No RM 421xxx,
pengambilan glukosa oleh

5
alamat Cepogo Boyolali, tanggal sehari, mukosa bibir kering.
masuk 14 April 2015. Tekanan darah 150/90 mmHg,
B. Analisa Data nadi 92 kali/menit, RR 23
0
Penulis menganalisa data kali/menit, suhu 36,3 C, BAK
yang ada sehingga muncul dalam sehari 800 cc, BAB 100cc,
beberapa masalah keperawatan klien minum 400-600 cc, balance
antara lain yaitu cairan pasien dalam 24 jam -27,5.
ketidakseimbangan nutrisi kurang Masalah keperawatan
dari kebutuhan tubuh berhubungan perubahan persepsi sensori
dengan gangguan metabolisme penglihatan berhubungan dengan
insulin pada pasien ditemukan data perubahan fungsi fisiologis akibat
diantaranya klien mengalami ketidakseimbangan insulin pada
mual, muntah, klien mengatakan pasien didapatkan data pasien
sakit saat menelan, tidak nafsu mengatakan penglihatan kabur,
makan, badan lemas, hanya tidak dapat melihat dengan jelas,
menghabiskan ¼ porsi makanan terdapat selaput pada bola mata.
dari rumah sakit, pasien C. Diagnosa Keperawatan
mengatakan perut sakit saat Penulis merumuskan beberapa
ditekan atau palpasi, TB : 157 cm, diagnosa keperawatan antara lain :
BB : 44 kg, IMT (Indeks Massa Ketidakseimbangan nutrisi
Tubuh) 17,8 (normal 18,5-25), kurang dari kebutuhan tubuh
membran mukosa kering, dan klien berhubungan dengan gangguan
terlihat lemah. metabolisme insulin, risiko kurang
Masalah keperawatan risiko volume cairan berhubungan
kurang volume cairan dengan kehilangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan aktif, dan perubahan persepsi
volume cairan aktif pada pasien sensori penglihatan berhubungan
ditemukan data pasien mengalami dengan perubahan fungsi fisiologis
sering BAK, turgor kulit kaki akibat ketidak-seimbangan insulin.
kembali dalam 3 detik, pasien
mengalami muntah 2 kali dalam

6
PEMBAHASAN yang manis karena pasien suka
A. Pengkajian minuman dan makanan yang
Secara umum data yang manis, selain itu pasien juga
ditemukan pada Ny. J tidak jauh jarang berolahraga, penulis
berbeda dengan data fokus dalam menganggap itu merupakan
teori. Namun masih ada beberapa salah satu penyebab pasien
data yang tidak sama dengan teori. mengalami sakit yang diderita
Pembahasannya adalah sebagai saat ini. Sesuai dengan teori,
berikut : Diabetes Militus dapat
1. Keluhan Utama disebabkan oleh pola hidup
Pada Ny. J ditemukan yang tidak sehat seperti
pasien mengalami sering BAK kebiasaan makan makanan yang
terutama di malam hari manis, makanan yang siap saji
(poliuria). Menurut (Smeltzer dan kerusakan sel beta pankreas
dan Bare, 2006), keluhan utama (Padila, 2012).
yang dialami pasien Diabetes 3. Pola Nutrisi dan Metabolik
Militus antara lain sering BAK
Pada pasien penulis
(poliuria), banyak makan
menemukan masalah pola
(polifagia), dan mudah haus
nutrisi dan metabolik selama
(polidipsia).
sakit dan berada di Rumah Sakit
2. Riwayat Penyakit Dahulu
pasien mengalami mual,
Pada Ny. J ditemukan
muntah, dan tidak nafsu makan,
bahwa pasien dulu pernah sakit
pasien juga mengatakan nyeri
hipertensi, tekanan darah
pada abdomen saat di lakukan
150/90 mmHg, hipertensi yang
palpasi. Sesuai dengan teori
dialami pasien dikarenakan
(Price dan Wilson, 2014) pasien
pasien mengalami stress. Pasien
dengan Diabetes Militus akan
mengatakan hipertensi yang
mengalami tanda dan gejala
dialami sejak 4 tahun yang lalu.
seperti : mual muntah, nyeri
Pasien mengatakan dulu sering
abdominal dikarenakan tergang-
minum dan makan makanan
gunya metabolisme glukosa

7
sehingga mengakibatkan tidak nafsu makan, hanya
hiperglikemia yang menye- menghabiskan ¼ porsi makanan
babkan terjadinya pemecahan dari rumah sakit, wajah pucat,
lemak, karbohidrat dan badan badan lemas dan lidah terasa
keton secara berlebih (Price dan pahit, TB 157 cm, BB 44 kg,
Wilson, 2014). IMT (Indeks Massa Tubuh)
B. Diagnosa Keperawatan 17,8 (normal 18,5 - 25).
Diagnosa yang muncul pada kasus 2. Risiko kurang volume cairan
dan terdapat pada teori adalah berhubungan dengan kehi-
sebagai berikut : langan volume cairan aktif
1. Ketidakseimbangan nutrisi Defisit atau kurang
kurang dari kebutuhan tubuh volume cairan adalah suatu
berhubungan dengan gangguan keadaan dimana seorang
metabolisme insulin individu mengalami kurang atu
Ketidakseimbangan nutri- berisiko kekurangan volume
si kurang dari kebutuhan tubuh cairan intraseluler atau
adalah suatu keadaan tubuh interstistal dan dehidrasi
dimana individu yang tidak (Carpenito, 2006). Menurut
puasa mengalami atau yang (Perkeni, 2010) kekurangan
berisiko mengalami penurunan volume cairan adalah
berat badan yang berhubungan penurunan cairan intravaskuler,
dengan pemasukan yang tidak interstisial, atau intrasel tanpa
adekuat atau metabolisme perubahan kadar natrium.
nutrien yang tidak adekuat Diagnosa ini di-tegakkan karena
untuk kebutuhan metabolik pada pasien didapatkan data
(Dongoes, 2010). Diagnosa ini pasien menga-lami muntah
ditegakkan karena pada pasien sehari 2 kali sekitar 600 cc,
didapatkan data pasien BAK 800 cc, BAB 100 cc,
mengalami mual muntah, nyeri turgor kulit kembali dalam 3
abdomen saat dilakukan detik, kulit sedikit kering.
palpasi, sakit saat menelan,

8
3. Perubahan persepsi sensori dilakukan untuk mengetahui
penglihatan berhubungan masukkan oral, karena mual
dengan perubahan fungsi muntah dapat mempengaruhi
fisiologis akibat ketidakse- masukkan oral seperti makan
imbangan insulin (Bararah dan Jauhar, 2013).
Perubahan persepsi Mengkaji makanan yang disukai,
sensori adalah perubahan ini digunakan untuk meningkatkan
jumlah pola dari stimulus yang nafsu makan serta masukkan oral,
masuk disertai dengan respon dan mengurangi mual. Kolaborasi
yang berkurang atau berlebihan, dengan ahli gizi dalam pemberian
gangguan pada mata yang diit, ini digunakan untuk
mengakibatkan pandangan memenuhi kebutuhan nutrisi
menjadi kabur atau tidak jelas pasien sehingga tidak terjadi
bahkan kebutaan (Suyono, kekurangan nutrisi dalam tubuh
2009). Diagnosa ini ditegakkan (Perkeni, 2010).
karena pada pasien didapatkan Penulis melakukan imple-
data pasien mengatakan mentasi pada diagnosa risiko
penglihatan kabur, saat kurang volume cairan dengan
dilakukan pemeriksaan visus tujuan tidak terjadi kekurangan
mata, pasien harus volume cairan, implementasi yang
menggunakan kacamata dan dilakukan penulis adalah
terdapat selaput pada bola mata. mengobservasi keadaan umum dan
C. Implementasi tanda-tanda vital ini di gunakan
Penulis melakukan imple- untuk mengetahui terjadinya
mentasi pada diagnosa ketidak- hipovolemia karena hipovolemia
seimbangan nutrisi kurang dari dapat ditandai dengan hipotensi
kebutuhan tubuh dengan tujuan dan takikardi (Carpenito, 2006),
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, mengobservasi input dan output,
implementasi yang dilakukan ini digunakan untuk mengetahui
penulis adalah mengobservasi masukkan dan haluaran urine.
mual muntah dan nafsu makan, ini Selanjutnya penulis memo-tivasi

9
pasien untuk minum banyak dan seimbangan nutrisi kurang dari
kolaborasi pemberian cairan kebutuhan tubuh, berdasarkan
intravena sesuai indikasi ini respon perkembangan yang
digunakan untuk mempertahankan ditunjukkan oleh pasien, masalah
hidrasi atau volume sirkulasi keperawatan dapat teratasi dengan
cairan didalam tubuh dan sebagai terpenuhinya kriteria hasil yang
cairan pengganti dalam tubuh ada yaitu pasien mengatakan nafsu
(Corwin, 2009). makan meningkat, mual muntah
Pada diagnosa risiko peru- hilang, dapat menghabiskan satu
bahan persepsi sensori penglihatan porsi makanan. Intervensi dilan-
penulis melakukan implementasi jutkan penulis memotivasi pasien
dengan tujuan penglihatan tidak untuk meng-habiskan makan agar
semakin parah, penulis melakukan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
implementasi yaitu mengkaji Diagnosa risiko kurang
derajat atau kerusakan pada mata volume cairan, berdasarkan respon
ini digunakan untuk mengetahui per-kembangan yang ditunjukkan
seberapa parah kerusakkan pada oleh pasien masalah keperawatan
mata, melakukan pemeriksaan dapat teratasi dengan terpenuhinya
visus digunakan untuk mengetahui kriteria hasil yang ada yaitu pasien
fungsi penglihatan masih baik atau mengatakan rasa haus berkurang,
tidak, memberikan penkes tentang membran mukosa tidak kering dan
DM ini digunakan agar pasien dan turgor kulit baik. Penulis mem-
keluarga mengetahui cara menjaga pertahankan dan melanjutkan
gula darah tetap normal, dengan perencanaan yaitu monitor tanda –
gula darah tetap normal akan tanda vital dan mempertahankan
mengurangi risiko komplikasi pada cairan intravena sesuai indikasi.
mata seperti katarak dan glaukoma Evaluasi pada diagnosa peru-
(Suyono, 2009). bahan persepsi sensori penglihatan,
D. Evaluasi berdasarkan respon perkembangan
Evaluasi yang dilakukan yang ditunjukkan oleh pasien,
penulis pada diagnosa ketidak- masalah keperawatan teratasi

10
sebagian, pasien mengatakan dengan gangguan metabolisme
penglihatan masih kabur, dapat insulin, risiko kurang volume
melihat jika menggunakan kaca- cairan berhubungan dengan
mata, saat dilakukan tes visus kehilangan volume cairan aktif,
pasien masih dapat membaca serta perubahan persepsi sensori
meskipun harus menggunakan penglihatan berhu-bungan dengan
kacamata, pasien dapat melakukan perubahan fungsi fisiologis akibat
aktivitas secara mandiri. Masalah ketidak-seimbangan insulin.
teratasi sebagian penulis B. Saran
melanjutkan intervensi. Karya tulis ilmiah ini dapat
SIMPULAN DAN SARAN digunakan sebagai bacaan atau
A. Kesimpulan referensi untuk perawat dalam
Hasil pengkajian yang penulis melaksanakan tindakan kepera-
dapatkan pada Ny. J adalah watan yang dilakukan. Mening-
keadaan umum klien lemah, katkan kesadaran akan pentingnya
kesadaran compos mentis (CM), kesehatan serta dapat meman-
klien mengalami penurunan nafsu faatankan fasilitas – fasilitas
makan, BB 44 kg, tinggi badan kesehatan yang ada bagi pasien
157 cm, IMT 17,8 dalam sehari dan keluarga.
klien mengatakan sering minum
tetapi sedikit-sedikit, BAK selama DAFTAR PUSTAKA
sakit saat berada dirumah kurang Bararah, T dan Jauhar, M. 2013.
Asuhan Keperawatan
lebih 10 kali dalam semalam,
Panduan Lengkap Menjadi
sedangkan dirumah sakit keluarga Perawat Profesional. Jakarta
: Prestasi Pustakaraya
mengatakan BAK 500 sampai 800
cc dalam sehari, klien juga Carpenito, Lynda Jual. 2006. Buku
Saku Diagnosa
mengatakan penglihatan sedikit
Keperawatan. Alih Bahasa
kabur. Diagnosa yang muncul saat Yasmi Asih, Edisi ke -10.
Jakarta : EGC.
dilakukan pengkajian adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku
Saku Patofisiologi. Edisi 3.
dari kebutuhan tubuh berhubungan
Jakarta : EGC

11
Dongoes, E. M. 2010. Nursing Price, S.A dan Wilson. 2014.
diagnosis manual. Planing. Patofisiologi Konsep Klinis
Individualizing, and Proses-Proses Penyakit.
documenting Client Care. Jakarta : EGC
Davis Company: Philadelpia.
Smeltzer, S. C. and Bare, B. G.
Long, B. C. 2006. Perawatan 2006. Buku Ajar
Medikal Bedah. Volume 1. Keperawatan Medikal Bedah
(terjemahan). Yayasan Ikatan Brunner & Suddarth. Edisi 8
Alumni Pendidikan Volume 2. Alih Bahasa H.
Keperawatan Pajajaran: Y. Kuncara, Monica Ester,
Bandung. Yasmin Asih, Jakarta : EGC.

Murwani, A. 2009. Perawatan Suyono, S. 2009. Penatalaksanaan


Pasien Penyakit Dalam. Diabetes Terpadu. Jakarta :
Yogyakarta : Gosyen EGC.
Publishing.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013.
Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah
keperawatan medikal bedah. 2, Keperawatan Dewasa
Yogyakarta : Nuha Medika Teori dan Contoh Askep.
Yogyakarta : Nuha Medika
Perkeni. 2010. Petunjuk Praktis
Pengelolaan Diabetes
Melitus tipe 2. Jakarta :
EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai