BAB I PENDAHULAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah pemerintahan Jepang dimulai dari zaman Nara(794), zaman Heian
(1192) sampai dengan zaman Meiji (1868-sekarang). Bentuk sistem pemerintahan
di Jepang pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
ada dinegara lainnya, yaitu antara lain adanya penguasa, administrasi
pemerintahan sebagai penggerak pemerintahan, militer selaku badan pengaman
negara, dan penarikan pajak sebagai pemasukan pendapatan negara.
Pemeritahan di Jepang dalam sejarahnya menglami berbagai perubahan
disetiap fase-fase atau zamannya. Didalam peristiwa tersebut maka kita akan
mengenal berbagai sebutan/gelar diantara gelar-gelar itu, antara lain: Kaisar
(Tenno) adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi. Shogun (Jenderal)
adalah pemegang tampuk kekuasaan dari kalangan militer. Daimyo (tuan tanah)
adalah penguasa yang ada terletak dibawah kekuasaan Shogun (Jenderal).
Pada zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat.
Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang
memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō
dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut
Xi'an-Cina). Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas.
Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan,
termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla
dan hubungan formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke
Nagaoka-kyō untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum
akhirnya dipindahkan ke Heian-kyō (Kyoto). Penulisan sejarah Jepang berpuncak
pada awal abad ke-8 dengan selesainya penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon
Shoki (720).
Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari
awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang
pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu.
Menurut kedua kronik tersebut Kaisar Jimmu merupakan leluhur dari garis
keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu sering dianggap sebagai kaisar
mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti sejarah adalah Kaisar Ōjin
yang tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak
zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di
tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan perdana
menteri. Pada tahun 710 terdapat keluarga Yamato Chotei di daerah Nara (negara
Jepang). Keluarga tersebut muncul sebagai penguasa terkuat di Jepang. Kira-kira
abad 5 sudah menguasai hampir seluruh Jepang. Pada abad 6 mendirikan
pemerintahan yang disebut Yamato Chotei, rajanya disebut dengan Tenno (kaisar).
Pada perkembangan berikutnya, para kelompok militer Taira dan Genji di undang
ke Kyoto untuk mengamankan perang yang terjadi dalam keributan keluarga
Fujiwara, tetapi kemudian keluarga Genji dan Taira pun saling berperang.
Dalam peperangan tersebut dimenangkan oleh Keluarga Taira yang
dipimpin oleh Taira no kyoumori. Namun selanjutnya Minamoto no yoritomo
berhasil mengalahkan keluarga Taira tahun 1185 pada perang Dannoura. Hal ini
mengakibatkan kekuasaan berpindah ketangan Minamoto. Minamoto no yoritomo
meminta persetujuan kepada kaisar supaya di angkat menjadi Shogun (Jenderal)
oleh karena itu lah maka sistem keshogunan di kenal di Jepang hingga di zaman
Edo (1868). Stabilitas negara Jepang yang dirintis Minamoto no Yoritomo pada
tahun 1185 tidak bertahan lama. Penguasa-penguasa militer datang dan pergi
silih berganti, dan pada tahun 1467 pemerintahan militer runtuh yang
menyebabkan Jepang terjun dalam kekacauan. Maka dimulailah Zaman Perang
Antar-Klan, abad berdarah ketika para panglima perang lokal saling bertarung
untuk melindungi daerah kekuasaan. Dari penggalan sejarah diatas dapat
diketahui bahwa di Jepang para petinggi/penguasa yang merasa memiliki
kekuasaan terkuat (dalam hal ini para Daimyo dan Shogun) akan selalu
melakukan perluasan ke wilayah lainnya dengan cara saling berperang satu sama
lain, baik itu perng antar Daimyo maupun antar Klan(marga) atau disebut dengan
perang saudara, sehingga tampuk kekuasaan selalu silih berganti dari masa-
kemasa.
Di pemerintahan Jepang Tenno atau biasa disebut kaisar tidak memiliki
peran yang cukup besar dalam sejarah pemerintahan jepang dari zama-kezaman,
hanya pada awal terubentuknya negara Jepang dan di zaman awal-awal saja
kaisar memililiki peran yang cukup besar sebagai pemimpin, namun dimasa atau
zaman berikutnya kaisar hanya berperan sebagai kepala negara secara de jure
atau sebagai simbol saja artinya kaisar tidak memiliki kewenangan mengatur
negara hingga sekarang. Namun kekuasaan tertinggi sering kali berada di tangan
Shogun atau jenderal militer.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
Dari Dahulu Hingga Sekarang Disetip zaman peran seorang kaisar mengalami
berbagai perubahan, pada awalnya Kaisar bertugas sebagai pemimpin dministrasi
negara/pemerintahan tertinggi yang mengatur dan membuat kestabilan negara
nmun tetap atas persetujuan pihak militer. Hal ini terlihat pada zaman Asuka
pada saat sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran Jepang ke
Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit
(Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina).
Surat tersebut menyebabkan kemarahan kaisar Cina.Dimulai dengan Perintah
Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat mengadopsi praktik-praktik
budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-
undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada
waktu itu.
Juga pada saat kaisar Gemmei memindahkan ibu kota Jepang ke Heijō-kyō
yang sekarang bernama Nara. Dan terakhir sebagai pendiri Jepang oleh Kaisar
Jimmu pada 660SM. Namun sekarang Kaisar hanya dijadikan Simbol kekuasaan
negara saja, hal ini dapat dilihat dari sistem pemerintahan Jepang dalam
UUD/Konstitusi terbaru Jepang, yaitu Konstitusi 1947. Konstitusi 1947 tersebut
mengandung tiga (3) prinsip pokok, yaitu : (periksa. Kishomoto Koichi, 1988: 42-
44). 1. Kedaulatan rakyat dan Peranan Kaisar sebagai simbol (popular
souvereignity and the simbolic role of the emperor. 2. Suka perdamaian (pacifism),
3. Menghormati hak asasi manusia (respect for fundamental human rights).
Didalam UU diatas jelas bahwaperanan kaisar sebagai simbol semata. B. Melihat
Salah Satu Kepemimpinan Shogun (Jenderal) Jepang. Pada kesempatan kali ini
kami ingin membahas lahirnya seorang pemimpin menjadi shogun di zaman
Azuchimomoyama pada tahun 1185 – 1600.
Pada akhir feodalisme pertengahan ini muncul shogun yang berasal dari
golongan bawah, yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa
Ieyashu. Pengertian zaman Azuchimomoyama adalah zaman masa-masa yang
recok karena semua tuan tanah berusaha ingin merebut kekuasaan keshogunan.
Dimana seluruh negeri terjadi keributan-keributan karena orang-orang dari kelas
bawah memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga
sengoku jidai, perang di seluruh negeri. Masa ini berlangsung dari tahun 1573
sampai pada tahun 1603. Pada zaman Azuchimomoyama ini Oda Nobunaga
adalah atasan Toyotomi Hideyoshi. Alasan Toyotomi Hideyoshi mau mengabdi
kepada Oda Nobunaga adalah karena Oda Nobunaga memiliki visi yaitu
menyatukan seluruh wilayah Jepang dalam masa-masa yang recok. Saat itu Oda
Nobunaga sudah menjadi Shogun (jenderal), sementara Toyotomi Hideyoshi
belum. Ketika itu, Toyotomi Hideyoshi masih menjadi pembantu Oda Nobunaga.
Dengan segala kepatuhan Toyotomi Hideyoshi bekerja dengan rajin dan jujur
maka tahap demi tahap Toyotomi Hideyoshi diangkat menjadi Shogun (jenderal),
setelah wafatnya Oda Nobunaga.
Oda Nobunaga sedikit lagi dapat menyatukan visi menyatukan seluruh
wilayah Jepang. Sehingga yang meneruskan visi ini adalah Toyotomi Hideyoshi.
Oda Nobunaga wafat dibunuh oleh anak buahnya sendiri yang bernama Akechi
Mitshuhide. Maka yang membalas dendam kematian Oda Nobunaga adalah
Toyotomi Hideyoshi. Akechi Mithsuhide dapat ditaklukan Toyotomi Hideyoshi
dengan cara gencatan senjata. Senjata diperoleh dari bangsa Portugal yang
masuk dari Tanega shima sebelum wafatnya Oda Nobunaga. Dengan memiliki
senjata, Toyotomi Hideyoshi juga dapat menyerang daimyo-daimyo (tuan-tuan
tanah) kecil lainnya dan berhasil menyelesaikan penyatuan seluruh wilayah
Jepang. Dalam 3 tahun setelah kematian Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi
menguasai setengah wilayah Jepang yang merupakan daerah terpadat dan juga
terkaya, termasuk wilayah seluas 38.600 kilometer persegi yang belum pernah
terjamah pengaruh Oda Nobunaga. Puncak karir Toyotomi Hideyoshi adalah
sebagai Daijodaijin (wakil Kaisar) yang diangkat oleh Kaisar Go Yozei.
Toyotomi Hideyoshi lahir tahun 1536 di Nakamura (negara Jepang). Asal-usul
Toyotomi Hideyoshi dari kecil memiliki awal yang sederhana. Dari kecil bertekad
ingin menjadi seorang pemimpin di Jepang. Selain miskin, tidak berpendidikan,
bukan berasal dari silsilah keluarga masyhur yaitu anak dari petani penggarap
miskin, dan badan yang pendek. Tetapi Toyotomi Hideyoshi tidak membiarkan
segala kekurangan itu menentukan nasib nya, melainkan memiliki semangat
hidup yang jarang terlihat di dunia ini. Ambisi nya dapat tercapai menjadi
seorang wakil Kaisar. Toyotomi Hideyoshi adalah orang pertama yang mendapat
gelar wakil kaisar tanpa adanya ikatan hubungan darah dengan kaum
bangsawan atau kekeluargaan. Keruntuhan Toyotomi Hideyoshi muncul karena
kesombongan nya, ingin memperluas wilayah kekuasaan ke Korea dan China
sehingga menimbulkan Perang Tujuh Tahun. Namun Toyotomi Hideyoshi gagal
dalam mewujudkannya. Sehingga Toyotomi Hideyoshi wafat dalam pertempuran
melawan Korea pada tahun 1958.
Dari kisah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap jujur, ulet dan rajin
serta tidak pantang menyerah membuat Toyotomi Hideyoshi menjadi Shogun
terbaik diantara Shogun lainnya, karena Ia mampu menyatukan Jepang dengan
menguasai setengah wilayah Jepang melalui kekuasaannya. C. Bagaimanakah
Kepemimpinan di Jepang yang Ada Sekarang Ini. Dalam hal ini kami akan
memaparkan salah satu tradisi/keyakinan masyarakat Jepang yang sampai saat
ini masih hidup di tengah para pejabat di negri Jepang, yaitu Budaya Harakiri.
Dalam sejarah bangsa Jepang, harakiri tumbuh di masyarakat tradisional
kalangan samurai, prajurit pengawal setia kekaisaran dan telah ada sejak
berabad-abad silam. Harakiri, yang juga dikenal dengan seppuku
(disembowelment-mengeluarkan isi perut) merupakan ritual bunuh diri sebagai
bagian dari bushido, kode kehormatan prajurit samurai untuk membayar rasa
malu atas kekalahan, menghindari kemungkinan penyiksaan ketika jatuh ke
tangan musuh. tradisi yang masih dijaga kuat oleh masyarakat Jepang. Harakiri
juga kadang dilakukan sebagai bentuk dari hukuman mati bagi samurai yang
telah melakukan pelanggaran serius seperti pembunuhan yang tidak beralasan,
pemerkosaan, perampokan, korupsi, pengkhianatan dan kejahatan lain yang tak
termaafkan. Dalam perkembangannya, harakiri tetap hidup sebagai spirit,
falsafah dan kode etik kepemimpinan dalam pemerintahan Jepang modern.
Harakiri politik sudah menjadi hal yang lumrah, karena semangat bushido
meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi. Semangat inilah
yang menjadikan Jepang dikenal sebagai bangsa beretos kerja tinggi, memiliki
dedikasi dan loyalitas yang jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Berpijak dari spirit inilah Jepang mampu mengukuhkan diri sebagai salah satu
negara maju di dunia, baik dalam ekonomi, teknologi, industri maupun olahraga,
khususnya sepakbola. ‘Harakiri politik’ yang sering ditunjukkan para pemimpin
Jepang adalah kebernian mundur dari jabatan apabila seseorang merasa gagal
dalam tugas kenegaraan. Dua contoh teranyar dari harakiri politik adalah
mundurnya Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pada 26 Agustus 2011 akibat
krisis Nuklir.
Pasca gempa besar (tsunami) yang melanda negeri itu dan ketidakpuasan
publik dengan penanganan pemerintah terhadap krisis itu. Kemudian disusul
dengan Mundurnya Menteri Industri Yashio Hachiro pada 12 September 2011
hanya gara-gara salah ucap dengan menyebut kata “Kota Kematian” pasca gempa
besar itu. Padahal, setahun sebelumnya, pada 2 Juni 2010, PM Jepang Yukio
Hatoyama juga melakukan hal yang sama. Hatoyama yang hanya menjabat
selama 9 bulan mengundurkan diri setelah popularitasnya menurun drastis
akibat keputusannya mempertahankan pangkalan militer AS di Okinawa.
Mundur dari jabatan merupakan tradisi bangsa Jepang dalam menjaga etika
kepemimpinan khas samurai.
Harakiri politik. Bunuh diri kekuasaan adalah bagi pemimpin politik dan
kekuasaan Jepang adalah simbol kehormatan prajurit samurai yang telah
terdidik untuk tidak menerima kekalahan, kesalahan dan kegagalan. Menang,
benar dan sukses atau mati! Demi kepentingan dan kehormatan partai (atau
negara), nyawa (kepentingan pribadi) rela dikorbankan. Begitu kuatnya
masyarakat Jepang dalam menjaga tradisi samurai, bahkan belum lama terjadi,
seorang Presiden Perusahaan Kereta Api Hokkaido di Jepang, Naotoshi Nakajima,
memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan harakiri (bunuh diri). Ia merasa
bersalah atas terjadinya kecelakaan kereta api di Hokkaido, pada bulan Mei 2011
lalu. Padahal kecelakaan tersebut mengakibatkan 35 orang luka-luka, meski
tidak ada korban jiwa. ‘Harakiri politik,’ ‘bunuh diri politik’ untuk menyelamatkan
kepentingan yang lebih besar dan menjaga kehormatan sebagai ciri khas watak
ksatria sebenarnya bukan hanya tradisi bangsa Jepang. Beberapa negara di
dunia yang dikenal memiliki semangat nasionalisme tinggi juga tak lepas dari
sejarah yang sama.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salah satu usaha Cina untuk memperkuat prinsip personality cult atau emperor
cult dalam sistem politiknya pada masa itu dibuktikan oleh Nasionalis Cina
melalui ritual dan simbol yang diberikan kepada Sun Yat-sen dan Chiang Kai-
shek. Salah satu aspek yang lebih menarik dari proses de-Maoization yang
berlangsung di Cina saat ini adalah bahwa proses tersebut telah menjadi kritik
yang dibuat oleh Chinese Communist Party (CCP) atau Partai Komunis China yang
berada di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping yang menyatakan bahwa Mao
bertaut dengan personality cult dan menguasai negara Cina secara otokrasi
seolah-olah dia adalah kaisar Cina. Namun sistem politik di Cina yang awalnya
berbasis authoritarianism dan berbentuk kekaisaran tersebut dapat digulingkan.
Sebab, hak untuk melakukan pemberontakan melawan penguasa tirani
merupakan akibat wajar yang dapat timbul dari pemberlakuan teori comandate of
heaven. Pemberontakan itu dapat diterima di sejarah Cina ketika seorang kaisar
gagal untuk mempertahankan keselarasan atau ketika dia gagal untuk
mempertahankan kontrol memadai terhadap banjir dan sistem irigasi hingga
berakibat pada terjadinya kelaparan. Mengingat ketika itu, negeri Cina masih
rentan dari bahaya dan musibah akibat kelemahan aspek geografis.
China pada saat ini memiliki sistem politik yang berupa totalitarianism, dimana
keberadaan negara ada dibawah kendali partai politik yang sifatnya tunggal.
Totalitarinisme umumnya ditandai dengan otoritarianisme (warga negara tidak
memiliki andil di negaranya dalam hal pengambilan keputusan, penentuan
kebijakan dan menyuarakan pendapat secara bebas) dan ada sebuah ideology
yang mengukung keberadaan masyarakat didalamnya. Sistem politik ini bisa juga
ditinjau dari kepemimpinan suatu negara. Sebagian besar pemimpin yang pernah
dan sedang memimpin china tergolong tipe kepemimpinan yang otokratis. Hal ini
bisa dilihat ketika Hu Jintao memimpin China sejak tahun 2003 hingga tahun
2013.
Hal ini juga dapat dilihat dari ideologi negara China dikendalikan oleh partai.
Partai merupakan alat dominasi di China. Partai yang memegang peranan tinggi di
negara ini adalah Partai Komunis China (Chinese Comunist Party/CCP). Partai
yang mempunyai posisi tertinggi sebagai otoritas politik dan kekuasaan China,
diwujudkan melalui kontrol dari seluruh aparatur negara dan dari proses legislatif.
Pada masa pemerintahan Hu, China menggunakan sistem pers Otoritarian. Hal ini
bisa kita lihat karena ada lisensi atau aturan yang mengatur setiap media massa.
Dan ada berbagai sensor dari pra publikasi hingga pasca publikasi. Hal-hal yang
dianggap bertentangan dengan negara harus tidak dipublikasikan. Tujuannya
adalah untuk mendukung kebijakan pemerintah dan untuk medorong masyarakat
agar selalu mendukung pemerintah. Hal ini merupakan fungsi pemimpin dalam
pengawasan. Media digunakan sebagai corong partai. Semua pemberitaan harus
segaris dengan politik Partai Komunis Cina. Kepemilikan media di China memang
tidak hanya dimiliki oleh pemerintah atau partai saja, kepemilikan swasta pun
diakui, walaupun dengan berbagai sensor dan aturan yang sangat ketat dari
pemerintah.
Dalam Glocal Media disebutkan bahwa salah satu bentuk protect China terhadap
warga negaranya adalah china melarang Facebook di negaranya, dan ia membuat
versi lokal media sosial ini, Renren. Di beberapa area di China (terutama mungkin
yang masih miskin), Google dan Youtube tak bisa diakses sama sekali.
Gaya keterbukaan di China antara “ada” dan “tiada”. China hari ini memasuki
babak baru sejak dikeluarkannya Decree #44 tahun 2004 yang membolehkan
masuknya investasi asing untuk produksi film, radio dan televisi. Proteksi dan
pengawasan super-ketat juga terasa di isi film, program TV dan situs internet dari
luar China. Adegan cium adalah tabu, apalagi bersuara keras memprotes
pemerintah China. Selepas era Mao Zedong (akhir 1970-an), film asing bisa masuk
tapi harus dibatasi kuantitasnya dan harus disensor ketat oleh SARFT (State
Authority of Radio, Film and Television). Untuk media massa, pemerintah China
juga mengatur ketat isi, mulai dari skenario (regulasi ex ante) hingga hasil akhir
(regulasi ex post). Pengaturan ini juga dikaitkan dengan izin usaha. Melanggar isi
yang ditentukan, perusahaan ditutup atau sahamnya harus dipindahkan ke pihak
lain. Keluar juga peraturan terakhir (Februari 2012), masih pada masa
pemerintahan Hu Jianto, perihal larangan TV lokal menayang film atau program
TV asing di jam prima. pemerintah China juga membuat peraturan isi atau jalan
cerita film. Detail pasal dalam peraturan itu tak jelas apa saja. Peraturan itu pun
bisa berubah tanpa ada transparansi kapan dan bagaimana pasal mana dalam
dokumen itu yang diganti.
Semua aturan itu dirancang oleh pemerintah China untuk menghadapi kondisi
global tanpa harus menentang atau menutup diri. Terlihat jelas bagaimana
percepatan pertumbuhan media global selama sepuluh tahun terakhir, atau
setelah biaya menyewa slot satelit menjadi murah dan teknologi distribusi audio
visual melalui jaringan internet menjadi massal.
Jika dahulu media hanya menjadi corong partai yang berkuasa, kini media
berubah menjadi “Party Publicity Inc.”, sebuah usaha profit untuk kekuasaan, kini
pemerintah China telah mengakomodasi kekuatan pasar dan membiarkan media
mendapatkan otonomi dalam tingkat tertentu. Dalam proses komersialisasi ini,
kekuatan komersial juga memperkuat pemerintah. Hasilnya adalah sebuah
keadaan di mana negara dan pasar bertransfromasi satu dengan lainnya. Hal ini
membuat China tampil di panggung geopolitik yang lebih strategis, sebuah negara
dengan kekuatan sosio-politik baru.
Hingga hari ini manifesto film asing bagi China masih dalam tataran uang, bukan
budaya. Menerapkan konsep Tao dalam kehidupan bernegara, pemerintah
melindungi para pemain lokal dan rakyatnya dengan peraturan yang sangat ketat.
Bagi pemerintah China, hantaman budaya populer tak boleh merasuki jiwa dan
ideologi bangsa. Ia boleh masuk ke dalam pasar penonton China, namun ia tak
boleh mengganggu “the unity, sovereignty and territorial integrity of the state”
(www.chinasarft.gov.cn). Hu Jintao dalam hal ini melaksanakan fungsi
memandang kedepan dalam kepemimpinannya. Salah satu wujudnya yaitu Ia tahu
bahwa ketika budaya populer masuk dan merasuki jiwa dan ideology bangsanya,
maka yang terjadi adalah ideology-ideologi sebelumnya yang ditanamkan kepada
masyaraktnya akan runtuh dihantam arus globalisasi yang kuat. Ketika hal itu
sudah runtuh, maka akan mengubah sebagian pandangan
masyarakatnya,meninggalkan ideology yang dianut sebelumnya dan bisa jadi akan
berbalik melawan pemerintahannya yang tergolong keras tersebut.
Sistem pemerintahan China tergolong dalam sistem yang terpusat. Dalam bidang
politik , Cina mengganggap sistem kendali terpusat oleh negara merupakan cara
yang paling efektif untuk mengendalikan keamanan dan ketertiban di Cina.
Dengan kekuatan partai yang mengontrol jalannya pemerintahan melalui
interlocking system (proteksionis) dari personel partai dan struktur paralel pada
partai, negara dapat tetap solid dan kuat. Partai Komunis Cina merupakan sumber
segala kekuasaan dan memiliki hak eksklusif untuk melegitimasi dan mengontrol
semua organisasi politik. PKC menentukan tujuan sosial, ekonomi, dan politik bagi
masyarakat. Pencapaian tujuan- tujuan ini diusahakan melalui rekrutmen dalam
organ-organ partai di tingkat pusat maupun daerah. Dalam setiap birokrasi Cina,
terdapat bagian kecil partai yang dipimpin salah satu anggota PKC yang
mengarahkan organ negara tersebut. Sehingga, Partai selalu sanggup
menggunakan kontrolnya dalam birokrasi negara dengan mengawasi personelnya.
PKC menentukan tujuan sosial, ekonomi, dan politik bagi masyarakat. Ciri PKC
yang paling menonjol sebagai sebuah organisasi politik adalah sifat dasarnya yang
hirarkis, piramidal, dan terpusat. Partai Komunis Cina mengontrol dan
mengarahkan sistem tugas-tugas pemerintahan yang kompleks. PKC merupakan
institusi yang memegang peranan sentral dan mutlak, dan Republik Rakyat Cina
merupakan negara kesatuan di mana kekuasaan dan wewenang utama berada
pada pemerintah pusat. Kekuasaan dan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah
pusat tersebut digunakan oleh Cina untuk menanamkan nilai-nilai komunisme
dalam kehidupan bernegara maupun bermasyarakat melalui dewan atau lembaga
yang berwenang, seperti Kongres Rakyat Nasional yang merupakan badan tertinggi
pemerintah dan mempunyai tugas-tugas konstitusional yang serupa dengan
badan-badan parlementer yang ada di negara lain. Demikianlah, struktur negara
dan partai di Cina yang sangat mencirikan dan menonjolkan nilai-nilai
komunisme, yang diterapkan secara Top and Down (dari atas ke bawah) dimana
segala peraturan atau kebijakan dari pemerintah, harus dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat Cina
Komunisme dalam Cina mampu membentuk sebuah sistem politik yang kuat dan
memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan kebijakan. Melalui kemampuan
tersebut pemerintah Cina mampu menjaga stabilitas politik dan keamanan.
Komunisme yang cenderung mengarah pada penerapan sikap otoriter pemimpin
negara, dapat berdampingan dengan Cina yang merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia dan memiliki wilayah geografi yang luas, sehingga
Cina membutuhkan sistem yang kuat untuk dapat mengendalikan dan menjaga
stabilitas negara.
Dalam jurnal Glocal Media disebutkan bahwa di era kepemimpinan Mao Zedong,
dikenal strategi “tutup pintu rapat-rapat” terhadap pengaruh budaya asing.
Revolusi Budaya (1966-1976) ini berakhir saat Mao meninggal. Pintu sedikit
terbuka saat pemerintah mengizinkan impor film dengan syarat wajib sulih-suara
ke dalam bahasa Mandarin. Pada tahun 1976 Deng mengakhiri isolasi yang
dilakukan Cina terhadap bangsa barat dengan mengacu pada pasar sosialis yang
membuka investasi asing dan riset tekhnologi. Dan Semenjak reformasi ekonomi di
tahun 1978, Cina mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat kelima dan
pertumbuhan tercepat ekonomi mayor G20, eksporter terbesar di dunia, dan
importer terbesar kedua dunia. Hingga pada masa pemerintahan Hu Jintao,
industrialisasi yang berkembang telah mengurangi angka kemiskinan dari 53% di
tahun 1981 ke 8% di tahun 2001.( http://econ.worldbank.org)
Dalam masa kepemimpinan Hu Jintao dapat dikatakan bahwa China ada dalam
posisi tinggi dan mencapai target sebagai negara maju, salah satu negara dari Asia
yang tidak dapat diremehkan keberadaannya. Gaya kepemimpinan Hu tergolong
dalam gaya kepemimpinan dengan kerja tinggi dan kekompakkan rendah karena
ia bekerja dalam sifatnya memaksa warga negaranya untuk mengikuti
kebijakkannya tanpa ada yang merasa bahwa hal tersebut paksaan. Gaya
kepemimpinan ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan yang menekankan pada
segi penyelesaian tugas dan tercapainya tujuan kelompok. Di sini menunjukkan
gaya kepemimpinan yang sangat direktif. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk
kelompok yang baru dibentuk, yang membutuhkan tujuan dan sasaran yang jelas,
dan kelompok yang telah kehilangan arah tidak mempunyai lagi tujuan dan
sasaran, tidak mempunyai kriteria untuk meninjau hasil kerjanya yang sudah
kacau dan tidak berarti lagi. Gaya kepemimpinan ini dirasakan sebagai dictator.
Selain itu, berdasarkan Studi Ohio State Jintao dalam melaksanakan fungsinya
sebagai pemimpin, ia lebih cenderung inisiating structure yang merupakan tingkat
sejauh mana seorang pemimpin menentukkan dan menstruktur perannya sendiri
dan peran bawahannya kearah pencapaian tujuan-tujuan formal kelompok serta
kemampuan memprakarsai berbagai tugas yang harus mereka laksanakan,
mengatur dan menentukkan pola organisasi, dan struktur peran dalam
pencapaian tujuan organisasi dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
Hu Jintao yang memimpin Republik Rakyat China yang lebih dari lima tahun telah
berhasil meneruskan program dari pendahulinya Deng Xioaping. Dalam dua
dekade terakhir komunis China sukses mendongkrak pertumbuhan ekonomi rata-
rata dua digit. Namun Hu Jintao saat itu yang masih menjabat sebagai Presiden
memiliki prioritas-prioritas yang lebih spesifik, yaitu mempertahankan tingkat
pertumbuhan yang pesat, mereformasi birokrasi yang lebih tanggap kendati tetap
tidak demokratis, dan meningkatkan anggaran sosial untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat miskin kota dan desa. Kebijakan-kebijakan tersebut sudah
menjadi dogma PKC. Langkah-langkah tersebut sudah dirintis oleh Hu dan
Perdana Menteri Wen Jiabao ketika pertama kali berkuasa pada 2002. Tak lama
setelah dilantik, Hu dan Wen bersama-sama mengunjungi para petani di Mongolia
dan para pekerja tambang. Momen tersebut menjadi simbol bagi pemerintahan Hu.
Transformasi ekonomi di China di satu sisi telah meningkatkan taraf hidup rakyat,
disisi lain juga memperlebar kesenjangan sosial dan pendapatan antara kaum
kaya dengan para kamerad mereka yang miskin. (sumber)
Dengan melihat keadaan seperti demikian, Hu dan wakilnya Wen Jiabao merubah
dan melonggarkan aturan-aturan yang memungkinkan para penghuni desa – yang
selama ini bekerja sebagai petani dan pekerja pabrik dengan gaji rendah – pindah
ke kota. Pemerintah juga telah memperbaiki jaringan kesejahteraan sosial untuk
membantu para pensiunan dan korban PHK perusahaan-perusahaan yang
bangkrut maupun yang telah direstrukturisasi.
China pada saat itu memang masih dihadapkan pada kesenjangan sosial yang
besar, pemerintahan Hu dalam lima tahun terakhir masa jabatannya berhasil
meningkatkan status China dari ekonomi nomor enam terbesar menjadi ekonomi
nomor empat terbesar di dunia. Pesatnya pertumbuhan ekonomi China saat ini
juga menimbulkan polusi yang luar biasa yang bisa merugikan kepentingan
industri jangka panjang. Untuk itu pada pemerintahannya kali itu, Hu juga
memprioritaskan peningkatan upaya-upaya pelestarian lingkungan tanpa
mengorbankan kepentingan industri. Selain itu, pemerintah pusat berupaya
mendongkrak pemasukan dari pendapatan daerah sekaligus memberantas korupsi
birokrasi. Masalahnya, upaya pemerintahan Hu tersebut tidak ditanggapi serius
oleh para penguasa lokal (kekompakkan rendah). Baru sedikit pemerintah daerah
yang bersedia menutup pabrik-pabrik penghasil polusi parah dan membiayai
program-program layanan kesehatan publik dari anggaran mereka.
Bukti dari Hu Jianto merupakan pemimpin dengan kerja tinggi adalah Majunya
perkonomian China yang dimana hal ini tentunya meningkatkan kedudukan
Negara tersebut di dunia Internasional. China saat ini ingin berupaya menggeser
hegemoni Amerika Serikat di kawasan Asia khususnya. Barang-barang komoditi
import China saat ini di Asia kapasitasnaya melebihi barang komoditi dari
Amerika. Dengan pesatnya perkembangan perekonomian menjadikan China berani
menjadikan diri sebagai tuan rumah Olimpiade. Ini merupakan prestasi yang luar
biasa, dimana ada Negara Asia yang berani menjadi tuan rumah event akbar dunia
Internasional yaitu Olimpiade. China di bawah pimpinan Hu Jintao yang menjadi
tuan rumah olimpiade 2008 ingin membuktikan diri sebagai Negara Kuat yang
baru terlahir di kawasan Asia. Hu Jintao sebagai pemimpin Negara Republik
Rakyat China memberi andil besar dalam memajukan perekonomian dan industri
China , dan berhasilnya China menjadi tuan rumah penyelenggara olimpiade 2008
yang mampu mengalahkan kandidat beberapa tuan rumah yang lain menjadi
salah satu bukti betapa majunya RRC di bawah kepemimpinan Hu Jintao.
(sumber)
Cina sekarang adalah perpaduan kapitalisme dan komunisme, yang tentu jauh
dari apa yang telah dicita-citakan ketua Mao, dimana komunis tidak lagi menjadi
komunisme sejati, tidak lagi murni mengikuti jalan Deng Xiaoping, namun Deng
mengatakan bahwa ‘tidak masalah kucing itu berwarna hitam atau putih, yang
penting bisa menangkap tikus’. Bagi Deng, sistem ekonomi itu seperti kucing, tak
masalah bila ia kapitalis atau komunis, yang penting bisa menangkap tikus,
membawa kemakmuran. Dan hasilnya Cina mampu berubah, menjadi kekuatan
ekonomi baru di dunia, yaitu negara kapitalis sejati yang bernapaskan komunis.
Pada dasarnya sistem pemerintahan Indonesia dan China berbeda. Ideologi kedua
negara ini pun berbeda. Setiap ideology dan sistem yang berlaku pada suatu
negara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada sistem
pemerintahan yang mutlak seluruhnya benar ataupun salah. Begitupun dengan
Indonesia dan China. Sistem pemerintahan yang berbeda diantara keduanya
memiliki cirikhas masing-masing yang akan berdampak pada kebijakan yang
dikeluarkan oleh sutu negara dalam segala bidang.
China, adalah salah satu digdaya atau super power di era modern ini. Republik
Rakyat China sendiri adalah Negara dengan ideology komunis terbesar didunia.
Republik Rakyat China sendiri menggunakan ideologis komunisme setelah pecah
Perang Dunia Pertama. Republik Rakyat China terdiri dari 4 cabang (Yuan) yaitu
Yuan eksekutif, Yuan perwakilan, Yuan kehakiman, Yuan pengawas. Hampir sama
seperti di Indonesia yaitu Lembaga Eksekutif, Lembaga Yudikatif, Lembaga
Legislatif. Yuan eksekutif dilantik oleh Presiden termasuk juga Perdana Menteri
dan kabinet-kabinetnya . Perdana Menteri bertanggung jawab terhadap polisi dan
pengendalian ketertiban. Republik Rakyat China memiliki kebijakan yang sangat
ketat. Bisa dikatakan super protektif dari pengaruh luar. Tetapi inilah hebatnya
China, dengan pengontrolan yang super ketat itu, Republik Rakyat China dapat
menggabungkan nilai-nilai semangat liberalisasi orang Barat dan diterapkan di
negaranya tanpa mengubah ideology dasar Negara yaitu Komunis. Demokrasi
komunis yang berlaku di RRC menganut asas negara sentries, mengabaikan hak
asasi,tidak ada kebebasan individu, tidak ada oposisi, dan tidak membenarkan
adanya pendapat.
Daftar Pustaka
Day, Amelida. 2012. The Great Firewall of China. Glocal Media :1- 23
Kesimpulan
Kepemimpinan Negara Jepang dan Negara Cina