Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mita Riani Rezki

NIM : 1920525320011
Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Mata Kuliah : Ekologi, Prinsip Dasar, dan Etika Lingkungan
Dosen : Dr. Ir. Fatmawati, M.Si

Ekologi merupakan pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok


organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal balik antara organisme-
organisme hidup dengan lingkungannya. Dalam hubungan ekologi dengan lingkunganada
beberapa istilah yang perlu dipelajari lebih lanjut yaitu:
1. Hukum Termodinamika
Aliran energi yang ada dalam suatu ekosistem lebih dikenal dengan hukum
termodinamika. Dalam hukum termonidamika I atau disebut hukum kekekalan energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan dan hanya mengalami
transformasi, sedangkan dalam Hukum Termodinamika II, bahwa proses transformasi energi
tidak pernah terjadi secara spontan, dan proses transformasi energi tidak pernah berlangsung
dengan efisien 100%. Energi yang hilang dalam bentuk panas dan tidak dapat dimanfaatkan
lagi disebut entropi.
Contoh:

Gambar 1. Pertukaran Energi dan Nutrisi dalam Suatu Ekosistem


Gambar 1 menunjukkan bahwa energi diperoleh dari luar ekosistem dan akan hilang
melalui dalam bentuk energi panas melalui proses respirasi. Aliran nutrisi dimulai dari
pengolahan nutrisi inorganik menjadi nutrisi organik oleh produsen dan kembali lagi menjadi
nutrisi inorganik melalui proses penguraian, sehingga aliran nutrisi cenderung membentuk
siklus nutrisi di dalam ekosistem dengan hanya sebagian kecil nutrisi yang mengalami
ekspor-impor.

2. Habitat dan Relung

Habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies,
atau kelompok spesies, atau komunitas. Sedangkan, relung adalah jumlah total semua
penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara
untuk memahami konsep habitat dan relung adalah melalui analogi yang dikemukakan oleh
ahli ekologi Eugene Odum, yaitu “Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, maka
relung adalah pekerjaannya”.
Contoh :
Pada Penelitian di Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari, Papua Barat1 terdapat
3 habitat (hutan primer, kebun buah campuran dan hutan sekunder) kelelawar yang terdiri
dari (tujuh) 7 spesies yaitu D.magna, D.minor, M.minimus, N.aello, N.albiventer,
R.amplexicaudatus, dan S. australis. Berdasarkan kesamaan relung sumberdaya habitat,
D.magna dan R.amplexicaudatus cenderung menyukai habitat kebun buah campuran,
sedangkan D.minor, M.minimus, S.australis, N.aello, dan N.albiventer cenderung memilih
hutan primer. Berdasarkan kesamaan relung sumberdaya pakan, D. magna, D. minor dan M.
Minimus memiliki asosiasi terhadap relung sumberdaya pakan, sedangkan
R.amplexicaudatus, N. albiventer, N. aello, dan S.australis cenderung membentuk kelompok
asosiasi tersendiri.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Adaptasi dapat berupa penyesuaian bentuk tubuh, penyesuaian tingkah laku, dan
penyesuaian fungsi tubuh. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan melalui genetik maupun dari

1
Petrus Izak, Agus Priyono Kartono, and Ibnu Maryanto, ‘Keanekaragaman Jenis Dan Pemanfaatan
Sumberdaya Oleh Kelelawar Sub Ordo Megachiroptera Di Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari ,
Papua Barat ( Species Diversity and Resource Use of Bat ( Sub Order Megachiroptera ) in Natural Tourism Park
of Gunung Meja’, Jurnal Biologi Indonesia, 12.1 (2016), 99–117.
habitat. Makhluk hidup dapat mencari habitat yang sesuai dengan cara hidup mereka maupun
mengubah organ tubuh mereka.
Contoh:
Adaptasi ikan untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya. Air laut memiliki
kadar garam yang lebih tinggi daripada air tawar sehingga memaksa ikan yang berada di laut
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Cara ikan untuk beradaptasi
pada kondisi lingkungan dengan kadar garam tinggi adalah dengan mengeluarkan urin yang
pekat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ikan air laut mengeluarkan urin lebih pekat
daripada ikan air tawar untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya 2.

4. Evolusi

Secara sederhana evolusi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi secara sedikit
demi sedikit dalam jangka waktu relatif lama. Evolusi jangka waktu panjang dari ekosistem
dibentuk oleh dua hal berikut: Kekuatan-kekuatan allogenik (luar), seperti perubahan-
perubahan iklim dan geologi; proses-proses autogenik (dalam) yang diakibatkan oleh
kegiatan-kegiatan komponen-komponen hidup dari ekosistem.
Contoh:
Hubungan antara Pseudomyrmex (sejenis semut) dengan tumbuhan akasia. Semut
menggunakan tumbuhan ini sebagai tempat berlindung dan sumber makanan. Hubungan
antar dua organisme ini sangat dekat sehingga menyebabkan evolusi struktur dan perilaku
khusus pada kedua organisme. Semut melindungi pohon akasia dari hewan herbivora dan
membersihkan tanah hutan dari benih tumbuhan saingan. Sebagai gantinya, tumbuhan
mempunyai struktur duri yang membesar yang dapat digunakan oleh semut sebagai tempat
perlindungan dan sumber makanan ketika tumbuhan tersebut berbunga3.

2
Adria Yulan, Ida Anrosana, and Ariesia Gemaputri, ‘Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gift
(Oreochromis Niloticus) Pada Salinitas Berbeda’, Jurnal Perikanan, 15.2 (2013), 78–82
<https://doi.org/10.22146/jfs.9100>.
3
Edi Jayadi, Ekologi Tumbuhan, Jurnal Biologi (Mataram: CV. Sanabil, 2015)
<http://repository.ut.ac.id/4431/2/BIOL4411-TM.pdf>.

Anda mungkin juga menyukai