Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

1. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut

oksigen darah (Arif, 2012).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah

dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Wong, 2008).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,

kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml

darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,

melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi

tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis

yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah

dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas

hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah

(Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau

penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan

fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui

anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang

ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah

dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang
dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada

wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit

kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan anemia.Berikut ini katagori tingkat

keparahan pada anemia.

 Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.

 Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.

 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan

pembentukan sel darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan

terjadinya anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum

tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam

folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem

Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)

2. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya

merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit

kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

 Penyebab umum dari anemia:

 Perdarahan hebat

 Akut (mendadak)

 Kecelakaan

 Pembedahan

 Persalinan

 Pecah pembuluh darah


 Penyakit Kronik (menahun)

 Perdarahan hidung

 Wasir (hemoroid)

 Ulkus peptikum

 Kanker atau polip di saluran pencernaan

 Tumor ginjal atau kandung kemih

 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

 Berkurangnya pembentukan sel darah merah

 Kekurangan zat besi

 Kekurangan vitamin B12

 Kekurangan asam folat

 Kekurangan vitamin C

 Penyakit kronik

 Meningkatnya penghancuran sel darah merah

 Pembesaran limpa

 Kerusakan mekanik pada sel darah merah

 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

 Sferositosis herediter

 Elliptositosis herediter

 Kekurangan G6PD

 Penyakit sel sabit

 Penyakit hemoglobin C

 Penyakit hemoglobin S-C

 Penyakit hemoglobin E

 Thalasemia (Arif, 2014).


Menurut Nugraheny (2010), Anemia umumnya disebabkan oleh kurang gizi,

kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi, kehilangan darah pada persalinan yang lalu,

penyakit kronik seperti TBC, paru, cacing usus, malaria.

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang

berasal dari makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan

Hemoglobin. Wanita hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita tidak

hamil, dalam kehamilan Triwulan III, pada saat ini janin mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik dan ibu

sering merasa lapar dan jangan makan berlebihan yang mengandung hidrat arang dan

protein hingga mengakibatkan berat badan naik terlalu banyak, hal ini untuk

menghindari terjadinya perdarahan, indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan

atau diabetes (Waryana, 2010).

Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam

makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau

banyaknya besi yang keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara itu

kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah

merah sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil

adalah 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg

untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan

200 mg hilang ketika melahirkan Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester 1 relatif

sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester III yaitu

6,3 mg sehari, jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan

(Arisman, 2004)

3. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan

akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat

akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah

normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan

destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau

dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam

aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera

direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl

atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa

makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan

oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,

Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya

kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat

menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 2008).

Ada beberapa mekanisme yang mendasari terjadinya anemia pada usila, yaitu:

a) Penurunan kinerja sumsum tulang: sumsum tulang, meskipun sepanjang hidup

selalu dinamis dalam memproduksi sel darah merah dan mereplikasi diri (self-

replication) untuk menunjang fungsinya, sumsum tulang tetap saja melalui

periode penurunan fungsi secara fisiologis ke tahap yang drastis. Dimana

periode ini disebut tahap inovulasi sumsum tulang. Pada tahap ini yang

mencolok ialah penurunan daya replikasi sumsum tulang sehingga baik

stroma sumsum tulang yang digunakan untuk pertumbuhan dan


perkembangan sel-sel induk (pluripoten) maupun kecepatan diferensiasi sel-

sel progenitor untuk mencapai maturitas, akan menurun. Dampak globalnya

ialah terjadi penurunan sintesis sel darah merah. Hal inilah yang mendasari

betapa mudahnya seorang usila terkena onset anemia.

b) Penyakit kronis yang mendasari: adanya penyakit kronis pada seorang usila,

mempercepat dimulainya anemia. Di samping itu, dalam beberapa penelitian

dikatakan bahwa faktor-faktor pembekuan menurun seiring usia, juga sistem

imunitas tubuh yang kian menurun, sehingga mempersulit terjadinya suatu

tahap penyembuhan. Penyakit kronis, yang notabenenya adalah onset

perdarahan, akan sulit disembuhkan pada kondisi usila dengan gangguan

faktor pembekuan dan imunitas. Perdarahan yang terjadi semakin lama,

semakin kronis. Anemia yang terjadi biasanya ialah anemia defisiensi besi

akibat perdarahan kronis.

c) Penurunan sintesis eritropoietin: kemampuan ginjal dalam berbagai fungsinya

akan terus menurun seiring proses penuaan, termasuk kemampuannya dalam

mensintesis eritropoietin. Kompensasi tubuh hanya mampu menghasilkan 10

% eritropoietin apabila ginjal tidak memproduksinya. Kekurangan

eritropoietin yang merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah,

mengakibatkan progenitor eritroid tidak berdiferensiasi menjadi sel darah

merah. Kekurangan sel darah merah mengakibatkan kekurangan hemoglobin,

sehingga terjadi anemia.

d) Proses autoimun: kadangkala ada proses autoimun yang mendasari terjadinya

anemia. Sel-sel parietal lambung yang akibat proses autoimun mengalami

atrofi, mengakibatkan lambung menjadi tipis dengan infiltrasi sel plasma dan

limfosit, sehingga berdampak pada penurunan cadangan faktor intrinsik di

parietal lambung. Dimana faktor intrinsik yang menurun di parietal lambung


ini mengakibatkan ileum sedikit menyerap vitamin B 12. Dampaknya terjadi

anemia megaloblastik (anemia pernisiosa).

e) Kurang intake: pada usila, penurunan nafsu makan secara fisiologis akan

terjadi. Apabila sampai ke periode tersebut, meskipun sedikit berpengaruh

terhadap kurangnya intake atau asupan, faktor ini masih dipertimbangkan

karena faktor diet yang buruk tidak jarang mengakibatkan anemia, terutama

anemia defisiensi besi. Anemia yang disebabkan akibat kurang nafsu makan

sehingga kurang asupan, akan memperburuk percepatan tingginya nafsu

makan lagi karena anemia sendiri tidak hanya sebagai akibat dari kurang

nafsu makan, tetapi juga sebagai penyebab kurangnya nafsu makan.


PHATWAY
4. Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO dalam Waryana (2010)

a) Tidak anemia : 11 gr %

b) Anemia ringan : 9-10 gr %

c) Anemia sedang : 7-8 gr %

d) Anemia berat : < 7 gr %.

Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :

a. Anemia Hipropropilatif

1) Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada

sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah

yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital

maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel

darah merah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit

rendah atau tidak ada dan biopsi sumsum tulang menunjukan keadaan

yang disebut “ pungsi kering” dengan hipoplasia nyata dan penggatian

dengan jarinagan lemak (Nurarif, 2013).

2) Anemia defisiensi besi

Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total

turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama

anemia didunia, dan tetutama sering dijumpai pada wanita usia subur,
disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan

kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi

pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau

hamper normal dan kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah

Mikrositik dan Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah

retikulosis dapat normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan

kapasitas mengikat besi serum total meningkat (Nurarif, 2013).

3) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam

volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah

tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal.

Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit

dan myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami multinukleasi.

Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel

matang yang meninggalkan sumsum tulang menjadi sedikit dan terjadilah

parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit

2000-3000/ml3 dan hitung trombosit kurang dari 50000/ml3 (Nurarif,

2013).

b. Anemia hemolitik

1) Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.

Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel

darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal. Pada

pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan jumlah retikulosis meningkat,

fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok globin biasanya rendah.


2) Anemia hemolitika turunan

2.1 Sferositosis turunan

Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai

dengan sel darah merah kecil berbentuk feris dan pembesaran

limfa (spenomegali). Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan

secara dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-

anak, namun dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya

sangat sedikit. Penangananya berupa pengambilan limpa secara

bedah.

2.2 Anemia sel sabit

Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul

hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit

ini merupakan ganggaun genetika resesif auto somal yaitu individu

memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien dengan

anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena

mereka nampak anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel

sabit pada usia 1-2 tahun (Nurarif, 2013)

5. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai

sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)

yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng),

pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi

abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman


lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah,

lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain

adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala

terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau

serangan jantung (Sjaifoellah, 2008).

Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia,

apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah harga tertentu.Gejala

umum anemia ini timbul karena : (Bakta.2009)

 Anoksia organ

 Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen

(Kaushansky, et al., 2010)

 Affinitas oksigen yang berkurang

Untuk peningkatan pengangkutan oksigen ke jaringan yang efisien,

dilakukan dengan cara mengurangi affinitas hemoglobin untuk

oksigen. Aksi ini meningkatkan ekstraksi oksigen dengan jumlah

hemoglobin yang sama.

 Peningkatan perfusi jaringan

Efek dari kapasitas pengangkutan oksigen yang berkurang pada

jaringan dapat dikompensasi dengan meningkatkan perfusi jaringan

dengan mengubah aktivitas vasomotor dan angiogenesis.

 Peningkatan cardiac output

Dilakukan dengan mengurangi fraksi oksigen yang harus

diekstraksi selama setiap sirkulasi, untuk menjaga tekanan oksigen

yang lebih tinggi. Karena viskositas darah pada anemia berkurang

dan dilatasi vaskular selektif mengurangi resistensi perifer, cardiac

output yang tinggi bisa dijaga tanpa peningkatan tekanan darah.


 Peningkatan fungsi paru

Anemia yang signifikan menyebabkan peningkatan frekuensi

pernafasan yang mengurangi gradien oksigen dari udara di

lingkungan ke udara di alveolar, dan meningkatkan jumlah oksigen

yang tersedia lebih banyak daripada cardiac output yang normal.

 Peningkatan produksi sel darah merah

Produksi sel darah merah meningkat 2-3 kali lipat pada kondisi

yang akut, 4-6 kali lipat pada kondisi yang kronis, dan kadang-

kadang sebanyak 10 kali lipat pada kasus tahap akhir. Peningkatan

produksi ini dimediasi oleh peningkatan produksi eritropoietin.

Produksi eritropoietin dihubungkan dengan konsentrasi

hemoglobin. Konsentrasi eritropoietin dapat meningkat dari 10

mU/mL pada konsentrasi hemoglobin yang normal sampai 10.000

mU/mL pada anemia yang berat. Perubahan kadar eritropoietin

menyebabkan produksi dan penghancuran sel darah merah

seimbang.

Gejala umum anemia menjadi jelas apabila kadar hemoglobin telah turun

dibawah 7 gr/dL. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada :

(Bakta.2009)

a) Derajat penurunan hemoglobin

b) Kecepatan penurun hemoglobin

c) Usia

d) Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya

6. Komplikasi

a. Jantung

Menyebabkan gagal jantung kongestif


b. Paru

Menyebabkan infark paru,pneumonia,pneumonia,

c. SSP

Menyebabkan trombosis serebral

d. Genito urinaria

Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus

e. GI

Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati

f. Ocular

Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan

g. Skeletal

Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis

(biasanya pada anak kecil)

h. Kulit

Menyebabkan ulkus tungkai kronis (Wong, 2008)

7. Pemeriksaan Penunjang

 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);

 MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata)

menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan. Pansitopenia

(aplastik).

 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons sumsum

tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).


LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan

kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,

misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup

lebih pendek.

 Tes kerapuhan eritrosit : menurun. SDP : jumlah sel total sama dengan sel

darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun

(aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi

(hemolitik)

 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).

 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada; tinggi (hemolitik)

BC serum : meningkat

Feritin serum : meningkat

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi

gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis.

 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam

hidroklorik bebas.

 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah

dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,


misal: peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah

(aplastik).

 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :

perdarahan GI (Doenges, 1999).

8. Penatalaksanaan

Tindakan umum:

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):

1. Anemia defisiensi besi

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang

diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x200mg/hari/per oralsehabis makan

Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian

cairan dan transfuse darah (Herdinsibuae, 2005).

9. Konsep Asuhan Keperawatan.

a) Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru

Pengkajian pasien dengan anemia (Nurarif, 2013) meliputi :

1) Aktivitas / stirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan

produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap

latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau

istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada

sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh

tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan

tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI

kronis, menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung


berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia

kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan

tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat

pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir)

dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak

sebagai keabu-abuan).

Pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih

seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah

ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,

berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus,

menipis,tumbuh uban secara premature.

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan

pengobatan, misalnya penolakan transfuse darah.

Tanda :depresi.

4) Eliminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom

malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.

Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan

menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.

Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau


peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan

vitamin B12).

Tanda : Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,

kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status

defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut

pecah.

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak

mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan

bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;

parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.

Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :

hemoragis retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang

(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan

posisi, tanda Romberg positif, paralysis.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala :nyeri abdomen samar : sakit kepala

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan

aktivitas.

Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat

terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.

Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan


panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,

penyembuhan luka buruk,sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati

umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau

amenore. Hilang libido(priadan wanita). Imppoten.

Tanda :serviks dan dinding vagina pucat.

b) Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel

ditandai dengan kavilari revil > 3detik, sianosis, kulit pucat, membran

mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna

makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah ditandai dengan klien mengeluh mual & muntah, terjadi penurunan

BB, penurunan lipatan kulit triseps, perubahan gusi, membran mukosa

mulut.

3. Nyeri akut berhubungan faktor yang berhubungan agens cedera (missal :

biologis, zat kimia, fisik, psikologis dan mekanik)

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan klien mengeluh tubuh

lemah, lebih banyak memerlukan istirahat.


5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat ; salah

interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan

klien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang

dialami.

6. Risiko infeksi faktor resiko tidak adekuatnya pertahanan sekunder

(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons

inflamasi tertekan).

DAFTAR PUSTAKA

Heater, L. 2014. Diagnosa Keperawatan Definisi Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :

EGC

Herdinsibuae, W dkk. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta

Huda Nurarif dan Hardhi kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnose Medis Dan Nanda Nic-Noc Jilid 1 Dan Jilid 2. Yogyakarta: Media

Action Publishing.

Mansjoer, Arif dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media

Aesculapius

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai