1807101030001
KISTA OVARIUM
Gambaran klinis :
3. c)
Gangguanpenekanan(ureter,vesikaurinaria,rektum)
ANATOMI
Diagnosis
o Berdasarkan gambaran klinis
o Pemeriksaan fisik
- Sondase
Pada kistoma ovarii sondase normal karena
tidak ada pembesaran uterus.
- Ultrasonografi
Tampak gambaran uterus normal, namun
tampak massa pada adneksa, sering
bersekat-sekat, atau multilokuler dan pada
kecurigaan keganasan dapat dijumpai
gambaran papiler dan neovaskularisasi.
- BNO-IVP
Pada kistoma ovarii yang besar atau dengan
perlekatan dapat merubah topografi ureter.
Diagnosa Banding
1.Kista mesenterial
Merupakan neoplasma jinak yang bersifat kistik,
yang terdapat pada mesenterium.
2.Mioma uteri degenerasikistik
Mioma uteri degenerasi kistik dapat meliputi
daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma
manjadi cair, terbentuk ruangan- ruangan yang
tidak teratur berisi cairan yang kental seperti
agar- agar, dapat terjadi pembengkakan luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium.
3.Tubaovarialabses
- Biasanya terjadi bersama dengan salpingitis
- Besarnya dapat sampai 15-20 cm
- Sering bilateral
- Konsistensi bisa kistik atau padat
- Dapat menyebabkan menometrorhargia,
demam
- Pada pemeriksaan lab terdapat leukositosis
Komplikasi
a. Torsi
1. - Terjadi warna biru karena tekanan vena
2. - Menimbulkan akut abdomen
b. Ruptur
3. - Menimbulkan perdarahan intra abdominal
(dari arteri
Ovarica) sehingga menimbulkan akut
abdomen.
4. - Peritoneum dan rongga abdomen terisi
cairan gelatinosa
(Pseudomiksoma Peritonei) d. Infeksi
5. - Panas, nyeri, leukositosis, peritonitis
6. - Defans muscular e. Keganasan
- 25 % regresi ganas sebagai
Cystadenocarsinoma (terjadi ascites)
Keganasan
Kistoma ovarii dicurigai ganas apabila :
1.Terdapatbagianyangpadat
2.Permukaanberbenjol-benjol
3.Pertumbuhannya cepat
4.Perlekatan(sulitdigerakkan)
5.Disertaiascites
6.Disertai penurunan berat badan (kakesia)
Penanganan
a. Kistektomi+potongbeku(FrozenSection)
b. Ooforektomiunilateral+potongbeku
c. Panhisterektomi + Omentektomi pada
keganasan
Potong beku (frozen section) adalah pemeriksaan
histopatologi hasil operasi yang dilakukan
durante operasi yang berfungsi untuk
menentukan ganas atau tidaknya sediaan
tersebut sehingga dapat dipergunakan sebagai
pedoman untuk menentukan jenis tindakan atau
operasi yang dilakukan serta tindakan lanjut
pesca operasi (radioterapi / kemoterapi).
MANIFESTASI KLINIS
A. Anamnesa
Pada umumnya, wanita yang mengalami torsio
kista ovarium akan datang dengan keluhan
utama nyeri akut abdomen. Oleh karena itu,
keterangan-keterangan mengenai karakteristik
nyeri (lokasi, onset, migrasi, radiasi, kualitas,
tingkat keparahan, serta faktor yang
memperberat atau memperingan nyeri) harus
dapat digali melalui proses anamnesa.
Pasien torsio kista ovarium biasanya merasakan
nyeri yang tajam di daerah abdomen bagian
bawah. Nyeri tersebut terlokalisir pada lokasi
ovarium yang mengalami gangguan dan
terkadang dapat menjalar ke daerah pinggang
dan paha (nyeri referal/referred pain) (Hoffman,
2008). Hal ini disebabkan karena serabut saraf
viseral dari ovarium memasuki tulang belakang
di tingkatan yang sama dengan serabut saraf
somatik yang mempersarafi daerah pinggang
dan paha, yaitu setingkat T9-T10.
Onset nyeri terjadi mendadak dan mengalami
perburukan secara intermitten dalam beberapa
jam (Hoffman, 2008). Onset nyeri biasanya
muncul pada saat pasien mengangkat beban
berat, melakukan latihan fisik, maupun ketika
berhubungan intim (Rapkin & Howe, 2007). Nyeri
yang ditimbulkan cukup berat sehingga
terkadang digambarkan sebagai nyeri yang
dapat membangunkan pasien dari tidurnya. Nyeri
dengan tingkat keparahan seperti ini biasanya
berhubungan dengan kasus torsio yang telah
mengalami iskemia.
Suatu torsio yang menyebabkan obstruksi tuba
falopii juga dapat menghasilkan nyeri kolik. Nyeri
kolik pada dasarnya adalah suatu nyeri viseral
dan berhubungan dengan peregangan organ
berongga (hollow organ) dalam rongga abdomen.
Nyeri kolik ini menghadirkan suatu gambaran
awitan nyeri yang timbul secara bergelombang.
Selain nyeri, keluhan penyerta yang sering
didapatkan pada pasien torsio kista ovarium
adalah gejala-gejala refleks autonom seperti
mual dan muntah. Di samping itu, kadang
terdapat keluhan demam yang tidak begitu tinggi
yang menandakan sudah terjadinya proses
nekrosis.
Diagnosa banding kasus torsio ovarium dengan
keluhan utama nyeri akut abdomen dapat dilihat
pada tabel berikut.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kasus torsio, dari status
generalis dapat ditemukan tanda-tanda demam
jika sudah terjadi proses nekrosis. Selain itu, bila
nyeri yang ditimbulkan sangat hebat, dapat
timbul syok neurogenik yang bisa terlihat dari
perubahan tanda- tanda vital, seperti takikardia
dan hipotensi.
Pada pemeriksaan status lokalis, dari
pemeriksaan abdomen akan ditemukan abdomen
terasa sangat lembut, khususnya di daerah kista
ovarium. Tanda paling penting adalah
ditemukannya massa intra abdomen. Namun,
pemeriksaan di daerah ini harus dilakukan
dengan lembut dan hati-hati agar kenyamanan
pasien dapat terjaga. Jika kista ovarium telah
menyebabkan peradangan peritonuem,
terkadang bisa ditemukan tanda-tanda rangsang
peritoneal, seperti nyeri tekan dan nyeri lepas.
MANAJEMEN
Tujuan tindakan manajemen pada kasus torsio
adalah untuk menyelamatkan jaringan adneksa,
reseksi terhadap jaringan kista, dan
kemungkinan ooporeksi. Namun demikian, pada
penemuan keadaan nekrosis adneksa maupun
perdarahan, harus dilakukan pengangkatan
struktur yang mengalami torsio.
Torsio dapat dievaluasi dengan teknik
laparoskopi maupun laparotomi. Pada awalnya,
saat dilakukan tindakan bedah eksplorasi,
biasanya dilakukan adneksektomi guna
menghindari terjadinya trombus ketika dilakukan
detorsi dan emboli. Bukti ilmiah ternyata tidak
mendukung tindakan ini. Kepustakaan
menyatakan bahwa pada hampir 1000 kasus
torsio hanya terdapat 0,2% kasus emboli paru.
Sebagai catatan, kasus emboli paru tersebut
berhubungan dengan tindakan eksisi adneksa
dan bukan dengan tindakan pelepasan pelintiran
secara konservatif. Pada sebuah studi dengan 94
orang subjek penelitian, Zweizig et al (1993)
melaporkan bahwa tidak terdapat peningkatan
morbiditas pada pasien yang dilakukan tindakan
pelepasan pelintiran adneksa jika dibandingkan
dengan pasien yang dilakukan adneksektomi.