LP - Servix Incompetence - Lelli Widiawati - 079 - Ners21
LP - Servix Incompetence - Lelli Widiawati - 079 - Ners21
DIAGNOSA MEDIS:
Servix Incompetence
(Di Ruang Poli Obgyn Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)
Oleh :
LELLI WIDIAWATI
NIM. 20192046011079
JUDUL KASUS
LAPORAN PENDAHULUAN
SERVIX INCOMPATENCE
DI POLI OBGYNE
RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
DISUSUN OLEH:
LELLI WIDIAWATI
201920461011079
(………………………..) (………………………….)
LAPORAN PENDAHULUAN
SERVIX INCOMPETENCE
1.1 Definisi
Serviks berasal dari bahasa latin yang artinya leher. Serviks adalah salah satu bagian
dari Rahim. Serviks terdiri dari dua bagian yaitu mulut rahim dan leher rahim, secara
keseluruhan keduanya disebut serviks. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim
dengan vagina. Leher rahim terletak lebih rendah, bagian sempit rahim bergabung dengan
ujung atas vagina berbentuk silinder atau kerucut dan menonjol bagian atas. Panjang
serviks atau leher rahim diperkirakan 2 inci. Mulut rahim adalah bagian terendah rahim
dikalangan medis disebut sebagi porsio. Leher rahim adalah bagian sempit dari bagian
baawah Rahim diatas porsio (Nurwijaya, Andrijono, 2010).
Insufisiensi serviks merupakan kelemahan fungsional leher rahim, dengan
ketidakmampuan untuk mencapai usia kehamilan penuh oleh karena defek fungsi maupun
struktur pada serviks. Inkompetensi serviks menyebabkan kehilangan kehamilan yang
berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas
jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya
tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti oleh
pengeluaran janin belum matang. Inkompetensi serviks terjadi sehingga menyebabkan
persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan kelahiran premature (Norwitz, et al, 1999)
Inkompeten serviks adalah pelenturan, pengenduran, dan pelebaran serviks sebelum
waktu persalinan. Biasanya inkompeten serviks mengakibatkan kelahiran premature dan
keguguran (Anggarani, subekti, 2013).
2.1 Etiologi
Servix inkompeten ditandai oleh pembukaan servix tanpa nyeri pada trimester kedua
atau mungkin awal trimester ketiga, disertai prolaps dan penggelembungan membra
kedalam vagina, diikuti oleh ruptur membrane dan ekspulasi janin imatur. Kecuali jika
terapi dengan efektif, rankaian kejadian ini cenderung berulang pada kehamilan
berikutnya. Meskipun penyebab inkompetensi servix belum jelas, namun riwayat pada
servix (dilatasi dan kuretase, konisasi, kauterisasi, atau amputasi) tampaknya merupakan
faktor pada banyak kasus. Pada kasus – kasus lain yang berperan adalah kelainan
perkembangan servix, termasuk akibat pajanan diestilstilbestrol in utero (Kenneth,
2009).
Sebuah cacat fungsional pada serviks dapat disebabkan oleh kelainan anatomi (seperti
anomali kongenital duktus Müllerian), paparan dietilstilbestrol (DES) pada rahim, atau
gangguan kolagen (misalnya sindrom Ehlers-Danlos), penyebab insufisiensi serviks
lainnya antara lain trauma pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri internum
misalnya pada persalinan normal, tindakan cunam yang traumatik, kesulitan ekstraksi
bahu, seksio sesaria di daerah serviks yang terlalu rendah, dilatasi dan kuretase
berlebihan, amputasi serviks, pelebaran mekanik dari leher rahim selama prosedur
ginekologi, biopsi serviks, ablasi laser, prosedur loop electrosurgical excision (LEEP),
atau konisasi dengan pisau dingin, namun di banyak pasien penyebab insufisiensi serviks
masih belum diketahui (Nohr, et al, 2007).
3.1 Insiden
Insiden inkompetensi serviks masih belum diketahui secara pasti karena diagnosisnya
ditegakkan secara klinis dan belum ada kriteria objektif yang disetujui secara umum
untuk mendiagnosis keadaan tersebut. Secara kasar, suatu studi epidemiologi
menunjukkan insiden terjadinya serviks inkompeten adalah sekitar 0,5% pada populasi
pasien obstetri secara umum dan 8% pada wanita dengan abortus trimester kedua
sebelumnya.
4.1 Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian bawah dari uterus dan merupakan suatu struktur fibromuskuler
berbentuk silindris dengan panjang 3-4 cm dan diameter 2.5 cm. Serviks disokong oleh
ligamentum kardinalis serta ligamentum uterosakral. Sebagian bawah dari serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio vaginalis, dan muara serviks ke dalam vagina
disebut ostium serviks. Bagian eksterior dari ostium serviks disebut ektoserviks
sedangkan bagian proximal dari ostium serviks disebut endoserviks, yang
menghubungkan kavum uteri dengan vagina. Ruang vagina yang mengelilingi serviks
disebut forniks, dan terbagi menjadi forniks anterior, posterior, dan lateral sesuai dengan
kedudukannya masing-masing terhadap serviks.
Gambar 1.1 Anatomi servix
1. Stroma serviks terbentuk atas jaringan fibromuskuler padat yang diselingi oleh
struktur vaskuler, saraf, dan limfatik:
2. Vaskularisasi serviks: serviks divaskularisasi oleh arteri uterina yang merupakan
cabang arteri iliaka interna. Drainase vena akan menuju ke pleksus hipogastrikus.
3. Persarafan serviks: terdapat perbedaan persarafan pada ektoserviks dengan
endoserviks. Pada ektoserviks, jumlah ujung saraf sensoris kurang dibandingkan
dengan endoserviks yang memiliki banyak ujung saraf sensoris serta ujung saraf
simpatik dan parasimpatik. Oleh karena itu, harus berhati-hati dengan endoserviks
saat melakukan kuretase sebab ada kemungkinan untuk mencetuskan reaksi
vasovagal. Beda halnya dengan ektoserviks dimana wanita dapat mentoleransi
beberapa tindakan seperti biopsi, elektrokoagulasi dan cryotherapy.
4. Drainase limfatik serviks: sistem limfatik serviks mengalami 3 jalur drainase yaitu
dari bagian lateral ke nodus iliaka eksterna, posterior ke nodus sakral, dan
posterolateral ke nodus iliaka internal.
Gambar 1.3 : perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks dan pada persalinan
normal. Pada persalinan normal dilatasi disertai His atau kontraksi uterus.
Gambar 1.4 : Ultrasonografi menunjukkan Ostium Serviks Interna dan Ostium Serviks
Eksterna yang terbuka.
Ultrasonografi transvaginal adalah metode yang aman untuk secara objektif menilai
panjang serviks dan lebih unggul berbanding pemeriksaan vagina digital atau USG perut
dalam hal ini. Ultrasonografi transvaginal telah menjadi standar emas atau “gold
standard” untuk evaluasi serviks. Leher rahim pada kehamilan mengikuti pola penipisan
dimulai ostium servikal internal dan berlangsung dalam cara menyalurkan menuju ostium
serviks eksternal. Pada sonogram ini awalnya muncul sebagai “beaking” atau bentuk
mencuih dibentuk dinding samping saluran leher rahim yang berkembang dari “Y”
menjadi ruang berbentuk “U”. Panjang leher rahim biasanya tetap stabil hingga awal
trimester ketiga dan memendek secara progresif setelah itu.
Gambar 1.5 : Funneling dari serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U (korelasi antara
panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum)
Temuan ultrasonografi :
1. Penyempitan atau funneling serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U (hubungannya
dengan panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
2. Panjang serviks < 25 mm
3. Protusi membran amnion
4. Adanya bagian fetus dalam serviks atau vagina.
Gambar 1.6 : Hasil USG yang menunjukkan gambaran funnelling pada serviks uteri
Test Fetal Fibronectin
Fibronektin janin (fFN) adalah glikoprotein janin yang mempromosikan adhesi selular
pada antarmuka membran uterus-plasenta dan desidua-janin dan dilepaskan kedalam
sekresi servikovaginal ketika matriks ekstraselular tersebut terganggu, hal ini menjadi
dasar pemikiran sebagai prediktor kelahiran prematur (Feinberg et al,1991)
Pemeriksaan fFN dapat dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 22-34 minggu
dengan menempatkan swab dalam forniks posterior vagina. Beberapa penelitian telah
menunjukkan manfaat dari pengukuran fFN di samping penilaian panjang serviks, dengan
peningkatan yang signifikan dalam memprediksi kelahiran prematur pada wanita dengan
fFN positif dan panjang serviks kurang dari 30 mm (Schmitz et al, 2006).
7.1 Penatalaksanaan
Terapi untuk inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah dan non-bedah. Pilihan
terapi non-bedah dapat mengurangi risiko kelahiran prematur pada wanita dengan
inkompetensi serviks. Pengurangan aktivitas atau istirahat total di tempat tidur,
menghindari hubungan seksual, dan penghentian penggunaan narkotin atau rokok telah
direkomendasikan. Penggunaan indomethasin (100mg sekali, diikuti dengan 50mg setiap
6 jam selama 48jam telah dihubungkan denganpenurunan persalinan sebelum 35 minggu
dan penurunan kelahiran prematur sebesar 86% pada wanita dengan pemendekan serviks
menjelang usia kehamilan 24 minggu.
Penatalaksanaan inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah yaitu penguatan
serviks yang lemah dengan jahitan yang di sebut “cerclage”. Perdarahan, kontraksi uterus,
atau ruptur membran biasanya merupakan kontraindikasi untuk pembedahan. Terdapat
beberapa tehnik “cerclage” yang pernah dilakukan seperti McDonalds dan modifikasi
Shirodkar. Waktu terbaik untuk prosedur cerclage serviks adalah pada bulan ketiga (12-
14 minggu) kehamilan . Namun, beberapa wanita mungkin perlu dipasangkan cerclage
darurat pada kehamilan lanjut jika terjadi perubahan seperti pembukaan atau pemendekan
serviks. Jika sudah ada riwayat pemasangan cerclage darurat, pada kehamilan selanjutnya
juga wanita ini akan memerlukan pemasangan cerclage pada serviksnya.
Cerclage Darurat dilakukan pada wanita yang datang dengan gejala inkompetensi
serviks, misalnya nyeri panggul, keputihan dengan cairan bening, dilatasi serviks dari
2cm atau lebih, tidak adanya kontraksi rahim yang teratur. Pada tahap ini, membrane
atau selaput ketuban sering berada pada atau diluar os serviks eksternal. Ada berbagai
metode untuk mendorong membrane atau selaput ketuban ini kembali ke rongga
intrauterine. Menggunakan sebuah kateter Foleydapat ditempatkan dalam kandung
kemih atau os serviks untuk mendorong membrane ke atas. Atau balon dapat disisipkan
dibawah pengaruh anestesi epidural dengan pasien dalam posisi Tredelenburg.
Amniosentesis untuk analisa gula darah, kultur Gram, dan interleukin harus
dipertimbangkan untuk menyingkirkan infeksi intra-amnion subklinis. Amniosentesis
transabdominal juga berfungsi untuk mengurangi membranevia amnioreduksi.
Pekerjaan Merokok
Difisiensi Usia ibu < 20 Hamil usia tua
pengetahuan tahun
Infeksi menyebar ke
pembuluh darah Risiko cideran pada
(kardiovaskulitis)/melalui janin Gangguan
amnion (amnionitis) ke Pertukaran Gas
dalam amnion
Pneumonia congenital
FORMAT RESUM
Anggarani, D,R., Subakti, Yazid. 2013. Kupas Tuntas Seputar Kehamilan. Jakarta :
Agro Medika Pustaka.
Danforth DN. The fibrous nature of the human cervix, and its relation to the isthmic
segment in gravid and nongravid uteri. Am J Obstet Gynecol. April/1947;53:541-
560.
Feinberg RF, Kliman HJ, Lockwood CJ. Is oncofetal fibronectin a trophoblast glue for
human implantation?. Am J Pathol. Mar 1991;138(3):537-43. [Medline].
Norwitz ER GM, Repke JT. Cervical Cerclage - Elective and Emergent. ACOG.
1999;24:1-11.