Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa
Ide ini. Pembuatan makalah ini dilakukan sebagai tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku
dosen pengampu mata kuliah,yang telah memberikan bimbingannya selama
proses pengerjaan tugas ini.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pertama, pada aras ketuhanan, manusia Indonesia selain mencintai Tuhan,
juga sanggup mencintai sesame tanpa memandang suku, agama, ras, dan
golongan. Butir sila Ketuhahan Yang Maha Esa
(1) hormat dan menghormati serta bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup;
(2) saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing, dan
(3) tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang
lain, Nampaknya masih sebatas retorika.
Ketiga, setiap warga Negara harus berlomba-lomba member contoh baik
dalam kegiatan berbangsa dan bernegara. Menghormati antar pemeluk agama,
menghormati perbedaan sebagai suku bangsa, menghormati perbedaan ras, dan
golongan. Berlomba-lomba untuk mengasihi sesame umat manusia, sesame
bangsa Indonesia, khususnya mereka yang miskin dan papa. Jangan hanya merasa
kasihan dengan mereka yang miskin, tetapi dapat berbuat untuk menolong.
Menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunanhidup. Simpul-simpul
keagaamaan yang diyakini setiap warga Negara makin memperkuat persaudaraan
sebagai bangsa.
Keempat, pada aras kemanusiaan, nilai-nilai kemanusiaan seperti saling
mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa, tidak semena-
mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan
tidak hanya dipahami tetapi diaplikasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut
sangat subur dalam kultur masyarakat Indonesia. Setiap terjadi bencana nasional
seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, banjir, tanah longsor, rakyat sigap
mengekspresikan nilai Pancasila tersebut secara nyata. Masyarakat membuat
dapur umum, membungkusi nasi, mendistribusikan kepada korban tanpa
dikomando. Para dokter baik secara perorangan maupun lembaga, bersatu padu
menolong mereka yang sakit dan terluka. Lembaga masyarakat non pemerintah
membangun barak, bahkan memulihkan trauma pasca benacana. Semua yang
4
dilakukan itu adalah gaya khas bangsa Indonesia, ketika melihat penderitaan
bersama.
2. Rumusan Masalah
- Apa saja masalah yang di hadapi dalam mengimplementasi nilai
ketuhanan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara?
- Bagaimana cara mengimplementasi nilai ketuhanan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara?
- Apa saja manfaat mengimplementasi nilai ketuhanan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara?
3. Tujuan Penelitian
- Mengetahui masalah yang di hadapi dalam mengimplementasi nilai
ketuhanan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
- Mengetahui cara- cara mengimplementasi nilai ketuhanan dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
5
BAB II
URAIAN MATERI
Dalam kerangka pencarian titik temu antara agama dan negara, sekalipun
Indonesia dapat digolongkan sebagai negara "sekuler", namun bukanlah negara
sekular ekstrem yang berpretensi menyudutkan agama ke ruang privat, karena sila
pertama Pancasila (sebagai konsensus publik), jelas-jelas menghendaki agar nilai-
nilai Ketuhanan mendasari kehidupan publik - politik, pada saat yang sama negara
juga diharapkan melindungi dan mendukung pengembangan kehidupan beragama
sebagai wahana untuk menyuburkan nilai-nilai etis dalam kehidupan publik.
Dalam sebuah negara yang tidak berasaskan agama mau pun sekuler an sich
seperti Indonesia, di mana dalam dasar negaranya sila kesatu agama dijadikan
pondasi pertama. Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam urutan pertama
6
Pancasila mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah negara yang secara etis dan
moral yang luhur mengakui akan keberadaan Tuhan. Pengakuan akan ke-Maha
hadiran Tuhan dalam denyut perjuangan negara, secara ekplisit tertuang dengan
sangat nyata dalam pembukaan alinea ketiga, "Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa", kemudian menjadi satu dari empat pokok pikiran dalam penjelasan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang secara sadar juga dinyatakan
"Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa" menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
7
UUD’45 Pasal 29 ayat (2) yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah
sesuai menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Konstitusi Indonesia
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 bangsa Indonesia sangat
menentang segala bentuk penjajahan di atas dunia sebagai implementasi
penghormatan terhadap hak asasi manusia, juga dalam batang tubuh UUD 1945
memuat beberapa pasal sebagai implementasi hak asasi manusia, seperti; Pasal 27
ayat (1) tentang kesamaan kedudukan warga negara di muka hukum, Pasal 27 ayat
(2) tentang hak warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak, Pasal 28 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan, Pasal 29 ayat (1) tentang kebebasan memeluk
agama, dan Pasal 33 mengatur tentang kesejahteraan sosial. Pemberian
perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dapat dilakukan melalui
pembentukan Komisi Nasional HakAsasi Manusia dan Pengadilan HAM serta
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Pancasila terdiri dari lima sila yang terkait, karena masing-masing sila
saling meliputi dan menjiwai serta diliputi dan dijiwai oleh sila-sila yang lainnya.
Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila kedua yaitu
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila ketiga Persatuan Indonesia, Sila
keempat Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kabijaksanaa dalam
Permusyawaratan Perwakilan serta sila kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Sila-sila Pancasila sebagaimana kita ketahui bersama pada
awalnya sila ke-satu dari Pancasila hasil rumusan panitia sembilan adalah
Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya. Akan tetapi atas kesepakatan anggota PPKI sila pertama tersebut
kemudian mengalami perubahan menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
8
yang adil dan beradab.Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan
sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar
bahwa agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang
dipercayai dan diyakini, maka dikembangkanlah sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak
memaksanakan suatu agama dan kepercayaan itu kepada orang lain.
(1) hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan
hidup;
9
akses mudah memenuhi kebutuhanpokok, memperoleh fasilitas kesehatan dan
pendidikan, harus diberdayakan untuk memperoleh pendapatan. Mencintai sesama
berarti menjadi sesama bagi orang yang setengah mati, tak berdaya, tanpa
pertolongan. Preferential option (love) for the poor, tidak lain adalah wujud
mencintai sesama sebagaimana Tuhan mencintai. Dengan demikian, kita juga
harus berkarakter baik, dimana hal tersebut dapat kita lakukan dilingkungan kita
berada terutama pada pelajar.
10
memiliki agama. Sebab Pancasila juga bersifat memaksa dalam pelaksanaannya
sehingga mengharuskan seseorang memilih salah satu dari kelima agama tersebut.
Keadaan ini jelas saja menunjukkan bahwa status yang tidak beragama adalah
tidak sah. Artinya, Negara tidak mengenal dan tidak memperbolehkan warganya
tidak punya agama alias ateis. Bahkan sila pertama ini juga menunjukkan bahwa
keberadaan, penyebaran dan perkembangan paham ateis tidak diperkenankan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
11
BAB III
PEMBAHASAN
Ini harus menjadi perhatian kita, jangan berpikir bahwa semua pandangan
yang diajarkan oleh keyakinan yang kita miliki diperbolehkan secara ideologi.
Pada dasarnya, semua sila di dalam dasar Negara kita, tidak bisa berdiri sendiri.
Artinya, di dalam penerapan sila yang satu harus juga memperhatikan sila yang
lain. Sebab jika satu sila berdiri sendiri maka beresiko menyebabkan
ketidakseimbangan manakala hal tersebut bertentangan dengan butir yang lainnya.
1. Setia warga Negara diharuskan untuk memiliki salah satu dari lima agama
yang dilegalkan di Indonesia.
Artinya, tidak ada satupun penduduk yang berstatus sebagai Warga Negara
Indonesia (WNI) yang tidak memiliki keyakinan kepada Tuhan. Harus
memilih agamanya sesuai dengan pilihan hati masing-masing. Pilihannya
yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha dan Kong
Hu Cu.
12
2. Negara menjamin pelaksanaan ibadah setiap warga menurut keyakinan
masing-masing.
13
Pada dasarnya, ujian social melatih sisi kemanusiaan/ manusiawi/
humanism dalam diri seseorang. Ini adalah salah satu cara untuk
membentuk umat agar tidak temperamen dan mampu mengendalikan diri
saat menghadapi masalah besar ataupun masalah kecil. Hanya saja sebatas
persoalan tersebut tidak merugikan secara materi.
14
warga secara adil/ setara baik antar sesame warga yang seagama maupun
antarwarga yang berlainan keyakinannya.
15
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Aristin, Ririn. (2016). Aktualisasi Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Di Era
Reformasi.Vol.1. No.2
17