Anda di halaman 1dari 5

Submandibular sialolith – a case report

Lakshmi Shetty, Nilesh Khandelwal, Trivina Domah, Deepika Seshagiri, Priti


Talele, Uday Londhe

Abstrak

Sialolith termasuk umum terjadi (80%) pada kelenjar saliva submandibula karena
karakteristik sekresi mucin yang kental, kandungan kalsium yang tinggi, dan duktusnya yang
berkelok-kelok. Pada kasus ini, pasien menunjukkan riwayat pembengkakan di bawah lidah
selama 12 tahun terakhir. Diagnosis sialolith mandibula ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan radiografi intraoral oklusal. Manuskrip ini merangkum protokol perawatan yang
dilakukan pada kasus ini dan merangkum modalitas dari berbagai terapi yang bisa dilakukan
untuk sialolith.

Pendahuluan

Kondisi kelenjar saliva yang paling umum ditemukan pada regio oral dan
maksilofasial adalah kalkulus saliva atau biasa disebut batu saliva. Secara medis, batu atau
kalkulus ini disebut sialolith. 12 dari 1000 orang dewasa mengalami kondisi ini tiap
tahunnya. Kondisi ini memiliki predileksi pada laki-laki. Insiden kekambuhan sialolith pada
regio parotid adalah sekitar 5-20%, sedangkan pada kelenjar saliva sublingual dan lainnya
sekitar 0-10%, sedangkan untuk regio submandibula sebesar 80-90%. Tingkat kekambuhan
yang tinggi dari sialolith pada regio mandibula disebabkan oleh sekresi kelenjarnya yang
melawan gravitasi, sedangkan sekresi dari kelenjar lainya searah dengan gaya gravitasi. Baik
sisi kanan maupun kiri dapat mengalami kondisi ini, walaupun begitu, jarang ditemukan
kasus bilateral.

Hampir 88% sialolith dilaporkan memiliki ukuran <10 mm. Berdasarkan literatur,
perkembangan dari sialolith saliva yang besar secara atipik (> 15 mm) bisa menjadi sangat
sporadis. Kebanyakan kasus sialolith terjadi pada usia 30 tahunan atau 60 tahunan.
Sialolithiasis sangat jarang pada anak-anak. Manifestasi klinis dari lithiasis saliva adalah
nyeri dan pembengkakan, terutama pada saat laju saliva terangsang, seperti pada saat akan
makan. Sialolith membuntu duktus saliva, menghalangi laju sekresi saliva yang normal,
sehingga memperparah gejala.
Dalam literatur dilaporkan bahwa giant saliva calculi tidak menunjukkan gejala
selama berbulan-bulan sebelum presentasi. Naskah saat ini melaporkan kasus sialolith
submandibular dan briefing pemeriksaan klinis, radiologis, dan eksisi bedah.

Laporan Kasus

Seorang laki-laki berusia 53 tahun dilaporkan ke Departemen Bedah Mulut dan


Maksilofasial di Dr. D.Y. Patil Dental College and Hospital, Pimpri, Pune dengan keluhan
utama pembengkakan di bagian bawah lidah sisi kanan sejak 12 tahun [Gambar 1a].
Pembengkakan mulanya seukuran kacang dan meningkat selama periode tersebut dan
mencapai ukuran sekarang. Pembengkakannya memiliki konsistensi keras dan tidak nyeri
saat palpasi. Dicatat bahwa tidak ada tanda-tanda penurunan air liur.

Gambar 1. Gambar pre operative pasiean sialolitiasis a) gambaran intra oral b) gambaran
radiografi oklusal
Gambar 2. Gambar intra operative pasien

Gambar 3. Sialolith yang telah dilakukan eksisi a) panjang b) lebar

Menggunakan forsep jaringan, duktus Wharton diperiksa dan menunjukkan sekresi


lendir aktif dari kelenjar. Pemerahan kelenjar dilakukan untuk merangsang sekresi air liur.
Hemostasis dicapai dengan menerapkan tekanan digital. Tiga jahitan interupted diberikan
menggunakan Mersilk 3-0. Antibiotik dan analgesik pasca operasi diresepkan selama 3 hari,
dan pasien secara rutin ditindaklanjuti selama 6 bulan. Luka pasca bedah sembuh tanpa
komplikasi. Tidak ada tanda-tanda kekambuhan yang dicatat.

DISKUSI

Beberapa teori telah diajukan untuk pembentukan batu pada kelenjar ludah termasuk
asal inflamasi, infektif, mekanik, neurogenik, dan kimia. Pembentukan batu terjadi ketika
triccium fosfat amorf mengendap di sekitar matriks organik musin yang timbul dari kelenjar
utama, deskuamasi sel epitel serta bakteri. Kristalisasi terjadi segera setelah itu, dan struktur
yang terbentuk memunculkan fokus hidroksiapatit awal. Fokus ini bertindak sebagai
perancah di mana deposisi lebih lanjut ditambahkan memperluas ukuran sialolith. Kalkulus
saliva raksasa diyakini berkembang di saluran saliva, yang memungkinkan ekspansi serta
memungkinkan aliran saliva di sekitar kalkuli. Kalkulus secara bertahap meningkat dalam
diameter, tanpa gejala penyakit atau penyakit yang dilaporkan oleh pasien untuk periode yang
cukup lama seperti yang terlihat dalam kasus saat ini. Kalkuli saliva besar berbentuk oval
atau memanjang. Dari segi tekstur, teksturnya keras, berwarna kuning dengan aspek keropos.
Kalkuli dalam kasus kami mengikuti penampilan khas yang sama yang berkembang dalam
hilus dan duktus kelenjar submandibular

Faktor-faktor yang membuat kelenjar submandibularis rentan terhadap penyakit batu


kelenjar saliva adalah panjang dan penampang duktus serta kandungan aluran saliva
didalamnya. Duktus Wharton’s mempunyai panjang dan penampang yang lebih besar
dibanding duktus kelanjar parotis (Duktus Stensen’s), dan karena sekresi aliran salivanya
melawan arah gravitasi, kelanjar ini lebih rentan terhadap perkembangan batu kelenjar saliva
yang besar, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva di dalam mulut. Saliva dari
kelenjar submandibularis mempunyai pH yang lebih tinggi (alkaline) dibanding saliva dari
kelenjar parotis, sehingga konsentrasi kalsium dan mucinnya lebih tinggi. Hal-hal tersebut
membuat sialolithiasis yang besar dapat berkembang pada kelenjar submandibularis. Deteksi
sialolithiasis pada kelenjar saliva seringkali didapatkan dari pememriksaan klinis dan bukti
foto radiografi. Pemeriksaan radiografi menunjukkan gambaran baru yang radiopak pada
sebagian besar kasus (80-95% kasus sialolithiasis). Gambaran foto radiografi oklusal
intraoral terbukti efektif untuk mendeteksi adanya kasus sialolithiasis. CT scanning
merupakan teknik foto yang paling akurat dan non-invasif untuk mendeteksi posisi dari batu
kelenjar saliva.
Sialolithiasis mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan menghasilkan kerusakan
kelenjar akibat obstruksi kronis yang dapat dilihat melalui pemeriksaan radiografi yang
disebut sialography. Untuk dapat terdeteksi pada ultrasound sialography dengan tingkat
keakuratan 99%, ukuran batu kelenjar saliva harus lebih dari 1,5 mm, dan kandungan
mineralnya harus tinggi. Gambaran ultrasound dapat membantu penentuan rencana
perawatan sialolithiasis. Dalam menentukan rencana perawatan sialolithiasis, sangat penting
untuk mengetahui posisi dan ukuran dari batu kelenjar. Tujuan perawatan sialolithiasis yang
besar maupun normal adalah untuk mendapatkan aliran sekresi saliva yang normal kembali.
Sialadenitis kronis yang merupakan infeksi sekunder dari sialolithiasis yang besar
meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrosis dan penurunan fungsi kelenjar.
Bagaimanapun, gejala-gejala tersebut akan hilang setelah pengambilan batu sialolithiasis.
Sialodochotomy adalah prosedur intraoral untuk mangambil duktus sialolithiasis, termasuk
sialolithiasis yang besar. Kemungkinan komplikasi yang dapt terjadi adalah stenosis duktus
dan kerusakan nervus lingualis. Sialendoscopy juga dapat dipilih untuk perawatan
sialolithiasis yang besar. Eksisi kelenjar submandibula dianjurkan dalam penanganan
sialolithiasis substantial intra-glandurar yang tidak dapat ditangani melalui perawatan
transoral. Apabila dideteksi adanya sialolithiasis kecil pada duktus Wharton’s, disarankan
dilakukan perawatan dengan sialadenektomy. Risiko terjadinya kelumpuhan nervus
mandibular ketika eksisi kelenjar adalah sekitar 8%. Tidak terdapat kerusakan nervus dalam
laporan kasus ini. Sialolithiasis yang besar sering ditemukan. Kebanyakan kasus
menunjukkan adanya penurunan aliran saliva. Metode modern untuk menangani sialolithiasis
telah dikelaskan untuk perawatan sialolithiasis yang besar, namun sialolithotomy transoral
diikuti sialodochoplasty atau sialoadenektomi tetap menjadi pilihan utama dalam penanganan
kasus sialolithiasis.

Anda mungkin juga menyukai