MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
PENGAMATAN AIR
Kelompok Theta 6
Ahmad Fauzan (1206237196)
Rohmatun Inayah (1206216916)
Zafrazad Adiba (1206216872)
1
Pengamatan Air
1. Tujuan Praktikum
Untuk melihat tingkat pencemaran di lingkungan perairan terutama oleh
kotoran pada sampel air kali Masjid Al Hikam, Kukusan, Depok.
2. Teori Dasar
2.1. Metode Most Probable Number
Most Probable Number (MPN) atau dalam bahasa disebut Angka Paling
Mungkin (APM) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasikan
banyaknya mikroorganisme yang hidup dalam suatu sampel uji. Berdasarkan
modul Praktikum Mikrobiologi Universitas Indonesia, MPN digunakan untuk
melakukan perhitungan jumlah bakteri, yaitu total Coliform, E. Coli, dan Fecal
Coliform, yang berada di dalam air dengan menggunakan estimasi statistik.
Estimasi statistik pada metode ini dilakukan dengan membandingkan jumlah
tabung pada uji penduga dari tiap seri pengenceran yang menunjukkan hasil
positif pada percobaan ini kemudian dicocokkan dengan variasi pada tabel MPN
yang menunjukkan jumlah coliform yang paling mungkin per 100 ml sampel.
Metode ini mengaplikasikan teori kemungkinan banyaknya
mikroorganisme positif yang tumbuh pada seri pengenceran inokulum sampel
pada tabung reaksi yang berisi medium kultur. Sampel yang diuji harus dilakukan
serangkaian pengenceran di mana tingkat pengenceran yang lebih tinggi
biasanya menghasilkan tabung postitif yang lebih sedikit. Medium kultur yang
digunakan pada metode ini biasanya adalah lactose broths. Lactose broths akan
mendukung bertumbuhan mikroorganisme dan berubah menjadi keruh. Hasil
postitif pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan terbentuknya gas di
tabung durham, dan medium lactose broths yang digunakan menjadi keruh
akibat terbentuknya asam dalam tabung fermentasi setelah dilakukan inkubasi.
2
dilakukannya estimasi.Sebagi contoh, beradasarkan artikel berjudul Multiple-tube
Methode for Thermotolerant (Fecal) yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (1999) untuk menduga adanya bakteri koliform dalam sampel uji
dapat menggunakan MacConkey broth atau lactose broth, untuk menguatkan
estimasi adanya bakteri coliform dapat menggunakan brilliant green lactose
broth, dan masih ada medium lainnya untuk tujuannya masing-masing. Medium
yang digunakan juga menentukan suhu inkubasi yang medukung pertumbuhan
mikroorganisme. Jenis medium kultur, penggunaannya, dan suhu yang tepat
dapat dilihat dalam lampiran pada tabel 8.
Tingkat pengenceran yang dilakukan bergantung pada jenis sampel yang
diuji dengan mengestimasikan banyaknya populasi mikroba yang terdapat dalam
sampel tersebut dan dilakukan pengenceran dengan rentang di mana nilai MPN
dapat ditentukan. Pada umunya tingkat pengenceran yang digunakan adalah
sepuluh kali lipat, baik dalam menggunakan seri pengenceran 3, 5, maupun 10
tabung. Semakin tinggi seri tabung yang digunakan untuk inokulasi, tingkat
kepercayaan MPN yang dihasilkan akan menyempit sehingga tingkat keakuratan
dari nilai MPN yang didapatkan akan meningkat. Hal ini merupakan dasar dari
metode MPN sehingga MPN juga dikenal dengan metode multiple tube atau
dilution tube.
Apabila populasi mikroba dalam sampel uji tergolong tinggi, banyaknya
populasi yang dapat diestimasikan dengan metode MPN tidak lebih presisi
dibandingkan dengan menggunakan metode direct plate count; nilai MPN hanya
mengestimasikan sedangkan dengan direct plate count menunjukkan organisme
yang hidup dalam cfu/ml. Nilai MPN biasanya berguna pada penghitungan
organisme dengan konsentrasi rendah (<100/g) yang biasanya ditemukan dalam
susu, makanan, air, dan tanah.
3
memperbanyak tabung yang digunakan pada setiap seri pengencerannya.
Metode ini menggunakan medium kultur cair sehingga pada umumnya memiliki
kemampuan recovery lebih baik, namun kemampuan ini juga bergantung pada
partikel sampel yang mungkin dapat menggangu.
Di samping beberapa kelebihan dari penggunaan metode MPN, terdapat
kekurangan dari metode ini. Prosedur MPN membutuhkan lebih banyak penguji
dan material sehingga memerlukan biaya yang lebih besar. Juga, pengujian
dengan metode MPN membutuhkan waktu yang cukup lama karena dibuthkan
waktu inkubasi selama 24 – 48 jam untuk dapat mengetahui apakah tabung
fermentasi menunjukkan hasil positif atau tidak. Hasil positif yang ditunjukkan
juga tidak sepenuhnya benar karena terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan. Selain itu, untuk menghitung populasi mikroba dalam jumlah yang
banyak, metode MPN tidak dapat memberikan nilai yang akurat.
Aplikasi MPN dapat digunakan pada industri farmasi, studi mengenai
korosi, dan pengujian air untuk mengontrol kandungan besi di dalamnya. Aplikasi
MPN lainnya adalah sebagai berikut.
Deteksi dan enumerasi mikroba dalam air dan makanan dilakukan untuk
mencegah infeksi dan penyakit yang dapat timbul
Analisa bakteri reduksi thiosulfat yang berpengaruh dalam biokorosi
perpipaan minyak
Enumerasi populasi mikroba di lingkungan di mana baja mungkin
mengalami microbiologically influanced corrosion (MIC)
2.2. Bioindikator
Bioindikator merupakan organisme atau komunitas dari suatu organisme
yang reaksinya representatif dalam mengevaluasi suatu kondisi, memberikan
tanda terhadap kondisi dari ekosistem keseluruhan. Dalam arti luas, bioindikator
tidak hanya organisme, namun juga termasuk di dalamnya proses biologis,
spesies, atau komunitas yang berguna untu menilai kualitas lingkungan dan
bagaimana perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Penggunaan
bioindikator tidak hanya terbatas pada satu spesies dengan toleransi terhadap
lingkungan yang terbatas, melainkan dapat berupa keseluruhan komunitas
dengan toleransi yang berbeda-beda sehingga dapat menilai kondisi lingkungan
melalui pendekatan biotic index atau multimetric.
Menurut A. Gerhardt (2006), bioindikator berguna dalam tiga situasi, yaitu
(1) ketika faktor lingkungan tidak dapat diukur, misalnya perubahan iklim, (2)
ketika faktor yang mengindikasi sulit untuk diukur, misalnya pestisida dan
residunya atau efluen beracun yang kompleks mengandung bahan kimia
berbahaya, dan (3) ketika faktor lingkungan mudah untuk diukur namun sulit
untuk diinterpretasikan, misalnya apakah perubahan yang diamati memiliki
signifikansi terhadap ekologi. Berikut ini merupakan jenis bioindikator dan
masing-masing fungsinya.
i. Indikator Mikroba
Mikroorganisme dapat digunakan digunakan sebagai indikator kesehatan
ekosistem air maupun tanah. Mikroorganisme lebih mudah digunakan
karena daot ditemukan dalam jumlah yang besar. Beberapa
mikroorganisme akan menghasilkan protein baru, yang disebut stress
protein, ketika terkontaminasi, diantaranya oleh cadmium dan benzena.
Stress protein ini sapat digunakan sebagai sistem peringatan dini.
Sebagai contoh, bakteri bioluminiscent digunakan untuk menguji air dari
toksin lingkungan. Jika terdapat toksin di dalam air, metobolisme sel
bakteri akan terganggu sehingga mengindikasikan keberadaan toksin
sebagai penyebab perubahan organisme tersebut.
4
ii. Indikator Tumbuhan
Kehadiran atau ketidakhadiran tumbuhan tertentu atau kehidupan
vegetasi lainnya dalam suatu ekosistem dapat memberikan tanda-tanda
penting mengenai kesehatan lingkungan. Lumut, yang seringkali
ditemukan pada bebatuan atau batang pohon, memiliki tanggapan
terhadap perubahan lingkungan di hutan, termasuk perubahan struktur
hutan, kualitas udara, dan cuaca. Hilangnya lumut di dalam hutan dapat
mengindikasikan kondisi lingkungan yang tertekan, seperti meningkatnya
sulfur dioksia dan nitrogen.
Gambar 2. Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang
terkontaminasi oleh limbah organik
Sumber: Hellawell (1986)
5
Eschericia Coli merupakan spesis utama dari kelompok bakteri fecal. E.
Coli atau bakteri fecal lainnya dapat mengkontaminasi air ketika terjadi hujan
atau proses presipitasi lainnya yang membawa bakteri ini ke sungai, danau, atau
air tanah yang ketika dari sumber ini digunakan tidak dilakukan pengolahan yang
cukup, bahkan mungkin digunakan sebagai air minum. Meskipun E. Coli berasal
dari saluran pencernaan (usus), apabila masuk ke saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan manusia. Bahaya E. Coli bagi
kesehatan manusia diantaranya dapat menyebabkan gastroenteritis taraf sedang
hingga parah, diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu.
Di dalam laboratorium, fecal coliform tumbuh pada medium yang
mengandung laktosa, pada suhu 44 sampai 44.5oC. Keberadaan bakteri ini
diidentifikasikan dengan terbentuknya asam dan gas yang merupakan hasil dari
fermentasi laktosa. Namun, terkadang beberapa organisme yang menunjukkan
karakteristik tersebut belum tentu merupakan fecal coliform sehingga diperlukan
pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan kepastian.
.,
2.3. Media Tumbuh
Medium tumbuh yang digunakan untuk pembiakan E. Coli yang
merupakan bioindikator dari kulaitas air dapat menggunakan medium medium
Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) dan Endo Agar (EA). Medium EMBA
digunakan karena pewarnaan pada medium ini selektif terhadap bakteri gram
negatif sehingga fermentasi laktosa dan asam yang dihasilkan dapat terdeteksi,
dan penggunaan utama EMBA adalah untuk mendeteksi keberadaan bakteri
coliform yang merupakan bakteri gram negatif. Medium EA merupakan medium
selektif yang dipakai untuk memastikan keberadaan bakteri coliform karena EA
dapat membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi laktosa dengan
menghalangi bakteri gram positif untuk melakukan fermentasi. Sehingga dengan
penggunaan medium ini dapat diienifikasi apakah bakteri E. Coli yang berbahaya
bagi manusia terdapat dalam sampel uji atau tidak.
Untuk medium kultur pada metode MPN lainnya dapat dilihat pada tabel 8
di lampiran.
th
Sumber: Merck Microbiology Manual 12 Edition (1992)
6
(a) (b)
Gambar 3. Bakteri yang Terbentuk pada Medium Endo Agar (a) Escherichia coli
dan (b) Shiegella flexner
th
Sumber: Sumber: Merck Microbiology Manual 12 Edition (1992)
7
2.4.2. Karakteristik
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber
penghasil atau penyebab air limbah secara umum terdiri dari air limbah domestik
air limbah industri, dan air limbah limpasan dan rembesan air hujan. Untuk air
limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi grey water dan black water. Grey
water merupakan air limbah domestik yang berasal dari air buangan kamar
mandi, air buangan cucian dan dapur, sedangakan black water merupakan air
buangan toilet, urinoir, dan bidets (air kotor/ tinja).
8
data pengontrolan kebersihan ruangan. Dasar pemikirannya adalah
menggunakan statistika dasar jika hanya pengenceran tunggal telah ditentukan.
9
4. Cara Kerja
4.1. Pengambilan Sampel
10
4.2. Uji Penduga (Persumptive Test)
11
12
13
4.3. Uji Penguat (Confirmed Test)
14
15
16
17
4.4. Uji Pelengkap (Complited Test)
18
19
5. Hasil Pengamatan
Sampel : Air parit Masjid Al Hikam
Volume sampel : 0.5 ml
Tingkat pengenceran : 100 kali
20
Tabel 3. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penduga
Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 5
Pembentukan asam 5 5 5
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analsis Penulis (2014)
Gambar 4. Hasil inokulasi (a) 0.5 ml sampel di medium EMBA (b) 0.5 ml sampel
di medium EA, dan (c) 0.05 ml sampel di medium EA
Sumber: Dokumentasi Penulis (2014)
21
Tanggal pengamatan : 21 Novemeber 2014
Waktu pengamatan : 13.22
6. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, pada tabel 7 kombinasi
tabung positif 5-5-4,maka banyaknya fecal coliform dalam sampel pada tabel nilai
MPN per 100 ml untuk serangkaian kombinasi hasil positif dan negatif dengan 5
tabung adalah sebagai berikut.
1600 x 100 = 160,000 MPN/100 ml
Jadi, sampel air kali Masjid Al Hikam dengan metode MPN dapat diketahui
mengandung koloni bakteri fecal sebanyak 160,000 MPN/ 100 ml.
7. Analisis
7.1. Analisis Percobaan
Percobaan Pengamatan Air bertujuan untuk melihat tingkat pencemaran
di lingkungan perairan terutama oleh kotoran pada sampel air kali Masjid Al
Hikam, Kukusan, Depok. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
yang dimulai pada tanggal 17 November 2014 dan pengamatan dilakukan
sampai tanggal 21 November 2014. Penghitungan tingkat pencemaran yang diuji
pada percobaan ini dilakukan berdasarkan parameter mikroba, di mana
bioindikator yang digunakan adalah bakteri fecal. Pengujian ini terdiri dari tiga
tahap uji, yaitu uji penduga (presumptive test), uji penguat (confirmed test), dan
uji pelengkap (complited test).
Sebelum praktikan memulai percobaan, praktikan melakukan
pengambilan sampel dengan cara sebagai berikut. Botol sampel yang telah steril
dibilas bagian dalamnya dengan air kali yang akan diuji. Pembilasan bagian
dalam botol dilakukan dengan mengisi setengah bagian botol sampel dengan air
sampel, kemudian botol ditutup dan dikocok sampai merata. Lalu air tersebut
dibuang dan botol sampel kembali ditutup. Selanjutnya botol dalam keadaan
tertutup dimasukkan ke dalam kali pada kedalaman 20-30 cm dari permukaan
dengan arah berlawanan arus air. Lalu tutup botol dibuka dan botol diisi sampai
penuh, kemudian botol ditutup rapat kembali yang juga dilakukan di bawah
permukaan air.
22
7.1.1. Uji Penduga (Presumptive Test)
Uji penduga merupakan pengujian pertama untuk mengetahui ada dan
tidaknya bakteri coliform dalam sampel uji. Uji penduga dilakukan pada tanggal
17 November 2014 pukul 11.35. Pada pengujian ini dilakukan tiga seri
pengenceran dengan menggunakan medium Lactose Broths (LB) pada tabung
reaksi. Ketiga seri pengenceran tersebut adalah (1) 5 ml inokulum ke dalam 5 ml
medium LB Ganda, (2) 0.5 ml inokulum ke dalam medium LB Tunggal, dan (3)
0.05 ml inokulum ke dalam medium LB Tunggal. Medium yang digunakan adalah
LB karena berdasarkan artikel Multiple-tube Methode for Thermotolerant (Fecal)
Coliforms yang dikeluarkan oleh World Health Organization untuk melakukan
pengujian terhadap keberadaan bakteri coliform medium yang digunakan adalah
Lactose Broth. Pengujian ini harus dilakukan dalam kondisi lingkungan yang
steril sehingga sebelum memulai percobaan, tangan dan meja kerja dibersihkan
dengan alkohol, dan setiap tahapan pada pengujian ini dilakukan di dekat api
spritus.
Tahap pertama dari uji penduga adalah melakukan pengenceran sampel.
Pengenceran sampel yang dilakukan adalah sebanyak 100 x yang berarti 0.5 ml
sampel dimasukan ke dalam botol yang telah berisi 49.5 ml air steril.
Pengenceran dilakukan karena prinsip dari metode MPN adalah melihat
banyaknya tabung dalam seri pengenceran yang menghasilkan tabung positif.
Tingkat pengenceran yang dilakukan 100 x untuk mempermudah pengamatan
bakteri mengingat air kali Masjid Al Hikam merupakan saluran limbah.
Banyaknya seri pengenceran yang dilakukan pada percobaan ini adalah tiga seri
pengenceran yang masing-masing menggunakan 5 tabung. Dengan seri
pengenceran tersebut dirasa cukup untuk menghasilkan nilai MPN yang akurat.
Hasil pengenceran sampel dengann air steril pada pengujian ini selanjutnya
disebut sebagai inokulum karena merupakan sampel uji yang akan diinokulasi.
Inokulum kemudian dimasukan ke dalam seri pengenceran. Pada seri
pengenceran pertama, media yang digunakan dalam tabung adalah LB Ganda
sebanyak 5 ml dan tabung Durham di dalamnya. Tabung durham merupakan
tempat di mana dapat teramati pembentukan gas hasil fermentasi setelah
dilakukan inkubasi pada inokulum. Seri pertama dilakukan pengenceran
terhadap medium sebanyak 2 kali, maka banyaknya inokulum yang diinokulasi ke
masing-masing tabung sebanyak 5 ml. Cara menginokulasi sampel ke tabung
reaksi adalah mengatur pipet otomatis dan memasang pipet tip 5 ml, lalu
mengambil inokulum. Tabung reaksi yang akan dijadikan tempat inokulasi harus
dalam kondisi steril. Kondisi ini didapatkan dengan cara memanaskan mulut
tabung reaksi sebelum dan setelah inokulum diinokulasi. Kemudian hasil
inokulasi dihomogenkan dengan cara menggoyangkan tabung reaksi. Tujuan
dari penghomogenan adalah inokulum dan medium LB dapat tercampur secara
merata. Cara menginokulasi sampel ini dilakukan untuk keempat tabung lainnya
pada seri pengenceran pertama.
Selanjutnya dilakukan pengenceran untuk seri kedua dan ketiga. Medium
yang digunakan pada kedua seri ini adalah LB Tunggal sebanyak 5 ml. Kekuatan
medium LB tunggal lebih lemah dibanding dengan LB Ganda sehingga
banyaknya inokulum yang diinokulasi ke tabung reaksi pada seri kedua dan
ketiga lebih sedikit dibandingkan pada seri pertama. Inokulum untuk seri kedua
sebanyak 0.5 ml dan untuk seri ketiga sebanyak 0.05 ml. Cara menginokulasi
sama dengan pada seri pertama, yang membedakan hanyalah pengaturan pipet
otomatis dan pipet tip yang digunakan, yaitu sesuai dengan banyaknya inokulasi
inokulum yang akan dilakukan.
Setelah dilakukan inokulasi ke lima belas tabung sesuai seri pengenceran
masing-masing, semua tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37oC. Pemilihan
23
suhu tergantung pada indikator bakteri yang akan diamati dan medium yang
digunakan. Untuk bakteri coliform dengan medium LB, suhu yang digunakan
pada proses inkubasi sebesar 37oC selama 24 jam sesuai pada tabel 8. Pada
suhu dan waktu tersebut merupakan kondisi optimum ketika bakteri melakukan
fermentasi laktosa oleh bakteri gram negatif sehingga dapat diamati hasil
pembentukan asam dan gas.
24
selama 24 jam. Pemilahan suhu dan waktu tersebut karena untuk menganalisis
fecal coliform pada air dapat dilakukan setelah inkubasi 24 jam pada suhu 44.5oC
di mana pada suhu dan waktu ini telah terjadi fermentasi oleh fecal coliform,
selain itu suhu dan waktu ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO untuk uji
penguat dengan medium BGLB.
Pengamatan hasil inokulasi pada medium BGLB dilakukan pada tanggal
19 November pukul 16:02. Pengamatan yang dilakukan berupa mengamati
pembentukan asam dan gas setelah dilakukan peroses inkubasi. Apabila tabung
reaksi menunjukkan pembentukan asam berupa perubahan warna medium
menjadi keruh dan pembentukan gas yang dapat dilihat pada tabung Durham
maka hasil pengujian adalah postif. Tabung yang menunjukkan hasil positif
kemudian dilakukan tahap uji penguat selanjutnya, yaitu inokulasi ke medium
EMBA dan EA pada cawan petri.
Tidak semua tabung reaksi yang menunjukkan hasil positif dari medium
BGLB dilakukan inokulasi kembali dengan medium EMBA dan EA. Tabung reaksi
yang dilakukan inokulasi ke medium EMBA dan EA merupakan tabung yang
menunjukkan pembentukan asam dan gas yang paling banyak dari setiap
pengenceran. Inokulasi ke medium EMBA dan EA dilakukan untuk mengetahui
keberadaan E. Coli pada sampelu. Tahap inokulasi dilakukan ke medium EMBA
dan EA dilakukan tepat setelah pengamatan hasil inkubasi dalam medium BGLB
dilakukan, yaitu pada tanggal 19 November 2014 pukul 16:10. Pada seri
pengenceran pertama (0.5 ml inokulum) inokulasi dilakukan ke medium EMBA,
sedangkan seri pengeceran kedua (0.5 ml inokulum) dan pengenceran ketiga
(0.05 ml inokulum) inokulasi dilakukan ke medium EMBA. Inokulasi ke medium
EMBA dan EA dilakukan dengan menggunakan jarum ose.
Inokulasi dimulai pada seri pertama. Jarum ose yang digunakan untuk
inokulasi haus dalam kondisi steril. Cara mensterilkan jarum ose sama seperti
pada tahapan sebelumnya, yaitu memanaskannya di atas api spiritus hingga
merah membara, kemudian mencelupkan ke dalam alkohol dingin, dan
memanaskan kembali jarum ose hingga alkohol benar-benar hilang. Jarum ose
tersebut kemudian diangin-anginkan sehingga tidak menyebabkan bakteri yang
akan diinokulasi mati. Setelah jarum ose telah dipastikan dalam kondisi steril,
mulut tabung reaksi yang berisi inokulum dipanaskan pada api spritus, kemudian
inokulum diambil menggunakan jarum ose dengan cara mencelupkannya ke
dalam inokulum, kemudian diinokulasi ke medium EMBA.
Sebelum dilakukan inokulasi, cawan petri yang berisi medium EMBA
didekatkan ke api spiritus untuk menjaga kondisi steril. Cara menginokulasi ke
medium ini dengan melakukan streak (penggoresan) pada medium secara zig-
zag. Teknik goresan yang dilakukan adalah goresan kuadran, yaitu membagi
cawan petri menjadi empat area yang dapat ditandai dengan penamaan pada
cawan petri menggunakan label, kemudian penggoresan dilakukan pada area
pertama membentuk goresan zig-zag dan dilanjutkan ke area kedua, ketiga, dan
keempat dengan penggoresan tidak terputus. Setelah inokulasi dilakukan, cawan
segera ditutup dan disimpan pada posisi terbalik. Penyimpanan cawan pada
kondisi terbalik adalah agar tidak ada kontaminasi udara yang dapat
mengganggu jalannya pertumbuhan bakteri. Inokulasi untuk inokulum seri kedua
dan ketiga dilakukan dengan langkah yang sama seperti pada seri pertama,
namun medium yang digunakan adalah EA.
Setelah inokulasi dari masing-masing seri pengenceran dilakukan, ketiga
cawan petri hasil inokulasi dilakukan proses inkubasi pada suhu 37oC selama 24
jam. Pada proses inkubasi, bakteri menghasilkan pewarnaan Gram dan apabila
bakteri merupakan jenis E. Coli akan terlihat goresan berwarna hijau metalik
pada medium EMBA dan EA.
25
7.1.3. Uji Pelengkap (Complited Test)
Pengujian selanjutnya untuk memastikan tingkat pencemaran di
lingkungan perairan terutama oleh kotoran pada sampel air kali Masjid Al Hikam
adalah uji pelengkap (complited test). Uji pelengkap dilakukan setelah tepat
setelah pengamatan dari uji penguat dilakukan, yaitu paa tanggal 20 November
2014 pukul 13:38. Pada pengujian ini dilakukan inokulasi bakteri E. Coli (apabila
terdapat bakteri ini dari hasil pengamatan uji penguat) yang didapatkan dari
medium EMBA dan EA pada cawan petri ke medium NA miring mpada tabung
reaksi.
Seperti pada uji penduga dan penguat, uji pelengkap harus dilakukan
pada kondisi steril maka sebelum pengujian ini dilakukan tangan dan meja kerja
dibersihkan menggunakan alkohol, dan setiap langkah pengujian dilakukan di
dekat api spiritus. Inokulasi pada uji pelengkap menggunakan jarum ose yang
steril, yaitu jarum ose yang telah dilakukan pemanasan di atas api spiritus hingga
merah membara, kemudian dicelupkan ke dalam alkohol dingin, dan dipanaskan
kembali jarum ose hingga alkohol benar-benar hilang. Jarum ose tersebut
kemudian diangin-anginkan sehingga tidak menyebabkan bakteri yang akan
diinokulasi mati.
Bakteri E. Coli yang akan diinokulasi ditunjukkan pada medium berupa
bakteri yang terbentuk berwarna hijau metalik dan berada pada posisi terpisah
dari koloni lainnya. Pengambilan E. Coli yang terpisah bertujuan untuk
memudahkan dalam pengambilan bakteri. Cawan petri yang akan diinokulasi
didekatkan ke api spritus untuk menjaga kondisi steril. Kemudian pengambilan
bakteri dilakukan dengan menorehkan jarum ose pada medium dan memastikan
bahwa E. Coli sudah terbawa oleh jarum ose. Mulut tabung reaksi yang beriisi
NA miring sebagai tujuan tempat inokulasi dipanaskan di api spiritus terlebih
dahulu, selanjutnya inokulasi dilakukan dengan cara streaking (menggores)
bakteri pada medium. Model penggoresan yang dilakukan adalah zig-zag. Hasil
inokulasi kemudian dibiakkan pada suhu ruangan selama 24 jam.
26
Tabel 5. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penduga
Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 5
Pembentukan asam 5 5 5
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analsis Penulis (2014)
Dari tabel di atas dapat diketahui variasi hasil postif pada sampel uji air
kali Masjid Al Hikam adalah 5-5-4. Terdapat satu tabung reaksi yang
tidakmenunjukkan hasil positif, yaitu pada tabung reaksi medium Lactose Broth
tunggal dengan inokulasi sampel sebanyak 0.05 ml. Pada tabung tersebut tidak
terbentuk gas pada tabung Durham meskipun medium Lactose Broth berubah
menjadi keruh. Kemungkinan penyebab tidak terbentuknya gas dalam tabung ini
adalah fermentasi bakteri belum selesai terjadi mengingat waktu inkubasi pada
sampel belum selama 24 jam.
Adanya tabung reaksi dengan hasil positif menunjukkan dalam sampel air
kali Masjid Al Hikam terdapat bakteri coliform. Namun, tidak semua bakteri
coliform bersifat patogen sehingga dibutuhkan pengujian selanjutnya apakah air
sampel uji ini tercemar. Pengujian selanjutnya adalah uji penguat untuk
menunjukkan jenis bakteri pada sampel adalah E. Coli yang termasuk dalam
golongan bakteri fecal yang bersifat patogen dan merupakan bioindikator dari
tercemarnya suatu badan air.
27
1600 x 100 = 160,000 MPN/100 ml
28
terbentuk. Pada umumnya, warna pada pengujian ini adalah krem. Medium NA
miring tidak dapat mempresentasikan jenis bakteri, hanya menunjukkan
banyaknya koloni yang terdapat pada sampel. Dari hasil pengamatan in
kemudian dipilih satu tabung untuk melakukan percobaan praktikum gram yang
bertujuan untuk mengetahui struktur fisiologis dari bakteri dalam sampel.
29
8.2. Saran
Saran untuk praktikan yaitu ketika melakukan pengujian harusmemahami
prosedur dengan baik untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi dan lebih
berhati-hati agar tidak terjadi kebakaran kecil maupun jarum ose yang terjatuh.
9. Referensi
Gerhardt, A. Bioindicator Species and Their Use in Biomonitoring.
http://www.eolss.net/sample-chapters/c09/e6-38a-01-07.pdf. 24
November 2014 (5:23)
Oblinge, J.L.,et.al. Understanding and Teaching the Most Probable Number
Technique. 1975. http://www.jlindquist.net/generalmicro/oblinger.pdf. 21
November 2014 (20:05)
Kunarso, Djoko Hadi. Teknik MembranFilter untuk Mendeteksi Bakteri Pencemar.
1989.
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xiv%284%2913
2-143.pdf. 24 Nvember 2014 (5:50)
Novita, Evy, dkk. 2009. Modul Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Depok:
Laboratorium PSTL FTUI.
Sutton, Scott. The Most Probable Number Method and Its Uses in Enumeration,
Qualification, and Validation. 2010.
http://www.microbiologynetwork.com/doc/sutton.jvt_.16.3.pdf. 21
November 2014 (20:07)
United States Department of Agriculture. Most Probable Number Procedure and
Tables. 2014. http://www.fsis.usda.gov/wps/wcm/connect/8872ec11-d6a3-
4fcf-86df-4d87e57780f5/MLG-Appendix-2.pdf?MOD=AJPERES. 21
November 2014 (20:04)
United States Environmental Protection Agnecy. Basic Information about E. Coli
I157:H7 in Drinking Water
http://water.epa.gov/drink/contaminants/basicinformation/ecoli.cfm. 26
November (06:07)
World Health Organization. Multiple-tube Methode for Thermotolerant (Fecal)
Coliforms. 1999.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/2edvol3i.pdf. 23
November 2014 (09:14)
World Health Organization. Indicators of Microbial Water Quality. 2001.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf. 26
November 2014 (4:16)
10. Lampiran
Tabel Nilai NPM
Tabel Medium, Penggunaan, dan Suhu Inkubasi untuk Metode NPM
Lembar Pengamatan Praktikum
Bagan Praktikum Benar
Bagan Praktikum Salah
30
Tabel 7. Nilai MPN per 100 ml sampel dan tingkat kepercayaan 95% untuk
serangkaian kombinasi hasil postif dan negatif dengan 5 tabung
31
Tabel 8. Medium kultur untuk MPN
32