Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
PENGAMATAN AIR

Kelompok Theta 6
Ahmad Fauzan (1206237196)
Rohmatun Inayah (1206216916)
Zafrazad Adiba (1206216872)

Asisten : Constantia Huinny A.


Tanggal Praktikum : 17 November 2014
Tanggal Disetujui : November 2014
Nilai Laporan :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

1
Pengamatan Air
1. Tujuan Praktikum
Untuk melihat tingkat pencemaran di lingkungan perairan terutama oleh
kotoran pada sampel air kali Masjid Al Hikam, Kukusan, Depok.

2. Teori Dasar
2.1. Metode Most Probable Number
Most Probable Number (MPN) atau dalam bahasa disebut Angka Paling
Mungkin (APM) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasikan
banyaknya mikroorganisme yang hidup dalam suatu sampel uji. Berdasarkan
modul Praktikum Mikrobiologi Universitas Indonesia, MPN digunakan untuk
melakukan perhitungan jumlah bakteri, yaitu total Coliform, E. Coli, dan Fecal
Coliform, yang berada di dalam air dengan menggunakan estimasi statistik.
Estimasi statistik pada metode ini dilakukan dengan membandingkan jumlah
tabung pada uji penduga dari tiap seri pengenceran yang menunjukkan hasil
positif pada percobaan ini kemudian dicocokkan dengan variasi pada tabel MPN
yang menunjukkan jumlah coliform yang paling mungkin per 100 ml sampel.
Metode ini mengaplikasikan teori kemungkinan banyaknya
mikroorganisme positif yang tumbuh pada seri pengenceran inokulum sampel
pada tabung reaksi yang berisi medium kultur. Sampel yang diuji harus dilakukan
serangkaian pengenceran di mana tingkat pengenceran yang lebih tinggi
biasanya menghasilkan tabung postitif yang lebih sedikit. Medium kultur yang
digunakan pada metode ini biasanya adalah lactose broths. Lactose broths akan
mendukung bertumbuhan mikroorganisme dan berubah menjadi keruh. Hasil
postitif pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan terbentuknya gas di
tabung durham, dan medium lactose broths yang digunakan menjadi keruh
akibat terbentuknya asam dalam tabung fermentasi setelah dilakukan inkubasi.

Gambar 1. Hasil postif dan negatif pada tabung Durham setelah


fermentasi
Sumber: Ransselaer Poltechnic Institute

Terdapat beragam medium kultur yang dapat digunakan untuk


mengestimasi mikroorganisme dengan metode MPN, sesuai dengan tujuan

2
dilakukannya estimasi.Sebagi contoh, beradasarkan artikel berjudul Multiple-tube
Methode for Thermotolerant (Fecal) yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (1999) untuk menduga adanya bakteri koliform dalam sampel uji
dapat menggunakan MacConkey broth atau lactose broth, untuk menguatkan
estimasi adanya bakteri coliform dapat menggunakan brilliant green lactose
broth, dan masih ada medium lainnya untuk tujuannya masing-masing. Medium
yang digunakan juga menentukan suhu inkubasi yang medukung pertumbuhan
mikroorganisme. Jenis medium kultur, penggunaannya, dan suhu yang tepat
dapat dilihat dalam lampiran pada tabel 8.
Tingkat pengenceran yang dilakukan bergantung pada jenis sampel yang
diuji dengan mengestimasikan banyaknya populasi mikroba yang terdapat dalam
sampel tersebut dan dilakukan pengenceran dengan rentang di mana nilai MPN
dapat ditentukan. Pada umunya tingkat pengenceran yang digunakan adalah
sepuluh kali lipat, baik dalam menggunakan seri pengenceran 3, 5, maupun 10
tabung. Semakin tinggi seri tabung yang digunakan untuk inokulasi, tingkat
kepercayaan MPN yang dihasilkan akan menyempit sehingga tingkat keakuratan
dari nilai MPN yang didapatkan akan meningkat. Hal ini merupakan dasar dari
metode MPN sehingga MPN juga dikenal dengan metode multiple tube atau
dilution tube.
Apabila populasi mikroba dalam sampel uji tergolong tinggi, banyaknya
populasi yang dapat diestimasikan dengan metode MPN tidak lebih presisi
dibandingkan dengan menggunakan metode direct plate count; nilai MPN hanya
mengestimasikan sedangkan dengan direct plate count menunjukkan organisme
yang hidup dalam cfu/ml. Nilai MPN biasanya berguna pada penghitungan
organisme dengan konsentrasi rendah (<100/g) yang biasanya ditemukan dalam
susu, makanan, air, dan tanah.

Gambar 1. Metode Most Probable Number – menggunakan lactose broths.


Sumber: Steven Elexander, dkk. (2006)

Penggunaan metode MPN untuk mengestimasi populasi mikrooganisme


memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah mudah dalam penggunaannya
dan penginterpretasian data. Selain itu metode ini merupakan pengestimasi
bakteri yang bagus, terutama untuk mikroba dengan populasi sedikit, karena
sensitivitasnya cenderung lebih baik dbanding dengan metode plate count.
Akurasi dalam mengestimasi populasi mikroba juga dapat ditingkatkan dengan

3
memperbanyak tabung yang digunakan pada setiap seri pengencerannya.
Metode ini menggunakan medium kultur cair sehingga pada umumnya memiliki
kemampuan recovery lebih baik, namun kemampuan ini juga bergantung pada
partikel sampel yang mungkin dapat menggangu.
Di samping beberapa kelebihan dari penggunaan metode MPN, terdapat
kekurangan dari metode ini. Prosedur MPN membutuhkan lebih banyak penguji
dan material sehingga memerlukan biaya yang lebih besar. Juga, pengujian
dengan metode MPN membutuhkan waktu yang cukup lama karena dibuthkan
waktu inkubasi selama 24 – 48 jam untuk dapat mengetahui apakah tabung
fermentasi menunjukkan hasil positif atau tidak. Hasil positif yang ditunjukkan
juga tidak sepenuhnya benar karena terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan. Selain itu, untuk menghitung populasi mikroba dalam jumlah yang
banyak, metode MPN tidak dapat memberikan nilai yang akurat.
Aplikasi MPN dapat digunakan pada industri farmasi, studi mengenai
korosi, dan pengujian air untuk mengontrol kandungan besi di dalamnya. Aplikasi
MPN lainnya adalah sebagai berikut.
 Deteksi dan enumerasi mikroba dalam air dan makanan dilakukan untuk
mencegah infeksi dan penyakit yang dapat timbul
 Analisa bakteri reduksi thiosulfat yang berpengaruh dalam biokorosi
perpipaan minyak
 Enumerasi populasi mikroba di lingkungan di mana baja mungkin
mengalami microbiologically influanced corrosion (MIC)

2.2. Bioindikator
Bioindikator merupakan organisme atau komunitas dari suatu organisme
yang reaksinya representatif dalam mengevaluasi suatu kondisi, memberikan
tanda terhadap kondisi dari ekosistem keseluruhan. Dalam arti luas, bioindikator
tidak hanya organisme, namun juga termasuk di dalamnya proses biologis,
spesies, atau komunitas yang berguna untu menilai kualitas lingkungan dan
bagaimana perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Penggunaan
bioindikator tidak hanya terbatas pada satu spesies dengan toleransi terhadap
lingkungan yang terbatas, melainkan dapat berupa keseluruhan komunitas
dengan toleransi yang berbeda-beda sehingga dapat menilai kondisi lingkungan
melalui pendekatan biotic index atau multimetric.
Menurut A. Gerhardt (2006), bioindikator berguna dalam tiga situasi, yaitu
(1) ketika faktor lingkungan tidak dapat diukur, misalnya perubahan iklim, (2)
ketika faktor yang mengindikasi sulit untuk diukur, misalnya pestisida dan
residunya atau efluen beracun yang kompleks mengandung bahan kimia
berbahaya, dan (3) ketika faktor lingkungan mudah untuk diukur namun sulit
untuk diinterpretasikan, misalnya apakah perubahan yang diamati memiliki
signifikansi terhadap ekologi. Berikut ini merupakan jenis bioindikator dan
masing-masing fungsinya.
i. Indikator Mikroba
Mikroorganisme dapat digunakan digunakan sebagai indikator kesehatan
ekosistem air maupun tanah. Mikroorganisme lebih mudah digunakan
karena daot ditemukan dalam jumlah yang besar. Beberapa
mikroorganisme akan menghasilkan protein baru, yang disebut stress
protein, ketika terkontaminasi, diantaranya oleh cadmium dan benzena.
Stress protein ini sapat digunakan sebagai sistem peringatan dini.
Sebagai contoh, bakteri bioluminiscent digunakan untuk menguji air dari
toksin lingkungan. Jika terdapat toksin di dalam air, metobolisme sel
bakteri akan terganggu sehingga mengindikasikan keberadaan toksin
sebagai penyebab perubahan organisme tersebut.

4
ii. Indikator Tumbuhan
Kehadiran atau ketidakhadiran tumbuhan tertentu atau kehidupan
vegetasi lainnya dalam suatu ekosistem dapat memberikan tanda-tanda
penting mengenai kesehatan lingkungan. Lumut, yang seringkali
ditemukan pada bebatuan atau batang pohon, memiliki tanggapan
terhadap perubahan lingkungan di hutan, termasuk perubahan struktur
hutan, kualitas udara, dan cuaca. Hilangnya lumut di dalam hutan dapat
mengindikasikan kondisi lingkungan yang tertekan, seperti meningkatnya
sulfur dioksia dan nitrogen.

iii. Indikator Hewan


Meningkatnya atau menurunnya populasi suatu hewan dapat
mengindikasikan adanya kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh
polusi. Sebagai contoh, jika polusi menyebabkan penurunan sumber
makanan penting, spesies hewan yang bergantung pada makanan
tersebut akan berkurang jumlahnya. Selain itu untuk memantau ukuran
dan jumlah spesies tertentu, mekanisme lain dengan indikator hewan
adalah dengan memantau konsentrasi toksin dalam jaringan hewan, atau
memantau laju peningkatan hewan yang cacat dalam suatu populasi.

Gambar 2. Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang
terkontaminasi oleh limbah organik
Sumber: Hellawell (1986)

Menurut A. Gerhardt, indikator mikroorganisme yang digunakan dalam


menentukan kualitas air biasanya dengan melihat kehadiran bakteri patogen.
World Health Organization (2001) menyarankan tiga kelompok indikator mikroba
untuk menentukan kualitas air, salah satunya adalah kelompok fecal coliform.
Fecal coliform merupakan bakteri yang berasal dari tinja manusia atau hewan.
Keberadaan fecal coliform hampir selalu mengindikasikan adanya kontaminasi
fecal sehingga kehadirannya dalam suatu lingkungan akuatik menunjukkan
bahwa air telah tercemar. Pada umumnya bakteri coliform ini termasuk famili
Enterobacteriaceae yang meliputi Eschericia, Klesbiella, Enterobacter, dan
Citrobacter. Tidak semua bakteri coliform bersifat patogen, salah satunya adalah
Klesbiella. Bakteri yang menjadi bioindikator dalam air adalah bakteri coliform
yang bersifat patogen karena berbahaya bagi kesehatan manusia, salah satunya
adalah E. Coli.

5
Eschericia Coli merupakan spesis utama dari kelompok bakteri fecal. E.
Coli atau bakteri fecal lainnya dapat mengkontaminasi air ketika terjadi hujan
atau proses presipitasi lainnya yang membawa bakteri ini ke sungai, danau, atau
air tanah yang ketika dari sumber ini digunakan tidak dilakukan pengolahan yang
cukup, bahkan mungkin digunakan sebagai air minum. Meskipun E. Coli berasal
dari saluran pencernaan (usus), apabila masuk ke saluran pencernaan dalam
jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan manusia. Bahaya E. Coli bagi
kesehatan manusia diantaranya dapat menyebabkan gastroenteritis taraf sedang
hingga parah, diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu.
Di dalam laboratorium, fecal coliform tumbuh pada medium yang
mengandung laktosa, pada suhu 44 sampai 44.5oC. Keberadaan bakteri ini
diidentifikasikan dengan terbentuknya asam dan gas yang merupakan hasil dari
fermentasi laktosa. Namun, terkadang beberapa organisme yang menunjukkan
karakteristik tersebut belum tentu merupakan fecal coliform sehingga diperlukan
pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan kepastian.
.,
2.3. Media Tumbuh
Medium tumbuh yang digunakan untuk pembiakan E. Coli yang
merupakan bioindikator dari kulaitas air dapat menggunakan medium medium
Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) dan Endo Agar (EA). Medium EMBA
digunakan karena pewarnaan pada medium ini selektif terhadap bakteri gram
negatif sehingga fermentasi laktosa dan asam yang dihasilkan dapat terdeteksi,
dan penggunaan utama EMBA adalah untuk mendeteksi keberadaan bakteri
coliform yang merupakan bakteri gram negatif. Medium EA merupakan medium
selektif yang dipakai untuk memastikan keberadaan bakteri coliform karena EA
dapat membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi laktosa dengan
menghalangi bakteri gram positif untuk melakukan fermentasi. Sehingga dengan
penggunaan medium ini dapat diienifikasi apakah bakteri E. Coli yang berbahaya
bagi manusia terdapat dalam sampel uji atau tidak.
Untuk medium kultur pada metode MPN lainnya dapat dilihat pada tabel 8
di lampiran.

Tabel 3. Hasil Inokulasi dengan Medium Endo Agar

th
Sumber: Merck Microbiology Manual 12 Edition (1992)

6
(a) (b)
Gambar 3. Bakteri yang Terbentuk pada Medium Endo Agar (a) Escherichia coli
dan (b) Shiegella flexner
th
Sumber: Sumber: Merck Microbiology Manual 12 Edition (1992)

2.4. Kualitas Air


2.4.1. Baku Mutu
Air sampel yang digunakan dalam pengujian ini beasal dari kali Masjid Al
Hikam, Kukusan, Depok. Berdasarkan Peraturan Walikota Depok Nomor 17
Tahun 2012 tentang Pengolahan Air Limbah Domestik, baku mutu yang
digunakan masih mengikuti peraturan pemerintah pusat, yaitu untuk air bersih
adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan untuk buangan limbah domestik
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.

Tabel 1. Standar Baku Mutu Mikrobiologi untuk Air Bersih

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990

Tabel 2. Standar Baku Mutu Mikrobiologi dalam PP Nomor 82 Tahun 2001

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

7
2.4.2. Karakteristik
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber
penghasil atau penyebab air limbah secara umum terdiri dari air limbah domestik
air limbah industri, dan air limbah limpasan dan rembesan air hujan. Untuk air
limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi grey water dan black water. Grey
water merupakan air limbah domestik yang berasal dari air buangan kamar
mandi, air buangan cucian dan dapur, sedangakan black water merupakan air
buangan toilet, urinoir, dan bidets (air kotor/ tinja).

2.5. Karakteristik Sampel


Sampel yang digunakan dalam pengujian keberadaan bakteri fecal ini
adalah air kali Masid Al Hikam, Kukusan, Depok. Daerah yang dilewati oleh kali
ini merupakan kawasan pemukiman sehingga dapat diidentifikasi bahwa
buangan air yang masuk ke dalam saluran termasuk jenis limbah domestik yang
merupakan hasil dari kegiatan warga sekitar, diantaranya air buangan kamar
mandi, dapur dan cucian, juga wc (air kotor/ tinja). Dengan air buangan dari
kegiatan berbagai kegiatan rumah tangga, diperkirakan coliform yang terdapat
dalam air kali ini tinggi dan mengandung bakteri E. Coli dari air buangan kamar
mandi.

 Air buangan kamar mandi


Air buangan kamar mandi merupakan limbah terbesar yang dibuang ke
sungai, yaitu sekitar 70% dari limbah rumah tangga. Kegiatan yang
menghasilkan air buangan ini diantaranya adalah flushing toilet, shower
/bath, dan cleaning. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, kontaminan yang
mungkin masuk ke dalam kali mengandung rambut-rambut, sisa sabun,
shampo, pasta gigi, dan produk pembersih lainnya. Terdapat kemungkinan
grey water yang dihasilkan dari sumber ini mengandung bakteri fecal
karena berkaitan sebagai tempat pembersihan tubuh manusia.

 Air buangan dapur dan cucian


Limbah grey water yang dihasilkan dari air cucian sekitar 20% dan dari
dapur sekitar 10% dari limbah rumah tangga. Kontaminan utama dari air
cucian mengandung serat-serat kain, detergen, sabun, dan
produkpembersihlainnyayang mengandung zat kimia. Sedangkan
kontaminan yang dari dapur mengandung sisa-sisa makanan, minyak
masakan, lemak, dan produk pembersih.
Air buangan toilet
Air buangan toilet berupa air seni dan tinja sehingga terdapat banyak
bakteri fecal yang berasal dari feses manusia sehingga dalam air buangan
toilet ke kali terdapat kontaminan berupa sisa organik dari pencernaan
manusia dan bakteri patogen.

2.6. Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan


Banyak keuntungan yang didapatkan dari penggunaan metode MPN
untuk dalam melakukan estimasi mikroorganisme hidup dalam suatu sampel uji
sehingga metode ini dapat diaplikasikan pada beberapa kegiatan. Menurut Scott
Sutton (2010) aplikasi metode MPN dapat digunakan sebagai data pengontrol
lingukungan. Pengontrolan kondisi lingkungan merupakan suatu kegiatan yang
mendesak untuk dilakukan apakah memenuhi kondisi yang seharusnya.
Rupanya, metode plate count yang saat in banyak digunakan sangat tidak akurat
pada CFU di bawah 25. Selain itu, MPN juga dapat digunakan untuk evaluasi

8
data pengontrolan kebersihan ruangan. Dasar pemikirannya adalah
menggunakan statistika dasar jika hanya pengenceran tunggal telah ditentukan.

3. Alat dan Bahan


3.1. Uji Penduga (Presumptive Test)
 Sampel air kali Masjid Al Hikam, Kukusan, Depok
 Larutan pengencer 49.5 ml
 5 tabung reaksi berisi tabung Durham dan medium Lactose Broth
ganda sebanyak 5 ml
 10 tabung reaksi berisi tabung Durham dan medium Lactose Broth
tunggal sebanyak 5 ml
 1 pipet otomatis 5 ml
 1 pipet otomatis 0.5 ml
 1 pipet otomatis 0.05 ml
 1 pipet tip 5 ml
 2 pipet tip 0.5 ml
 1 pipet tip 0.05 ml
 Pembakar spiritus
 Inkubator dengan T = 37oC

3.2. Uji Penguat (Confirmed Test)


 Semua tabung reaksi dari uji penduga yang menunjukkan hasil
positif
 14 tabung reaksi berisi tabung Durham dan medium Bile Green
Lactose Broth (BGLB)
 Inkubator dengan T = 44.5OC
 Alkohol pendingin
 Pembakar spiritus
 Jarum ose
 Cawan petri berisi medium Endo Agar (EA) dan Eosin Methylene
Blue Agar (EMBA)

3.3. Uji Pelengkap (Complited Test)


 Cawan berisi EA atau EMBA yang menunjukkan adanya koloni
berwarna hijau metalik
 Tabung reaksi berisi Nutrient Agar (NA) miring
 Jarum ose
 Alkohol pendingin
 Pembakar spiritus

9
4. Cara Kerja
4.1. Pengambilan Sampel

10
4.2. Uji Penduga (Persumptive Test)

11
12
13
4.3. Uji Penguat (Confirmed Test)

14
15
16
17
4.4. Uji Pelengkap (Complited Test)

18
19
5. Hasil Pengamatan
 Sampel : Air parit Masjid Al Hikam
 Volume sampel : 0.5 ml
 Tingkat pengenceran : 100 kali

5.1. Uji Penduga (Presumptive Test)


 Tanggal inkubasi : 17 November 2014
 Waktu inkubasi : 11.35
 Suhu inkubasi : 37oC

 Tanggal pengamatan : 18 November 2014


 Waktu pengamatan : 07.52

20
Tabel 3. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penduga
Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 5
Pembentukan asam 5 5 5
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analsis Penulis (2014)

5.2. Uji Penguat (Confirmed Test)


Inokulasi di medium BGLB
 Tanggal inkubasi : 18 November 2014
 Waktu inkubasi : 08.31
 Suhu inkubasi : 44.5oC

 Tanggal pengamatan : 19 November 2014


 Waktu pengamatan : 16.02

Tabel 4. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penguat


Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 4
Pembentukan asam 5 5 4
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analisis Penulis (2014)

Inokulasi di medium EMBA dan EA


 Tanggal inkubasi : 19 November 2014
 Waktu inkubasi : 16.10
 Suhu inkubasi : 37oC

 Tanggal pengamatan : 20 November 2014


 Waktu pengamatan : 13.30

(a) (b) (c)

Gambar 4. Hasil inokulasi (a) 0.5 ml sampel di medium EMBA (b) 0.5 ml sampel
di medium EA, dan (c) 0.05 ml sampel di medium EA
Sumber: Dokumentasi Penulis (2014)

4.3. Uji Pelengkap (Complited Test)


Inokulasi di NA miring
 Tanggal inkubasi : 20 November 2014
 Waktu inkubasi : 13.38
 Suhu inkubasi : 37oC

21
 Tanggal pengamatan : 21 Novemeber 2014
 Waktu pengamatan : 13.22

(a) (b) (c)


Gambar 5. Hasil inokulasi di NA miring (a) 0.5 ml sampel dari medium EMBA (b)
0.5 ml sampel dari medium EA, dan (c) 0.05 ml sampel dari medium EA
Sumber: Dokumentasi Penulis (2014)

6. Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, pada tabel 7 kombinasi
tabung positif 5-5-4,maka banyaknya fecal coliform dalam sampel pada tabel nilai
MPN per 100 ml untuk serangkaian kombinasi hasil positif dan negatif dengan 5
tabung adalah sebagai berikut.
1600 x 100 = 160,000 MPN/100 ml

Jadi, sampel air kali Masjid Al Hikam dengan metode MPN dapat diketahui
mengandung koloni bakteri fecal sebanyak 160,000 MPN/ 100 ml.

7. Analisis
7.1. Analisis Percobaan
Percobaan Pengamatan Air bertujuan untuk melihat tingkat pencemaran
di lingkungan perairan terutama oleh kotoran pada sampel air kali Masjid Al
Hikam, Kukusan, Depok. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
yang dimulai pada tanggal 17 November 2014 dan pengamatan dilakukan
sampai tanggal 21 November 2014. Penghitungan tingkat pencemaran yang diuji
pada percobaan ini dilakukan berdasarkan parameter mikroba, di mana
bioindikator yang digunakan adalah bakteri fecal. Pengujian ini terdiri dari tiga
tahap uji, yaitu uji penduga (presumptive test), uji penguat (confirmed test), dan
uji pelengkap (complited test).
Sebelum praktikan memulai percobaan, praktikan melakukan
pengambilan sampel dengan cara sebagai berikut. Botol sampel yang telah steril
dibilas bagian dalamnya dengan air kali yang akan diuji. Pembilasan bagian
dalam botol dilakukan dengan mengisi setengah bagian botol sampel dengan air
sampel, kemudian botol ditutup dan dikocok sampai merata. Lalu air tersebut
dibuang dan botol sampel kembali ditutup. Selanjutnya botol dalam keadaan
tertutup dimasukkan ke dalam kali pada kedalaman 20-30 cm dari permukaan
dengan arah berlawanan arus air. Lalu tutup botol dibuka dan botol diisi sampai
penuh, kemudian botol ditutup rapat kembali yang juga dilakukan di bawah
permukaan air.

22
7.1.1. Uji Penduga (Presumptive Test)
Uji penduga merupakan pengujian pertama untuk mengetahui ada dan
tidaknya bakteri coliform dalam sampel uji. Uji penduga dilakukan pada tanggal
17 November 2014 pukul 11.35. Pada pengujian ini dilakukan tiga seri
pengenceran dengan menggunakan medium Lactose Broths (LB) pada tabung
reaksi. Ketiga seri pengenceran tersebut adalah (1) 5 ml inokulum ke dalam 5 ml
medium LB Ganda, (2) 0.5 ml inokulum ke dalam medium LB Tunggal, dan (3)
0.05 ml inokulum ke dalam medium LB Tunggal. Medium yang digunakan adalah
LB karena berdasarkan artikel Multiple-tube Methode for Thermotolerant (Fecal)
Coliforms yang dikeluarkan oleh World Health Organization untuk melakukan
pengujian terhadap keberadaan bakteri coliform medium yang digunakan adalah
Lactose Broth. Pengujian ini harus dilakukan dalam kondisi lingkungan yang
steril sehingga sebelum memulai percobaan, tangan dan meja kerja dibersihkan
dengan alkohol, dan setiap tahapan pada pengujian ini dilakukan di dekat api
spritus.
Tahap pertama dari uji penduga adalah melakukan pengenceran sampel.
Pengenceran sampel yang dilakukan adalah sebanyak 100 x yang berarti 0.5 ml
sampel dimasukan ke dalam botol yang telah berisi 49.5 ml air steril.
Pengenceran dilakukan karena prinsip dari metode MPN adalah melihat
banyaknya tabung dalam seri pengenceran yang menghasilkan tabung positif.
Tingkat pengenceran yang dilakukan 100 x untuk mempermudah pengamatan
bakteri mengingat air kali Masjid Al Hikam merupakan saluran limbah.
Banyaknya seri pengenceran yang dilakukan pada percobaan ini adalah tiga seri
pengenceran yang masing-masing menggunakan 5 tabung. Dengan seri
pengenceran tersebut dirasa cukup untuk menghasilkan nilai MPN yang akurat.
Hasil pengenceran sampel dengann air steril pada pengujian ini selanjutnya
disebut sebagai inokulum karena merupakan sampel uji yang akan diinokulasi.
Inokulum kemudian dimasukan ke dalam seri pengenceran. Pada seri
pengenceran pertama, media yang digunakan dalam tabung adalah LB Ganda
sebanyak 5 ml dan tabung Durham di dalamnya. Tabung durham merupakan
tempat di mana dapat teramati pembentukan gas hasil fermentasi setelah
dilakukan inkubasi pada inokulum. Seri pertama dilakukan pengenceran
terhadap medium sebanyak 2 kali, maka banyaknya inokulum yang diinokulasi ke
masing-masing tabung sebanyak 5 ml. Cara menginokulasi sampel ke tabung
reaksi adalah mengatur pipet otomatis dan memasang pipet tip 5 ml, lalu
mengambil inokulum. Tabung reaksi yang akan dijadikan tempat inokulasi harus
dalam kondisi steril. Kondisi ini didapatkan dengan cara memanaskan mulut
tabung reaksi sebelum dan setelah inokulum diinokulasi. Kemudian hasil
inokulasi dihomogenkan dengan cara menggoyangkan tabung reaksi. Tujuan
dari penghomogenan adalah inokulum dan medium LB dapat tercampur secara
merata. Cara menginokulasi sampel ini dilakukan untuk keempat tabung lainnya
pada seri pengenceran pertama.
Selanjutnya dilakukan pengenceran untuk seri kedua dan ketiga. Medium
yang digunakan pada kedua seri ini adalah LB Tunggal sebanyak 5 ml. Kekuatan
medium LB tunggal lebih lemah dibanding dengan LB Ganda sehingga
banyaknya inokulum yang diinokulasi ke tabung reaksi pada seri kedua dan
ketiga lebih sedikit dibandingkan pada seri pertama. Inokulum untuk seri kedua
sebanyak 0.5 ml dan untuk seri ketiga sebanyak 0.05 ml. Cara menginokulasi
sama dengan pada seri pertama, yang membedakan hanyalah pengaturan pipet
otomatis dan pipet tip yang digunakan, yaitu sesuai dengan banyaknya inokulasi
inokulum yang akan dilakukan.
Setelah dilakukan inokulasi ke lima belas tabung sesuai seri pengenceran
masing-masing, semua tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37oC. Pemilihan

23
suhu tergantung pada indikator bakteri yang akan diamati dan medium yang
digunakan. Untuk bakteri coliform dengan medium LB, suhu yang digunakan
pada proses inkubasi sebesar 37oC selama 24 jam sesuai pada tabel 8. Pada
suhu dan waktu tersebut merupakan kondisi optimum ketika bakteri melakukan
fermentasi laktosa oleh bakteri gram negatif sehingga dapat diamati hasil
pembentukan asam dan gas.

7.1.2. Uji Penguat (Confirm Test)


Tahap pengujian selanjutnya untuk melihat tingkat pencemaran pada air
kali Masjid Al Hikam adalah dengan melakukan uji penguat (confirmed test) di
mana melalui pengujian ini dapat diketahui apakah bakteri coliform pada sampel
berjenis E. Coli atau bukan. Uji penguat dilakukan pada tanggal 18 November
2014 pukul 08:31 tepat setelah uji penduga selesai dilakukan. Pengujian ini
dilakukan pada inokulum tabung dari uji penduga yang menghasilkan reaksi
positif.
Uji penguat terdiri dua tahap, yaitu inokulasi inokulum postif dari uji
penduga ke medium Brilliant Green Lactose Bile (BGLB) dalam tabung reaksi
dan inokulasi inokulum postif dari medium BGLB ke medium Eosin Methylen Blue
Agar (EMBA) dan Endo Agar (EA) dalam cawan petri. Medium BGLB digunakan
sebagai medium kultur pada uji penguat karena bakteri coliform dan E. Coli dapat
tumbuh dengan baik pada medium ini sehingga dapat dipastikan jenis coliform
yang ada pada sampel adalah fecal coliform.Medium EMBA digunakan karena
pewarnaan pada medium ini selektif terhadap bakteri gram negatif sehingga
fermentasi laktosa dan asam yang dihasilkan dapat terdeteksi, dan penggunaan
utama EMBA adalah untuk mendeteksi keberadaan bakteri coliform yang
merupakan bakteri gram negatif. Medium EA merupakan medium selektif yang
dipakai untuk memastikan keberadaan bakteri coliform karena EA dapat
membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi laktosa dengan
menghalangi bakteri gram positif untuk melakukan fermentasi.
Seperti pada uji penduga, pada uji penguat ini harus dilakukan pada
kondisi lingkungan yang steril maka sebelum pengujian dilakukan, tangan dan
meja kerja dibersihkan dengan alkohol, dan semua tahapan pada pengujian ini
dilakukan di dekat api spiritus. Tahap pertama pada pengujian ini adalah
melakukan inokulasi inokulum yang menunjukkan hasil positif pada medium
Lactose Broth ke medium BGLB. Inokulasi dilakukan dengan menggunakan
jarum ose. Jarum ose yang digunakan harus dalam kondisi steril. Cara
mensterilkan jarum ose adalah dengan memanaskannya di atas api spiritus
hingga merah membara, kemudian mencelupkan ke dalam alkohol dingin, dan
memanaskan kembali jarum ose hingga alkohol benar-benar hilang. Jarum ose
tersebut kemudian diangin-anginkan sehingga tidak menyebabkan bakteri yang
akan diinokulasi mati.
Mulut tabung reaksi yang berisi sampel positif dipanaskan di atas api
spiritus untuk menjaga kondisi steril. Pemanasan mulut tabung ini dilakukan
sebelum dan setelah pengambilan sampel dengan jarum ose dilakukan. Sampel
uji positif diambil menggunakan jarum ose dengan cara mencelupkan jarum ose
ke dalam inokulum, kemudian diinokulasi ke tabung reaksi yang telah berisi
medium BGLB dan tabung Durham. Tabung reaksi yang berisi medium BGLB ini
juga dilakukan pemanasan pada mulut tabung sebelum dan setelah inokulasi
dilakukan. Hasil inokulasi kemudian dihomogenkan dengan cara
menggoyangkan tabung sehingga inokulum dan medium BGLB dapat tercampur
secara merata. Tahap inokulasi di atas dilakukan pada semua tabung yang
memberikan hasil postif pada uji penduga. Setelah melakukan inokulasi ke
medium BGLB, hasil inokulasi tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 44.5oC

24
selama 24 jam. Pemilahan suhu dan waktu tersebut karena untuk menganalisis
fecal coliform pada air dapat dilakukan setelah inkubasi 24 jam pada suhu 44.5oC
di mana pada suhu dan waktu ini telah terjadi fermentasi oleh fecal coliform,
selain itu suhu dan waktu ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO untuk uji
penguat dengan medium BGLB.
Pengamatan hasil inokulasi pada medium BGLB dilakukan pada tanggal
19 November pukul 16:02. Pengamatan yang dilakukan berupa mengamati
pembentukan asam dan gas setelah dilakukan peroses inkubasi. Apabila tabung
reaksi menunjukkan pembentukan asam berupa perubahan warna medium
menjadi keruh dan pembentukan gas yang dapat dilihat pada tabung Durham
maka hasil pengujian adalah postif. Tabung yang menunjukkan hasil positif
kemudian dilakukan tahap uji penguat selanjutnya, yaitu inokulasi ke medium
EMBA dan EA pada cawan petri.
Tidak semua tabung reaksi yang menunjukkan hasil positif dari medium
BGLB dilakukan inokulasi kembali dengan medium EMBA dan EA. Tabung reaksi
yang dilakukan inokulasi ke medium EMBA dan EA merupakan tabung yang
menunjukkan pembentukan asam dan gas yang paling banyak dari setiap
pengenceran. Inokulasi ke medium EMBA dan EA dilakukan untuk mengetahui
keberadaan E. Coli pada sampelu. Tahap inokulasi dilakukan ke medium EMBA
dan EA dilakukan tepat setelah pengamatan hasil inkubasi dalam medium BGLB
dilakukan, yaitu pada tanggal 19 November 2014 pukul 16:10. Pada seri
pengenceran pertama (0.5 ml inokulum) inokulasi dilakukan ke medium EMBA,
sedangkan seri pengeceran kedua (0.5 ml inokulum) dan pengenceran ketiga
(0.05 ml inokulum) inokulasi dilakukan ke medium EMBA. Inokulasi ke medium
EMBA dan EA dilakukan dengan menggunakan jarum ose.
Inokulasi dimulai pada seri pertama. Jarum ose yang digunakan untuk
inokulasi haus dalam kondisi steril. Cara mensterilkan jarum ose sama seperti
pada tahapan sebelumnya, yaitu memanaskannya di atas api spiritus hingga
merah membara, kemudian mencelupkan ke dalam alkohol dingin, dan
memanaskan kembali jarum ose hingga alkohol benar-benar hilang. Jarum ose
tersebut kemudian diangin-anginkan sehingga tidak menyebabkan bakteri yang
akan diinokulasi mati. Setelah jarum ose telah dipastikan dalam kondisi steril,
mulut tabung reaksi yang berisi inokulum dipanaskan pada api spritus, kemudian
inokulum diambil menggunakan jarum ose dengan cara mencelupkannya ke
dalam inokulum, kemudian diinokulasi ke medium EMBA.
Sebelum dilakukan inokulasi, cawan petri yang berisi medium EMBA
didekatkan ke api spiritus untuk menjaga kondisi steril. Cara menginokulasi ke
medium ini dengan melakukan streak (penggoresan) pada medium secara zig-
zag. Teknik goresan yang dilakukan adalah goresan kuadran, yaitu membagi
cawan petri menjadi empat area yang dapat ditandai dengan penamaan pada
cawan petri menggunakan label, kemudian penggoresan dilakukan pada area
pertama membentuk goresan zig-zag dan dilanjutkan ke area kedua, ketiga, dan
keempat dengan penggoresan tidak terputus. Setelah inokulasi dilakukan, cawan
segera ditutup dan disimpan pada posisi terbalik. Penyimpanan cawan pada
kondisi terbalik adalah agar tidak ada kontaminasi udara yang dapat
mengganggu jalannya pertumbuhan bakteri. Inokulasi untuk inokulum seri kedua
dan ketiga dilakukan dengan langkah yang sama seperti pada seri pertama,
namun medium yang digunakan adalah EA.
Setelah inokulasi dari masing-masing seri pengenceran dilakukan, ketiga
cawan petri hasil inokulasi dilakukan proses inkubasi pada suhu 37oC selama 24
jam. Pada proses inkubasi, bakteri menghasilkan pewarnaan Gram dan apabila
bakteri merupakan jenis E. Coli akan terlihat goresan berwarna hijau metalik
pada medium EMBA dan EA.

25
7.1.3. Uji Pelengkap (Complited Test)
Pengujian selanjutnya untuk memastikan tingkat pencemaran di
lingkungan perairan terutama oleh kotoran pada sampel air kali Masjid Al Hikam
adalah uji pelengkap (complited test). Uji pelengkap dilakukan setelah tepat
setelah pengamatan dari uji penguat dilakukan, yaitu paa tanggal 20 November
2014 pukul 13:38. Pada pengujian ini dilakukan inokulasi bakteri E. Coli (apabila
terdapat bakteri ini dari hasil pengamatan uji penguat) yang didapatkan dari
medium EMBA dan EA pada cawan petri ke medium NA miring mpada tabung
reaksi.
Seperti pada uji penduga dan penguat, uji pelengkap harus dilakukan
pada kondisi steril maka sebelum pengujian ini dilakukan tangan dan meja kerja
dibersihkan menggunakan alkohol, dan setiap langkah pengujian dilakukan di
dekat api spiritus. Inokulasi pada uji pelengkap menggunakan jarum ose yang
steril, yaitu jarum ose yang telah dilakukan pemanasan di atas api spiritus hingga
merah membara, kemudian dicelupkan ke dalam alkohol dingin, dan dipanaskan
kembali jarum ose hingga alkohol benar-benar hilang. Jarum ose tersebut
kemudian diangin-anginkan sehingga tidak menyebabkan bakteri yang akan
diinokulasi mati.
Bakteri E. Coli yang akan diinokulasi ditunjukkan pada medium berupa
bakteri yang terbentuk berwarna hijau metalik dan berada pada posisi terpisah
dari koloni lainnya. Pengambilan E. Coli yang terpisah bertujuan untuk
memudahkan dalam pengambilan bakteri. Cawan petri yang akan diinokulasi
didekatkan ke api spritus untuk menjaga kondisi steril. Kemudian pengambilan
bakteri dilakukan dengan menorehkan jarum ose pada medium dan memastikan
bahwa E. Coli sudah terbawa oleh jarum ose. Mulut tabung reaksi yang beriisi
NA miring sebagai tujuan tempat inokulasi dipanaskan di api spiritus terlebih
dahulu, selanjutnya inokulasi dilakukan dengan cara streaking (menggores)
bakteri pada medium. Model penggoresan yang dilakukan adalah zig-zag. Hasil
inokulasi kemudian dibiakkan pada suhu ruangan selama 24 jam.

7.2. Analisis Hasil


7.2.1. Uji Penduga (Presumptive Test)
Pengamatan hasil fermentasi bakteri pada tabung reaksi dilakukan pada
tanggal 18 November pukul 07:52. Proses inkubasi yang dilakukan pada
percobaan ini tidak sesuai pada rentang waktu yang seharusnya, di mana proses
inkubasi seharusnya dilakukan selama 24 jam. Hal ini dikarenakan terbatasnya
waktu praktikum.
Pengamatan dilakukan pada setiap tabung reaksi yang menunjukkan
hasil postif. Hasil postif pada tabung berupa hasil fermentasi yang terjadi selama
proses inkubasi menghasilkan asam pada tabung yang membuat medium
Lactose Broth menjadi keruh dan terbentuknya gas di dalam tabung Durham.
Gas yang terbentuk di dalam tabung Durham tidak banyak, hanya sepertiga
bagian tabung. Namun begitu, dengan terbentuknya asam dan gas dari
fermentasi laktosa oleh bakteri menunjukan reaksi positif dari uji penduga ini
Setelah melakukan pengamatan pada lima belas tabung, didapatkan hasil
tabung reaksi positif sebagai berikut.

26
Tabel 5. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penduga
Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 5
Pembentukan asam 5 5 5
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analsis Penulis (2014)

Dari tabel di atas dapat diketahui variasi hasil postif pada sampel uji air
kali Masjid Al Hikam adalah 5-5-4. Terdapat satu tabung reaksi yang
tidakmenunjukkan hasil positif, yaitu pada tabung reaksi medium Lactose Broth
tunggal dengan inokulasi sampel sebanyak 0.05 ml. Pada tabung tersebut tidak
terbentuk gas pada tabung Durham meskipun medium Lactose Broth berubah
menjadi keruh. Kemungkinan penyebab tidak terbentuknya gas dalam tabung ini
adalah fermentasi bakteri belum selesai terjadi mengingat waktu inkubasi pada
sampel belum selama 24 jam.
Adanya tabung reaksi dengan hasil positif menunjukkan dalam sampel air
kali Masjid Al Hikam terdapat bakteri coliform. Namun, tidak semua bakteri
coliform bersifat patogen sehingga dibutuhkan pengujian selanjutnya apakah air
sampel uji ini tercemar. Pengujian selanjutnya adalah uji penguat untuk
menunjukkan jenis bakteri pada sampel adalah E. Coli yang termasuk dalam
golongan bakteri fecal yang bersifat patogen dan merupakan bioindikator dari
tercemarnya suatu badan air.

7.2.2. Uji Penguat (Confirm Test)


Pengamatan hasil inkubasi dari uji penguat dilakukan pada dua tahap,
yaitu inkubasi pada medium BGLB dan pada medium EMBA dan EA.
Pengamatan hasil inkubasi pada medium BGLB dilakukan pada tanggal 19
November 2014 pukul 16:02. Inkubasi yang dilakukan pada medium BGLB
hanya untuk tabung yang menunjukkan reaksi positif pada uji penduga, yaitu
sebanyak 14 tabung. Pengamatan yang dilakukan pada hasil inkubasi di medium
BGLB adalah hasil fermentasi laktosa oleh bakteri, yaitu terbentuknya asam pada
medium dan gas yang terbentuk pada tabung Durham. Hasil dari pengamatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Data Pengamatan Tabung Reaksi Positif Uji Penguat


Pengamatan Ganda Tunggal 1 Tunggal 2
Pertumbuhan bakteri 5 5 4
Pembentukan asam 5 5 4
Pembentukan gas 5 5 4
Sumber: Analsis Penulis (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan variasi bakteri positif yang


sama seperti pada uji penduga. Hal ini berarti semua tabung pada uji penduga
mengandung fecal coliform. Hasil pengamatan ini kemudian dilakukan
perhitungan untuk mengatahui banyaknya fecal coliform pada air kali Masijd Al
Hikam. Perhitungan dilakukan dengan estimasi statistik antara variasi tabung
positif dari setiap seri pengenceran pada uji penguat terhadap variasi pada tabel
MPN yang dapat dilihat pada tabel 7. Dari tabel tabel tersebut, untuk variasi
tabung postif 5-5-4 memiliki nilai 1600 MPN / 100 ml. Sehingga dengan
mengalikan nilai MPN terhadap faktor pengencer sampel didapatkan banyak
koloni bakteri fecal coliform per 100 ml adalah sebagai berikut.

27
1600 x 100 = 160,000 MPN/100 ml

Berdasarkan perhitungan di atas, sampel air kali Masjid Al Hikam dengan


metode MPN dapat diketahui mengandung koloni bakteri fecal sebanyak 160,000
MPN/ 100 ml. Jumlah ini tergolong banyak mengingat sampel yang digunakan
berasal dari kali dan merupakan saluran limbah domestik yang menampung air
buangan dari daerah yang dilewatinya yang merupakan kawasan pemukiman.
Air buangan dari rumah-rumah ke kali Masjid Al Hikam tidak melalui proses
pengelolaan, melainkan langsung dibuang, sehingga terdapat kemungkinan
adanya pencampuran limbah grey water dan black water di kali ini. Black water
yang merupakan air buangan dari toilet berupa air kotor dan tinja adalah faktor
utama dari tercemarnya air kali. Tinja manusia dan hewan merupakan sumber
utama fecal coliform yang mencemari badan air.
Melihat Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk parameter
mikrobiologi, khususnya fecal coliform, batas maksimum bakteri ini untuk air
kelas I adalah 100 koloni/ 100 ml, kelas II adalah 1000 koloni/ 100 ml, kelas III
adalah 2000 koloni/ 100 ml,dan kelas IV adalah 2000 koloni/ 100 ml. Sehingga
dengan koloni fecal coliform sebanyak 160,000 MPN/ 100 ml, air kali Masjid Al
Hikam tidak memenuhi baku mutu pada PP No. 82 tahun 2001 tersebut dan tidak
dapat dimanfaatkan lebih lanjut karena pemanfaatan air dapat dilakukan
berdasarkan kelas yang sesuai.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada hasil inkubasi di medium EMBA
dan EA, tanggal 20 November pukul 13:30. Pada kedua medium ini dapat dilihat
koloni bakteri yang terbentuk berwana hijau metalik, ungu tua, merah muda.
Namun terdapat perbedaan hasil inkubasi pada cawan petri dengan sampel
pengenceran seri kedua yang menggunakan medium EA. Pada cawan ini warna
hijau metalik tidak begitu tampak jelas, lebih dominan berwarna merah muda
bahkan terdapat bakteri yang tidak berwarna. Kemungkinan penyebab
perbedaan warna yang terbentuk pada cawan petri ini adalah waktu inkubasi
sampel hanya dilakukan selama sekitar 21 jam sehinga tidak memenuhi waktu
inkubasi seharusnya, yaitu selama 24 jam. Proses inkubasi yang belum
mencapai waktu optimum dapat menyebabkan perkembangan tumbuhan tidak
maksimal.
Terbentuknya warna hijau metalik akibat fermentasi bakteri pada medium
EMBA dan NA menunjukkan adanya bakteri E. Coli yang terdapat pada sampel.
Bakteri jenis ini berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit, diantaranya gastroenteritis taraf sedang hingga parah,
diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu. Warna lain yang
terbentuk pada medium EMBA dan EA adalah merah muda yang menunjukkan
keberadaan bakteri Aerobacter dan Klesbiela. Kedua bakteri ini memiliki sifat
seperti E. Coli namun bukan termasuk dalam kelompok bakteri fecal karena lebih
banyak didapatkan di dalam tanah dan air dibanding di dalam usus. Pada
umumnya kedua bakteri ini tidak bersifat patogen sehingga tidak membahayakan
kesehatan manusia.

7.2.3. Uji Pelengkap (Complited Test)


Uji pelengkap merupakan pengujian terakhir dari serangkain pengujian
untuk melihat tingkat pencemaran pada air kali Masjid Al Hikam. Pengamatan uji
ini dilakukan pada tanggal 21 November 2014 pukul13:22. Medium yang
digunakan untuk inokulasi pada pengujian ini adalah NA miring. Pengamatan
yang dilakukan dari uji pelengkap adalah mengamati hasil inokulasi dari ketiga
seri pengenceran berupa bentuk streak yang dihasilkan dan warna yang

28
terbentuk. Pada umumnya, warna pada pengujian ini adalah krem. Medium NA
miring tidak dapat mempresentasikan jenis bakteri, hanya menunjukkan
banyaknya koloni yang terdapat pada sampel. Dari hasil pengamatan in
kemudian dipilih satu tabung untuk melakukan percobaan praktikum gram yang
bertujuan untuk mengetahui struktur fisiologis dari bakteri dalam sampel.

7.3. Analisis Kesalahan


Terdapat beberapa kesalahan yang terjadi selama pengujian tingkat
pencemaran air dilakukan. Kemungkinan kesalahan yang terjadi yang dibabkan
oleh human error selama pengujian berlangsung pada masing-masing jenis uji
adalah sebagai berikut.
7.3.1. Uji Penduga (Presumptive Test)
- Kesalahan ketika melakukan inokulasi ke dalam tabung reaksi dengan
medium LB. Ketika inokulasi selesai dilakukan, terdapat perbedaan tinggi
pada salah satu tabung dalam seri pengenceran ketiga. Kesalahan yang
terjadidapat berupa volume air steril tidak tepat 49.5 ml atau volume
inokulum yang dipindahkan kurang dari 0.05 ml.
- Kesalahan ketika melakukan inokulasi tidak selalu dekat dengan api
sehingga terdapat kemungkinan tabung reaksi terkontaminasi.
- Terjadinya insiden kebakaran kecil (terbakarnya kapas penutup tabung
reaksi) yang mengagganggu konsentrasi praktikan ketika melakukan
pengujian.

7.3.2. Uji Penguat (Confirm Test)


- Kesalahan inokulasi sampel pengenceran seri ke-dua ke medium EA di
mana jarum ose terjatuh sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi
meskipun jarum ose telah disterilkan kembali.
- Kesalahan ketika melakukan streak pada medium EMBA dan NA terdapat
area yang menumpuk oleh koloni karena keterampilan praktikan masih
rendah.
- Kesalahan ketika melakukan inokulasi tidak selalu dekat dengan api
sehingga terdapat kemungkinan tabung reaksi terkontaminasi.

7.3.3. Uji Pelengkap (Complited Test)


- Masih terdapatnya sisa alkohol pada batang jarum ose yang
mempengaruhi proses inokulasi.
- Kesalahan ketika melakukan inokulasi tidak selalu dekat dengan api
sehingga terdapat kemungkinan tabung reaksi terkontaminasi.

8. Kesimpulan dan Saran


8.1. Kesimpulan
Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri pada sampel air kali Masjid Al
Hikam dengan metode Most Probable Number (MPN) adalah 160,000 MPN/ 100
ml. Dari hasil uji penguat diketahui bahwa terdapat bakteri E. Coli yang bersifat
patogen dan bakteri Aerobacter dan Klesbiela yang tidak bersifat patogen.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dengan parameter
fecal coliform, air kali Masjid Al Hikam melebihi standar baku mutu dari keempat
kelas. Juga, dapat dikatakan bahwa air kali Masjid Al Hikam tergolong tercemar
dan berbahaya bagi kesehatan.

29
8.2. Saran
Saran untuk praktikan yaitu ketika melakukan pengujian harusmemahami
prosedur dengan baik untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi dan lebih
berhati-hati agar tidak terjadi kebakaran kecil maupun jarum ose yang terjatuh.

9. Referensi
Gerhardt, A. Bioindicator Species and Their Use in Biomonitoring.
http://www.eolss.net/sample-chapters/c09/e6-38a-01-07.pdf. 24
November 2014 (5:23)
Oblinge, J.L.,et.al. Understanding and Teaching the Most Probable Number
Technique. 1975. http://www.jlindquist.net/generalmicro/oblinger.pdf. 21
November 2014 (20:05)
Kunarso, Djoko Hadi. Teknik MembranFilter untuk Mendeteksi Bakteri Pencemar.
1989.
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xiv%284%2913
2-143.pdf. 24 Nvember 2014 (5:50)
Novita, Evy, dkk. 2009. Modul Praktikum Mikrobiologi Lingkungan. Depok:
Laboratorium PSTL FTUI.
Sutton, Scott. The Most Probable Number Method and Its Uses in Enumeration,
Qualification, and Validation. 2010.
http://www.microbiologynetwork.com/doc/sutton.jvt_.16.3.pdf. 21
November 2014 (20:07)
United States Department of Agriculture. Most Probable Number Procedure and
Tables. 2014. http://www.fsis.usda.gov/wps/wcm/connect/8872ec11-d6a3-
4fcf-86df-4d87e57780f5/MLG-Appendix-2.pdf?MOD=AJPERES. 21
November 2014 (20:04)
United States Environmental Protection Agnecy. Basic Information about E. Coli
I157:H7 in Drinking Water
http://water.epa.gov/drink/contaminants/basicinformation/ecoli.cfm. 26
November (06:07)
World Health Organization. Multiple-tube Methode for Thermotolerant (Fecal)
Coliforms. 1999.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/2edvol3i.pdf. 23
November 2014 (09:14)
World Health Organization. Indicators of Microbial Water Quality. 2001.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf. 26
November 2014 (4:16)

10. Lampiran
 Tabel Nilai NPM
 Tabel Medium, Penggunaan, dan Suhu Inkubasi untuk Metode NPM
 Lembar Pengamatan Praktikum
 Bagan Praktikum Benar
 Bagan Praktikum Salah

30
Tabel 7. Nilai MPN per 100 ml sampel dan tingkat kepercayaan 95% untuk
serangkaian kombinasi hasil postif dan negatif dengan 5 tabung

Sumber: Word Health Organization (1999)

31
Tabel 8. Medium kultur untuk MPN

Sumber: Word Health Organization (1999)

32

Anda mungkin juga menyukai