Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA 1


(HKKK 435)

PERCOBAAN 5
OSBORNE REYNOLDS

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. AGUS MIRWAN, ST., MT., IPM.

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII (TUJUH)

INTAN GEMILANG DEWI FORTUNA (1810814220008)


MUHAMMAD BASIT WAHYU HIDAYAT (1810814110021)
NATALIA SIHOMBING (1810814120003)
WARDINA SAPIAH ELIYANA (1810814220011)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKRAT
BANJARBARU

2020
ABSTRAK

Reynolds number adalah suatu system yang telah dijadikan dasar untuk mempelajari sifat-
sifat sistem nyata dengan cara mempergunakan sebuah model berukuran kecil. Tujuan dari
percobaan osborne reynolds adalah mengamati jenis aliran laminar, transisi dan turbulen. Aliran
fluida terbagi menjadi tiga jenis yaitu laminar, transisi dan turbulen. Aliran laminar adalah aliran
fluida yang bergerak dengan kondisi yaitu lapisan-lapisan membentuk garis-garis aliran yang tidak
berpotongan satu sama lain. Aliran transisi berada antara aliran laminar dan turbulen. Aliran
turbulen, aliran fluida dimana partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil dengan
kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aliran zat
warna dalam fluida (air) dan memvisualisasikan jenis aliran yang terjadi pada setiap variasi
putaran kran pemasukan air (1,2 dan 3) dan sudut putar pada flow control valve. Variasi sudut
putar pada flow control valve (70º, 90º, 110º dan 130º). Pada kran dengan bukaan 1 nilai Re
persamaan sebagai berikut: 1050,4466, 1498,9371, 1947,4275 dan 2395,9179. Pada kran dengan
bukaan 2 nilai Re persamaan sebagai berikut: 1735,7506, 2168,3653, 2600,9799 dan 3033,5946.
Sedangkan pada bukaan 3 nilai Re persamaan sebagai berikut: 2468,6819, 3005,8120, 3542,9422
dan 4080,0723. Dari hasil yang diperoleh dalam percobaan ini menunjukkan bahwa antara hasil
pengamatan dan hasil perhitungan memperlihatkan jenis aliran yang sama pada bukaan 1, serta
hasil yang tidak sama pada bukaan 2 dan 3.

Kata kunci : Fluida, laminar, Reynolds Number, transisi, turbulen.

V-i
PERCOBAAN 5
OSBORNE REYNOLDS

6.1 PENDAHULUAN

6.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mengamati jenis aliran laminer, transisi
dan turbulen.

6.1.2 Latar Belakang


Mekanika fluida merupakan hal penting dalam unit operasi teknik pada
umumnya dan merupaakan dasar yang perlu dipelajari oleh seorang insinyur
untuk penanganan dalam aplikasinya. Penyelesaian permasalahan yang terjadi
dalam dinamika fluida berkaitan erat dengan tipe aliran. Reynolds number dalam
mekanika fluida, yaitu bilangan yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu
jenis aliran yang terjadi dalam media transportasi fluida (Brown, 1956).
Aliran fluida memiliki beragam jenis aliran antara lain, laminer, transisi
dan turbulen. Terdapat empat besaran yang mempengaruhi penentukan jenis
aliran. Keempat besaran tersebut, yaitu massa jenis air, kecepatan aliran,
kekentalan cairan dan diameter pipa. Komposisi ke empatnya akan menentukan
besar atau kecilnya bilangan Reynolds number (Mc Cabe dkk., 1986).
Aplikasi Reynold number dalam bidang industri untuk aliran laminer
berbatas pada aliran fluida yang sangat kental pada kecepatan rendah sepeerti
suatu pelumasan dan peredam kejutan. Salah satu aplikasi Reynolds number di
bidang industri, yaitu pencampuran zat warna ke dalam suatu larutan atau
peencampuran bahan bakar udara dalam silinder motor bakar. Oleh karena itu,
percobaan ini penting untuk dilakukan agar praktikan dapat mengetahui jenis
suatu aliran yang terjadi pada fluida dan dapat menerapkannya di bidang industri
kelak.

V-1
5.2 DASAR TEORI

Fluida merupakan zat cair yang memiliki bentuk beragam dan memiliki
perilaku tertentu. Fluida dapat mengalir di dalam pipa atau saluran dengan dua
cara. Pertama, pada pipa atau saluran dengan laju aliran rendah terjadi penurunan
tekanan dalam fluida, bertambah secara langsung menurut kecepatan fluidanya.
Kedua, pada laju aliran tinggi adanya pertambahan jauh lebih besar atau lebih
cepat lagi, yaitu berkisar pangkat dua dari kecepatan. Perbedaan antara kedua
jenis aliran pertama kali ditunjukkan dalam percobaan oleh Osborne Reynolds
(1883). Dimana dalam percobaan tersebut, sebuah gelas dibenamkan dalam tangki
gelas silinder yang berisi air. Aliran awal yang stabil kemudian dilakukan
beberapa kondisi di dalam tabung itu dengan membuka salah satu katup. Pintu
masuk ke dalam tabung dilebarkan dan disediakan fasilitas untuk measukkan satu
filamen air berwarna dari suatu bejana yang ditempatkan di atas, ke dalam arus
pada lubang masuk tabung (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynolds menemukan bahwa pada laju alir rendah berwarna tersebut
mengalir tanpa gangguan serta bersamaan dengan aliran utama dan tidak terlihat
adanya campuran yang menyilang. Perlakuan ini dapat menunjukkan bahwa air
mengalir menurut garis lurus yang sejajar dan aliran tersebut bersifat laminar. Bila
laju alir ditingkatkan maka dicapai suatu kecepatan yang disebut kecepatan kritis
dimana benang warna menjadi gelombang dan berangsur menghilang karena
tersebar ke seluruh penampang air. Perilaku ini menunjukkan bahwa aliran air
tidak lagi laminar tetapi bergerak kemana-mana dalam bentuk aliransilang dengan
pusaran yang dinamakan aliran turbulen (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynolds mempelajari kondisi pada dua aliran dimana kecepatan kritis
tergantung pada diameter tube, kecepatan fluida, densitas dan viskositas.
Selanjutnya Reynolds menunjukkan kombinasi keempat faktor tersebut sebagai
berikut :

D× V × ρ
NRe=
μ
... (5.1)

V-2
V-3

Dimana : NRe = Bilangan Reynolds


D = Inside diameter pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata liquid (volume rata-rata aliran per suctional
area dari pipa) (m/s)
ρ = Densitas (kg/m3)
μ = Viskositas (Pa.s)

Fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Reynolds Number yang tidak berdimensi untuk
pipa lurus sirkular, saat Reynolds Number kurang dari 2000, aliran akan selalu
viskos. Namun ketika Reynolds Number lebih dari 4000, aliran akan menjadi
turbulen kecuali dalam keadaan yang sangat khusus. Daerah antara nilai ini
mungkin laminar atau turbulen (Mc Cabe dkk., 1993).
Reynold menyatakan formasi olakan dimulai di tengah tube untuk
membentuk inti dari aktivitas olakan. Kesimpulan yang didapat ditunjukkan dari
eksperimen Reynold adalah (Foust, 1991) :
1. Di atas kecepatan tertentu luas permukaan dari olakan menyeberang aliran
dengan gerakan alat.
2. Pergerakan atau olakan terjadi lebih besar di tengah tube.
3. Kenaikan kecepatan memperluas inti turbulen sampai tube dipenuhi aktivitas
olakan.
Aliran dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, aliran incompressible
dan aliran compressible. Umumnya, cairan termasuk dalam kategori
incompressible sedangkan gas termasuk compressible. Fluida ideal dapat ditandai
sebagai fluida nonviskos dari incoduting. Aliran fluida incompressible
diklasifikasikan oleh rasio gaya inersia terhadap gaya viskos. Rasio ini
ditunjukkan oleh bilangan Reynold (NRe). Pada bilangan Reynold yang rendah
aliran disebut aliran laminar, sedangkan pada ilangan Reynold yang tinggi aliran
disebut aliran turbulen (Perry, 1997).
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada di bawah pengaruh bidang batas padat atu tidak. Di bawah
apabila ada pengaruh banding, tegangan geser mungkin mendekati perilaku fluida
V-4

ideal yang tidak mampu mampat dan memiliki viskositas nol. Di dalam arus batas
padat terdapat empat efek yang sangat penting, yaitu (Mc Cabe dkk., 1993) :
1. Gabungan antara medan gradien kecepatan dengan medan tegangan geser.
2. Terbentuknya turbulen.
3. Terbentuknya dan berkembangnya lapisan atas.
4. Pemisahan lapisan batas kontak dengan batas padat.
Kecepatan linear sejumlah fluida yang mengalir melalui sebuah pipa tidak
terbatas. Pada aliran turbulen, kecepatannya linear tetapi berbandinglurus dengan
berbagai diameter pipa. Pada aliran turbulen, kecepatannya tidak linear dan
konstan setiap diameter pada pipa. Artinya kecepatannya ditentukan oleh volume
fluida yang mengalir memberikan poin atau yang dilepaskan sistem alir per detik
oleh luas penampang pipa. Di dalam aliran laminar, cairan bergerak memberikan
pengaruh atas fluida yang mengalir ditentukan oleh besarnya sifat cairan terutama
viskositas cairan (Brown, 1956).
Pada aliran laminar, fluida berlaku sebagai lapisan konsentrasi yang
mengalir dengan kecepatan maksimum. Pada bagian dinding pipa dengan
parabola. Jika warna diinjeksikan pada laju aliran rendah, zat warna mengalir
tanpa adanya gangguan bersama laju aliran umum dan tidak terlihat adanya difusi
molekular.

Gambar 5.1 Pola Aliran Laminar

Pada aliran pipa yang turbulen, zat warna yang diinjeksi akan tercampur secara
cepat karena pergerakan lateral di dalam aliran dan perilaku zat warna terlihat
tidak beraturan akibat ketidakseimbangannya. Gambar 5.1 mewakili daerah
V-5

laminar untuk bilangan Reynold di bawah 2000. Pada permukaan pipa cairan
mengalir secara efektif mengenai dinding pipa dan kekerasan pipa hanya
memcerikan pengaruh atas fluida yang mengalir yang ditentukan oleh besarnya
sifat cairan terutama viskositas (Mc Cabe dkk., 1999).

Gambar 5.2 Pola Aliran Turbulen

Keadaan aliran laminar dan turbulen secara sederhana divisualisasikan


oleh eksperimen yang ditunjukkan oleh gambar berikut (Geankoplis, 1997) :

Gambar 5.3 Eksperimen Reynold untuk Membedakan Jenis Aliran (a) Laminar
dan (b) Turbulen

Profil-profil kecepatan dan mekanisme transfer momentum untuk daerah


aliran laminar dan turbulen cukup berbeda. Aliran laminar juga terlihat mengalami
V-6

transisi ke arah turbulen pada bilangan Reynolds tertentu. Sejauh ini peristiwa
untuk aliran transisi telah dinyatakan lewat bilangan Reynolds saja, sementara
berbagai faktor selain Re sebenarnya mempengaruhi tansisi. Bagaimanapun juga,
bilangan Reynolds tetap menjadi parameter utama untuk memprediksi transisi.
Tabel 5.1 menunjukkan pengaruh beberapa faktor tersebut pada bilangan
Reynolds transisi (Welty dkk., 2004) :

Tabel 5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bilangan Reynolds pada Transisi


dari Aliran Laminar sampai Turbulen
Faktor Pengaruh
Gradien tekanan Gradien tekanan yang diharapkan akan
memperlambat transisi
Turbulensi arus-bebas Turbulensi arus-bebas menurunkan bilangan
Reynolds transisi
Kekasaran Menurunkan transisi dalam aliran eksternal
Hisapan (suction) Hisapan banyak menaikkan Re transisi
Kelengkungan dinding Konveks menaikkan Re, konkaf menurunkan
Re
Temperatur dinding Dinding dingin menaikkan Re transisi, dinding
panas menurunkan Re transisi

Keadaan laminar dan turbulen secara sederhana dapat divisualisasikan oleh


eksperimen Reynolds untuk membedakan jenis aliranlaminar dan turbulen. Air
dibiarkan mengalir steady state melalui pipa transparan dengan kecepatan alir
yang dikontrol oleh sebuah kran di ujung pipa. Aliran zat warna yang perlu
diamati pada kecepatan rendah, aliran zat warna teratur dan terbentuk garis lurus
yang dihasilkan. Tipe aliran ini disebut aliran laminar. Adanya peningkatan
kecepatan, pada kecepatan tertentu menimbulkan benang atau garis zat menjadi
terdispersi dan sangat kacau. Tipe aliran ini dikenal sebagai aliran turbulen.
Kecepatan dimana aliran ini berubah disebut kecepatan kritis (Geankoplis, 1997).
5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer,
stopwatch, pompa air, bak penampungan air, gelas ukur (10 mL, 50 mL dan 100
mL), busur dan rangkaian alat percobaan Osborne Reynolds (F1-20).

Deskripsi Alat:

1 1
Keterangan:
2 2
1. Penampung zat warna
3
3
4
4 2. Kran aliran zat warna
7 5 3. Sekrup pengatur
6
5
7 ketinggian
6
4. Tangki
5. Jarum suntik
8 8

6. Bell mouth entry


7. Overflow pipe
9 9

8. Kelereng kaca
9. Pipa pemasukan
10. Test section
10
10
11. Flow control valve
12. Penyangga yang dapat
diatur
11 11
13. Pipa pengeluaran
13 12

13
12

Gambar 5.4 Rangkaian Alat Percobaan Osborne Reynolds

V-8
V-9

5.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah zat warna dan
air.

5.3.3 Prosedur Percobaan


5.3.3.1 Persiapan Alat
1. Alat dirangkai seperti pada Gambar 5.4 dan dihubungkan dengan kran tandon.
2. Pompa dihidupkan dan kran tandon dibuka dengan bukaan tertentu serta tangki
dibiarkan terisi penuh hingga overflow.
3. Pipa pengamatan pada test section diperiksa apakah sudah terisi dengan baik
tanpa adanya gelembung udara.
4. Flow control valve dan kran tandon dibuka hingga overflow dihentikan
kemudian putaran pengontrol aliran zat warna diatur hingga zat warna terlihat
jelas di test section dan membentuk aliran.

5.3.3.2 Pengambilan Data


1. Kran air dibuka pada bukaan 1, kemudian flow control valve dibuka dengan
sudut 70º, 90º, 110º dan 130º. Setelah itu, aliran zat warna pada pipa test section
diamati.
2. Air yang keluar dari pipa pengeluaran ditampung menggunakan gelas ukur
selama 4 detik. Kemudian volume air yang telah tertampung diukur. Lalu
diulangi sebanyak 3 kali.
3. Langkah 1 dan 2 diulangi dengan bukaan yang lebih besar (bukaan 2 dan 3)
serta flow control valve dibuka sesuai sudut yang telah ditentukan dan diamati
aliran zat warna pada pipa test section.
4. Suhu air diukur dengan termometer, kemudian hasil pengamatan dicatat pada
tabel pengamatan.
5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Hasil Pengamatan


Tair = 30℃,
Viskositas kinematik = 0,802 x 10-6 m2/s
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan pada Bukaan 1
Volume Volume Waktu
Sudut
Tertampung Rata-rata Penam Visualisasi Sifat
Putar
Vavg Vavg pungan Aliran
Kran 1 2 3 3 3
(cm ) (m ) (s)
-5
70° 28 26 28 27,3333 2,7333x10 4 Laminar
-5
90° 39 39 35 37,6667 3,7667x10 4 Laminar

110° 45 47 48 46,6667 4,6667x10-5 4 Laminar

130° 130 59 65 62,0000 6,2000x10-5 4 Transisi

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan pada Bukaan 2


Volume Volume Waktu
Sudut
Tertampung Rata-rata Penam Visualisasi Sifat
Putar
Vavg Vavg pungan Aliran
Kran 1 2 3
(cm3) (m3) (s)
-5
70° 47 45 45 45,6667 4,5677x10 4 Laminar
-5
90° 55 53 50 52,6667 5,2667x10 4 Transisi

110° 61 68 62 63,6667 6,3667x10-5 4 Transisi

130° 79 80 76 78,3333 7,8333x10-5 4 Transisi

V-10
V-11

Tabel 5.4 Hasil Pengamatan pada Bukaan 3


Volume Volume
Sudut Waktu
Tertampung Rata-rata Visualisasi Sifat
Putar Penampungan
Vavg Vavg Aliran
Kran 1 2 3 3 3
(s)
(cm ) (m )
70° 57 58 60 58,3333 5,8333x10-5 4 Laminar
-5
90° 80 79 83 80,6667 8,0667x10 4 Transisi

110° 90 92 91 91,0000 9,1000x10-5 4 Transisi

130° 100 102 98 10,0000 10,000x10-5 4 Transisi


V-12

5.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 5.5 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1 (d=0,01 m; A= 7,854x10-5 m2dan µ= 0,802 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Re Number Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
Velocity Re Number
Putar (Qt) Percobaan xy x2 Relatif
(m/s) Percobaan Perhitungan Persamaan
3
(Ɵ) m /s (y) (%)
70° 6,8333x10-6 0,0870 1084,8441 Laminar Laminar 75939,09 4900 1050,4466 3,2746
90° 9,4167x10-6 0,1199 1494,9681 Laminar Laminar 134547,13 8100 1498,9371 0,2648
110° 1,1667x10-5 0,1485 1852,1729 Transisi Laminar 203739,02 12100 1947,4275 4,8913
130° 1,5500x10-5 0,1974 2460,7440 Turbulen Transisi 319896,72 16900 2395,9174 2,7057
Σ 400° 0,5528 6892,7291 734122 42000

a = 22,4245
b = -519,2699
y= 22,4245x -519,2699
V-13

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan pada Bukaan 2 (d=0,01 m; A= 7,854x10-5 m2dan µ = 0,802 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Velocit Re Number Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
2
Re Number
Putar (Qt) y Percobaan xy x Relatif
Percobaan Perhitungan Persamaan
(Ɵ) m3/s (m/s) (y) (%)
70° 1,1417x10-5 0,1454 1812,4835 Laminar Laminar 126873,84 4900 1735,7506 4,4207
90° 1,3167x10-5 0,1676 2090,3094 Transisi Laminar 188127,85 8100 2168,3653 3,5998
110° 1,5197x10-5 0,2027 2526,8930 Transisi Transisi 277958,23 12100 2600,9799 2,8484
130° 1,9583x10-5 0,2493 3109,0045 Transisi Transisi 404170,59 16900 3033,5946 2,4858
Σ 400° 0,7650 9538,6904 997131 42000
a = 21,631
b= 221,5992
y= 21,631x + 221,5992
V-14

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan pada Bukaan 3 (d=0,01 m; A= 7,854x10-5 m2dan µ = 0,802 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Re Number Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
Velocity 2
Re Number
Putar (Qt) Percobaan xy x Relatif
(m/s) Percobaan Perhitungan Persamaan
(Ɵ) m3/s (y) (%)
70° 1,4583x10-5 0,1857 2315,2161 Laminar Laminar 162065,13 4900 2468,6819 6,2165 a =
90° 2,0167x10-5 0,2568 3201,6131 Transisi Transisi 288145,18 8100 3005,8120 6,5741
110° 2,2750x10-5 0,2897 3611,7371 Transisi Transisi 397291,09 12100 3542,9422 1,9417 26,857
130° 2,5000x10-5 0,3183 3968,9414 Turbulen Transisi 515962,45 16900 4080,0723 2,7237 b=
Σ 400° 1,0504 13097,5083 1363463,85 42000
588,7264
y= 26,857x + 588,7264
V-15

5.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis aliran laminar, transisi
dan turbulen. Aliran laminar ditandai dengan kecepatan aliran fluida yang lambat
serta membentuk pola aliran garis lurus, sedangkan aliran turbulen ditandai
dengan aliran yang bergerak sangat cepat dan tidak stabil (Brown, 1956). Aliran
transisi terjadi apabila sudut putar flow control valve dibuka lebih besar dari aliran
laminar sehingga aliran fluida yang keluar akan bertambah cepat dan pola aliran
menjadi lurus dan acak. Bilangan Reynold aliran transisi adalah 2100-4100.
Sedangkan bilangan Reynold untuk laminar dibawah 2100 dan untuk turbulen
diatas 4100 (McCabe dkk, 1993).
Variabel-variabel yang diamati pada percobaan ini adalah visualisasialiran
yang melewati test section, suhu dan viskositas kinematik. Viskositas kinematik
berubah terhadap suhu, semakin tinggi suhu maka viskositas kinematik akan
bernilai kecil begitupun sebaliknya (McCabe dkk, 1993). Kelereng pada rangkaian
alat berfungsi untuk menjaga kestabilan aliran masuk agar tidak terjadi gejolak
yang membuat aliran biru yang diamati terganggu. Variasi bukaan yang
digunakan pada percobaan ini adalah 1, 2 dan 3 dengan variasi sudut putar yaitu
700, 900, 1100 dan 1300. Tujuan dari variasi bukaan dan sudut ini adalah untuk
mengamati perubahan aliran dalam test section pada suhu aliran 300C, kemdian
diperoleh nilai viskositas kinematiknya sebesar 0,802x10-6 m2/s. Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa bukaan flow control valve jika dibuka dengan
sudut putar kecil maka flowrate yang dihasilkan juga akan kecil, begitupun
sebaliknya.
Nilai sudut putar berbanding lurus dengan bilangan Reynold. Semakin
besar sudut putar maka semakin besar pula bilangan Reynold. Hubungan antar
sudut putar dengan bilangan Reynold pada bukaan 1 dapat dilihat pada Gambar
5.5.
V-16

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000

1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.5 Hubungan antara Sudut Putar dengan Reynolds Number pada bukaan
1

Gambar 5.5 menunjukkan bahwa sudut berbanding lurus dengan bilangan


Reynold, dimana semakin besar sudut putar maka bilangan Reynoldnya semakin
besar. Hasil pengamatan yang didapat pada bukaan 1 dengan sudut 700, 900, 1100
dan 1300 terbentuk aliran laminar, laminar, laminar dan transisi. Bilangan Reynold
perhitungan yang diperoleh yaitu 1084,8441; 1494,9681; 1852,1729 dan
2460,7440. Nilai flowrate yang terbentuk secara berturut-turut yaitu 6,833x10-6
m3/s; 9,4167x10-5 m3/s; 1,1667x10-5m3/s dan 1,5500x10-5m3/s. Jenis aliran tiap
sudut putar dari hasil pengamtan telah sesuai dengan jenis aliran dari hasil
perhitungan bilangan Reynold.
Hubungan antara sudut putar terhadap bilangan Reynold percobaan dan
bilangan Reynold persamaan untuk bukaan 1 ditunjukkan pada Gambar 5.6
berikut:
V-17

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000 Re Percobaan
Re Persamaan
1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.6 Hubungan antara Sudut Putar dengan Rynolds Number Perhitungan
dan Reynolds Number Persamaan pada Bukaan 1

Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa sudut putar berbanding lurus dengan bilangan
Reynold percobaan dan bilangan Reynold persamaan. Berdasarkan hasil
perhitungan `pada sudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 bilangan Reynold persamaan
diperoleh dari hasil analisis dimensi nilai Reynold percobaan dengan metode least
square yaitu y = 22,4245x – 519,2699 dengan a = 22,4245 dan b = -519,2699.
Bilangan Reynold percobaan untuk sudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 berturut-
turut adalah 1084,8441; 1494,9681; 1852,1729 dan 2640,7440. Sedangkan
bilangan Reynold persamaan sebesar 1010,4466; 1498,9371; 1947,4275 dan
2395,9174.
Kesalahan relatif berfungsi sebagai perbandingan antara kesalahan saat
percobaan dan teorinya. Semakin dekat bilangan Reynold percobaan dengan
bilangan Reynold persamaan maka akan semakin kecil kesalahan relatifnya.
Kesalahan relatif disebabkan gesekan antara dinding pipa, sehingga energi yang
dihasilkan lebih besar yang akan menyebabkan fraksi menjadi besar. Nilai
kesalahan relatif ada bukaan 1 berturut-turut sebesar 3,2746%; 0,2648%; 4,8913%
dan 2,7057%. Kesalahan relatif terbesar ada pada sudut putar 1100 sebesar
4,8913%. Hal tersebut terjadi karena bukaan kran atau sudut putar yang kurang
akurat. Selain itu, dikarenakan jarum suntik pengeluaran tinta yang tidak tepat
V-18

berada di bell mouth entry, sehingga tinta yang keluar terlebih dahulu mengalami
adhesi dengan air dan ketika masuk pipa test section terlihat bahwa pergerakan zat
warna bergerak acak.
Hubungan antara sudut putar dengan bilangan Reynold pada bukaan 2
dapat dilihat pada Gambar 5.7.

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000

1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.7 Hubungan antara Sudut Putar dengan Reynolds Number pada
Bukaan 2

Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa sudut putar berbanding lurus dengan bilangan
Reynold, dimana semakin besar sudut putar maka bilangan Reynoldnya semakin
besar. Hasil pengamatan yang didapat pada bukaan 2 dengan sudut putar 700, 900,
1100 dan 1300 terbentuk aliran laminar, transisi, transisi dan transisi. Nilai
Reynold perhitungan yang diperoleh 1812,4835; 2090,3094; 2526,8930 dan
3109,0045. Nilai flowrate yang terbentuk yaitu 1,1417x10-6m3/s; 1,3167x10-6m3/s;
1,5917x10-5m3/s dan 1,9583x10-5m3/s. Ketidak sesuaian hasil perhitungan dengan
hasil pengamatan terjadi pada sudut 900. Hal ini dikarenakan aliran air yang
mengalir pada pipa di pemasukan yang bergerak tidak stabil.
Hubungan antara sudut dengan bilangan Reynold percobaan dan bilangan
Reynold persamaan pada bukaan 2 digambarkan pada Gambar 5.8.
V-19

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000 Re Percobaan
Re Persamaan
1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.8 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number


Perhitungan dan Reynolds Number Persamaan pada Bukaan 2

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa sudut putar berbanding lurus dengan bilangan
Reynold percobaan dan bilangarn Reynold persamaan. Berdasarkan hasil
perhitungan pada sudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 bilangan Reynold persamaan
diperoleh dari hasil analisis dimensi nilai Reynold percobaan dengan metode least
square yaitu y = 21,631x + 221,5992 dengan a = 21,631 dan b = 221,5992.
Bilangan Reynold percobaan untuk sudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 bertutur
turut adalah 1812,4835; 2090,3094; 2526,8930 dan 3109,0045. Sedangkan
bilangan Reynold persamaan sebesar 1735,7506; 2168,3653; 2600,9799 dan
3033,5946. Nilai kesalahan relatif berturut-turut sebesar 4,4207%; 3,5998%;
2,8484% dan 2,4858%. Kesalahan realatif terbesar ada pada bukaan 70 0 sebesar
4,4207%. Hal tersebut disebabkan karena bukaan kran atau sudut putar yang
kurang akurat.
Hubungan antara bilangan Reynold dengan sudut putar pada bukaan 3
ditunjukkan pada Gambar 5.9.
V-20

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000

1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.9 Hubungan antara Sudut Putar dengan Reynolds Number pada
Bukaan 3

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa sudut putar berbanding lurus dengan bilangan
Reynold, dimana semakin besar sudut putar maka bilangan Reynoldnya semakin
besar. Hasil pengamatan yang didapat pada bukaan 3 dengan sudut putar 700, 900,
1100 dan 1300 terbentuk aliran laminar, transisi, transisi dan turbulen. Nilai
Reynold perhitungn yang diperoleh berturut-turut adalah 2315,2161; 3201,6131;
3611,7371 dan 3968,9419. Nilai flowrate yang terbentuk yaitu 1,4583x10-5m3/s;
2,0167x10-5m3/s; 2,2750x10-5m3/s dan 2,5000x10-5m3/s. Ketidak sesuaian hasil
perhitungan dengan hasil pengamatan terjadi pada sudut 70 0 dan 1300. Hal ini
terjadi karena aliran air yang mengalir pada pipa pemasukan yang bergerak tidak
stabil serta karena pengaruh gesekan antara fluida dengan pipa.
Hubungan antara sudut dengan bilangan Reynold percobaan dan bilangan
Reynold persamaan pada bukaan 3 ditunjukkan pada Gambar 5.10.
V-21

5000

4000
Reynolds Number

3000

2000 Re Percobaan
Re Persamaan
1000

0
50 70 90 110 130
Sudut (θ)

Gambar 5.10 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number


Perhitungan dan Reynolds Number Persamaan pada Bukaan 3

Gambar 5.10 menunjukkan bahwa sudut putar berbanding lurus dengan bilangan
Reynold percobaan dan bilangan Reynold persamaan. Berdasarkan hasil
perhitungan pada sudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 bilangan Reynold persamaan
diperoleh dari hasil analisis dimensi nilai Reynold percobaan dengan metode least
square yaitu y = 26,857x + 588, 7264 dengan a = 26,857 dan b = 588,7264.
Bilangan Reynold percobaan untuk dudut putar 700, 900, 1100 dan 1300 berturut-
turut adalah 2315,2161; 3201,6131; 3611,7371 dan 3968,9414. Sedangkan
bilangan Reynold persamaan adalah 2648,6819; 3005,8120; 3542,9422 dan
4080,0723. Nilai kesalahan relatif berturut-turut sebesar 6,2165%; 6,5741%;
1,9417% dan 2,7237%. Kesalahan realtif terbesar ada pada sudut 90 0 sebesar
6,5141%. Hal itu disebabkan karena perubahan suhu karena pengaruh gesekan
antara fluida dan pipa sehingga mempengarui viskositas kinematiknya. Semakin
besar viskositas fluida, aliran akan cenderung bersifat lambat, sehingga bilangan
Reynold akan semakin kecil.
Hubungan antara bukaan 1, 2 dn 3 terhada sudut putar dan bilangan
Reynold ditunjukkan pada Gambar 5.11.
V-22

5000

4000
Reynolds Number

3000
40
2000 80
120
1000 160

0
0 1 2 3
Bukaan

Gambar 5.11 Hubungan antara NRe Perhitungan terhadap Sudut Putar Semua
Bukaan

Gambar 5.11 dapat dilihat bilangan Reynold perhitungan terbesar ada pada
bukaan 3 dengan sudut putar 1400 yaitu 3968,9414. Sedngkan bilangan Reynold
terkecil ada pada bukaan 1 dengan sudut putar 700 yaitu 1084,8441. Pada sudut
putar 700 untuk semua bukaan kran diperoleh bilangan Reynold perhitungan
berkisar antara 1084,8441 sampai 2315,2161 dengan membentuk aliran laminar
pada setiap bukaan. Pada sudut putar 90 0 berkisar antara 1494,9681 samapai
32016131 dengan jenis aliran laminar pada bukaan 1, sedangkan pada bukaan 2
dan 3 membentuk aliran transisi. Pada sudut putar 1100 berkisar antara 1852,1729
sampai 3611,7371 dengan jenis aliran laminar pada bukaan 1, sedangkan pada
bukaan 2 dan 3 membentuk aliran transisi. Pada sudut putar 130 0 bilangan
Reynold berkisar 2460,7440 sampai 3968,9419 dengan jenis aliran transisi pada
bukaan 1 dan 2, sedangkan pada bukaan 3 jenis aliran yang terbentuk adalah
turbulen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bilangan Reynold adalah densitas,
diameter pipa, viskositas dan velocity. Semakin besara densitas maka semakin
besar pula bilangan Reynold. Semakin besar diameter pipa maka semakin besar
pula bilangan Reynoldnya. Hubungan antara viskositas kinematik dengan
bilangan Reynold adalah semakin tinggi nilai viskositas kinematik maka semakin
V-23

rendah bilangan Reynold. Velocity, dimana semakin besar velocity, maka semakin
besar pula nilai bilangan Reynold (Geankoplis, 1997).
5.5 PENUTUP

5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah aliran yang
terbentuk berdasarkan hasil pengamatan pada bukaan 1 adalah aliran laminer pada
sudut putar 70°, 90°dan 110° serta aliran transisi pada sudut putar 130° dengan
nilai NRe masing-masing adalah 1084,8441 ; 21494,9681 ; 1852,1729 dan
2460,7404. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan pada bukaan 2 adalah aliran
laminer pada sudut putar 70° serta aliran transisi pada sudut putar 90°dan 110°
dan 130° dengan nilai NRe masing-masing adalah 1812,4835 ; 2090,3094 ;
2526,8930 dan 3109,0045. Berdasarkan hasil pengamatan pada bukaan 3 adalah
aliran laminer pada sudut putar 70° aliran transisi pada sudut putar 90°dan 110°
serta aliran turbulen pada sudut putar 130° dengan nilai NRe masing-masing adalah
2315,2161 ; 3201,6131 ; 3611,7371 dan 3698,9419.

5.5.2 Saran
Saran yang dapat dberikan pada percobaan ini adalah menggunakan variasi
sudut putar pada percobaan selanjutnya. Sudut putar yang dapat digunakan, yaitu
35°, 45°, 55° dan 65°. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai reynolds
number yang lebih beragam dan dapat dibandingkan dengan percobaan
sebelumnya.

V-24
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G. G. (1956) : Unit Operations. John Wiley and Sons, Inc. New York.

Foust, A. S. dan L. A. Warzel. (1991) : Principle of Unit Operation. John Wiley


and Sons, Inc. New York.

Geankoplis, C. J. (1997) : Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition.


Prentice-Hall International, Inc. New York.

Geankoplis, C. J. (2003) : Transport Processes and Unit Operations 4rd Edition.


Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.

Mc Cabe, W. L., Smith J. C., dan Harriot P. (1986) : Unit Operation of Chemical
Engineering 4th Edition. Mc Graw Hill. New York.

Mc Cabe, W. L., Smith J. C., dan Harriot P. (1993) : Unit Operation of Chemical
Engineering 5th Edition. Mc Graw Hill. New York.

Perry, R. H. (1997) : Perry’s Chemical Engineering Handbook 7th Edition. Mc


Graw Hill International, Inc. New York.

Welty, J. R., dkk. (2004) : Dasar-dasar Fenomena Transport Volume 1 Edisi


Keempat. Erlangga. Jakarta.

DP.V-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Data yang tersedia


 Diameter pipa pada test section d = 0,01 m
 Luas permukaan pipa A = 7,854. 10ˉ5 m2
 Viskositas Kinematika (30° ) μ = 0,802. 10ˉ6 m2/s

Pada bukaan 1 dan sudut putar 70°


a. Flowrate (Qt)
Diketahui : Vavg = 2,7333 x 10ˉ5 m2
tavg = 4 s
Ditanya : Qt =…?
Jawab :
V 2,7333 x 10ˉ 5 m2
Qt = =
t 4s
= 6,8333 x 10ˉ6m3/s

b. Velocity (υ)
Diketahui : Qt = 6,8333 x 10ˉ6m3/s
A = 7,854. 10ˉ5 m2
Ditanya :υ = …?
Jawab :
Qt 6,8333 x 10ˉ 6 m 3/s
υ = =
A 7,854. 10ˉ 5 m2
= 0,0870 m/s

c. Reynolds Number (NRe)


Diketahui : υ = 0,0870 m/s
D = 0,01 m
μ = 0,802 x 10-6 m2/s

LP.V-1
Ditanya : Re = …?

LP.V-2
LP.V-2

Jawab :
υ . D 0,0870 m/s . 0,01 m2
Re = =
μ 0,802 x 10 ˉ 6 m 2 /s
= 1084,8441

Reynolds Number (NRe) persamaan dengan metode least square y = ax + b,


jika dilakukan metode least square, maka:
Σy = a Σx + nb Σx Σx Σy = a(Σx)2 + n bΣx
Σxy = a Σx2 + b Σx n ΣxΣy = na Σx2 + n b Σx
ΣxΣy - n Σxy = a [(Σx)2nΣx2]
ΣxΣy – n Σxy
a. ¿
( Σx)2−n Σx2
( 400 ) ( 6892,929131 )−4 ( 73,4122 )
=
( 400 )2−4 ( 42000 )
Σ y –a Σ x
b. ¿
n
( 6892,729131 )−( 22,4245 ) (400)
=
4

Persamaan menjadi y = 145,2410x -1991,3534


Untuk sudut putar = 70°
Re persamaan y = 22,4245x – 519,2699
= 22,4245(70° ¿ – 519,2699
= 1050,4466

c. Kesalahan Relatif
Diketahui : Re percobaan = 1084,8441
Re persamaan = 1050,4466
Ditanya : kesalahan relatif = ...?
Jawab :
LP.V-3

| ℜ percobaan
Kesalahan relatif =
– ℜ persamaan
ℜ persamaan |x 100 %
1084,9441 – 1050,4466
=| |x 100 %
1050,4466
= 3,2746 %

Anda mungkin juga menyukai