1. Ekspor KITE adalah kependekan dari Kemudahan Impor Tujuan. KITE
merupakan salah satu fasilitas Menteri Keuangan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dengan menggunakan fasilitas ini, barang impor yang diolah, dirakit atau dipasang pada barang yang nantinya akan diekspor dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk. Menteri Keuangan membagi fasilitas ini menjadi dua jenis yaitu KITE Pengembalian dan KITE PembebasanMenteri Keuangan membagi fasilitas ini menjadi dua jenis yaitu KITE Pengembalian dan KITE Pembebasan. KITE Pengembalian mewajibkan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor saat pengajuan PIB sedangkan dalam KITE Pembebasan, bea masuk dan pajak yang terutang pada saat impor barang dapat ditutup dengan jaminan.
2. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) berupa Bea Masuk Anti-Dumping
(BMAD) adalah pungutan terhadap barang impor dumping yang menyebabkan kerugian, yakni kerugian material yang telah terjadi, ancaman kerugian material atau terhalangnya pengembangan industri di dalam negeri. Tujuan pengenaan BMAD adalah untuk memulihkan kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius yang dapat diderita oleh industri dalam negeri. 3. Sanksi administrasi di bidang kepabeanan hanya dapat dikenakan terhadap pelanggaran yang diatur dalam Undang-Undang Kepabeanan. Pasal-pasal tentang sanksi administrasi dalam undang-undang kepabeanan biasanya dinyatakan dalam: Nilai rupiah tertentu; Nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum; Persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar; Persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar; Persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Pengenaan denda minimum sampai dengan maksimum menganut asas proporsionalitas, yaitu bahwa besar-kecilnya denda yang dikenakan dipengaruhi oleh berat-ringannya pelanggaran yang dilakukan. Pengenaan sanksi administrasi ditetapkan dalam bentuk surat penetapan. Surat penetapan ini dapat berbentuk tunggal, dalam artian hanya berisi tentang sanksi administrasi yang dikenakan, atau digabungkan dengan penetapan di bidang kepabeanan lainnya. 4. Tarif batas bebas bea masuk bagi setiap penumpang sebesar US$ 500 per penumpang. 5. Duty Free adalah toko yang menjual barang-barang bebas pajak yang biasanya terdapat di area keberangkatan internasional. Bukan hanya di bandara internasional saja, namun toko dengan lambang Duty Free juga bisa dijumpai di pelabuhan, stasiun kereta dan terminal bus antar negara. 6. Kawasan Berikat (KB) adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor. 7. Pemberitahuan Barang Impor (PIB) adalah pemberitahuan oleh importir atas barang yang akan diimpor berdasarkan dokumen pelengkap pabean sesuai prinsip self-assesment. Sedangkan Pemberitahuan Impor Barang (PIBT) Tertentu yang mana merupakan pemberitahuan pabean untuk pengeluaran barang tertentu yang diimpor untuk dipakai atau diimpor secara sementara, seperti barang pindahan. 8. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang digunakan untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang. PEB dibuat oleh eksportir atau kuasanya dengan menggunakan software EDI secara online. Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke Kantor Bea dan Cukai dengan menggunakan PEB ini. Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT) adalah dokumen yang digunakan untuk transaksi ekspor dengan nilai transaksi kurang dari 300 juta rupiah, yang diisi oleh eksportir, dan telah diberikan izin muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 9. SSPCP (Surat Setoran Pabean Cukai-Pajak) adalah formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak atau subjek pajak untuk melakukan penyetoran pungutan serta pajak-pajak dalam rangka impor, seperti cukai, bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM), Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 Impor dll. 10. Laporan Pemeriksaan Bea dan Cukai (LPBC)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) adalah laporan hasil pemeriksaan pabean atas barang ekspor yang berasal dari barang atau bahan asal impor yang mendapat Pembebasan dan/atau Pengembalian serta PPN dan PPnBM tidak dipungut yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 11. BC 2.3 adalah pemberitahuan pemasukan barang impor ke Tempat Penimbunan Berikat (Kawasan Berikat/KB, Gudang Berikat/GB, Entrepot Tujuan Pameran/ETP, Toko Bebas Bea/TBB) dari Tempat Penimbunan Sementara (TPS). 12. SPPB : Surat Persetujuan Pengeluaran Barang, adalah surat yang dikeluarkan oleh BC yang mana setelah dilakukan pemeriksaan terhadap persaratan dokumen dan atau pemeriksaan langsung secara fisik terhadap barang impor tersebut telah disetujui untuk diserahkan kepada importir. 13. Surat Perintah Membayar atau selanjutnya disebut SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA (Daftar Isian pelaksanaan Anggaran) atau dokumen lain yang dipersamakan. 14. SPJM adalah Surat Pemberitahuan Jalur Merah dimana barang harus diperiksa fisik (dibuka segel nya) dan cek apakah barang tersebut sesuai dengan dokumen yang tertera. Proses pengeluaran barang dengan SPJM biasanya 3 hari. 15. Nota Hasil Intelijen yang selanjutnya disebut NHI adalah produk dari Kegiatan Intelijen yang menunjukkan indikasi mengenai adanya pelanggaran di bidang kepabeanan dan/atau cukai.