Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU


PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS BABAKAN SARI KOTA BANDUNG

Jahidul Fikri Amrullah S.Kep., Ners., M.Kep


Prodi Diploma Tiga Keperawatan
jasielfa@yahoo.com

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kardiovaskuler yang prevalensinya sangat tinggi dimana
saat ini penderita DM di seleruh dunia sekitar 592 (55%) juta orang. Di Indonesia sendiri penyakit DM
merupakan penyebab kematian peringkat ketiga dengan angka kejadian DM di Jawa Barat sebanyak
2,0% dan di Bandung sebanyak 1,2%. Komplikasi dari DM itu sendiri dapat menyebabkan timbulnya
penyakit kardiovaskuler seperti stroke, kaki diabetik, retinopati, dan nefropati diabetik. Factor risiko
DM itu sendiri salah satunya adalah factor aktivitas fisik yang tidak baik. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui hubungan Aktivitas Fisik Dengan kadar Gula Darah Sewaktu Pada Lansia Penderita
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung. Jenis penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian adalah 64 responden.
Teknik sampling dalam penelitian diambil dengan menggunakan Total Sampling berjumlah 64
responden. Instrumen dalam penelitian menggunakan kusioner Global Physical Activity Quesionarre
(GPAQ), analisa data dalam penelitian menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukan
sebagian besar atau 34 responden (53,1%) memiliki aktivitas sedang, dan sebagian besar atau 35
responden (54,7%) memiliki kadar gula baik, terdapat hubungan aktivitas fisik dengan gula darah
sewaktu pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung dengan nilai p value
0.008. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memberikan intervensi kepada
pasien DM. Kesimpulan dari penelitian adalah terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula
darah sewaktu pada pasien DM.

Kata kunci : Aktifitas fisik, Kadar gula, Diabetes Melitus

PENDAHULUAN gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis,


Penyakit Tidak Menular (PTM) lansia, dan penyakit sendi/rematik (Kemenkes,
mempunyai durasi yang panjang dan umumnya 2013). Salah satu penyakit tidak menular pada
berkembang lambat. Penyakit Tidak Menular lansia yang berhubungan dengan status gizi
menjadi masalah kesehatan masyarakat baik atau IMT dan aktivitas fisik adalah diabetes
secara global, regional, nasional, dan lokal. mellitus (Depkes, 2008). Salah satu dari
PTM berisiko bagi manusia pada semua penyakit tidak menulah pada lansia yaitu
kelompok umur, tetapi lebih banyak dijumpai diabetes melitus.
pada kelompok usia dewasa dan usia lanjut Diabetes melitus adalah sekelompok
(WHO, 2014). PTM meliputi asma, penyakit penyakit metabolik dengan karakteristik
paru obstruksi kronis (PPOK), kanker, diabetes terjadinya peningkatan kadar glukosa darah
(DM), hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, (hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 42


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

sekresi insulin, aktivitas insulin dan keduanya kadar gula darah, pengendalian kadar gula
(Smeltzer & Bare, 2013). Diabetes melitus darah meliputi diet, makan, olahraga, upaya
(DM) merupakan keadaan yang seringkali pengobatan dan kontrol gula darah, kontrol
dikaitkan dengan meningkatnya risiko gula darah berguna menghindari terjadinya
kesakitan dan kematian. komplikasi (Fox dan Klivert, 2010).
Sebagai ibukota Jawa Barat, Bandung Secara garis besar kejadian diabetes
merupakan salah satu kota di Jawa Barat melitus dipengaruhi oleh kurangnya
dimana terdapat 1,2% penduduknya mengidap berolahraga atau beraktivitas. Aktivitas fisik
penyakit DM (Tandara, 2008). DM juga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
menempati sepuluh besar pola penyakit kota keseimbangan energi dan dapat dikatakan
Bandung. Kecenderungan kejadian penyakit sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah
diabetes melitus di Kota Bandung pada tahun yang melalui faktor-faktor tersebut banyak
2015 relatif cenderung meningkat dibanding kekuatan luar yang memicu pertambahan berat
tahun 2014. badan itu bekerja. Latihan fisik pada penderita
Angka kejadian diabetes melitus 2015 DM memiliki peranan yang sangat penting
mencapai 31.711 penduduk, sedangkan tahun dalam mengendalikan kadar gula dalam darah,
2014 mencapai 24.301 penduduk (Dinkes Kota saat melakukan latihan fisik terjadi
Bandung, 2015). peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang
Peningkatan jumlah penderita diabetes aktif sehingga secara langsung menyebabkan
sebagian besar dipengaruhi oleh umur, faktor penurunan glukosa darah. Sebagian besar
genetika, gaya hidup, prevalensi IMT penyebab diabetes adalah meningkatnya
meningkat dan aktivitas fisik kurang. jumlah penduduk yang kelebihan berat badan
Berdasarkan data Rikesdas 2007, prevalensi atau obesitas (Ilyas, 2011).
diabetes kelompok umur 45-54 tahun adalah Berdasarkan studi pendahuluan di
2,0%, pada kelompok umur 55-64 tahun Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung
adalah 2,8%, pada kelompok umur 65-74 penderita DM menempati posisi ke 4 dari 10
tahun adalam 2,4% dan pada kelompok umur penyakit besar, pada bulan Febuari 2018
75+ adalah 2,2%. berjumlah 64 orang lansia (laporan puskesmas,
Pasien yang tidak mengontrol DM dengan 2018). Hasil wawancara yang dilakukan pada
baik sangatlah beresiko terjadi komplikasi dan tanggal 19 Maret 2018 dengan 5 klien DM
harus diwaspadai diantaranya hiperglikemia. yang sedang mengontrol ke puskesmas
Komplikasi makrovaskuler dan komplikasi Babakan Sari di dapatkan kadar gula darah
mikrovaskuler (Depkes, 2015). Komplikasi 180-224 mmHg pada pemeriksaan glukosa
DM dapat menimbulkan kematian maupun puasa dan 243-395 mmHg yang diambil
kecacatan sehingga perlu adanya pengendalian setelah 2 jam sesudah makan. Selanjutnya 5

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 43


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

orang tersebut didapatkan 2 orang selalu Intrumen penelitian ini menggunakan


melakukan melakukan olahraga senam, menggunakan kuesioner Global Physical
sementara 3 orang diantaranya jarang Activity Quessionarre (GPAQ) yang
melakukan olahraga senam dan bersepedah. merupakan kuesioner aktivitas fisik yang telah
Selanjutnya 5 orang klien didapatkan 3 orang luas digunakan dengan cara wawancara
klien mengatakan datang berobat kadang- maupun secara langsung diisi oleh responden
kadang di antar oleh keluarga di karenakan mengenai aktivitas fisiknya.
keluarganya sibuk, 2 orang klien mengatakan Analisa data univariate menggunakan
sering datang sendiri karena jarak rumah ke analisa deskriptif dengan menggunakan
puskesmas dekat. Selanjut nya 5 orang klien distribusi frekuensi dan presentase, sedangkan
didapatkan 2 orang klien mengatakan berat analisa bivariate menggunakan Uji hubungan
badanya normal tidak ada penurunan berat dengan statistik Chi-square, karena kedua
badan, 3 orang klien mengatakan ada variable yang diuji berskala kategorik.
penurunan berat badan.
Berdasarkan permasalahan diatas, perlu HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan penelitian tentang “Hubungan 1. Karakteristik responden
Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik
Tabel 1 Karakteristik Responden di Wilayah
Dengan Gula Darah Sewaktu Pada Lansia Kerja UPT Puskesmas Babakan Sari
Kota Bandung Tahun 2018
Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung”.
Karakteristik Responden f %
Usia
METODE PENELITIAN 60 – 69 tahun 48 75.0
> 69 tahun 16 25.0
Jenis penelitian yang digunakan dalam Jenis Kelamin
penelitian ini yaitu menggunakan jenis Laki-laki 25 39.1
Perempuan 39 60.9
penelitian deskriptif kolerasi kuantitatif adalah Total 64 100.0
penelitian yang berhubungan dengan angka-
Tabel 1 menunjukan bahwa frekuensi usia
angka, baik yang di peroleh dari hasil
menunjukkan bahwa hamper semua responden
pengukuran (Notoatmodjo, 2012).
beruusia 60-69 tahun sebanyak 48 orang
Populasi dalam penelitian ini adalah
(75,0%), frekuensi jenis kelamin menunjukkan
lansia dengan diabetes melitus yang berada di
bahwa sebagian besar responden perempuan
UPT Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung
sebanyak 39 orang (60,9%).
sebanyak 64 orang. Sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik Total Sampling yang 2. Aktivitas Fisik
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
Tabel 2 Gambaran Aktivitas Fisik Pasien
sebanyak 64 orang penderita DM. Diabetes Melitus di Puskesmas
Babakan Sari Kota Bandung

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 44


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

No Kategori F % Tinggi 17 81.0 4 19,0 21 100


1 Aktifitas fisik tinggi 21 32.8
2 Aktivitas fisik sedang 34 53.1 Sedang 15 44.1 19 55,9 34 100
0.008
3 Aktivitas fisik rendah 9 14.1 Rendah 2 33,3 6 66,7 9 100
Total 64 100.0
Jumlah 35 54,7 29 45,3 64 100
Tabel 2 menunjukan bahwa aktivitas fisik
pasien diabetes melitus di Puskesmas Babakan
Sari Kota Bandung, terdapat sebagian besar Tabel 4 menunjukan hasil chi-square

dari responden 34 (53,1%) memiliki aktivitas bahwa ada hubungan aktivitas Fisik dengan

fisik sedang. gula darah sewaktu pada pasien diabetes


melitus di Puskesmas Babakan Sari Kota
3. Kadar Gula Darah Bandung, nilai P= 0.008 maka keputusanya

Tabel 3 Gambaran Kadar Gula Darah Ha diterima Ho ditolak.


Sewaktu Pasien Diabetes Mellitus Hasil diatas menunjukan bahwa frekuensi
di Puskesmas Babakan Sari Kota
Bandung usia menunjukkan bahwa sebagian besar
responden beruusia 60-69 tahun sebanyak 48
Gula darah
Jenis sewaktu orang (75,0%), frekuensi jenis kelamin
Kelamin Baik Buruk Total menunjukkan bahwa sebagian besar responden
N % n % n %
Laki-laki 11 44.0 14 56.0 25 100 perempuan sebanyak 39 orang (60,9%).
Perempuan 24 61.5 15 38.5 39 100 Berdasarkan penjelasan di atas yang
Total 35 54,7 29 45,3 64 100
sudah di paparkan dari 64 responden yang saya
Tabel 3 menunjukan bahwa jenis kelamin teliti memiliki kisaran umur 60-69 tahun 48
dengan gula darah sewaktu paling banyak pada orang dan yang lebih dari 69 tahun 16 orang.
perempuan dengan gual darah sewaktu baik Sedangkan berdasarkan jenis kelamin 25 orang
sebagian dari responden 24 (61,5%). laki-laki dan perempuan 39 orang.
Meskipun belum diketahui secara pasti
4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gula jenis kelamin berpengaruh terhadap DM dan
Darah Sewaktu
peningkatan kadar gula darah, namun jenis
Tabel 4 Hubungan aktivitas Fisik dengan gula kelamin menjadi salah satu faktor resiko
darah sewaktu pada pasien diabetes
melitus di Puskesmas Babakan Sari Diabetes Mellitus. Insiden diabetes adalah 1,1
Kota Bandung. per 1000 orang/tahun pada wanita dan 1,2 per
Kadar Gula 1000 orang/tahun pada laki-laki (Creator et al,
2010).
Aktifitas Total P
fisik Value Tabel diatas menunjukan bahwa aktivitas
Baik Buruk
n % N % n % fisik pasien diabetes melitus di Puskesmas
Babakan Sari Kota Bandung, terdapat 34

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 45


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

responden (53,1%) memiliki aktivitas fisik aktivitas fisik kita dapat menjadikan pedoman
sedang, 21 responden (32,8%) memiliki pengeluaran energy dari berbagai bentuk
memiliki aktivitas fisik tinggi dan 9 responden aktivitas fisik yang dinyatakan dalam
(14,1%) memiliki memiliki aktivitas fisik Metabolic Energy Trunovers (METs). Dalam
rendah. penggunaan METs yang berarti kebutuhan
Fenomena yang peneliti temukan energi pada saat istirahat yang dinyatakan
dilapangan adalah bahwa responden paling dalam volume oksigen saat istirahat yang itu
banyak melakukan aktivitas sedang seperti setara dengan 3,5 ml Oksigen/KgBB/Menit.
menyapu, mengepel,.mencuci Jadi 1 METs sama dengan pengeluaran energy
baju,.membersikan kamar mandi.dan kegiatan pada saat istirahat, yaitu sekitar 1 kilo
dalam kehidupan sehari-hari. selanjutnya kalori/kgbb/jam.
responden melakukan aktivitas tinggi seperti Aktivitas fisik akan mengalami penurunan
push up, naik turun tangga, membawa karena mengalami kelemahan
belanjaan, mengikuti kelas senam terstruktur muskuloskelektal dan penurunan fungsi otot,
dan terukur (fitness) dan bersepeda. yang karena sel-sel otot mengalami kematian. Nilai
terakhir adalah aktivitas rendah contohnya energi atau kalori yang dikeluarkan
seperti yang tidak melakukan aktivitas dalam dipengaruhi oleh asupan makanan dan aktivitas
keseharianya. seseorang. Seseorang yang memiliki aktivitas
Hasil kusioner menunjukan bahwa yang berat maka membutuhkan kalori yang
responden kebanyakan responden tidak bekerja besar jumlahnya dibandingkan seseorang yang
yang berhubungan dengan fisik berat memiliki aktivitas yang ringan maka asupan
contohnya seperti mengangkat benda berat, makanan seseorang harus seimbang dengan
mencangkul, rekontruksi dan buruh bangunan tingkat aktivitas yang dikerjakan karena
dan rata-rata responden melakukan aktivitas didalam aktivitas akan meningkatkan proses
fisik 30 menit dalam sehari, bersepeda 5 kali metabolisme (Febriana, 2007). Dari pernyataan
dalam satu minggu, ada beberapa juga yang ini dapat saya kaitkan dengan hasil penelitian
suka melakukan fitness seminggu sekali, dan yang telah dilakukan yaitu terdapat 23
olahraga lainya seperti voly, badminton, tenis responden yang mempunyai berat badan
meja. berlebih (Obesitas). Aktivitas fisik dan
Secara teoritis tipe, frekuensi dan durasi olahraga yang kurang dapat memicu terjadinya
dari aktivitas fisik lebih mudah dinilai dari obesitas atau berat badan berlebih. Aktivitas
pada intensitas, karena sebagian besar subjek yang kurang dapat mempengaruhi
penelitian dapat mengingat jenis, jumlah sesi, metabolisme pembakaran didalam tubuh dan
dan lamanya aktivitas fisik yang mereka pada akhirnya akan terjadi penumpukan lemak.
lakukan. Untuk itu, dalam menilai intensitas

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 46


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

Hasil analisis chisquare menunjukan Aktivitas fisik sangat berguna bagi


bahwa ada hubungan aktivitas Fisik dengan penggunaan gula darah. Selama melakukan
gula darah sewaktu pada pasien diabetes aktivitas fisik otot akan berkontraksi untuk
melitus di Puskesmas Babakan Sari Kota menimbulkan gerakan. Kontraksi dari otot
Bandung, nilai P= 0.008 maka keputusanya merupakan hasil dari pemecahan gula yang
Ha diterima Ho ditolak. tersimpan pada otot yang kemudian diubah
Penyerapan glukosa oleh jaringan tubuh menjadi energi. Energi kemudian diperlukan
pada saat istirahat membutuhkan insulin, oleh otot untuk menghasilkan gerakan.
sedangkan pada otot yang aktif tidak disertai Penggunaan gula yang tersimpan diotot
kenaikan kadar insulin walaupun kebutuan selanjutnya akan mempengaruhi penurunan
glukosa meningkat. Hal ini dikarenakan pada kadar gula darah karena penggunaan gula pada
waktu seseorang beraktivitas fisik, terjadi otot tidak memerlukan insulin sebagai
peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot mediatornya. Aktivitas fisik dapat memicu
yang aktif. Masalah utama yang terjadi pada pengaturan dan pengendalian kadar gula darah,
diabetes melitus adalah terjadinya resistensi karena ketika melakukan aktivitas fisik akan
insulin yang menyebabkan glukosa tidak dapat terjadi penggunaan glukosa dalam otot yang
masuk ke dalam sel. Saat seseorang melakukan tidak memerlukan insulin sebagai mediator
aktivitas fisik, akan terjadi kontraksi otot yang penggunaan glukosa kedalam sel otot sehingga
pada akhirnya akan mempermudah glukosa kadar gula darah menurun. Sebaliknya
masuk ke dalam sel. Hal tersebut berarti saat kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh
seseorang beraktivitas fisik, akan menurunkan responden dapat berdampak pada kenaikan
resistensi insulin dan pada akhirnya akan gula darah diatas normal karena gula darah
menurunkan kadar gula darah (Ilyas, 2011). akan diedarkan kembali ke darah sehingga
Riyadi & Widuri (2015) Aktivitas fisik terjadi peningkatan kadar gula darah. Hal ini
merupakan suatu irama sirkadian pada konsisten dengan kriteria prediabetes yang
manusia. Masing-masing individu memiliki dikemukan Heikes (2008) bahwa resiko
irama yang unik dalam kehidupannya sehari- kondisi prediabetes juga dipengaruhi oleh
hari dalam melakukan aktivitasnya, baik untuk aktivitas fisik. Sehingga peneliti berasumsi
bekerja, makan, istirahat, rekreasi dan lain bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat
sebagainya. Dalam memenuhi kebutuhan meningkatkan kadar gula darah dan membawa
tersebut, maka dibutuhkan koordinasi, pada kondisi prediabetes.
keamanan, dan keefisienan agar menghasilkan Menurut Plotnikoff (2012) dalam
gerakan yang baik dan dapat memelihara Canadian Journal of Diabetes, aktivitas fisik
keseimbangan selama beraktivitas tersebut. merupakan kunci dalam pengelolaan diabetes
melitus terutama sebagai pengontrol gula darah

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 47


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

dan memperbaiki faktor resiko kardiovaskuler 2. Sebagian Besar atau 35 responden (54,7%)
seperti menurunkan hiperinsulinemia, memiliki kadar gula baik di UPT
meningkatkan sesnsitifitas insulin, Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
menurunkan lemak tubuh, serta menurunkan 3. Terdapat hubungan aktivitas Fisik dengan
tekanan darah. Aktivitas fisik sedang yang gula darah sewaktu pada pasien diabetes
teratur berhubungan dengan penurunan angka melitus di Puskesmas Babakan Sari Kota
mortalitas sekitar 45-70% pada populasi Bandung, p value 0.008.
diabetes melitus serta menurunkan kadar
HbA1c ke level yang bisa mencegah terjadinya SARAN
komplikasi. Aktivitas fisik minimal 150 menit Bagi Penderita diabetes mellitus
setiap minggu yang terdiri dari latihan aerobic, hendaknya selalu mengontrol diet makan dan
latihan ketahanan maupun kombinasi olahraga yang teratur, agar dapat terhindar
keduanya berkaitan dengan penurunan kadar dari komplikasi mikrovaskuler. Bagi
HbA1c pada penderita diabetes melitus Puskesmas disarankan kepada petugas
(Umpierre et al., 2011). kesehatan di Puskesmas untuk melakukan
Penelitian Soegondo (2013) dinyatakan penyuluhan kesehatan yang mungkin
bahwa Aktivitas fisik yang kurang dilakukan pada penderita diabetes melitus
menyebabkan resistensi insulin pada diabetes salah satunya adalah diet 3J dan perencanaan
melitus menurut ketua Indonesian Diabetes makan. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat
Association (Persadia), Soegondo bahwa membuat kuesioner terbuka sehingga dapat
Diabetes Melitus I selain factor genetic, juga menggali lebih banyak informasi dari
bisa dipicu oleh lingkungan yang responden serta melakukan penelitian
menyebabkan perubahan gaya hidup tidak mengenai faktor lain seperti gejala komplikasi
sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan mikrovaskuler dengan variabel bebas yang
kurang serat), kurang aktivitas fisik dan stress. berbeda seperti kadar insulin pada pria sangat
Diabetes melitus sebernarnya dapat dibutuhkan sehingga dapat lebih memperjelas
dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui pengaruh penurunan kadar gula darah
gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan
aktivitas fisik teratur DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2004. Clinical


SIMPULAN Practice Recommendations. Diambil
kembali dari diabetes care:
1. Sebagian besar atau 34 responden (53,1%)
http://care.diabetesjournals.org/.
memiliki aktivitas fisik sedang di UPT American Diabetes Association. 2012.
Diagnosis and Classification of diabetes
Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung.
mellitus. Diabetes care.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 48


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

Arikunto, Suharsini 2010. Prosedur penelitian Gibney, M.J., et al. 2009. Gizi Kesehatan
suatu pendekatan Praktik Jakarta: Masyarakat. Jakarta:EGC
Rineka Cipta. Hartono. 2006. Teori Kepatuhan. Jakarta:
Bustan. 2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Gramedia Pustaka Utama.
Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Heikes KE, et al. Diabetes Care. 2008.
Badan Pusat Statistik, 2010. Data statistic Diabetes Risk Calculato: a simple tool
Indonesia, jumlah penduduk menurut for detecting undiagnosed diabetes and
kelompok umur, jenis kelamin, provinsi, pre-diabetes.
dan kabupaten/kota, 2005. Diakses 6 IDF, 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition,
febuari 2018. Internasional Diabetes Federation 2013.
Barnes, D. E., 2011. Program olahraga http://www.idf.org/setes
diabetes. Yogyakarta: Ciitra Aji Parama. /default/file/EN-GE-Atlas_Full-o.pdf.
Bull, F.C., Maslin T.S., & Amstrong, T. 2009 Diakses 25 Januari 2018.
Global Physical Activity Questionaire Ilyas, E. I., 2011. Olahraga bagi diabetes
(GPAQ) Nine Country Rehability and dalam: Suogondo, S., Soewondo, P.,
Validity Studi. Journal of physical Subekti., Editor. Penatalaksanaan
Activity and Health 6. Hlm. 729-859. Diabetes Melitus Terpadu bagi dokter
Diakses pada tanggal 27 maret 2018 maupun educator diabetes. Jakarta:
pukul 20.00. Fakultas kedokteran Indonesia.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Irwan, Dedi, 2010. Prevalensi dan Faktor
Medikal Bedah Edisi 13. Jakarta: EGC Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. II di Daerah Urban Indonesia (Analisa
Alih bahasa Nike Budhi Subekti, Jakarta: Data Sekunder)
EGC, 2009. Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Ch. M. Kristanti. 2002. Kondisi Fisik Kurang Rikesdas 2013, Badan Penelitian dan
Gerak dan Instrumen Pengukuran. Pengembangan Kesehatan Kementrian
Media Litbang Kesehatan, XII, 1-5. Kesehatan RI 2013, Jakarta.
Catherine L. Carpenter, Eric Yan, and David Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam
Heber. 2013. Body-mass index among a Penyakit Degeneratif Akibat Pola
Multiethnic Sample of College-Age Men Makan. Cetakan Pertama.
and Women. University California Yogyakarta;Penerbit Laksana
Dinas kesehatan kota Bandung. 2015. Situasi Kemenkes. Rencana Strategis Kementrian
Derajat Kesehatan Profil Kesehatan Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
kota Bandung Tahun 2015. Hal. 31-33 Kementrian Kesehatan RI: 2015.
DEPKES, 2013. Profil Kesehatan Jawa Barat Longo DL, Kasper DL, Jamenson JL. Et al.
Tahun 2013. diabetes mellitus dalam Harrison’s
http://www.depkes.go.id/resouress/down principles of international medicine 18 th
load/PROFIL KES PROVINSI 2012/12 ed. USA: Mc Graw Hill Company. 2012
Profil kes.prov.jabar2012.pdf Diakses chapter 334.
25 januari 2018. Lobmann, R & Thole, M V. 2016. Review
Endriyanto, E., Hasneli, Y & Dewi, Y. 2012. Neuropathy and Diabetic Foot
Efektivitas senam kaki diabetes mellitus Syndrome. Available at:
dengan Koran terhadap sensitivitas kaki www.mdpi.com/journal/ijms. Diakses
pada pasien DM tipe II. pada tanggal 27 April 2018.
Fox, C & Klivert, A. 2010. Bersahabat dengan
Diabetes Melitus Tipe II. Magdalena, et all. 2013. Mechanisms and
Jakarta:Penebar Plus. Pharmacology of Diabetic Neuropathy-
Fathoni. Penurunan glukosa darah post Experimental and Clinical Studies.
prandial pada latihan fisik intensitas Poland: Institute of Pharmacology
ringan durasi 30 menit dan intensitas Polish Academy of Sciences.
sedang durasi 10 menit pada penderita Misnadiarly. 2007. Obesitas sebagai Faktor
DM. Surabaya: Airlangga University Resiko beberapa Penyakit. Jakarta:
Library 2008. Pustaka Obor Populer.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 49


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

Molina, Patricia E. Adrenal Gland dalam buku Suyono, S., 2011. Kecendrungan peningkatan
Endocrin Physiology. Third Edition. jumlah penyandang diabetes mellitus.
Louisiana USA: Mc. Graw.hill Dalam : Soegondo, S., Soewondo. P.,
compames.2010 chapter 6. Subekti,L., Editor Penatalaksanaan
Medicastore. 2007. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Terpadu bagi dokter
Diabetes Melitus. Diperoleh dari: maupun educator diabetes. Jakarta:
respiratory.usu.ac.id/bitstream/…/5//cha Fakultas kedokteran Indonesia.
pter%201.pdf. diakses tanggal 13 maret Sutedjo.A. Y. 5. 2010. Strategi Penderita
2018. Diabetes Melitus Berusia Panjang.
Maulana, Mirza. 2009. Mengenal Diabetes Yogyakarta: Kanisius.
Mellitus. Jogjakarta: Katahati Supariasa dkk. 2012. Penilaian status gizi.
Nabyl RA. 2009. Cara Mudah dan Mengobati EGC. Jakarta.
Diabetes Melitus. Yogyakarta: Aulia Smeltzer, et al. 2008. Brunner & Suddarth’s
Publishing. Textbook of Medical Surgical Nursing,
Nathan, M David, Delahanty: Linda. 2010. 11th ed. Philadelpia: Lippincott
Menaklukan Diabetes. Jakarta: Bhauana Williams & Wilkins, a wotter kluwe
Ilmu Populer. business.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Soegondo, dkk. 2004. Diabetes Melitus,
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta:
Cipta. Balai Penerbitan FKUI.
Plotnikoff, R. C,. 2012. Physical Activity in Soegondo, S. 2005. Buku Ajar Penyakit
the Management of Diabetes: Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan.
Population-based Perspectives and Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. 2005.
Strategies. Canadian Journal of Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Diabetes. 30:52-62. Terpadu, Sebagai Panduan
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Gerontik, Yogyakarta: Nusa Medika Bagi Dokter Maupun Edukator. Jakarta:
Permana, Hikmat, 2009. Pengeloaan Balai Penerbit FKUI.
Hipertensi pada Diabetes Melitus Tipe I Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu
Fakultas Kedokteran Universitas Penyakit Dalam - Jilid III Ed. IV.
Padjajaran Bandung. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
PERKENI. 2006. Diagnosis dan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Available at: Pendidikan. Bandung : Alfabetha.
http://dokteralwi.com/diabetes.html. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi
Diakses pada tanggal 5 Maret 2018. (Mixed Methode). Bandung: Alfabetha
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2014. WHO. Physical Activity on 2008. Available
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah From URL:
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha https//thecommunityguide.org
Medika. (Accessed on maret 2 2018 : 10.00)
Rudyana H,. 2010. Hubungan Obesitas dengan WHO. Global Physical Activity Questionnaire
Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit (GPAQ)-Analysis Guide. Switzerland:
Dalam RSUD Cibabat Cimahi Tahun Prevention of Noncommunicable
2010. Diseases Departement: 2010
Sugondo S. 2012. Obesitas dalam Buku Ajar Yunir E, Soebardi S. Terapi Non Farmakologi
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. pada Diabetes mellitus dalam buku ajar
Salzler Michael Jc. Crowfard James M, Komar penyakit dalam. Jilid III. Edisi V.
V. Pankreass dalam Robbins Buku Ajar Jakarta:Buku Penerbit FKUI 2009. Hal
Patologi. Vol 2. Edisi 7. Jakarta: EGC. 189.
2007 hal 718. Yulianingsih. Hubungan aktivitas fisik dengan
Smelter & Bare (2013), Buku Ajar tekanan darah pada pasien hipertensi di
Keperawatan Medikal Bedah Bruner Lapas Kelas 1 Suka miskin-Bandung.
&Sudarth Edisi 8, Jakarta:EGC. Skripsi yang tidak dipublikasikan 2014.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 50

Anda mungkin juga menyukai