Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KIMIA FARMASI KUANTITATI

ARGENTOMETRI

Oleh :
Kelompok 2
Alifya Octari (1601085)
Meilita Putri (1601108)
Nina Risanti (1601109)
Sri Rahayu Suprapto (1601120)
Selvie Adella (1601045)
Waldy Wijayanto (1601127)

SI -III A

Dosen Pengampu : Rahma Dona,Msi.,Apt

Program Studi S1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
Yayasan Universitas Riau
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada
analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah
diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri. yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)
dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya
dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan
merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan
ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana
ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Titrasi yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan tidak hampir demikian melimpah pada
analisa titrimetrik seperti yang meliputi reaksi-reaksi redoks. Titrasi yang terbatas ini melibatkan
pengendapan ion perak dengan ion seperti halogen dan tiosianat. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya indikator yang sesuai. Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka
titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau
Fajans.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Titrasi Argentometri?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam Titrasi Argentometri?
3. Apa saja aplikasi untuk penggunaan Titrasi Argentometri?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Titrasi Argentometri.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam Titrasi Argentometri.
3. Untuk mengetahui pengaplikasian dari Titrasi Argentometri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat untuk
menentukan kadar halogen. Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai Argentometri. yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida
(pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri
tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat
PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana
ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) AgCl(s)  + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan
indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator
ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi
dapat diamati. Indikator lain yang bias dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.
Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat
dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans.
Keberhasilan proses pengendapan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam factor
diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH, hidrolisis, dan pembentukan
kompleks. Pengaruh ini dapat kita jadikan sebagai dasar untuk memahami titrasi argentometri
dan gravimetri.

 Temperatur.
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada
pada larutannya.
 Sifat alami pelarut.
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
 Pengaruh ion sejenis.
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion
sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi
kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya
dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH 4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH -
sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya
dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
 Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH,
hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H + akan
bergabung dengan I- membentuk HI.
 Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
 Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl
akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.

2.2 Metode dalam Titrasi Argentometri


A. Metode Fajans

Titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal dengan


sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh digunakan titrasi ion klorida
dengan larutan standart Ag+. Dimana hasil reaksi dari kedua zat tersebut adalah:
Ag+(aq)  + Cl-(aq)  AgCl(s)  (endapan putih)
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen
dicapai maka endapatn akan bermuatan negative disebakkan teradsorbsinya Cl - di seluruh
permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag + yang
teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada endapan. Setelah titik ekuivalen dicapai maka
tidak terdapat lagi ion Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapan sekarang
bersifat netral.
Kelebihan ion Ag+ yang diberikan untuk mencapai titik akhir titrasi menyebabkan
ion-ion Ag+ ini teradsorbsi pada endapan sehingga endapan bermuatan positif dan
beberapa ion negative teradsorbsi dengan gaya elektrostatis sebagai counter ion.
Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein yang berada
dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter
ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya ini maka
warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah
muda.

B. Metode Mohr

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama
proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah
semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag 2CrO4.
Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode Mohr.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+(aq)  + Cl-(aq)  AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq)  +  CrO42-(aq)  Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode
Volhard dan Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi ion Cl- , CN-, dan Br-.
Titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan
kandungan klorida dalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air
hasil pengolahan industri sabun, dan sebgainya.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah
titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10
disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu jika pH
dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan
mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sagat asam
konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan
Ag2CrO4 sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi.
Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk
sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat
asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersbut
atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan
natrium hydrogen karbonat.
Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dipengaruhi oleh suhu maka semua
titrasi dilakukan pada temperature yang sama. Pengadukan/ pengocokan selama larutan
standar ditambahkan sangat dianjurkan disebabkan hal ini dapat mempermudah
pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk sebelum titik
akhir titrasi dicapai dapat dipecah sehingga terlarut kembali.
Larutan silver nitrat dan endapan perak klorida yang terbentuk harus dilindungi
dari sinar matahari hal ini disebabkan perak klorida dapat terdekomposisi menurut reaksi
berikut:
AgCl(s)   Ag(s)  + ½ Cl2(g)
Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik equivalent titrasi klorida ditentukan
dari harga Ksp AgCl yaitu:
[Ag+] = (Ksp AgCl)1/2 = 1.35 x 10-5 M
Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi terbentukanya endapan perak
kromat adalah sebagai berikut:
[CrO42-] = Ksp / [Ag+]2 = 0,0066 M
Pada dasarnya untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka konsentrasi ion
kromat sejumlah tersebut harus ditambahkan akan tetapi konsentrasi ion kromat sejumlah
tersbut menyebabkan terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada larutan analit
sehingga warna perak kromat akan susah sekali untuk diamati oleh sebab itu maka
konsentrasi dibawah nilai tersebut sering digunakan.
Konsekuensi dari penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan
menyebebabkan semakin banyaknya ion Ag+ yang dibutuhkan agar terbentuk endapan
Ag2CrO4 pada saat terjadinya titik akhir titrasi, dan hal lain yaitu tidak mudahnya
pengamatan warna Ag2CrO4 diantara warna putih AgCl yang begitu banyak akan
mendorong semakin besarnya jumlah Ag2CrO4 yang terbentuk.
Dua hal ini akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian hasil analisis oleh
sebab itu diperlukan blanko untuk mengoreksi hasil ditrasi. Blanko diperlakukan dengan
metode yang sama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran analit.

C. Metode Volhard

Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan
secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+
dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan
indikator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk
kompleks yang berwarna merah.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah
sebagai berikut:
Ag+(aq)  + Cl-(aq)  AgCl(s)  (endapan putih)
Ag+(aq)  + SCN-(aq)  AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq)  + SCN(aq)  Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
Titrasi dengan cara ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi kembali. Mol analit
diperoleh dari pegurangan mol perak mula-mula yang ditambahkan dengan mol larutan
standar tiosianat.  Karena perbandingan mol dari reaksi adalah 1:1 semua maka semua
hasil diatas dapat langsung dikurangi.
Mol analit = mol Ag+ total – mol SCN
Aplikasi dari argentometri dengan metode Volhard ini adalah penentuan
konsentrasi ion halide. Kondisi titrasi denga metode Volhard harus dijaga dalam kondisi
asam disebabkan jika laruran analit bersifat basa maka akan terbentuk endapat Fe(OH)3.
Jika kondisi analit adalah basa atau netral maka sebaiknya titrasi dilakukan dengan
metode Mohr atau fajans.

2.3. Aplikasi Titrasi Argentometri


Penentuan Kadar Cl- Dalam Air Laut
Pada aplikasi titrasi pengendapan yaitu penentuan kadar Cl- dalam air laut, langkah
pertama yang dilakukan adalah dengan mengukur berat jenis air laut,yaitu dengan
menimbang piknomete rkosong dan juga menimbang piknometer yang sudah diisi dengan
air laut. Dari sini dapat dihitung massa jenis air laut. Yaitu dengan menggunakan rumus .
Dimana m (massa) diperoleh dengan mengurangi massa piknometter yang sudah diisi
dengan air laut dengan massa piknometer kosong. Sedangkan Volume diproleh dar
ivolume piknometer itu sendiri.

Sebanyak 50.0 mL NaCl 0.100 M dititrasi dengan 0.100 M AgNO3. Hitung konsentrasi
ion klorida pada interval-interval selama titrasi dan gambarkan plot pCl terhadap
millimeter dari AgNO3. pCl = -log (Cl-), dan Ksp untuk AgCl =1 x 10-10.
Jawab:
a. Awal titrasi
[Cl-] = 0.100 mmol/mL
pCl = 1
b. Setelah penambahan 10.0 mL AgNO3. Kita mulai dengan 50.0 mL x 0.100 mmol/mL =
5.00 mmolCl-dan telah menambahkan 10.0 mL x 0.100 mmol/mL = 1.00 mmol Ag+
.reaksinya adalah:
Ag+ + Cl- AgCl (s)
m 1.00 5.00
b -1.00 -1.00
s - 4.00
maka (Cl-) = 4.00 mmol/60.0 mL = 0.067 M
pCl = 1.17
c. Titik ekivalen
Ketika dimulai dengan 50.0 mL x 0.100 mmol/mL = 5.00 mmol Cl- dan menambahkan
50.0 mL x 0.100 mmol/mL = 5.00 mmol Ag+, reaksinya adalah:
Ag+ + Cl-  AgCl (s)
m 5.00 5.00
b -5.00 -5.00
s - -
Tidak ada ion klorida atau perak yang berlebih dan konsentrasi dari masing-masing ion
didapat dari Ksp :
AgCl (s)Ag+ + Cl-
(Ag+) (Cl-)= Ksp
(Ag+)= (Cl-)
(Cl-)2 = 1 x 10-10
Cl- = 10-5
pCl = 5.00
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Titrasi argentometri merupakan titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat
untuk menentukan kadar halogen. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. proses pengendapan sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam factor diantaranya temperatur, sifat alami pelarut,
pengaruh ion lain, pH, hidrolisis, dan pembentukan kompleks. Berdasarkan jenis
indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas
Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans.
Metode Mohr adalah suatu titrasi pengendapan yang menggunakan ion perak
sebagai titran dan ion kromat sebagai indikator. Metode fajans adalah suatu titrasi
pengendapan yang melibatkan garam perak dan menggunakan indikator adsorbsi untuk
mendeteksi titik akhir. Sedangkan metode Vollhard adalah suatu titrasi pengendapan
dimana AgSCN diendapkan dengan KSCN, dan digunakan indikator Fe(III) untuk
mendeteksi ion tiosianat yang berlebih.
Daftar Pustaka

Bharmanto,yudi.(15Desember2011).Argentometri.(online).(SUSILO%20YUDI
%20BHARMANTO%20%20ARGENTOMETRI.htm,diakses tanggal 15 September 2015).
R.A. Day & A. L. Underwood.2002.Quantitative Analysis Sixth Edition.Jakarta: Erlangga.
Wydarahmani Jayanti.(15 Mei 2014).Titrasi Pengendapan dan
Aplikasi.(online).(Wydarahmani%20Jayanti%20%20Titrasi%20Pengendapan%20dan
%20Aplikasi.htm,diakses tanggal 15 Setember 2015).

Anda mungkin juga menyukai