Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi kehilangan


            Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di alami oleh setiap individu dalam
rentan kehidupannya.Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cendrung akan
mengalaminya kembali walaupun bentuk yang berbeda.
            Kehilangan adalah penarikan sesuatu atau seseorang atau situasi yang berharga, baik
sebagai pemisahan yang nyata maupun yang di antisipasi.kehilangan pribadi adalah segala
kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi melelui proses berduka.

 2.2 Jenis  jenis  Kehilangan
1.  Kehilangan objek eksternal
Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang,berpindah tempat,dicuri,atau rusak
karena bencana alam.Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama
– sama,perhiasan,uang atau pekerjaan.
2.  Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang
keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen contohnya termasuk kekta
baru atau perawatan dirumah sakit.
3.  Kehilangan orang terdekat / orang yang dicintai
Salah satu yang paling membuat stres dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana
harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang
dicintai.
4.  Kehilangan aspek diri ( loss of celf)
Bentuk laian dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang.
Beberapa aspek yang dapat hilang dari seseorang, misalnya kehilangan pendengaran, ingatan,
usia muda, dan fungsi tubuh
5.  Kehilangan hidup
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan
orang disekitarnya,samai pada kematian yang sesungguhnya.

2.3 Tipe Kehilangan


1)      Aktual loss.
Kehilangan yang dapat dikenal oleh orang lain, sama dengan individu yang mengalami
kehilangan.
2)      Perseived loss ( psikologis )
Perasaan individual, tapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas
3)      Anticipatory loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi

2.4 Definisi Kematian


Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau
kematian.sementara secara definitif,kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru – paru
secara menetap,atau terhentinya kerja otak secara permanen.ini dapat dilihat dari tiga sudut
pandang tentang definisi kematian yakni kematian jaringan,kematian otak, yakni kerusakan otak
yang tidak dapat pulih dan kematian klinis yakni kematian orang tersebut.

2.5.Tanda – tanda kematian


   Secara tradisional,pandangan masyarakat tentang kematian telah mengalami perubahan –
perubahan nadi,respirasi 3dan tekanan da1968,World Medical Assemblymenetapkan beberapa
petunjuk tentang indikasi kematian,yaitu tidak ada respons terhadap rangsangan dari luar secara
total,tidak adanya gerak dari otot,khususnya pernafasan,tidak ada refleks,dan gambaran mendatar
pada EKG.  
Tanda – tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap, yakni menjelang kematian, saat kematiaan,
dan setelah kematian.
1.      mendekati kematian. Tanda – tanda fisik menjelang kematian meliputi sebagian berikut .
a)        penurunan tonus otot
1.    gerakan ekstermitas berangsur – angsur menghilang, khususnys pada kaki dan ujung kaki.
2.    Sulit berbicara
3.    Tubuh semakin lemah
4.    Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit.
5.    Otot rahang dan muka mengendur sehingga dagu menjadi turun.
6.    Rahang bawa cenderung turun.
7.    Sulit menelan, refleks gerakan menurun.
8.    Mata sedikit terbuka.
9.    Penurunan gekgiatan traktus gastrointestinal, ditandai dengan nausea,, muntah, kembung,
obtisipasi, dan sebagainnya
10.  Penurunan kontrol sfingter urinari dan rektal
11.   Gerakan tubuh yang terbatas
b.)       Sirkulasi melemah
1.    Suhu klien tinngi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung klien tersa dingin dan  lembab
2.    Kulit ektermitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau pucat.
3.    Nadi mualai teratur, dan cepat.
4.    Tekanan darah menuru.
5.    Peredaran perifer terhenti.
6.    Kemunduran dalam sensasi.
c.)         Kegagalan funngsi sensorik
1.    Sensasi nyeri menurun atu hilang.
2.    Pandangan mata kabur/berkabut.
3.    Kemapuan indra beransur- ansur.
4.    Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
5.    Gangguan penciuman dan perabaan.
6.    Variasi variasi tingaka dapat di lihat sebelum kematian. Kadang –kadang klien tetap
sadarsampai meninggal.
7.    Penudengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.
d.)        Penurunan / keggagalan fungsi pernafasan
1.    Mengerok (deat reattle) / bunyi napas terdengar kasar.
2.    Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut.
3.    Pernapasan sheyne stokes.
e.)      Perubahan –perubahan dalam tanda- tanda vital
1.    Nadi lambat dan lemah
2.    Tekanan darah turn
3.    Pernapsan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur.

2.      Saat kematian. Fase ini di tandai dengan ciri – ciri sebagai berikut.
a)      Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak ( paru, jantung, dan otak)
b)      Hilangnya responds terhadap stimulus
c)      Hilangnnya  kontron atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontienennsia) akkibat
peredaran yang terhambat , kaki dan ujung hidung menjadi dingin.
d)     Hilangnya kemampuan panca indra, hanya indra pendengar yang paling lama dapat
berfunsi.
e)      Adanaya garis dasar  pada mesin elekttroensefalografi menunjukkan terhentinya aktivitas
listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

3. Setelah kematian. Fase ini di tandai dengan ciri cirisebagai berikut.


a.  Rigor mortis (kaku).tubuh menjadi kaku. 2- 4 jam setelah kematian
b.  Argor mortis ( dingin) suhu tutuh pelahan- lahan turun
c.   Livor mortis ( post mortem dikompesition) perubahan pada daerah yang tertekan, jarimgan
melunak dan bakteri sangatbanyak.

Setelah klien meninngal, perawat bertugas melakukan perawatan pada jenazahnya. Disamping


itu perawat juga bertugas memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan orang terdekat
klien.
Sebab – sebab kematian
  i.      Penyakit, keganasan, misalnya karsinoma hati, karsinoma mamma, karsinoma paru,
penyakit kronis, misalnya CRF ( Chronik renal failure.) atau gangguan ginjal, Myocard
Infarction atau gangguan vaskuler.
 ii.      Kecelakaan.

2.6. tipe – tipe perjalanan menjelang kematian


1. kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui,yaitu adanya perubahan yang cepatdari fase
akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui,biasanya terjadi pada kondisi penyakit
yang konik.
3. Kematian yang belum pasti,kemungkinan sembuh belum pasti,biasanya terjadi pada klien
dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinanmati dan sembuh yang Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa
diketahui,biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang konik.
3. Kematian yang belum pasti,kemungkinan sembuh belum pasti,biasanya terjadi pada klien
dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinanmati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada kliendengan sakit kronikdan
telah berjalan lama.

2.7  Definisi berduka


Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya
dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
2.8 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori
berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional
klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami
kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.

1.  Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada
seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
·         Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau
pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
·         Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
·         Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
·         Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
·         Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2.   Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan
menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a)      Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai
bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b)      Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c)      Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d)     Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.
Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
e)       Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang
tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya
reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4.  Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1.      Penghindaran
2.      Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
3.      Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA


ENGEL (1964) KUBLER-ROSS MARTOCCHIO RANDO (1991)
(1969) (1985)
Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
Berkembangnya  kesadaran Marah Yearning and
protest
Restitusi Tawar-menawar Anguish, Konfrontasi
disorganization and
despair
Idealization Depresi Identification in
bereavement
Reorganization / the out Penerimaan Reorganization and Akomodasi
come restitution

BAB III
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Berduka merupakan respon
normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu
berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Berduka disfungsional adalah suatu
status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 kategori
kehilangan, yaitu Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.


Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 1. Jakararta: Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai

  • RISNA
    RISNA
    Dokumen171 halaman
    RISNA
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Adil
    Adil
    Dokumen2 halaman
    Adil
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat