Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Tegangan menengah AC diperlukan untuk pengujian ketahanan
peralatan-peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan menengah AC. Suatu
peralatan sistem tenaga listrik tidak cukup diuji hanya dengan tegangan menengah
AC, tetapi diuji dengan juga dengan tegangan menengah impuls. Ada juga
peralatan tenaga listrik yang diuji dengan tegangan menengah DC. Untuk
membangkitkan tegangan menengah impuls dan tegangan menengah DC ini
dibutuhkan tegangan menengah AC. Disamping untuk pengujian peralatan sistem
tenaga listrik, tegangan menengah AC dibutuhkan untuk pengamatan sifat – sifat
listrik bahan isolasi. Adapun tegangan menengah AC digunakan untuk mengukur
rugi-rugi dielektrik, permitivitas, kekuatan dielektrik suatu bahan isolasi, dan
untuk peluahan parsial atau korona (Tobing, 2012).
Pada umumnya pembangkitan tegangan menengah searah dilakukan
dengan penyearahan tegangan menengah bolak-balik melalui dioda, kemudian
dapat dilipat gandakan tingginya. Tegangan menengah DC (direct current)
sebagaimana pada pengukuran pada tegangan rendah umumnya dilakukan dengan
menambah tahanan seri yang besar mengingat arus dalam meter biasanya dibatasi
pada nilai 1-10 µA untuk full scale deflection. Pada tegangan yang sangat tinggi (
>1000 kV ), permasalahan yang muncul adalah disipasi daya yang besar, arus
bocor, perubahan resistansi berkenaan variasi temperatur. Pengukuran menengah
DC dibagi menjadi 3 metode, yaitu pengukuran dengan menghubungkan seri
dengan resistor, pengukuran berdasarkan generator dan pengukuran dengan
pemakaian pembagi tegangan. (S Poniman, 2016).
Oleh karena itu, pembangkitan dan pengukuran tegangan menengah AC,
pembangkitan dan pengukuran tegangan menengah DC, kegagalan dielektrik
udara, dan pengujian efek polaritas pada kegagalan dielektrik udara, pengujian
isolasi zat cair, dan kubikel 20 kV perlu untuk dilakukan praktikum.

5
6

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
Tegangan tinggi AC dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tegangan tinggi
AC dengan frekuensi rendah dan tegangan tinggi AC dengan frekuensi tinggi.
Tegangan tinggi AC dengan frekuensi rendah diperlukan untuk menyelidiki
ketahanan peralatan listrik yang terpasang pada jaringan tegangan tinggi terhadap
tegangan yang melebihi operasinya dalam waktu terbatas. Sedangkan tegangan
tinggi frekuensi tinggi diperlukan untuk berbagai macam pengujian, diantaranya
adalah untuk menguji adanya kerusakan – kerusakan mekanis pada isolator
terutama isolator porselen. Tegangan tinggi AC umumnya diperoleh dari suatu
transformator step-up yang disebut dengan trafo uji, yaitu transformator satu fasa
yang faktor transformasinya jauh lebih besar dari pada faktor transformasi
transformator daya. Tujuan utama pembangkitan tegangan tinggi AC adalah
kepentingan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke beban.
Kapasitas trafo daya suatu trafo uji dapat juga dinyatakan oleh perkalian
tegangan dengan arus. Hal tersebut karena beban trafo uji adalah bahan isolasi
dimana arus keluaran hanya beberapa ratus miliampere sehingga kapasitas trafo
uji hanya 5 – 100 kVA. Trafo uji tidak dirancang untuk pemakaian yang kontinu
karena trafo uji ini hanya digunakan saat pengujian sedangkan pengujian itu
berlangsung hanya dalam waktu yang singkat, yaitu 10 – 15 menit. Trafo uji yang
digunakan memiliki perbandingan jumlah lilitan lebih besar dibandingkan dengan
kapasitas trafo daya (power tansformer) dan kapasitas kVA nya lebih kecil
dibandingkan dengan trafo daya. Besar tegangan pengujian yang diterapkan pada
peralatan tergantung pada jenis pengujian dan tegangan nominal peralatan yang
akan diuji.
Pembangkitan tegangan tinggi AC dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yakni pengujian tegangan puncak menggunakan sela bola standar, pengujian
tegangan puncak menggunakan pembagi tegangan kapasitif, pengujian tegangan
puncak menggunakan pembagi tegangan kapasitif, pengujian tegangan puncak
menggunakan pembagi tegangan resistif, dan pengukuran tegangan menggunakan
tegangan input dan rasio transformator.
7

Pada bab ini hanya membahas dua metode, yaitu pengujian tegangan
puncak menggunakan sela bola standar dan pengukuran tegangan menggunakan
tegangan input dan rasio transformator.

1. Pengujian Tegangan Puncak Menggunakan Sela Bola Standar


Pengukuran tegangan tinggi AC menggunakan sela bola standar
dilakukan dengan cara memanfaatkan standar tegangan tembus sela bola yang
sudah diketahui IEC 60052 (suhu udara 20ºC dan tekanan udara 760 mmHg).
Dengan menggunakan standar tersebut, tegangan puncak tegangan tinggi
AC untuk setiap suhu dan tekanan yang berbeda dapat dihitung dengan cara
berikut :
1. Jarak sela bola diatur x cm,
2. Tegangan untuk setiap sela bola Vs (mengacu pada standar)
3. Dihitung faktor koreksi udara (δ)

0.386 p
δ= ………………….…………(2.1)
273+ t

Keterangan :
δ = faktor koreksi udara
p = tekanan udara sekitar
t = suhu udara sekitar
4. Maka tegangan yang dibangkitkan pada sela bola standar adalah :

V =δ V s ……………….........................…(2.2)

Keterangan :
V= tegangan pada sela bola standar
δ = tekanan udara sekitar
V s = Tegangan tembus standar ( kV )
Pengujian tegangan puncak menggunakan sela bola standar dapat di lihat
pada Gambar 2.1.
8

Gambar 2. 1 Sela bola untuk mengatur tegangan (a) susunan


mendatar, (b) susunan tegak

2. Pengujian Tegangan Puncak Menggunakan Rasio Transformer


Pengukuran tegangan tinggi AC dengan menggunakan perbandingan
rasio belitan. Metode ini paling mudah, hanya mengalikan masukan tegangan
trafo dengan perbandingan tegangan nominal trafo sisi primer dan sisi sekunder.
Namun, hasil yang diberikan tidak sesuai karena rangkaian trafo uji tersebut tidak
sama rangkaian ekuivalennya dengan trafo pada umumnya. Hal ini akibat adanya
kapasitansi sendiri dari belitan tegangan tinggi yang diparalel dengan kapasitansi
objek uji. Adapun nilai tegangan output dapat dihitung menggunakan
perbandingan lilitan primer dan sekunder transformator. Pengujian tegangan
puncak menggunakan rasio transformer dapat di lihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Metode Rasio Transformator


2.2.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC
9

Pemanfaatan tegangan tinggi DC dalam kehidupan sehari-hari memang


belum banyak dikenal secara umum bila dibandingkan dengan tegangan tinggi
bolak-balik, sebagai contohnya adalah penggunaan tegangan bolak balik pada
sistem transmisi hal ini dikarenakan kesulitan untuk membangkitkan ataupun
mentrasformasikan tegangan tinggi searah karena diperlukan perangkat inverter
yang dilihat dari segi ekonomis memiliki harga yang mahal, akan tetapi dengan
menggunakan sistem transmisi diperoleh keuntungan-keuntungan antara lain :
1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran
dengan tegangan searah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan
bolak balik
2. Pengisolasian tegangan searah lebih sederhana
3. Daya guna lebih tinggi karena faktor dayanya = 1
4. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan
perubahan frekuensi dan stabilitas
Pembangkitan tegangan DC dilakukan dengan menggunakan penyearah
yang sama dengan penyearah pada rangkaian elektronika biasa akan tetapi tentu
saja dengan komponen yang telah didesain untuk dapat menahan tegangan tinggi.
Dioda yang digunakan pada rangkaian pembangkitan tegangan tinggi searah dapat
berupa dioda tabung hampa ataupun dioda semi konduktor yang terpasang seri
dengan sumber tegangan AC seperti terlihat pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 di
bawah ini. :

Gambar 2. 3 Dioda Tabung Hampa


10

Gambar 2. 4 Dioda Semikonduktor

Untuk membangkitkan tegangan tinggi DC dalam laboratorium


umumnya menggunakan komponen penyearah yang terdiri atas sejumlah dioda
semikonduktor yang terpasang seri. Prinsip dasar pembangkitan tegangan tinggi
DC yaitu membangkitkan tegangan tinggi bolak-balik yang keluarannya
dihubungkan dengan rangkaian penyearah setengah gelombang (menggunakan
dioda tegangan tinggi). Pembangkitan tegangan tinggi DC yang paling sederhana
diperlihatkan pada Gambar 2.5. Sebuah transformator uji tegangan tinggi
dihubungkan dengan beban melalui sebuah dioda penyearah ideal V. Tegangan
sekunder trafo yang berbentuk sinusoidal dengan nilai puncak akan disearahkan
terlebih dahulu oleh dioda tegangan tinggi yang memiliki resistansi maju dan arus
reverse sama dengan nol (karakteristik ideal). Bentuk keluaran gelombang
tegangan yang telah disearahkan dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.

Gambar 2. 5 Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi Searah Dengan Metode


Penyearah Setengah Gelombang
11

Gambar 2. 6 Bentuk Gelombang Tegangan Beban Tanpa Kapasitor

Gambar 2. 7 Bentuk Gelombang Tegangan Beban Dengan Kapasitor

Terlihat pada Gambar 2.6 dengan memasang paralel kapasitor dengan


beban akan didapatkan gelombang tegangan yang rata dalam keadaan mantap
dibanding tanpa kapasitor. Jadi fungsi kapasitor ialah sebagai filter atau perata
bentuk gelombang tegangan keluaran dari dioda. Untuk Gambar 2.7 tegangan
searah pada beban u(t) akan mengandung tegangan cacat atau ripple tegangan.
Semakin rata gelombang tegangan beban, maka besar ripple tegangan akan
semakin kecil dan periode konduksi dioda tv akan menjadi lebih singkat.
Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi DC, salah satu metode
yang digunakan ialah dengan bantuan tahanan atau resistor tegangan tinggi yang
mempunyai harga tahanan sangat besar seperti yang terlihat pada Gambar 2.8.
12

Gambar 2. 8 Pengukuran Tegangan Tinggi Searah Dengan Suatu Resistor Seri


atau Pembagi Resistif

Tahanan R2 ialah resistor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan


resistif yang diseri dengan R1 dan diparalel dengan alat ukur tegangan tinggi
searah DGM. Besar tegangan yang diukur DGM ialah nilai rata-rata tegangan
searah. Cara lain untuk pengukuran tegangan tinggi DC adalah dengan
menggunakan meter-volt elektrostatik dan sela bola.

2.2.3 Kegagalan Dielektrik Udara


Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas, melainkan
electron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik
tersebut. Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan
elektrik. Pada Gambar 2.9 ditunjukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di
antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V, maka
timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya
kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas.
Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik
agar berubah sifat menjadi konduktor. Jika terpaan elektrik yang dipikulnya
melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan
menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal
ini dielektrik disebut tembus listrik atau “breakdown”. Terpaan elektrik tertinggi
13

yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik
disebut kekuatan dielektrik. Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik
Ek , maka terpaan elektrik yang dapat dipikulnya adalah ≤ Ek .

Gambar 2. 9 Medan elektrik dalam Dielektrik

Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi Ek , maka di dalam


dielektrik akan terjadi proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat
dielektrik mengalami tembus listrik. Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya
tidak tentu tetapi bersifat statistik. Waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadi
ionisasi sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag). Jadi
tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua
syarat yang harus dipenuhi. Pertama, terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus
lebih besar atau sama dengan kekuatan dielektriknya dan lama terpaan elektrik
berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda tembus. Tegangan yang
menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut tegangan tembus atau
breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar tegangan yang menimbulkan
terpaan elektrik pada dielektrik sama dengan atau lebih besar dari pada kekuatan
dielektriknya.
2.2.4 Pengujian Efek Polaritas Tegangan Terhadap Breakdown Dielektrik
Udara (Jarum-Plat)
14

Polaritas sumber DC dengan dioda penyearah dapat dipengaruhi oleh


posisi antara katoda dan anoda pada dioda tersebut. Pada sumber tegangan AC
polaritasnya tidak tetap, oleh karena itu diperlukan komponen penyearah untuk
mengubahnya menjadi tegangan DC. Pada Gambar 2.10 ditunjukkan arah
polaritas dari tegangan berdasarkan arah kaki dioda. Adapun elektroda yang
digunakan adalah elektroda jarum dan elektroda plat. Elektroda jarum digunakan
untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara pada elektoda jarum-plat
(bidang) dan elektroda jarum dibuat dengan menggunakan bahan Alumunium
dengan panjang 5 mm dan mempunyai sudut 30o. Sedangkan elektroda bidang
digunakan untuk pengukuran tegangan tembus dielektik udara pada elektoda
jarum-plat (bidang) dan elektroda bola-plat (bidang). Elektroda plat (bidang)
dibuat dengan menggunakan bahan stainless steel dengan diameter 50 mm dan
mempunyai ketebalan 10 mm. Polaritas jarum positif dan polaritas jarum negatif
dapat di lihat pada Gambar 2.10 dibawah ini :

Gambar 2. 10 (a) Polaritas Jarum Positif, (b) Polaritas Jarum Negatif

Perbedaan polaritas tegangan yang diterapkan juga mempengaruhi


karakteristik tegangan tembus yang terjadi. Dimana tegangan tembus pada
polaritas negatif-positif nilainnya lebih besar dari pada tegangan tembus pada
polaritas positif- negatif. Perbedaan ini dapat dijelaskan karena pada saat
elektroda bola mendapat polaritas negatif, maka energi awal yang diterima oleh
15

elektroda plat (bidang) akan terlebih dahulu berusaha melepaskan elektron-


elektron yang ada pada elektroda plat (bidang). Karena elektroda plat (bidang)
yang digunakan mempunyai penampang yang lebih besar dari pada elektroda
bola, maka elektroda plat (bidang) akan lebih sulit melepaskan elektron. Karena
tegangan yang digunakan untuk pengukuran adalah tegangan AC, maka elektroda
bola juga akan mendapatkan energi dari siklus tegangan balik.
Sehingga elektroda bola juga mendapatkan cukup energi untuk
melepaskan elektron, untuk mengawali proses ionisasi. Elektron-elektron yang
ada pada elektroda bola akan bergerak menuju elektroda plat (bidang). Dengan
adanya energi awal yang terserap didalam elektroda plat (bidang) maka
dibutuhkan tegangan yang lebih besar pada elektroda bola untuk terjadinya tembus
(breakdown). Pada saat elektroda bola mendapatkan polaritas positif maka
elektroda bola akan langsung mendapatkan energi awal yang lebih besar, karena
elektroda bola secara geometris mempunyai penampang yang lebih kecil dari pada
plat (bidang) sehingga elektron-elektron pada elektroda bola akan lebih mudah
melepaskan elektron untuk proses ionisasi. Temperatur yang berbeda baik pada
polaritas positif-negatif maupun polaritas negatif-positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi temperatur udara di sekitar elektroda pengukuran, maka untuk
terjadi tegangan tembus (breakdown) lebih mudah atau tegangan tembusnya lebih
kecil. Demikian berlaku pada ketiga kondisi temperatur.
Hal ini disebabkan karena pada temperatur yang rendah elektron-elektron
di udara akan mendapatkan sedikit energi termal dari udara sekitar, sedangkan
pada temperatur yang tinggi maka elektron-elektron yang bergerak bebas di udara
akan mendapatkan tambahan energi termal dari luar. Elektron-elektron
mendapatkan tambahan energi maka molekul-molekul gas yang bergerak di udara
akan bergerak dengan kecepatan tinggi akibat temperatur yang tinggi.

2.2.5 Pengujian Isolasi Zat Cair


Jika suatu tegangan dikenakan terhadap dua elektroda yang dicelupkan
kedalam cairan (isolasi) maka terlihat adanya konduksi arus yang kecil. Jika
tegangan dinaikkan secara kontinyu maka pada titik kritis tertentu akan terjadi
16

lucutan diantara kedua elektroda. Lucutan dalam zat cair ini akan terdiri dari
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Aliran listrik yang besarnya ditentukan oleh karakteristik rangkaian.
2. Lintasan cahaya yang cerah dari elektroda yang satu ke elektroda yang
lain.
3. Terjadi gelembung gas dan butir butir zat padat hasil dekomposisi zat
cair.
4. Terjadi lubang pada elektroda.
Jika elektroda memiliki bagian permukaan tidak rata (ada yang runcing)
maka kuat medan yang terbesar terdapat pada bagian yang runcing tersebut. Kuat
maksimum ini akan mengeluarkan elektron E1 yang akan memulai terbentuknya
banjiran elektron. Elektron yang dihasilkan E1, E2, E3 dan En yang kemudian
akan menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam zat cair pada kuat medan yang
tinggi.
Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan isolasi
zat cair yang disebabkan oleh gelembung-gelembung gas didalamnya. Sebab
sebab timbulnya gelembung gas ( Kao dan Krasucki ) adalah :
1. Permukaan elektroda tidak rata, sehingga terjadi kantong kantong udara
dipermukaannya.
2. Adanya tabrakan elektron sehingga terjadi produk-produk baru berupa
gas.
3. Penguapan cairan karena adanya lucutan pada bagian bagian elektroda
yang tajam dan tidak teratur.
4. Zat cair mengalami perubahan suhu dan tekanan.
Isolasi cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemisah antara bagian
yang bertegangan dan juga sebagai pendingin sehingga banyak digunakan pada
peralatan seperti trafo, pemutus tenaga, switch gear. Isolasi cair diaplikasikan
untuk mengisolasi bagian trafo daya yang mempunyai beda tegangan. Selain
sebagai isolasi, isolasi cair juga berfungsi sebagai pendingin karena isolasi cair
memiliki transfer panas yang baik. Selain itu, isolasi cair dapat memperbaiki
dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan pada isolasi sehingga tidak terdapat
17

kerusakan permanen pada isolasi cair. Minyak isolasi dapat dihasilkan dari bahan
tambang ataupun akhir-akhir ini yang sedang dikembangkan adalah dari minyak
nabati. Banyak isolasi cair yang dihasilkan dari bahan tambang, seperti salah
satunya adalah minyak trafo Nynas AB Nytro Libra.
Minyak trafo Nynas AB Nytro Libra adalah suatu minyak isolasi cair
yang dihasilkan dari bahan tambang. Minyak ini memiliki kekuatan isolasi yang
baik. Aplikasi utama dari minyak Nynas AB Nytro Libra ini yang digunakan
dalam bidang isolasi antara lain adalah untuk isolasi trafo dan switch-gear. Selain
itu juga digunakan pada peralatan listrik lainnya seperti rectifier dan pemutus
kontak.
Minyak Nynas AB Nytro Libra memiliki keistimewaan diantaranya ialah
memiliki stabilitas oksidasi yang baik, memiliki kekuatan dielektrik yang baik
yang dapat melebihi kebutuhan dari semua spesifikasi utama, capaian temperatur
rendah tanpa menambahkan zat aditip, serta memiliki sifat pemindahan kalor yang
baik sehingga dapat membantu dalam proses pendinginan alat. Spesifikasi dari
Nynas AB Nytro Libra ini sesuai dengan standar IEEE, ISO, dan ASTM.
Kelemahan dari minyak isolasi adalah mudah terkontaminasi oleh
material asing. Zat yang dapat mencemari minyak dapat berupa cairan, embun dan
partikel. Campuran ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat kekuatan isolasi
dari minyak, oleh karena itu penyimpanan dari minyak isolasi harus dijaga agar
sekecil mungkin dapat menghindarkan minyak isolasi dari pencemaran-
pencemaran.

2.2.6 Kubikel 20 kV
Kubikel  ialah  suatu  perlengkapan  atau peralatan listrik yang berfungsi
sebagai pengendali, penghubung  dan  pelindung  serta  membagi  tenaga listrik
dari sumber tenaga listrik, Kubikel istilah umum yang mencangkup peralatan
switching dan kombinasinya dengan peralatan kontrol, pengukuran, proteksi dan
peralatan pengatur. Peralatan tersebut dirakit dan saling terkait dengan
perlengkapan, selungkup dan penyangga. Sesuai IEC 298 : 1990 dispesifikasikan
sebagai perlengkapan hubung bagi dan kontrol berselungkup logam rakitan pabrik
18

untuk arus bolak-balik dengan tegangan pengenal diatas 1 kV sampai dengan dan
termasuk 35 kV, untuk pasangan dalam dan pasangan luar dan untuk frekuensi
hingga 50 Hz. Kubikel 20 kV dapat di lihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2. 11 Bentuk Kubikel

1. Fungsi kubikel adalah sebagai berikut :


a. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
b. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
c. Membagi sirkuit  dilakukan  oleh  pembagian jurusan/kelompok
(busbar)

2. Jenis dan fungsi kubikel


Berdasaran fungsi dan nama peralatan yang terpasang kubikel dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Kubikel PMS (Pemisah)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung aliran listrik 20 kV kontak
penghubung tidak Dilengkapi alat peredam busur api sehingga posisi alat kontak
(buka tutup) harus dilakukan Dalam keadaan tidak berbeda. Bisa
19

terpasang pada sisi kabel incoming gardu distribusi. Simbol diagram kubikel PMS
dapat di lihat pada Gambar 2.12

Gambar 2.12 Simbol diagram Kubikel PMS

b. Kubikel LBS (Load Break Switch)


Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung aliran listrik 20 kV kontak
penghubung dilengkapi Peredam busur api sehingga dapat dioperasikan dalam
keadaan berbeda bisa terpasang pada kabel incoming atau outgoing gardu
distribusi atau gardu hubung Pada umumnya kubikel LBS dilengkapi dengan
sakelar pentanahan yang didalam tabung LBS atau terpisah diluar tabung yang
bekerjanya interkoneksi dengan LBS. Simbol diagram kubikel LBS dapat di lihat
pada Gambar 2.13

Gambar 2.13 Simbol diagram Kubikel LBS 


20

c. Kubikel PMT (Pemutus Tenaga)


Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat
dalam keadaan normal maupun gangguan kubikel ini disebut juga istilah kubikel
PMT (pemutus tenaga) kubikel ini dilengkapi degan relai peroteksi circuit
breaker (PMT, CB) kubikel ini bisa di pasang sebagai alat pmbatas pengukuran
dan pengaman pada pelanggan tegangan menengah current transformer yang
terpasang memiliki double secunder satu sisi untuk mensuplai arus ke alat ukur
kWh dan satu sisi lagi untuk menggerakan relai proteksi pada saat terjadi
gangguan. Simbol diagram kubikel PMT dapat di lihat pada Gambar 2.14

Gambar 2.14 Simbol diagram Kubikel PMT

d. Kubikel TP (Transformer Protection)


Berfungsi sebagai alat pengaman transformator distribusi, dikenal juga
dengan istilah kubikel PB (pemutus beban) kubikel ini berisi LBS dan fuse
pengaman trafo dengan ukuran beragam dari 25 A, 32 A, 43 A tergantung
kapasitas trafo yang akan diamankan. Simbol diagram kubikel TP dapat di lihat
pada Gambar 2.15
21

Gambar 2.15 Simbol diagram kubikel TP (transformer protection) 

e. Kubikel PT (Potensial Transformer)


Berfungsi sebagai kubikel pengukuran, didalam kubikel ini terdapat PMS
dan transformator tegangan yang menurunkan tegangan dari 20 kV menjadi 100
volt untuk mensuplai tegangan pada alat ukur kWh kubikel ini kadang kala
disebut juga dengan istilah kubikel VT (Voltage Transformer). Simbol diagram
kubikel PT dapat di lihat pada Gambar 2.16

Gambar 2.16 Simbol diagram Kubikel PT (potensial transformer)

Anda mungkin juga menyukai