Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL

PRAKTIKUM

Kimia
ELEKTROLISIS

SMAN 1 BANGKALAN

2012/2013
Landasan teori.
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan
reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita.
Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam
kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi
listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat
diuraikan dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air
menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :    

2 H2O(l) ——>  2 H2(g) + O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan
sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun
lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan
elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai
tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi
oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada
anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan
tereduksi menjadi endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-
anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah
untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.

Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Pada proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti
teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam
NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :

Katoda (-)            :   2 Na+(l) + 2 e- ——>  2 Na(s) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 Cl-(l) Cl2(g) +  2 e- ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 Na+(l) +  2 Cl-(l) ——>  2 Na(s) +  Cl2(g) …………….. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di


katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti
dengan larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari
reaksi elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat
Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).

Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel
Potensial Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini
berarti, air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi
di katoda adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red
ion Cl- dan air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan
(overvoltage), maka oksidasi ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab
itu, spesi yang bereaksi di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada
elektrolisis larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :

Katoda (-)            :   2 H2O(l) +  2 e- ——>  H2(g) +  2 OH-(aq) ……………….. (1)


Anoda (+)            :   2 Cl-(aq) ——>  Cl2(g) +  2 e- ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 H2O(l) +  2 Cl-(aq) ——>  H2(g) +  Cl2(g) +  2 OH-(aq)


……………………. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion
OH- (basa) di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda
dapat dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah
diberi sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk
elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.

Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda,


terjadi persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang akan
tereduksi di katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda.
Oleh karena bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu
+6, maka spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan
teroksidasi di anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Katoda (-)            :   4 H2O(l) +  4 e- ——>  2 H2(g) +  4 OH-(aq) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 H2O(l) ——>   O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e- ……………….. (2)

Reaksi sel              :   6 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 OH-(aq)
…………………….. [(1) + (2)]

6 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) +  4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]

2 H2O(l) ——>  2 H2(g) +  O2(g) …………………….. [(1) + (2)]

Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru
adalah peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga
ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.

Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda


yang tidak inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat
bereaksi di anoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut
(sebab logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak
mempengaruhi produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses
elektrolisis larutan garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :

Katoda (-)            :   2 H2O(l) +  2 e- ——>  H2(g) +  2 OH-(aq) ……………………..  (1)

Anoda (+)            :   Cu(s) ——>  Cu2+(aq) +  2 e- ……………………..  (2)

Reaksi sel            :   Cu(s) +  2 H2O(l) ——>  Cu2+(aq) +  H2(g) +  2 OH-(aq)


……………………..  [(1) + (2)]

Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan
dengan reaksi elektrolisis :
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di
anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion
aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda

Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan.
Dalam proses penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan
tipis) pada permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya
digunakan sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin
disepuh berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam
penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung
spesi ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses
elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak
tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini
relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot
rumah tangga dan peralatan dapur.

Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan
melanjutkan dengan aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal,
tujuan utama elektrolisis adalah untuk mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari
larutan yang dielektrolisis. Kita dapat menentukan kuantitas produk yang terbentuk melalui
konsep mol dan stoikiometri.

Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday
(F). Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday
equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan
setengah mol elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel
mengandung 6,02 x 1023partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar  1,6 x
10-19 C. Dengan demikian :

1 Faraday  =  1 mol elektron  =  6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel
elektron 1 Faraday  =  96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah
perhitungan)

Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

Faraday  =  Coulomb / 96500

Coulomb  =  Faraday x 96500

Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian
arus listrik (Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan
Coulomb, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :

Coulomb  =  Ampere  x  Detik

Q  =  I  x  t
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai
berikut :

Faraday  =  (Ampere  x  Detik)  /  96500

Faraday  =  (I  x  t)  /  96500

Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron
yang dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan
memanfaatkan koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda,
kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.

Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :

1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen
sebanyak 5,6 L pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada
proses tersebut?

Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :

Katoda (-)   :  Ag+ +  e- ——>  Ag

Anoda (+)   :  2 H2O(l) ——>  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e-

Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L =
¼ mol O2

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan ¼ mol gas O2, maka
jumlah mol elektron yang terlibat adalah sebesar  4 x ¼ = 1 mol elektron.

1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 C

Jadi, jumlah listrik yang terlibat adalah sebesar 96500 C

2. Unsur Fluor dapat diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaF. Berapakah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan 15 L gas fluorin ( 1 mol gas mengandung 25 L gas)
dengan arus sebesar 10 Ampere?

Penyeleasian :

Reaksi elektrolisis lelehan NaF adalah sebagai berikut :

K (-) : Na+(l) +  e- ——>  Na(s)

A (-) : 2 F-(l) ——>  F2(g) +  2 e-

Gas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L = 0,6
mol F2

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2, akan
melibatkan mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron
1,2 mol elektron = 1,2 Faraday

Waktu yang diperlukan dapat dihitung melalui persamaan berikut :

Faraday = (Ampere x Detik) / 96500

1,2  =  (10 x t)  / 96500

t  =  11850 detik  =  3,22 jam

Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin

3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan
CaCl2 selama 1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing
elektroda?

Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis lelehan CaCl2 adalah sebagai berikut :

K (-) : Ca2+(l) +  2 e- ——>  Ca(s)

A (+) : 2 Cl-(l) ——>  Cl2(g) +  2 e-

Mol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Faraday  =  (Ampere x Detik) / 96500

Faraday  =  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  mol elektron

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol Ca yang dihasilkan adalah setengah


dari mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, massa Ca yang dihasilkan adalah :

Massa Ca = mol Ca x Ar Ca

Massa Ca  =  ½  x  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  x  40  =  0,506 gram Ca

Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah setengah
dari mol elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl2 (STP) yang dihasilkan
adalah :

Volume gas Cl2 = mol Cl2 x 22,4 L

Volume gas Cl2 =  ½  x  (0,452 x  1,5  x  3600) / 96500  x  22.4 L  =  0,283 L gas Cl2

Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk
yang dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)

4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara
seri. Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO3,
sedangkan sel kedua berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram
logam Ag pada sel pertama dan 0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar
(Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :

Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 :

K (-) :  Ag+(aq) +  e- ——>  Ag(s)

A (+) : 2 H2O(l) ——>  O2(g) +  4 H+(aq) +  4 e-

Logam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag
yang dihasilkan sebesar  1,44 / 108 mol Ag

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk


menghasilkan logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)

Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar  
1,44 / 108 mol  elektron

Reaksi elektrolisis larutan XCl3 :

K (-) :  X3+(aq) +  3 e- ——>  X(s)

A (+) : 2 Cl-(l) ——>  Cl2(g) +  2 e-

Arus yang sama dialirkan pada sel kedua, sehingga, mol elektron yang digunakan
dalam proses elektrolisis ini sama seperti sebelumya, yaitu sebesar 1,44 / 108 mol  elektron

Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan 
1 / 3 kali mol elektron, yaitu sebesar  1 / 3  x  1,44 / 108 mol X

Massa logam X  =  0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah
sebagai berikut:

mol  =  massa / Ar

Ar  = massa / mol

Ar  =  0,12 / (1 / 3  x  1,44  / 108)  =  27

Jadi, Ar dari logam X adalah 27

Proses pemurnian logam juga mengandalkan proses elektrolisa. Proses pemurnian tembaga
merupakan contoh yang menarik dan mudah dilaksanakan. Pemurnian ini menggunakan
elektrolit yaitu CuSO4. Pada proses ini tembaga yang kotor dipergunakan sebagai anoda,
dimana zat tersebut akan mengalami oksidasi, Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Reaksi oksidasi ini akan melarutkan tembaga menjadi Cu2+. Dilain pihak pada katoda terjadi
reaksi reduksi Cu2+ menjadi tembaga murni. Mula-mula Cu2+berasal dari CuSO4, dan
secara terus menerus digantikan oleh Cu2+ yang berasal dari pelarutan tembaga kotor. Proses
reaksi redoks dalam elektrolisis larutan CuSO4 adalah :

CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42Ͳ(aq)

Katoda: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)

Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e

Pengotor tembaga umumnya terdiri dari perak, emas, dan platina. Oleh karena E0 unsur Ag,
Pt dan Au > dari E0 Cu, maka ketiga logam tidak larut dan tetap berada di anoda biasanya
berupa lumpur. Demikian juga jika pengotor berupa Fe atau Zn, unsur ini dapat larut namun
cukup sulit tereduksi dibandingkan Cu, sehingga tidak mengganggu proses reduksi Cu.
Percobaan 1.

 Hari dan tanggal pengamatan : 8 September 2012.


 Materi pendukung/kajian pustaka : Reaksi redoks, elektrolisis.

.
Variabel-variabel yang Ada

1. Variabel Bebas:
a. Larutan Na2SO4, CuSO4, KNO3, KI.
2. Variabel Terkontrol:
a. Jumlah arus/jumlah baterai;
b. Jenis logam elektrode;
c. Konsentrasi larutan;
d. Dll.
3. Variabel Respon:
a. Hasil reaksi selama elektrolisis.

Alat dan Bahan

1. Baterai 6 buah (9 volt);


2. Kabel (1meter);
3. Pipa U;
4. Statif;
5. Gunting;
6. Batang karbon;
7. Plester;
8. Larutan Na2SO4, CuSO4, KNO3, KI;
Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan;


2. Rangkai baterai dan sambung dengan plester;
3. Gunting ujung kabel hingga terlihat tembaganya;
4. Lilitkan salah satu ujung kabel pada batang karbon [sebagai anoda (+)];
5. Siapkan larutan, misalkan CuSO4 dan tuangkan ke dalam pipa U;
6. Jepit pipa U dengan jepitan statif;
7. Celupkan tembaga atau batang karbon sebagai elektrode pada masing-masing ujung
pipa U;
8. Hubungkan kedua ujung kabel yang lain ke baterai;
9. Tunggu sampai larutan bereaksi;
10. Catat perubahan pada ujung batang karbon dan tembaga di tabel data hasil
pengamatan;
11. Ulangi langkah 1 sampai 10 untuk larutan dan jenis elektrode yang berbeda.
Tabel Data Hasil Pengamatan

Larutan Katode Anode

Na2SO4 C → Menghasilkan gelembung dan C→Menghasilkan gelembung namun


berubah warna tidak berubah warna

CuSO4 C→Tidak bergelembung, namun karbon C→Menghasilkan gelembung, namun


berubah warna menjadi cokelat tidak berubah warna

CuSO4 C→ Menghasilkan gelembung-gelembung Cu→ Tidak menghasilkan gelembung


udara dan tidak terjadi perubahan warna pada tembaga, tidak terjadi perubahan
warna tapi lebih memudar dan terdapat
endapan merah di ujung batang karbon

CuSO4 Cu  Tidak terjadi perubahan apapun C→ Tidak terjadi perubahan namun


terdapat gelembung-gelembung disekitar
karbon

KNO3 C  Bergelembung, berwarna violet C→ Bergelembung, tidak berubah warna

KI C  Bergelembung dan berwarna pink C→ Bergelembung sedikit, berwarna


kuning kecoklatan dan berbau

KNO3 Cu  Berwarna pink dan tidak C→ Bergelembung sedikit, tidak


bergelembung berwarna

KI Cu  Berwarna ungu dan tidak timbul C→ Berwarna kekuningan, sedikit


gelembung gelembung dan berbau seperti obat merah
ANALISIS DATA

Laruta
No. Katode Anode Perubahan di Katode Perubahan di Anode
n

Disekitar karbon tidak terjadi


Tembag Di sekitar tembaga tidak perubahan warna pada
1. CuSO4 Carbon
a terjadi perubahan apapun larutan, namun terdapat
gelembung disekitar karbon

Disekitar Tembaga tidak


Disekitar karbon terdapat
Tembag terdapat gelembung dan
2. KNO3- Carbon sedikit gelembung dan
a KNO3 berubah warna
larutan tidak berwarna
menjadi pink

Disekitar karbon terdapat


Disekitar tembaga tidak
sedikit gelembung dan terjadi
Tembag terdapat gelembung dan
3. KI Carbon perubahan warna kekuningan
a larutan berubah warna
serta berbau seperti obat
menjadi ungu
merah

REAKSI KIMIA
 Pada Katode terjadi reaksi Reduksi
 Pada Anode terjadi reaksi Oksidasi

 Larutan CuSO4

 Pada larutan CuSO4 katode yang digunakan berupa tembaga(Cu) dan


persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Cu2+ +2e Cu


 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O4H+ +O2 + 4e
 Alasannya:
 Di katode yang tereduksi adalah kation itu sendiri yaitu Cu 2+ karena
E0 nya < E0 H2O yaitu -0,83.
 Di anode yang teroksidasi adalah air (H2O) karena elektrodenya inert
yaitu C . Selain itu diketahui bahwa anion dari CuSO 4 adalah SO42
yang E0 < E0 H2O sehingga yang tereduksi adalah air.

 Larutan KNO3-

 Pada larutan KNO3- katode yang digunakan berupa tembaga (Cu) dan
persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O + 2e  H2 + 2OH-
 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O  4H+ + O2 + 4e

 Alasannya:
 Dikatode yang tereduksi adalah air (H2O) karena kation dari larutan
KNO3- yaitu K+ ( logam golongan IA ).
 Dianode yang teroksidasi adalah air (H2O) karena elektrodenya inert
yaitu C . Selain itu diketahui bahwa anion dari KNO3- adalah NO3-
yang E0 < E0 H2O sehingga yang tereduksi adalah air.

 Larutan KI

 Pada Larutan KI katode yang digunakan berupa tembaga (Cu) dan


persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O + 2e  H2 + 2OH-
 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2I-  I2 + 2e
 Alasannya:
 Di katode yang tereduksi adalah air (H2O) karena kation dari larutan
KI yaitu K+ (logam golongan IA).
 Di anode yang teroksidasi adalah ion iodide (I-) karena elektrodenya
inert yaitu C. Selain itu diketahui bahwa anion dari KI adalah I - yang
E0 > E0 H2O sehingga yang tereduksi adalah anion itu sendiri.
Kesimpulan
 Pada larutan CuSO4. Yang berfungsi sebagai katode adalah tembaga,
sedangkan pada anode adalah karbon. Pada larutan CuSO 4 katode yang
digunakan berupa tembaga(Cu) dan persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

Cu2+ +2e Cu


 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O4H+ +O2 + 4e
 Pada larutan KNO3-. Yang berfungsi sebagai katode adalah tembaga,
sedangkan pada anode adalah karbon. Pada larutan KNO 3- katode yang
digunakan berupa tembaga (Cu) dan persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

2H2O + 2e  H2 + 2OH-
 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

2H2O  4H+ + O2 + 4e
 Pada larutan KI. Yang berfungsi sebagai katode adalah tembaga, sedangkan
pada anode adalah karbon. Pada Larutan KI katode yang digunakan berupa
tembaga (Cu) dan persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2H2O + 2e  H2 + 2OH-

 Sedangkan anode yang digunakan berupa karbon (C) dan persaman reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
2I-  I2 + 2e
Anggota Kelompok

Mohammad Taufik Ar Rozi 24


Mohammad Hanif Sultoni 25
Arina Indana Fahma
Agrippina Griseldis03
Annisa Nurmala.08

Anda mungkin juga menyukai