Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“SALMONELLA TYPHI”

Dosen Pembimbing :

Susi Novariyatiin, M.Si

Disusun Oleh :

Drenikha Sikhe Ryba K (18.71.019318)

Endah Febrisa Kristina A (18.71.019289)

Siti Normi (18.71.019325)

Thessa Norsantika (18.71.019313)

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PALANGKA RAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

2020
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Salmonella Typhi” ini, kami susun untuk memenuhi tugas Mikrobiologi dan
Parasitologi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik itu dari segi penulisan, bahasa, maupun kosa kata yang digunakan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua umumnya dan terlebih bagi kami penulis khususnya.

Palangkaraya, 14 Maret 2020

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN………….....……………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1

1.3 Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Definisi..............................................................................................................3

2.2 Taksonomi........................................................................................................3

2.3 Sifat Bakteri Salmonella Typhi.........................................................................3

2.4 Morfologi..........................................................................................................4

2.5 Sifat Biakan.......................................................................................................4

2.6 Struktur Antigen ..............................................................................................4

2.7 Penularan..........................................................................................................5

2.8 Patogenesis........................................................................................................5

2.9 Masa Inkubasi...................................................................................................6

2.10 Faktor Resiko..................................................................................................6

2.11 Gejala Klinis...................................................................................................6

2.12 Diagnosa Laboratorium..................................................................................7

2.13 Pengobatan......................................................................................................8

2.14 Pencegahan.....................................................................................................9

2.15 Epidemologi...................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan......................................................................................................12

3.2 Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kata ‘tipus’, ‘tifus’, atau ‘tipes’ sering disebutkan ketika seseorang
mengalami rawat inap akibat rasa nyeri di perut disertai demam tinggi.
Sebenarnya, itu adalah perkataan yang salah, karena tifus sesungguhnya
disebabkan oleh bakteri Riketsia, sedangkan yang sangat banyak menyerang
masyarakat adalah penyakit tifoid (akhiran -oid berarti ‘mirip’). Tifoid disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi, dengan gejala umum berupa demam tinggi dan
nyeri perut.
Tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,
yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan saluran cerna. Feses dan urine dari
pembawa kuman (carrier) Salmonella typhi dapat mencemari makanan dan
minuman akibat kurangnya disiplin untuk mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar dan kecil, sehingga tangan yang mengandung bakteri Salmonella
typhi mencemari makanan, minuman, dan alat makan. Lalat pun ikut membantu
penyebaran bakteri Salmonella typhi dari tinja yang mengandung Salmonella
typhi ke makanan yang dihinggapi lalat. Urine dan feses pun dapat mencemari air
tanah yang digunakan untuk sumber air minum atau memasak. Inilah pentingnya
untuk memasak atau mengolah air dengan baik sebelum digunakan untuk air
minum atau memasak.
Melihat bahayanya bakteri Salmonella typhi, penulis membahas lebih lanjut
tentang bakteri penyebab penyakit tifoid ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa definisi dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.2 Bagaimana taksonomi dari bakteri Salmonella typhi ini ?
1.2.3 Bagaimana sifat dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.4 Bagaimana morfologi bakteri Salmonella typhi ?
1.2.5 Bagaimana sifat biakan dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.6 Bagaimana struktur antigen yang dimiliki oleh bakteri Salmonella typhi ?
1.2.7 Apa saja penularan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi ?
1.2.8 Bagaimana patogenesis bakteri Salmonella typhi ?
1.2.9 Bagaimana masa inkubasi dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.10 Bagaimana faktor resiko yang disebabkan dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.11 Bagaimana gejala klinis bakteri Salmonella typhi ?
1.2.12 Bagaimana diagnosa laboratorium dari bakteri Salmonella typhi ?
1.2.13 Bagaimana pengobatan akibat infeksi bakteri Salmonella typhi ?
1.2.14 Bagaimana pencegahan infeksi bakteri Salmonella typhi ?
1.2.15 Bagaimana epidemologi bakteri Salmonella typhi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari bakteri Salmonella typhi.
1.3.2 Untuk mengetahui taksonomi dari bakteri Salmonella typhi ini.
1.3.3 Untuk mengetahui sifat dari bakteri Salmonella typhi.
1.3.4 Untuk mengetahui morfologi bakteri Salmonella typhi.
1.3.5 Untuk mengetahui sifat biakan dari bakteri Salmonella typhi.
1.3.6 Untuk mengetahui struktur antigen yang dimiliki oleh bakteri Salmonella
typhi.
1.3.7 Untuk mengetahui penularan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi.
1.3.8 Untuk mengetahui patogenesis bakteri Salmonella typhi.
1.3.9 Untuk mengetahui masa inkubasi dari bakteri Salmonella typhi.
1.3.10 Untuk mengetahui faktor resiko yang disebabkan dari bakteri Salmonella
typhi.
1.3.11 Untuk mengetahui gejala klinis bakteri Salmonella typhi.
1.3.12 Untuk mengetahui diagnosa laboratorium dari bakteri Salmonella typhi.
1.3.13 Untuk mengetahui pengobatan akibat infeksi bakteri Salmonella typhi.
1.3.14 Untuk mengetahui pencegahan infeksi bakteri Salmonella typhi.
1.3.15 Untuk mengetahui epidemologi bakteri Salmonella typhi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Salmonella typhi merupakan salah satu spesies bakteri Salmonella yang
berbentuk basil, Gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
mengandung empedu yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan dapat
menyebabkan penyakit infeksi Salmonella typhi dan mengarah kepengembangan
tifus atau demam enterik.
Salmonella  typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi
demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typhi memiliki keunikan
hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.
Infeksi Salmonella typhi dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil
dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan
tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella typhi dapat dicegah dengan
mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

2.2 TAKSONOMI
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriakceaea
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella typhi

2.3 SIFAT BAKTERI SALMONELLA TYPHI


Adapun sifat dari bakteri diatas adalah sabagai berikut :
 Bentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
mengandung empedu.
 Sebagian besar Salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan
merupakan sumber infeksi pada manusia, binatang-binatang itu antara lain
tikus, unggas, anjing, dan kucing.
 Dialam bebas Salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau
pada bahan makanan. Di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2
bulan.

2.4 MORFOLOGI
Salmonella typhi adalah suatu genus berbentuk batang pendek, Gram
negatif, bergerak dengan flagella, enterobacteria non-spora membentuk, terutama
motil dengan diameter sekitar 0,7-1,5 µM, panjang dari 2-5 µM, dan flagela yang
berproyek di segala penjuru (yaitu peritrichous). Salmonella typhi bersifat aerob
dan tumbuh pada pH 6-8 dan suhu 37 oC, dalam air bisa bertahan selama 4
minggu, dalam feses di luar tubuh manusia tahan hidup selama 1-2 bulan.
Enterobacteria dan patogen sejati. Salmonella typhi memiliki kombinasi
karakteristik yang menjadikannya patogen efektif. Mikroorganisme ini
memproduksi dan mengekskresikan protein yang yang disebut “invasin” yang
memberi jalan pada sel non-fagosit yang memiliki kemampuan hidup secara
intraseluler. Selain itu, Salmonella typhi juga memiliki kemampuan menghambat
tekanan oksidatif leukosit, yang menjadikan sistem respons imun manusia
menjadi tidak efektif. Infeksi Salmonella typhi kemudian akan berkembang
menjadi demam atau typhoid.

2.5 SIFAT BIAKAN


Pada media SSA akan membentuk koloni “Balck Center” tidak membentuk
indol. Pada media TSIA membentuk alkali pada lereng, asam pada dasar media
dan membentuk endapan H2S pada dasar media serta membentuk gas.
2.6 STRUKTUR ANTIGEN
a. Antigen O
Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemenasan 100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang encer.
b. Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagella, pibriae atau fili
Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau asam.
c. Antigen Vi
Antigen Vi terletak dilapisan terluar Salmonella typhi (kapsul) yang
melindungi kuman dari pagositas dengan struktur kimia glikolitid. Akan rusak
bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60 oC, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
d. Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP Salmonella Typhi merupakan bagian dinding sel yang
terletak diluar membrane plasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel
terhadap ingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein non
porin.

2.7 PENULARAN
Penularan penyakit tipes yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
dapat terjadi melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomutus (muntah), Fly (lalat), dan Feses.
Feses dan muntah dari penderita typoid dapat menularkan kuman
Salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
minuman terkontaminasi dan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman Salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut, selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit.

2.8 PATOGENESIS
Salmonella typhi adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella
menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis
adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan
makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,
sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Salmonella typhi menyebabkan penyakit
demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala
demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. Salmonella typhi
memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya
serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang
menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan
menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

2.9 MASA INKUBASI


Masa inkubasi dihitung mulai saat pertama kali kuman ini masuk kemudian
“tidur” sebentar untuk kemudian menyerang tubuh kita. Masa ini berlangsung 7-
12 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit ini
penderita mengalami keluhan berupa :
1. Anoreksia (hilang nafsu makan)
2. Rasa malas
3. Sakit kepala bagian depan
4. Nyeri otot
5. Lidah kotor
6. Gangguan perut (mulas dan sakit)

2.10 FAKTOR RESIKO


Faktor resiko terbesar pada penyakit yang disebabkan oleh Salmonella typhi
adalah mereka yang mempunyai kebiasaan kurang bersih dalam mengkonsumsi
makanan, karena penyakit tipes dapat ditularkan melalui makanan dan minuman
yang tercemar kuman tipes. Data menunjukkan bahwa tipes banyak menyerang
anak usia 12-13 tahun (70% - 80%), pada usia 30-40 tahun (10% - 20 %) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5% - 10%).

2.11 GEJALA KLINIS


Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang
berpanjangan yaitu setinggi 390c hingga 400c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal,
anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut
lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronchitis, perut kembung
dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir
minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Lidah pada penderita adalah kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor, tenggorokan terasa kering
dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan
demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit
lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada
andomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola)
berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama
pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa macula merah tua ukuran 2-4
mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada
bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang berat, limpa
menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.

2.12 DIAGNOSA LABORATORIUM

Sampel : Tinja, darah, sum-sum tulang, loquor, urine

SSA, MCA, BSA Selenit, MKT


Inkubasi 24jam Inkubasi 37oC selama
37oC 6-16 jam

Koloni : jernih, kecil, bulat,


cembung, kering, rata

Tanam ke Media Reaksi Biokimia, Glukosa,


Laktosa, Manitol, Maltosa, SIM, SCA, TSIA,
MRVP

Hasil :
Glukosa (+) Laktosa (-) Manitol (+) Maltosa (+)
Sukrosa (-) MR (+) VP (-) SCA (-)
SIM (+, - , +) g (-) TSIA M/K H2S (+)

2.13 PENGOBATAN
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat mengganggu aktifitas kita,
yang dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan beberapa
bulan. Hal yang perlu diperhatikan pasca terkena tipes adalah pola makan yang
benar, misalnya harus lunak, kemudian hindari makanan yang berminyak, pedas
dan asam dan kurangi kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Obat-obatan yang
direkomendasikan berupa antibiotika serta pengobatan terhadap komplikasi yang
mungkin timbul. Obat untuk penyakit types ini adalah antibiotika golongan
Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin diberikan selama 7-10 hari.
Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep dokter. Jangan
dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum
obat. Obat harus diminum sampai habis (7-10 hari), bila tidak maka bakteri tipes
yang ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh
kembali. Obat yang biasa diberikan adalah Antipiretik (Parasetamol setiap 4-6
jam), Roborantia (Becom-C), ditambah antibiotika misalnya Kloramfenikol atau
Thiamfenikol 4 x 500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun obat diganti
dengan Amoksilin/ampisilin 1 gr/6 jam selama fase demam. Bila demam turun
kurang lebih 750 mg/6 jam sampai 7 hari bebas panas atau Kotrimoksasol : 2 x
960 mg selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas panas. Catatan khusus untuk
penderita dengan panas tinggi tidak turun-turun, kesadaran menurun dan
gelisah/sepsis dapat digunakan kortikosterroid dengan ketentuan :
1. Hari ke 1 : Kortison 3 x 100 mg i.m atau Prednison 3 x 10 mg oral
2. Hari ke 2 : Kortison 2 x 100 mg i.m atau Prednison 2 x 10 mg oral
3. Hari ke 3 : Kortison 3 x 50 mg i.m atau Prednison 3 x 5 mg oral
4. Hari ke 4 : Kortison 2 x 50 mg i.m atau Prednison 2 x 5 mg oral
5. Hari ke 5 : Kortison 1 x 50 mg i.m atau Prednison 1 x 5 mg oral
Note : i.m = intra muscular (suntik)
Pada anak
 Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas
panas/minimal 14 hari.
 Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.
 Bila terjadi hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan Ampisilin 100
mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
 Bila dengan upaya tersebut panas tidak juga turun, segera rujuk ke Rumah
Sakit.
2.14 PENCEGAHAN
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri
Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas
laboratorium dan para pelancong).
Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut :
1. Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.
2. Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.
3. Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamis kebersihan dan
kesehatannya.
4. Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bakteri
thypus.
5. Jangan menggunakan air yang sudah tercemar. Masak air hingga 100˚C.
6. Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan/jajanan.
7. Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.
8. Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami tentang
penyakit ini, maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri dan
lingkungannya agar selalu bersih dan sehat.
9. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan agar
tidak lengah terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan, sewaktu-waktu
penyakitnya akan kambuh.
10. Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.
11. Jangan banyak jajan di luar rumah.
12. Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya terjamin.

2.15 EPIDEMOLOGI
Pertemuan manusia untuk Salmonella typhi dilakukan melalui rute fecal-
oral dari individu yang terinfeksi kepada orang sehat.  Kebersihan  miskin pasien
shedding organisme dapat menyebabkan infeksi sekunder, serta konsumsi kerang
dari badan air tercemar. Sumber yang paling umum infeksi, bagaimanapun, adalah
minum air tercemar oleh urin dan kotoran individu yang terinfeksi. Ukuran
inokulum estimasi untuk infeksi adalah 100.000 bakteri. Demam Tifoid juga
merupakan infeksi laboratorium kedua yang paling sering dilaporkan.
Masuknya spesies ini bakteri ke dalam tubuh manusia yang paling sering
dicapai dengan konsumsi, dengan pentingnya diketahui transmisi aerosol. Setelah
tertelan, organisme berkembang biak di usus kecil selama periode 1-3 minggu,
sungsang dinding usus, dan menyebar ke sistem organ dan jaringan lain.
Pertahanan tuan rumah bawaan melakukan sedikit untuk mencegah infeksi karena
inhibisi lisis oksidatif dan kemampuan untuk tumbuh intrasel setelah
pengambilan.       
Transmisi Salmonella  typhi hanya terbukti terjadi dengan rute fecal-oral,
sering dari individu asimtomatik. 2-5% dari individu yang terinfeksi sebelumnya
menjadi carrier kronis yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi aktif
gudang organisme layak mampu menginfeksi orang lain. Sebuah contoh yang
terkenal adalah "Tifus" Maria Mallon, yang adalah seorang penangan makanan
bertanggung jawab untuk menginfeksi sedikitnya 78 orang, menewaskan 5.
Pembawa ini sangat menular menimbulkan risiko besar bagi kesehatan
masyarakat karena kurangnya gejala penyakit terkait.
Kerusakan yang disebabkan oleh demam tifoid adalah reversibel dan
terbatas jika pengobatan dimulai pada awal infeksi. Hal ini menyebabkan angka
kematian kurang dari 1% di antara individu-individu diperlakukan yang memiliki
strain antibiotik-rentan Salmonella typhi, membuat hasil dan prognosis untuk
pasien yang positif.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases).
Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Salmonella typhi bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering yang
bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang dan
sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infeksi.
Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci
tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

3.2 SARAN
Adapun saran dari penulis yakni :
1. Supaya kita selalu menjaga kebersihan lingkungan hidup kita agar terhindar
dari kontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi.
2. Agar mewaspadai sejak dini pencegahan dan pengobatan penyakit typhus.
3. Dan yang paling penting adalah  ”Mencegah lebih baik daripada mengobati”.

DAFTAR PUSTAKA

Entjang Indan, dr. 2001. Mikrobiologi & Parasitologi. Citra Aditya Bakti:
Bandung.
Arif Mansyur. 2007. Semiloka Mutu “Pemantapan Mutu tes Rapid
Salmonella.
Makassar.
Brooks, Geo F, Butel, Janet S, Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Pertama. Salemba Medica: Jakarta.
Nugraha Tania. 2010. Penata Laksanaan Demam Tifoid. Fakultas
Kedokteran: Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai