Anda di halaman 1dari 6

Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No.

1, Januari 2011 : 91 - 96 91

Difraktogram Sinar-x dan Mikrostruktur Timah Dioksida


dengan Penambahan Fe

X-Ray Diffraction and Microstructure of Tin Dioxide with Addition of Fe


Posman Manurung
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

ABSTRACT

Preparation and characterization of tin dioxide, SnO2, had been carried out by precipitation process of
SnCl2.2H2O in ammonia and aqua solutions with comparison of 1 : 7. FeCl 3 was added to solution with
variation of 0, 0,1, 0.2, 0.5 and 1.0 gram respectively and then sintered at 900°C. The X-ray diffraction (XRD)
analysis shows that the intensity of diffraction increases with the addition of Fe. The addition of Fe does not
cause the new phase. Generally, the Bragg angle is relative same for all samples that means Fe does not change
significantly the cell parameters. Scanning electron microscopy (SEM) image shows the microstructure changed
with the addition of Fe. On the small addition, the microstructure tends to oval and on the larger addition to
plateau.

Keywords: Tin dioxide, diffraction, microstructure

PENDAHULUAN Timah dioksida dapat dipakai sebagai


sensor gas karena jumlah elektron-elektron
Keramik merupakan bahan anorganik yang dalam pita konduksi sangat ditentukan oleh
terdiri dari unsur logam dan bukan logam yang penyerapan spesies-spesies gas di atas
berikatan bersama-sama dengan cara ikatan ion permukaannya. Dengan pengurangan molekul-
atau kovalen. Secara umum bahan keramik molekul gas seperti CO akan bereaksi dengan
adalah bersifat isolator sempurna sehingga baik spesies-spesies ion oksigen yang terabsorbsi
digunakan sebagai isolasi listrik tegangan (O2-, O-) di atas permukaan semikonduktor
tinggi. Akan tetapi dengan proses tertentu yang akan mengurangi ketinggian barrier
keramik ini dapat dibuat menghantar sehingga Schottky dan selanjutnya akan meningkatkan
memungkinkan digunakan sebagai sensor konduktansi (Santos et al. 2001).
misalnya SnO2 (Wicaksono et al. 2002). SnO2 telah banyak dibuat dengan berbagai
Selama ini pemakaian bahan keramik teknik seperti sputtering (Leja et al. 1979),
sebagai bahan refraktori sudah sangat luas akan deposisi uap cara kimia (Demarne & Grisel,
tetapi sebagai sensor gas beracun masih 1988), evaporasi reaktif (Uen et al. 1988),
kurang. SnO2 telah banyak diteliti sebagai metode pencetakan (Oyabu et al. 1982) dan
bahan untuk pendeteksian gas sejak sensor- lain-lain. Dalam penelitian ini SnO2 akan
sensor gas muncul di pasaran pada tahun 1968 dibuat dari bahan dasar SnCl2. 2H2O dan
(Nakahara & Koda 1992). Namun sifat pencampuran dilakukan dengan cara mekanik
pendeteksiannya terhadap gas masih relatif kimia dan dilanjutkan dengan pengendapan.
kurang dinamis sebagai akibat kurangnya luas Bahan dasar ini akan diproses lanjut dengan
permukaan. alat rolling mill (proses pemutaran) untuk
Oksida logam bersemi-penghantaran mencampur bahan tambahan dan memperkecil
umumnya dapat digunakan sebagai sensor butiran sehingga diharapkan akan dapat
berbasis material karena sifat-sifat unggulnya. memperluas permukaan sampel sehingga
Timah dioksida (SnO2) yang stabil dan bahan meningkatkan respon bahan terhadap gas.
semikonduktor berpita-terlarang yang besar, Penelitian ini akan dilakukan penambahan
telah luas dipakai sebagai bahan katalis untuk bahan Fe pada sampel yang diharapkan dapat
oksidasi campuran-campuran bahan organik, memperkecil ukuran kristal SnO2 dan
sebagai sensor gas, baterei Li yang dapat diisi meningkatkan tingkat kekristalan bahan yang
ulang dan piranti-piranti elektronik optik (Lu et pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan
al. 2000). respon SnO2 terhadap gas yang hadir di
92 Difraktogram Sinar-x ………………..(Posman
Manurung)

permukaannya. Mikrostruktur suatu campuran terjadi pertumbuhan kristal SnO2.Selanjutnya


bahan dapat berubah dengan penambahan dilakukan pengukuran difraksi sinar-X (XRD) untuk
pengujian struktur bahan. Pengujian struktur mikro (SEM)
sejumlah kecil bahan lain atau sering disebut dan XRD dengan alat PAN Analitical di Pusat Penelitian
sebagai doping. Pengembangan Geologi dan Laut (P3GL) Bandung.
Tegangan operasi mesin XRD adalah 40kV dan 30mA
METODE dengan target Cu berpanjang gelombang 1,54060Ǻ.

Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah SnCl2. 2H2O, pelarut aquades, ammonia dan
etanol. Perbandingan pelarut ammonia dan aquades Difraksi sinar-X
dibuat 1:7 (Fiyastuti 2005). Bahan Fe ditambahkan Difraktogram sinar-X
ke dalam larutan dengan variasi 0 sampai dengan 1 Analisis XRD merupakan analisis secara
gram seperti Tabel 1. kualitatif yang berdasarkan pada pola difraksi
Semua bahan dicampur dalam gelas ukur lalu sinar-X pada sampel. Untuk mempermudah
diputar pada magnetik stirrer selama 3 jam hingga
larutan berwarna kehitaman. Larutan diendapkan
penganalisisan, difraktogram seluruh sampel
dan selanjutnya disaring dengan kertas millipore dari digabungkan menjadi satu dengan
Millipore Corporation USA dengan ukuran pori 0,22 menggunakan program Matlab. Hasil
µ m. Untuk proses pencampuran yang lebih penggabungan tersebut dapat dilihat pada
homogen dilakukan proses milling selama 20 jam Gambar 1.
pakai bola-bola keramik kecil. Selanjutnya bahan
campuran disintering 900ºC selama 4 jam agar

Tabel 1. Perbandingan komposisi sampel.

SnCl2.2H2O Aquades Amonia FeCl3


Nama
(gr) (ml) (ml) (gr)
E1 13,13 306,27 43,73 0,00
E2 13,13 306,27 43,73 0,10
E3 13,13 306,27 43,73 0,20
E4 13,13 306,27 43,73 0,50
E5 13,13 306,27 43,73 1,00

2000
Intensitas relatif (counts)

1500

E5

1000 E4

E3

500
E2

E1
0
20 40 60 80 100 120
2θ°
Gambar 1. Pola difraksi sinar-X bahan SnO2 yang ditambah dengan bahan Fe. Sampel E1 (0 wt
Fe), E2 (0,1 wt Fe), E3 (0,2 wt Fe), E4 (0,5 wt Fe) dan E5 (1,0 wt Fe). Panjang
gelombang sinar-X yang digunakan adalah 1,54060 Å.
Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 1, Januari 2011 : 91 - 96 93

Hal pertama yang dilakukan pada hasil cenderung berkurang seiring dengan
XRD adalah analisis kehadiran fasa dalam bertambahnya persentase berat Cd. Pengaruh
bahan. Metode yang umum digunakan untuk kehadiran Cd hanya pada ukuran kristalnya.
ini adalah metode pencocokan (search macth Mekanisme ini dapat diterangkan dengan
analysis) dengan menggunakan program perbedaan sintering bahan dimana Cd-SnO2
PCPDFWIN 1997. Sesuai dengan prosedure pada 700ºC dan Fe-SnO2 pada 900ºC.
pencocokan yang baku diperolehlah lembaran Kelima grafik pola XRD yang ditunjukkan
data yang paling cocok dengan sampel yaitu pada Gambar 1, terlihat bahwa terjadi sedikit
PDF (powder diffraction files) nomor 41-1445 pergeseran sudut 2θ dari tiga sampel. Namun
(Winchell & Winchell 1964). Dalam lembaran secara umum sudut Bragg 2θ relatif sama pada
tersebut jarak Δd atau selisih jarak antar semua sampel. Pergeseran 2θ dapat disebabkan
bidang, d, antara data XRD sampel dengan data oleh perubahan panjang parameter sel sebagai
XRD rujukan adalah kurang dari 0,03 Å. akibat kehadiran Fe pada sampel.
Pada Gambar 1 dapat dilihat pola difraksi
sinar-X masing-masing sampel dengan Analisis struktur kristal
penambahan Fe (0,1; 0,2; 0,5 dan 1 gram). Perangkat lunak Rietica (Hunter & Howard
Tidak kelihatan penambahan fasa baru, yang 2000) merupakan salah satu program
terjadi adalah intensitas puncak-puncak difraksi penghalusan struktur Rietveld. Pada penelitian
cenderung menaik seiring dengan penambahan ini, analisis Reitveld digunakan sebagai analisis
Fe. Hal ini berarti bahwa penambahan Fe dapat data kualitatif sampel. Analisis ini dilakukan
membantu pertumbuhan kristal SnO2. Telah dengan metode penghalusan kuadrat terkecil
umum diketahui bahwa intensitas difraktogram yang bertujuan untuk meminimalkan selisih
sinar-X tergantung pada posisi atom dalam kuadrat terkecil (χ2) antara data penelitian
suatu kristal dan tingkat kekristalan suatu dengan data model melalui langkah-langkah
bahan (Cullity 1978). Pada satu sisi hal ini yang baku. Data awal kristalografi dan posisi
cocok dengan penelitian Yang et al. (2006), atom SnO2 yang digunakan sebagai lembaran
yaitu tidak ada penambahan fasa baru akibat masukan pada proses penghalusan dipakai
doping Cd pada SnO2. Hal yang berbeda adalah Villar & Calvert (1997).
intensitas pada puncak-puncak difraksi

500

400

300
Counts

200

100

-100

20 40 60 80 100 120
2 theta (deg)

Gambar 2. Pola difraksi sampel E1 hasil penghalusan dengan metode Rietveld. Data pengamatan
dan pola perhitungan ditunjukkan oleh tanda silang hitam (+) dan garis solid (merah).
Perbedaan plot ditunjukkan warna violet. Garis vertikal (biru) menunjukkan posisi
puncak-puncak Bragg. Panjang gelombang sinar-X yang digunakan sebesar 1,54060 Å.
94 Difraktogram Sinar-x ………………..(Posman
Manurung)

Tabel 2. Parameter sel masing-masing sampel setelah proses penghalusan.

Sampel a = b (Ǻ) c (Ǻ)


SnO2 standar 4,7380 3,1865
E1 4,7412 3,1865
E2 4,7380 3,1865
E3 4,7380 3,1805
E4 4,7408 3,1895
E5 4,7408 3,1895

a b

c d

Gambar 3. SEM SnO2 (a) sampel E1, (b) E2, (c) E3, (d) E4 dan (e) E5 pada bagian posisi
penampang lintang.
Jurnal ILMU DASAR Vol. 12 No. 1, Januari 2011 : 91 - 96 95

Data-data yang dimasukkan sebagai namun sudah ada mengindikasikan bentuk


lembaran masukan meliputi beberapa bulat lonjong. Setelah penambahan Fe 0,1 gr,
parameter seperti latar belakang, faktor sekala, bentuk bulat lonjong semakin banyak.
parameter kisi, nol alpha, bentuk puncak U, V, Penambahan Fe 0,2 gr seperti pada Gambar
W dan arah kecenderungan orientasi (PO) serta 3(c), bentuk bulat lonjong menjadi hilang ke
beberapa parameter lain yang mendukung, bentuk yang kurang teratur namum masih
sehingga diperoleh kesesuaian antara data banyak mengandung pori-pori. Selanjutnya
pengamatan dan model. Parameter-parameter dengan semakin bertambahnya Fe, tekstur
yang telah dimasukkan sebagai file input tidak sampel berubah menjadi bentuk lempengan.
semuanya dapat dihaluskan, sebab tidak semua Perubahan struktur mikro ini diduga karena
parameter yang dihaluskan dapat menghasilkan kehadiran Fe dalam sampel SnO2, dimana pada
nilai kuadrat (χ2) terkecil yang lebih baik. persentase kecil cenderung membentuk benjo
Gambar 2 menyajikan salah satu contoh hasil dan pada persentase besar cenderung
penghalusan sampel E1. membentuk plateau atau lempengan. Bentuk
Berdasarkan Gambar 2, sebetulnya banyak lempengan itu diduga karena melelehnya Fe
informasi yang dapat diperoleh seperti cacah menutupi batas butiran SnO2. Ion Fe pada
latar belakang, besar gamma, PO, UVW, alpha sampel mengikat oksigen bersama-sama
nol, parameter kisi dan sebagainya. Salah satu dengan ion Sn, sehingga ukuran butiran
yang dikemukakan pada tulisan ini adalah partikel kelihatan semakin membesar (Dibb et
besar parameter sel pada masing-masing bahan al. 2006). Bentuk benjo pada Gambar 3(c)
seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 juga teramati pada mikrostruktur SnO2-Fe yang
dapat dilihat bahwa nilai parameter sel semua diendapkan dengan cara pirolisis semprotan
sampel yang disintering pada suhu 900ºC pada substrat Si yang teroksidasi (Korotcenkov
adalah relatif sama terutama parameter sel ke et al. 2008).
arah c. Hal ini sesuai dengan pola XRD sampel
seperti pada Gambar 1 dimana tidak terjadi KESIMPULAN
pergeseran sudut Bragg yang signifikan antara
sampel. Karena tidak terjadi pergeseran sudut Dari serangkaian penelitian yang telah
Bragg sementara ada kenaikan intensitas dilakukan diperoleh bahwa kehadiran unsur Fe
seiring semakin bertambahnya Fe maka yang dalam jumlah kecil pada SnO2 tidak merubah
terjadi adalah kenaikan tingkat kekristalan atau fasa dan hanya berpengaruh terhadap
menurunnya ukuran kristal seiring pertumbuhan kristalnya. Hal ini terlihat dari
bertambahnya Fe. Hal ini sesui dengan semakin tingginya puncak difraksi pada sudut
penelitian Rani et al. (2006) dimana pada film difraksinya. Secara umum ukuran parameter sel
tipis SnO2 yang didoping dengan Fe SnO2 tidak berubah secara signifikan akibat
menunjukkan ukuran kristal mengecil dengan penambahan Fe. Ini terlihat jelas dari hasil
naiknya Fe. penghalusan data XRD di mana salah satunya
dapat menghitung parameter sel. Struktur
Analisis struktur mikro menggunakan SEM mikro SnO2 cenderung membentuk butiran
Gambar SEM atau struktur mikro sampel bentuk benjo pada penambahan Fe yang sedikit
dapat dilihat pada Gambar 3. Semua gambar dan berubah menjadi bentuk plateau pada Fe
SEM diambil pada bagian posisi penampang yang lebih besar. Hal ini bisa karena semakin
sampel dengan perbesaran 10000 kali. Secara banyak unsur Fe menyebar dalam sampel.
keseluruhan struktur mikro sampel
menunjukkan semacam adanya pecahan- Ucapan terimakasih
pecahan kecil yang menempel pada Penelitian ini terlaksana berkat Proyek Hibah
permukaan. Hal ini wajar karena foto SEM Bersaing dari Dikti dengan nomor kontrak
diambil setelah sampel dipotong melintang 028/SP2H/PP/DP2M/III/2008.
baru dikoting. Namun dibalik pecahan-pecahan
kecil itu dapat dilihat adanya pori-pori yang DAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan oleh bayangan atau gambar gelap.
Pertama pada Gambar 3(a), pertumbuhan Cullity BD. 1977. Elements of X-Ray Diffraction.
sampel kelihatannya masih belum teratur Addison-Wesley Publishing Co. Inc. p 108.
96 Difraktogram Sinar-x ………………..(Posman
Manurung)

Demarne V & Grisel A. 1988. An Integrated Low- Nakahara T & Koda H. 1992. Chemical Sensor
Powder Thin Film CO Gas Sensor on Silicon. Technology. Vol 3 Elsevier, Kodansha p 19-31.
Sens Actuat. 13:301-302. Oyabu T, Osaula T & Kurobe T. 1982. Sensing
Dibb A, Cilense M, Bueno PR, Maniette Y, Varela Characteristics of Tin Oxide Thick Film Gas
JA & Longo E. 2006. Evaluation of Rare Earth Sensor. J. Appl. Phys. 53(11):7125-7128.
Oxides Doping SnO2.(Co1/4,Mn3/4)O-based PCPDFWIN Version 1.30. 1997. JCPDS-
Varistor System. Materials Research. 9(3):339- International Centre for Diffraction Data.
343. Rani S, Roy SC & Bhatnagar MC. 2007. Effect of
Fiyastuti U. 2005. Pengaruh Variasi Pelarut pada Fe Doping on the Gas Sensing Properties of
Pengendapan SnO2. Skripsi Universitas Nano-Crystaline SnO2 Thin Films. Sensors and
Lampung. Actuators B: Chemical. 122(1):204-210.
Hunter BA & Howard CJ. 2000. A Computer Santos DO, Weiller ML, Junior DQ & Medina AN.
Program Rietveld Analysis of X-rays and 2001. CO Gas-Sensing Characteristics of SnO2
Neutron Powder Diffraction Patterns. Australian Ceramics Obtained by Chemical Precipitation
Nuclear Science and Technology Organization. and Freeze-Drying. Sensors and Actuators B
Australia. 75:83-87.
Korotcenkov G, Brinzani V & Boris I. 2008. (Cu, Uen TM, Huang KF, Chen MS & Gou YS. 1988.
Fe, Co, or Ni)-Doped Tin Dioxide Film Preparation and Characterization of Some Tin
Deposited by Spray Pyrolysis: Doping Influence Oxide Films. Thin Solid Films 158:69-71.
on Film Morphology. J. Mater Sci. 43:2761- Villar P & Calvert LD. 1997. Pearson’s Handbook
2770. of Crystallographics for Intermetalic Phases.
Leja L, Korecki J, Krop K & Toll K. 1979. Phase United State, America, p 4296.
Composition of SnOx Thin Films Obtained by Wicaksono B.D & Nuh M. 2002. Devais Elektronik
Reactive DC Sputtering. Thin Solid Films. 59 p dan Masa Depan. Portal. PENS ITS. Indonesia.
147-150. Winchell A & Winchell H. 1964. Microscopic
Lu F, Liu Y, Dong M & Wang X. 2000. Nanosized Character of Artificial Inorganic. Solid Sub. 69.
Tin Oxide as the Novel Material with Yang H, Su X & Tang A. (2006). Mechanochemical
Simultaneous Detection towards CO, H2 and Synthesis of Cadmium-Doped Tin Oxide
CH4. Sensors and Actuators B: Chemical. 66 (1- Nanoparticle. International Journal of
3):225-227. Nanoscience. 5(1):91-98.

Anda mungkin juga menyukai