BENGKULU UTARA
BENGKULU
OLEH;
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas
seluruh nikmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktek kerja Lapangan ( PKL ) ini dengan baik. Laporan praktek kerja
lapangan ini disusun berdasarkan pengamatan, informasi, serta data data yang diperoleh
selama praktek kerja berlangsung. Pembahasan aspek umunnya yang terdiri dari aspek
System Panen dan Bahan Baku, aspek Proses Produksi, aspek Pengendalian Mutu ,aspek
Sistem Sanitasi Pengolahan dan aspek Penanganan Limbah Di PT. Mitra Puding Mas –
Palm Oil Mill, desa Sebelat, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu. Laporan Praktek kerja Lapangan ini untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Teknik (ST) Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan sektor pertanian dari
subsektor perkebunan yang setiap tahun berkembang dengan pesat disertai industri
pengolahannya. Kelapa sawit telah mendapat perhatian tersendiri khususnya bagi
Provinsi Bengkulu. Lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu telah mencapai
puluhan ribu hektar dengan tingkat produksi yang tinggi dan telah memberi kontribusi
yang tidak sedikit bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengembangan disektor ini
masih sangat diperlukan dan masih sangat memungkinkan mengingat diversivikasi
produk yang dapat dihasilkan dan nilai tambah yang diperoleh. (Anonim, 2014).
Pengolahan kelapa sawit yang ada di Provinsi Bengkulu untuk saat ini baru bisa
menghasilkan produk minyak sawit mentah (CPO) dan kernel yang kualitasnya belum
begitu baik. CPO yang dihasilkan juga belum sesuai dengan standar kualitas yang
diharapkan. Pengolahan kalapa sawit langsung dijual berupa CPO dan Kernel tanpa
adanya pengolahan lebih lanjut menjadi produk lain. Otomatis pendapatan yang didapat
hanya terbatas pada CPO dan Kernel. Pengolahan lebih lanjut terhadap produk tersebut
agar menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis sampai saat ini belum dilakukan.
Untuk meningkatkan daya saing produk minyak sawit dipasaran domestik dan
internasional, produsen harus melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas baik itu
kualitas bahan baku, proses produksi dan kualitas produk akhirnya maupun
meningkatkan efisiensi usaha sehingga biaya produksi dapat ditekan. Penekanan biaya
produksi secara khusus perlu dilakukan penelaahan struktur biaya produksi sebagai
landasan efisiensi usaha.
Penguasaan pengetahuan dan teknologi pengolahan dapat menjadi jawaban atas
tantangan ini. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai penguasaan pengetahuan
dan teknologi pengolahan adalah Praktek Kerja bagi mahasiswa. Praktek Kerja adalah
mata kuliah yang merupakan penyelarasan teori perkuliahan dengan situasi mikro (kecil)
perusahaan selama 2 bulan dalam pelaksanaannya lebih ditekankan pada analisis
terhadap kenyataan yang ada di sektor-sektor produksi seperti organisasi perusahaan,
penanganan bahan baku, proses pengolahan dan produksi, pengendalian kualitas,
kesehatan, sanitasi, penanganan limbah dan aspek pemasaran.
Praktek Kerja merupakan upaya untuk membandingkan antara teori yang telah
didapatkan oleh mahasiswa pada saat dikelas dengan dunia kerja nyata sehingga
nantinya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang terjun kelapangan dengan
profesional yang tinggi. Praktek Kerja yang dilaksanakan oleh Program Studi Teknologi
Industri Pertanian (TIP) Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ini merupakan bentuk
kegiatan yang diharapkan agar mahasiswa dapat mengamati dan memahami kinerja
produksi dan manajemen suatu lembaga/instansi yang bergerak dalam bidang
agroindustri sehingga mahasiswa tersebut dapat di tempatkan pada lembaga/instansi atau
perusahaan yang tepat dan memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan aspek
yang ditekankan pada Praktek Kerja ini adalah proses pengolahan dan manajemen yang
dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga.
Disamping perkuliahan yang bersifat mempelajari teori, mahasiswa perlu
melakukan Praktek Kerja, karena tekadang gambaran yang lebih komprehensif
mengenai kenyataan yang ada dilapangan amat berbeda dengan pemahaman dan teori
yang didapatkan. Praktek Kerja yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bengkulu
merupakan salah satu usaha untuk menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional serta
berwawasan luas. Artinya, Universitas Bengkulu berupaya menhasilkan sarjana-sarjana
yang memiliki kemampuan dan manajerial serta mampu mengakomodir kebutuhan ilmu
dan teknologi yang terus berkembang, tentunya dengan teknoogi yang tidak berdampak
buruk bagi lingkungan.
Perusahaan Anglo Eastern Plantation (AEP) group adalah perusahaan yang saat
ini sedang berkembang dalam pembangunan sektor perkebunan dan industri kelapa sawit
di Indonesia. Salah satu unit usaha yang termasuk dalam pengembangan perusahaan
AEP Group adalah PT. Mitra Puding Mas. Maka berikut adalah profil dari PT. Mitra
Puding Mas
2.2 Lokasi
Secara geografis PT. Mitra Puding Mas terletak pada 3o00 LS – 3o30 LS dan
101o30’BT – 120º00’BT. PT. Mitra Puding Mas berada di daerah Desa Pasar Sebelat
Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu dengan jarak
±160 km dari kota Bengkulu, dengan batas administrasi sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan pemukiman penduduk (SP5/SP2/SP7).
Selatan : Berbatasan dengan kebun estate PT.Agricinal dan pemukiman SP5.
Barat : Berbatasan dengan garis pinggir pantai Samudra Hindia
Timur : Berbatasan dengan hutan Lindung di Kabupaten Bengkulu Utara.
Perkebunan PT. Mitra Puding Mas memiliki tujuh divisi dengan nama - nama
divisi dan luas per divisinya dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Nama-nama Divisi PT. MPM dan luasannya terhitung Juli 2017
No Nama Divisi Luas (Ha) TM/TBM
1 Divisi 01 533,39 TM
2 Divisi 02 450,84 TM
3 Divisi 03 581,19 TM
4 Divisi 04 614,20 TM
5 Divisi 05 599,40 TM
6 Divisi 06 622.20 TM
7 Divisi 07 622.00 TM
Adapun luas lahan yang telah menurut tahun tanam (year of planting ) sebagai
berikut:
1. Lahan telah dikerjakan tahun 1990, merupakan tanaman menghasilkan
(TM) seluas 162.89 Ha, terletak di Mitra Puding Mas Estate.
2. Lahan telah dikerjakan tahun 1997, merupakan tanaman menghasilkan
(TBM) seluas 852,34Ha, terletak di Mitra Puding Mas Estate.
3. Lahan telah dikerjakan tahun 1998, merupakan tanaman menghasilkan
(TBM) seluas 1.851,09 Ha terletak di Mitra Puding Mas Estate
4. Lahan telah dikerjakan tahun 1999, merupakan tanaman menghasilkan
(TBM) seluas 627.50 terletak di Putri Hijau Estate.
5. Lahan telah dikerjakan tahun 2000, merupakan tanaman menghasilkan
(TBM) seluas 168.40 Ha terletak di Mitra Puding Mas Estate
6. Lahan telah dikerjakan tahun 2011 merupakan tanaman menghasilkan
(TBM) seluas 361.00 Ha terletak di Mitra Puding Mas Estate
Tenaga kerja di PT. Mitra Puding Mas terdiri dari 5 jenis, yaitu meliputi Staf,
Karyawan Bulanan Tetap (SKU- B), Karyawan Harian Tetap (SKU- H), Pekerja Harian
Lepas (PHL) dan Tenaga Kerja Musiman dengan ketentuan sebagai berikut :
Fasilitas kesehatan yang diberikan oleh PT. Mitra Puding Mas kepada
karyawannya adalah dengan membangun sebuah klinik (Klinik Pratama ) yang
bertempat di divisi II, penyediaan obat-obatan (P3K) serta biaya perawatan (Puskesmas).
2.7.5 Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki oleh PT. Mitra Puding Mas antara lain : Dump
truck, alat berat, mobil, sepeda motor, dan bus sekolah. Selain itu untuk manager
disediakan mobil untuk memudahkan tugasnya sedangkan untuk staf disediakan sepeda
motor.
2.7.6 Pendidikan
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang propesional, maka PT. Mitra
Puding Mas memberikan fasilitas pendidikan berupa Taman Kanak-kanak (TK) dan
Sekolah Dasar (SD) yang terletak tidak jauh dari area perumahan karyawan. Selain itu
PT. Mitra Puding Mas memberikan kemudahan bagi keluarga karyawan yang sekolah
dengan menyediakan transportasi bagi mereka.
Dalam mengontrol mutu produk yang dikirim, PT. Mitra Puding Mas – POM
melakukan pengambilan sampel terhadap produk (CPO dan PK) yang dimasukkan ke
dalam botol sampel dan kantong plastik dan dianalisa di Laboratorium PT. Mitra Puding
Mas - POM. Pengambilan sampel ini dilakukan pada setiap transportir yang telah
dimuat.
BAB III
Bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam industri
pengolahan kelapa sawit, karena kualitas Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh bahan
baku dan bagaimana cara mengolahnya. Cara pengolahan yang baik tidak akan berguna
jika bahan baku yang digunakan tidak sesuai kriteria pengolahan. Dalam pengolahan
Crude Palm Oil (CPO) menggunakan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS). Pabrik PT.
Mitra Puding Mas mendapatkan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai bahan baku dari
kebun sendiri (buah dalam) dan dari kebun masyarakat (buah luar) atau kebun swadaya
yang berada di sekitar pabrik. Kebun PT. Mitra Puding Mas Estate terdiri dari dua
Rayon, Rayon Satu terdiri dari 4 divisi yaitu divisi 1sampai divisi 4 dan Rayon Dua
terdiri dari 3 divisi yaitu divisi 5 sampai devisi 7 sebagai sumber bahan baku yang
digunakan dari kebun sendiri.
Bahan baku yang masuk ke pabrik tidak langsung diolah, melainkan harus
dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sortasi dilakukan untuk kebun sendiri dan kebun
luar/kebun masyarakat, sortasi untuk kebun sendiri akan di lakukan pengambilan sampel
dari tiap Estate minimal 2 mobil. Kemudian sampel tersebut akan dijadikan sebagai
bahan laporan untuk peningkatan kualitas bahan baku. Sedangkan bahan baku dari
masyarakat akan dilakukan sortasi di loding rump, buah yang tidak memenuhi kriteria
akan dibawa kembali pulang oleh masyarakat. Tujuan sortasi adalah untuk
mempertahankan kualitas tandan buah segar (TBS), untuk menjaga randemen tidak
turun dan keperluan ekonomis. Ada 4 fraksi yang terdapat di pengolahan buah sawit
PKS PT. Mitra Puding Mas yaitu :
a. Fraksi 0 = tidak terdapat brondolan buah sawit dari TBS
b. Fraksi 1 = terdapat 1 brondolan buahsawit dengan berat TBS 1 kg
c. Fraksi 2 = terdapat 2 brondolan buah sawit dengan berat TBS 1 kg
d. Fraksi 3 = terdapat 3 brondolan buahsawit dengan berat TBS 1 kg
Upaya pemanenan yang baik untuk menghasilkan bahan baku berupa tandan buah
segar (TBS) semaksimal adalah tujuan dari sistem panen bahan baku, baik dari segi
kualitas (memenuhi kriteria matang panen pada fraksi 1 sampai 2, sehingga
menghasilkan TBS yang mengandung rendemen minyak tinggi) maupun kuantitasnya
(TBS yang diperoleh dapat memenuhi target perusahaan) serta mengusahakan TBS hasil
panen tersebut sampai di pabrik untuk diolah pada hari yang sama, tujuannya adalah
untuk menghindari buah restan (mengurangi peningkatan kadar ALB pada TBS). Namun
yang terjadi di lapangan, kriteria matang panen yang diterapkan pada perkebunan PT.
Mitra Puding Mas adalah tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan yang
termasuk dalam fraksi 1 dan 2 dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya lossis di
lapangan. Sebab pada pemanenan, TBS yang fraksi 2 dan 3 akan membrondol banyak
ketika jatuh ke tanah, akan susah di pungut ketika letak buah tersebut di daerah curam
(bergelombang).
Buah yang masuk kepabrik akan di sortasi terlebih dahulu untuk memastikan
kualitas bahan baku itu sendiri. Agar produk akhir yang dihasilkan memiliki kualitas
yang baik juga. Ada dua kriteria yang digunakan, kreteria untuk buah kebun sendiri
( buah dalam) dan dari kebun masyarakat ( buah luar).
Tujuan dan kriteria sortasi buah sendiri ( buah dalam )
Untuk menentukan nilai fraksi panen kebun.
Sebagai data evaluasi kinerja kebun dan perolehan rendemen.
Tabel 3. Kriteria jenis buah yang terdapat pada PKS PT. Mitra Puding Mas
1. Buah Buah yang memiliki warna
Mentah kehitaman atau hitam
(Unripe) keungu-unguan dan lapisan
luar meso-carp berwarna
kekuningan dan tidak
memiliki brondolan.
Kualitas bahan baku (TBS) dari kebun sendiri yang diterima oleh PKS PT. Mitra
Puding Mas selama 12 bulan terakhir ( Juli 2018 – Juni 2019) dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
120
100
80
MATANG
60 MENGKAL
presentasi %
T.MATANG
ABNORMAL
40 BUSUK
MENTAH
20
Gambar 1. Grafik kualitas bahan baku dari kebun sendiri yang diterima oleh PKS PT.
Mitra Puding Mas selama 12 bulan terakhir (Juli 2018–Juni 2019)
Dari grafik diatas dapat dilihat kualitas bahan baku yang diterima oleh PKS PT.
Mitra Puding Mas selama 12 bulan terakhir (Juli 2018–Juni 2019) yang mana bahan
baku dari kebun memiliki kualitas yang sangat baik. Kualitas bahan baku dengan kriteria
matang hampir memenuhi target perusahaan yaitu 85 % untuk setiap bulan kecuali pada
bulan Agustus 2018, Oktober 2018, Desember 2018, dan Januari 2019, serta Maret 2019
rata – rata buah matang hanya mencapai 82.43 %. Untuk buah yang disortasi masih
dalam batas toleransi perusahaan yang mana buah mentah 0 %, busuk 0 %, janjang
kosong 1 %, abnormal 4 %, terlalu matang 5 %, maupun mengkal 5 % selalu berada
dibawah batas toleransi.
PT. Mitra Puding Mas memiliki kebun sendiri dan berikut adalah data yang
diperoleh selama 12 bulan terakhir (Juli 2018-Juni 2019) menghasilkan total TBS
sebanyak 250,938,050 kg atau rata-rata perbulannya 209,115,041 kg yang dimana rata
-rata target sebesar 245,427,50 kg artinya target yang telah ditetapkan oleh perusahaan
tidak tercapai. TBS yang tertinggi diperoleh pada bulan Juli 2018 dan terendah diperoleh
pada bulan Februari 2019. Berikut adalah grafik perolehan TBS dari PT.Mitra Puding
Mas Estate.
30,000,000
25,000,000
20,000,000 TARGET
REALISASI
15,000,000
10,000,000
5,000,000
Gambar 3. Grafik Target Dan Realisasi TBS PT. Mitra Puding Mas Estate
PT. Mitra Puding Mas - POM juga menerima dari kebun masyarakat dan berikut
adalah data yang diperoleh selama 12 bulan terakhir (Juli 2018 - Juni 2019) menerima
total TBS sebanyak 124,431,985 kg atau rata-rata perbulannya 10,369,332 kg dimana
rata - rata target sebesar 9,883,250 kg yang artinya untuk perolehan TBS dari kebun
masyarakat sudah melebihi target yang telah di tetapkan oleh perusahaan. TBS yang
tertinggi diperoleh pada bulan Oktober 2018 dan terendah diperoleh pada bulan Januari
2019.
14,000,000
12,000,000
10,000,000
8,000,000 TARGET
REALISASI
6,000,000
4,000,000
2,000,000
Penerimaan tandan buah segar (TBS) Selama Juli 2018 – Juni 2019 hasil yang
didapatkan belum maksimal dimana dapat dilihat dari data produksi TBS yang melebihi
target hanya terdapat pada bulan Juli 2018 yaitu sebesar 8,366,260 kg dan bulan Juni
2019 yaitu 1,817,490 kg, dan pada bulan September 2018 sampai dengan Februari
mengalami penurunan yang drastis sehingga pada bulan Februari 2019 merupakan
penerimaan terendah yaitu 24,409,735 kg dari target yang ditentukan perusahaan sebesar
28,746,000 kg. Penerimaan TBS yang tertinggi pada bulan Juli 2018 yaitu sebesar
43,351,260 kg. kemudian pada bulan Maret 2019 sampai dengan Mei 2019 hasil
produksi mengalami peningkatan walaupun tidak melebihi target yang dinginkan.
Dengan penerimaan rata – rata perbulan sebesar 209,115,041 kg sehingga dapat
dikatakan bahwa pencapaian TBS belum maksimal terpenuhi. Dari grafik penerimaan
tersebut juga dapat dilihat bahwa penerimaan tandan buah segar (TBS) mengalami
penurunan yang jauh dari target seperti yang terjadi pada bulan Desember 2018.
Sedangkan penerimaan yang mengalami peningkatan hingga melebihi target terjadi pada
bulan Juli 2018 dan Juni 2019. Peningkatan ini terjadi karena pada bulan Juli hingga
Agustus 2018 merupakan musim penghujan sehingga buah lebih cepat berkembang
dengan kebutuhan air yang banyak, sebagaimana yang dijelaskan oleh mandor 1 divisi 2
bahwa sawit membutuhkan banyak air untuk memproduksi buah demikian dengan bulan
Juni 2019. Bulan-bulan yang aktual lebih besar dari pada target disebut Peak Crop,
dimana buah banyak atau melimpah. Dan buah yang tidak mencapai target disebut Trek.
Dalam memenuhi kebutuhan TBS tersebut PKS PT.Mitra Puding Mas selain produksi
kebun sendiri juga membeli tandan buah segar (TBS) dari kebun masyarakat sehingga
kapasitas 60 ton/jam dapat terpenuhi.
3.1.2.1 Organisasi Kebun PT. Mitra Puding Mas - Puding Mas Estate
Dalam organisasi kebun PT. Mitra Puding Mas - Puding Mas Estate, seluruh
pekerjaan dibagi - bagi dalam bagian - bagian dan sub - bagian tertentu. Tujuan utama
pembagian tugas di kebun ini dimaksudkan agar pekerjaan kebun dapat terorganisir
dengan baik. Selain itu bila terjadi kesalahan-kesalahan mudah untuk diketahui dan
diperbaiki berdasarkan pedoman dan tata cara yang berlaku pada masing-masing sub
pekerjaan.
Perkebunan PT. Mitra Puding Mas - Puding Mas Estate dikepalai oleh seorang
General Manager kemudian Manager kebun dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh seorang Senior Assistant Rayon-1 dan seorang Senior Assistant Rayon-2 dan 7
orang asisten lapangan untuk menunjang kelangsungan kegiatan – kegiatan dan untuk
mengurus usaha - usaha di lokasi perkebunan tersebut
Dalam proses pemanenan tandan buah segar (TBS), faktor utama yang harus
diperhatikan adalah bagaimana memanen buah yang sesuai dengan kriteria panen yaitu
buah matang dengan fraksi 2 sampai fraksi 3, tidak busuk, buah sudah membrondol
minimal 1 brondolan pertandan, bukan buah mentah yang kadar minyaknya rendah dan
kadar airnya tinggi.
3.1.4.2 Pengangkutan
PT. Mitra Puding Mas - Puding Mas Estate memiliki peralatan transportasi berupa
kendaraan ringan dan berat yang berguna mempermudah dan mempercepat kegiatan
perusahaan. Pemakaian peralatan transportasi kebun di PT. Mitra Puding Mas - Puding
Mas Estate diatur sesuai dengan fungsinya :
1. Kendaraan roda dua : digunakan untuk mengontrol kualitas tandan buah segar
(TBS) yang dipanen pada saat pemanenan berlangsung.
2. Kendaraan roda empat (wintor, mobil pick up dan truk) : biasanya digunakan untuk
mengangkut hasil panen dari TPH kecil ke loading, dan dari Loading ke pabrik
(PKS) untuk diolah menjadi CPO.
a. Pick up dan wintor : digunakan untuk mengangkut tandan buah segar
(TBS) dan berondolan dari TPH kecil atau collection road ke Loading
dan bisa juga digunakan untuk mengangkut TBS dan berondolan dari
Loading ke pabrik ataupun melangsir pupuk.
Sumber: PT.Mitra Puding Mas-Estate 2019
b. Truk : digunakan untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) dan
berondolan dari Loading ke pabrik atau melalui jalur man road.
Pemakaian alat ini diatur oleh kepala transportasi. Biasanya dalam
pengaturan pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan berondolan
diprioritaskan pada daerah yang memiliki jangkauan lebih dekat dengan
jalan besar dan pabrik untuk diangkut lebih dulu.
Selain itu, kendaraan lain yang ada di estate adalah kendaraan roda empat (Hiline),
merupakan kendaraan yang digunakan oleh Manager dan Field Head Assistant serta
kendaraan roda dua yang digunakan oleh assistant kebun masing - masing divisi untuk
melakukan pengawasan dan kontroling terhadap semua kegiatan di kebun serta semua
aktifitas perusahaan. Dalam proses pengangkutan TBS dari pinggir piringan ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) sampai ke pabrik (loading ramp) memerlukan perhatian yang
lebih seperti sarana jalan, karena jika turun hujan, jalan menjadi becek dan ini
mengganggu kelancaran dalam pengangkutan buah ke pabrik.
Sarana jalan perlu mendapat perhatian karena banyaknya jalan yang rusak dapat
menghambat jalur transportasi dari kebun ke pabrik, sehingga buah restan masih ada
ditemukan di kebun. Hal ini biasanya banyak ditemukan pada saat musim hujan, akses
jalan dari kebun menuju pabrik banyak yang rusak dan masih dalam perbaikan. Selain
itu, kendaraan yang layak juga merupakan faktor pendukung kelancaran proses
pengangkutan. Proses pengangkutan yang baik ini merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan minyak sawit dengan kadar FFA (free fatty acid) yang sekecil-kecilnya
untuk itulah tandan buah sawit yang telah masak harus diperlakukan dengan hati-hati
dan harus secepatnya dikirimkan ke pabrik dengan sasaran panen hari ini harus diolah
perharri tersebut.
Pengangkutan bahan baku juga berpengaruh dalam produktifitas sistem panen. Jalan
menuju pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang kurang baik menyebabkan buah
terlambat diangkut ke (PKS). Dari hal tersebut sebaiknya pihak perusahaan memperbaiki
jalan, serta membuat saluran air agar air tidak tergenang dijalan. Pengumpulan hasil
panen di tempat pengumpulan hasil (TPH) juga sering terlambat sehingga sering buah
tidak terangkut ke pabrik untuk di olah, dan mengakibatkan loses pada hari itu karena
akan bermalam di kebun hingga besok di angkut lagi. Hal ini karena pengangkutan buah
masih menggunakan tenaga angkut manusia untuk melangsir buah sampai tempat
pengumpulan hasil (TPH). Losses juga terjadi pada brondolan yang tidak di kutip.
Diharapkan mandor panen bisa ikut dalam proses panen dan mengawasi rotasi panen
agar tidak ada buah yang tidak diangkut sehingga dapat menekan losses dan mencapai
target pemanenan
PT. Mitra Puding Mas- Palm Oil Mill memiliki kapasitas olah yaitu 60 ton/jam
dengan hasil produksi utamanya ialah CPO dan Kernel. Untuk proses produksi sudah
menggunakan pengolahan 2 line.
3.2.1. Diagram Alir Proses dan Neraca Bahan
Secara keseluruhan kegiatan produksi merupakan kegiatan merubah suatu bahan
baku menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Kegiatan ini dipandang sebagai
sebuah sistem yang terdiri atas sub-sub sistem yang menggambarkan suatu tahapan dan
saling berkaitan. Perancangan proses berkaitan dengan pemilihan dan pengaturan
tahapan-tahapan tersebut, penentuan spesifikasi dan perancangan peralatan yang
diperlukan untuk mengerjakan fungsi tahapan proses (sub sistem) penyusun. Salah satu
bagian dari pengolahan input dengan berbagai proses tertentu adalah proses produksi,
dengan hasil akhirnya berupa output. Output disini adalah berupa Crude Palm Oil dan
inti sawit. Tujuan proses produksi di pabrik minyak kelapa sawit adalah mengupayakan
proses pengolahan TBS yang baik untuk menghasilkan CPO dan Kernel yang memiliki
mutu sesuai dengan Standar Internasional. Proses produksi di pabrik minyak kelapa
sawit dimulai dari pengisian TBS yang ditumpuk di Loading Ramp ke dalam lori-lori
untuk dilakukan proses perebusan hingga proses pemurnian minyak dan menempatkan
minyak tersebut di dalam oil storage tank (Naibaho, P.M, 1996).
PT. Mitra Puding Mas- Palm Oil Mill mengolah kelapa sawit menjadi crude
palm oil (CPO) dan Kernel dengan kapasitas olah terpasang 60 ton/jam. Pengolahan
kelapa sawit dilakukan melalui beberapa tahapan yang cukup panjang dimulai dari
penerimaan TBS hingga menjadi produk yang siap jual. Oleh karena itu, pengawasan
dan kontrol harus dilakukan secermat mungkin untuk memperoleh hasil produksi yang
maksimal.
Pengolahan minyak kelapa sawit berlangsung cukup panjang dan memerlukan
kontrol yang cermat guna mendapatkan minyak kelapa sawit sesuai dengan kualitas
yang sudah ditetapkan yaitu meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan
kadar kotoran untuk produk CPO. Setiap unit proses pengolahan dilakukan pengontrolan
baik oleh operator setiap stasiun pengolahan tersebut maupun oleh karyawan bagian
mutu. Usaha ini dilakukan sepanjang proses pengolahan guna mendapatkan CPO dan
inti sawit yang sesuai dengan target.
Selain produk utamanya, proses lainnya adalah pengolahan kernel yakni
pemisahan antara cangkang dan serabut hingga pemasakan dan penempatannya dalam
bulking silo. Pengolahan juga dilakukan pada limbah produksi dengan memanfaatkan
gas metan sebagai biogas yang akan diolah menjadi sumber tenaga listrik. Limbah
dimanfaatkan sedemikian rupa guna meminimalkan limbah yang terbuang yang dapat
merugikan perusahaan ataupun lingkungan sekitar. Untuk lebih jelasnya lagi, diagram
alir proses produksi CPO dan Kernel di PT. Mitra Puding Mas - Palm Oil Mill dapat
dilihat pada gambar berikut:
Tankos
Fruit Elevator EB Press
Minyak Kebun
Conveyor Digester
Boiler
Liquor Tank
Digester Ingcleaned fuel Conveyor
FiberCyclone
Minyak kasar
Depericarper
Sludge Waste Nut
Oil Gutter Conveyor
Nut Polishing Drum
Sand Trap Tank
Nut Transport
Vibrating Screen Ampas
Nut Cyclone
Airlock Feed Winnowing
Minyak kasar Nut Silo
Cangkang Halus
dan debu
Delution Crude Oil Tank Ripple Mill
Minyak
Balance tank
Reclaimed Oil Wet Kernel Conveyor
Despatch Wet Kernel
Tank
CPO Vibrating Grade
Brush Strainer
Wet Kernel Elevator
Secara umum, selama setahun dari bulan Juli 2018 - Juni 2019 PT. MPM-POM
rata-rata mengolah sebanyak 375.370.035kg tandan buah segar. Hasil yang diperoleh
dari proses pengolahan tersebut adalah 77.594.260 kg CPO dan 18.816.800 kg kernel
FFB 100%
Fruit/Brondolan
67%
Pressing
Air (17%)
KERNEL
Jembatan timbang yang digunakan oleh PT. Mitra Puding Mas dilengkapi dengan
alat timbangan digital (Avery Weight Tronix) dan jenis alat timbangan (Avery Berkel L =
225) yang selanjutnya dicatat pada komputer dan langsung diprint sebagai tanda bukti
transaksi proses penimbangan. Di area timbangan juga dilengkapi CCTV sebagai
pemantau jika nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Sortasi
Gambar 5. Kegiatan sortasi
TBS yang masuk ke dalam pabrik akan disortasi sebelum diolah. Sortasi
merupakan tahapan yang harus dilalui untuk memisahkan dan mendapatkan TBS yang
memiliki mutu sesuai dengan standar perusahaan. Di stasiun ini, saat pembongkaran
TBS dilakukan sortasi terutama buah yang berasal dari kebun masyarakat. Proses ini
dilakukan dengan cara menyeleksi TBS setiap janjangnya dari masing-masing kendaraan
(truk dan pickup) oleh karyawan sortasi dengan bantuan tenaga bongkar. Alat yang
digunakan untuk membantu dalam penyortiran ini yaitu tojok dan gancu. Alat berat
Whell Loader sebagai alat bantu pendorong buah masuk ke pintu loading ramp. Di PT.
Mitra Puding Mas – POM sortasi/grading ini dilakukan oleh karyawan sortasi yang
terdiri dari 12 orang, 1 orang mandor serta 1 orang Assisten Quality Assurance.
Buah dari masyarakat dan buah yang berasal dari kebun MPM-POM akan
dilakukan sortasi. Namun, yang jadi pembedanya adalah buah dari petani yang tidak
lolos sortasi akan dikembalikan. Sedangkan buah dari estate yang tidak lolos sortasi
akan tetap diolah. Truk pengangkut buah kebun sendiri yang tidak dilakukan sortasi
langsung menuju tipping ramp, yang merupakan alat angkat yang bekerja dengan sistem
hidrolik. Tipping ramp yang terdapat di PT. MPM-POM ada 2 unit dan kapasitas
masing-masing dari tipping ramp ini maksimal 12 ton. Truck yang berada pada lantai
tipping ramp akan diangkat membentuk sudut kurang lebih 450 dengan posisi kepala
truck lebih tinggi sehingga TBS tercurah dari pintu belakang langsung menuju pintu
Loading Ramp. Namun begitu, untuk setiap harinya ada beberapa TBS dari kebun
sendiri yang dilakukan sortasi yang digunakan sebagai sample guna mengontrol mutu
buah yang diterima pabrik dari kebun sendiri. TBS dengan mutu yang sesuai standar
kemudian akan dimasukkan ke dalam Loading Ramp.
3
Te k an an (K g / C m 2 )
2.5
1.5 Steam
0.5
0
5 10 15 25 30 35 40 50 55 60 65 70 75 80 90 95 100 110
Waktu (Menit)
Grafik 5. Sistem perebusan Triple Peak Sterillization PT. Mitra Puding Mas
Stasiun ini merupakan perlakuan kedua yang mengolah buah sawit hasil rebusan
untuk memisahkan brondolan dari tangkai tandan/janjangannya. Selain itu juga
berfungsi untuk mengirimkan brondolan rebusan ke stasiun digester dan pressing dan
meminimalkan losses CPO dan kernel di janjangan kosong (EB).
Di dalam tippler drum setelah perebusan, buah akan dituang ke bunch feeder
conveyor dengan cara lori berisi buah rebusan diputar sekitar 180 o agar seluruh buah
rebusan tertuang. Selanjutnya buah rebusan akan dibawa oleh 2 unit Bunch Feeder
Conveyor masuk kedalam Thresher Drum.
PT. Mitra Puding Mas memiliki 1 unit cage tippler drum, 2 unit Bunch Feeder
Conveyor serta 2 unit Thresher Drum dengan kapasitaas masing-masing unit threser
ialah 7 ton/jam. Thresher Drum berfungsi untuk melepaskan dan memisahkan brondolan
dari janjang semaksimal mungkin. Buah akan dirontokkan dengan cara bantingan dan
gesekan dengan putaran dari belakang ke depan, sehingga buah terpisah dari janjang.
Buah yang telah terpisah kemudian masuk ke dalam Bottom Thresher Conveyor melalui
kisi-kisi pada Thresher dan diangkut oleh fruit elevator menuju Digester Conveyor.
Sedangkan janjang kosong (EB) akan dibawa oleh Empty Bunch Conveyor menuju
stasiun pengepressan janjang kosong (Empty Bunch Pressing Station).
Stasiun empty bunch press merupakan sistem pengambilan minyak dengan cara
melumatkan dan mengekstraksi janjangan kosong untuk mengutip/memisahkan minyak
sawit kasar yang masih terdapat dalam janjangan kosong. Dalam Janjangan kosong ini
masih menyimpan 1% minyak. PT. MPM-POM memiliki 3 unit empty bunch press,
namun untuk sekali pengoperasian hanya menggunakan 2 pressan saja dengan kapasitas
olah tiap mesin 15 ton/jam.
Janjangan kosong dari stasiun perontokan yang dibawa oleh empty bunch
conveyor akan masuk ke dalam screw press melewati pintu sleding. Pintu sleding ialah
pintu masuknya janjang kosong ke dalam screw press yang dimiliki oleh masing-masing
unit bunch press. Pengaturan buka tutup pintu ini diatur oleh operator secara manual
dengan melihat kuantitas janjang kosong yang ada dan kemampuan olah alat pressan.
Minyak kasar hasil pengepressan kemudian akan dipompakan oleh 1 unit
Empty Bunch Liquor Pump ke 1 unit Liquor Tank dengan kapasitas 60 ton yang
kemudian akan dialirkan ke Sand Trap Tank pada stasiun klarifikasi. Sedangkan
janjangan kosong yang telah dipress akan dibawa oleh Empty Bunch Conveyor keluar
dari proses pengolahan yang selanjutnya akan diangkut oleh truk menuju areal kebun
untuk ditaburkan pada pohon sawit sebagai pupuk organik.
Minyak hasil pressan melalui oil gutter masuk ke dalam stasiun pemurnian untuk
diolah karena minyak yang keluar masih berupa minyak sawit kasar yang merupakan
campuran minyak, air dan sludge, yang disebut juga crude oil. Di stasiun ini minyak
sawit akan dipisahkan dari sludge serta air untuk menghasilkan crude palm oil (CPO)
yang memiliki kualitas baik. Untuk itu minyak kasar akan melalui berbagai proses
pengolahan, seperti: penyaringan dengan pemisahan dari kotoran, pengendapan,
sentrifugasi, dan pengurangan kadar air dari minyak. Secara umum fungsi dari
klarifikasi ini ialah:
1. Mengendapkan, pemisahan dan pembersihan minyak dari kotoran dan uap air
dengan tingkat kehilangan minyak yang kecil
2. Memperoleh oil contents semaksimal mungkin
3. Pencapaian oil losses pada sludge waste tank dan final effluent maksimal 1 %
4. Untuk mendapatkan kualitas CPO agar sesuai dengan syarat- syarat penjualan
sebelum di simpan di tangki timbun.
Stasiun ini merupakan stasiun penentu kualitas dan kuantitas minyak yang
dihasilkan. Stasiun ini adalah tahapan akhir untuk mendapatkan minyak sawit mentah
(CPO). Kesempurnaan proses klarifikasi sangat mempengaruhi baik buruknya minyak
sawit yang dihasilkan, oleh karena itu pengawasan harus dilakukan sebaik mungkin.
Oleh karena itu untuk menghasilkan CPO yang baik, minyak kasar dari stasiun
pengempaan selanjutnya diproses ke dalam stasiun ini dengan menggunakan berbagai
macam peralatan proses. Peralatan yang digunakan pada stasiun pemurnian minyak dan
proses pengolahannya adalah sebagai berikut :
1. Sand Trap Tank
Minyak kasar hasil pengepressan melalui oil gutter ditampung dalam 1 unit sand trap
tank. Sand trap tank berbentuk kerucut sehingga memudahkan dalam pemisahan minyak dari
pasir dan kotoran yang terikut dengan cara pengendapan secara gravitasi. Untuk menjaga suhu
minyak tetap stabil, selain penambahan water delution di oil gutter sebelumnya, pada tangki
sand trap tank juga diberi steam diatur temperature 90 0C. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
proses pengendapan maupun pengolahan minyak di tahapan selanjutnya. Minyak dari sand trap
tank kemudian dialirkan menuju vibrating screen.
2. Vibrating Screen
PT. MPM-POM memiliki 4 unit vibrating screen oil. (apa mereknya)Alat ini
merupakan saringan yang bergetar dengan 2 jenis saringan dimana saringan yang di
atas memiliki ukuran saringan 20 mesh dan saringan yang di bawah memiliki ukuran
saringan 40 mesh. Saringan ini berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel padatan
fibre atau cangkang yang terbawa bersama saat keluar dari pressan, yang selanjutnya
crude oil akan dipompakan ke tangki Dilucted Crude Oil .
Ampas, pasir, dan kotoran lainnya yang masih terikut akan tertahan pada
saringan. Dengan menggunakan bantuan getaran, kotoran akan dialirkan keluar ke
sludge waste conveyor yang selanjutnya akan dibawa kembali menuju fruite elevator
untuk diolah kembali pada stasiun pengempaan (pressing station). Sedangkan minyak
akan lolos dari saringan dan ditampung ke dalam dilucted crude oil tank (DCO).
7. Brush Strainer
Sludge yang keluar dari balance tank mengalir secara gravitasi menuju brush
strainer. Brush strainer ada 4 unit dan memiliki sikat-sikat halus yang berfungsi untuk
proses pemisahan antara minyak dengan fiber yang sangat halus dan endapan yang
masih terikut. PT. MPM-POM memiliki 4 buah saringan brush strainer dimana setiap
saringan terdapat 8 sisir untuk menyaring kotoran dan lumpur.
8. Sludge Centrifuge
PT. MPM-POM memiliki 7 unit centrifuge dengan type 12 nozzle starbowl
memiliki kapasitas 8 ton/jam per unit. Dalam centrifuge pengutipan minyak dilakukan
dengan cara memisahkan minyak dari sludge yang masih mengandung minyak dengan
cara sentrifugal (putaran tinggi) yaitu 1400 rpm.
Baik lumpur/sludge hasil pemisahan tersebut akan terlempar akibat putaran
tinggi dan keluar melalui nozle-nozle ukuran 1.70 mm dan dialirkan ke sludge waste
tank yang selanjutnya akan dipompakan ke Deoiling pit untuk diproses pada tahap
selanjutnya. Sedangkan minyak kasar dengan berat jenis lebih rendah akan berada
ditengah putaran centrifuge dan dialirkan keluar melalui pipa ke reclaimed tank.
Gambar 19. Centrifuge
9. Reclaimed Tank
Reclaimed yang terdapat di PT.MPM-POM ada 1 unit dan 2 pompa. Alat ini
merupakan tempat penampungan sementara minyak hasil pengutipan dari centrifuge,
dengan kapasitas 8 ton. Minyak dari Reclaimed Tank ini seterusnya akan dipompakan ke
CST agar dapat diolah kembali untuk memperoleh CPO yang maksimal.
Oil Storage tank merupakan tangki berbentuk silinder yang berfungsi sebagai
tempat penimbunan/penyimpanan sementara CPO yang diproduksi sebelum dijual
kepada konsumen. PT. MPM-POM mempunyai 5 unit storage tank dengan kapasitas
tanki 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 2500 ton dan untuk tanki 4 adalah 3500 ton serta
tanki 5 adalah 2700 ton. Didalam storage tank dilengkapi dengan pipa pemanas dengan
sistem coil untuk mempertahankan temperatur CPO di dalam storage tank berkisar 50-
550C.
Cara kerja alat ini yaitu dengan gaya gerusan yang dilakukan antara pipa rotor
dengan pipa stator agar dapat memecahkan biji tersebut. Pengaturan sliding gate saat
operasional harus disesuaikan dengan volume nut silo yang ada, artinya untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka sliding gate dari ripple mill harus selalu dalam
kontrol operator, pengontrolan dilakukan secara manual. Hasil pemecahan nut terdiri
dari cangkang, serabut dan kernel disebut juga dengan cracked mixture. Setelah dipecah,
maka cangkang dan kernel akan jatuh ke cracked mixture conveyor dan selanjutnya
dibawa oleh cracked mixture elevator menuju winnowing I.
Gambar 29. Ripple Mill
7. Winnowing I
Alat ini digunakan untuk memisahkan antara cangkang halus yang memiliki berat
lebih ringan dari kernel pecah, kernel bulat dan cangkang. Alat ini juga dilengkapi
dengan fan (impeler) yang berfungsi untuk menghisap serabut dan cangkang halus dari
cracked mixture tersebut. Cangkang halus yang terhisap oleh fan akan masuk ke dalam
shell bin yang selanjutnya akan dibawa oleh incleaned fuel feeder conveyor ke boiler
sebagai bahan bakar. Sedangkan kernel pecah, kernel bulat, dan cangkang kasar akan
masuk ke Winnowing II. Pengaturan kuatnya impeler fan sangat perlu diperhatikan untuk
mencegah kehilangan kernel (kernel losses). PT. MPM-POM memiliki 2 unit winnowing
I dimana 1 unit untuk tiap linenya.
Gambar 30. Winnowing I
8. Winnowing II
1 unit Winnowing II berfungsi untuk memisahkan cangkang kasar dari inti bulat
dan pecah. Inti bulat dan pecah yang lebih berat massa jenisnya ini akan jatuh ke wet
kernel vibrating grade. Sedangkan cangkang dan inti yang ringan akan dihisap oleh
winnowing II masuk ke claybath separator. PT. MPM-POM memiliki 1 unit winnowing
II.
Gambar 31. Winnowing II
9. Wet Kernel Vibrating Grade
Alat ini berjumlah 1 unit yang digunakan untuk pemisahan kernel yang tidak
lolos dari winnowing II dari nut utuh, nut pecah maupun material lainnya yang masih
terikut ataupun belum mengalami pemecahan yang sempurna di ripple mill. Alat ini
berfungsi dengan bantuan getaran, sehingga kernel yang ukurannya lebih kecil dari
screen akan lolos dan dibawa oleh wet kernel conveyor untuk pengolahan kernel
selanjutnya. Sedangkan nut dan material ikutan lainnya akan masuk kembali ke nut
polishing drum.
Gambar 32. Wet Kernel Vibrating Screen
10. Claybath Separator
Clay Bath Seperator adalah unit pemisahan cangkang dan pengutipan kernel
dengan bantuan media air adukan tanah lempung. Claybath yang terdapat di PT.MPM-
POM berjumlah 2 unit. Tanah yang digunakan ialah tanah lempung yang memiliki berat
jenis lebih ringan dari cangkang (BJ 1,5 gram) dan lebih berat dari kernel (BJ 1,2 – 1,5
gram). Proses ini dilakukan dalam sebuah bak yang berbentuk kerucut dilengkapi
dengan pompa untuk mensirkulasikan campuran cairan soda dan tanah. Cangkang akan
tenggelam dalam air adukan dan keluar menuju shell vibrating screen dan oleh conveyor
dibawa keluar dari proses pengolahan. Sedangkan kernel dari kernel vibrating screen
dibersihkan oleh water spray dan selanjutnya dibawa oleh kernel conveyor dan wet
kernel elevator menuju kernel drier.
Kernel Drier merupakan alat berbentuk silinder (tabung) yang pada bagian
bawahnya berbentuk kerucut dengan dinding yang diberi lubang yang berfungsi dalam
pengeringan kernel. Kernel yang sudah terpisah dari cangkangnya dan masih
mengandung 12% air dengan berat 1 gram dimasukkan ke silo pengering (Kernel Drier)
untuk diturunkan kadar airnya hingga 7% pada suhu 60-700C sehingga berat kernel yang
sudah dikeringkan akan menjadi 0,6 – 0,7 gram. Pengurangan kadar air pada kernel ini
selain untuk memenuhi kualitas produksi, juga bertujuan supaya pertumbuhan jamur
dapat terhambat. Sistem pemanasan diperoleh dari BPV (Back Pressure Vessel), steam
ini dialirkan ke dalam pipa bersirip (heater), udara dialirkan oleh kernel drier fan. Uap
panas tersebut memanasi dinding kernel drier sehingga kernel akan menjadi masak. PT.
MPM-POM memiliki 4 unit kernel drier silo dengan kapasitas masing-masing ialah 25
ton.
Gambar 36. Kernel Dryer
66
64
grafik kapasitas olah PT.MPM-
POM Target
62
grafik kapasitas olah PT.MPM-
POM Realisasi
60
58
56
Produksi CPO sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah TBS yang
masuk dan diolah pabrik, serta kemampuan pabrik mengolah TBS itu sendiri. Hal ini
dikembalikan lagi pada kapasitas olah pabrik yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi dan
efektifitas alat serta mesin pengolahan.
Berbicara mengenai jumlah produksi CPO, hal yang sama penting dan erat
kaitannya dengan produk ialah rendemen. Selama periode Juli 2018 - Juni 2019 rata-rata
rendemen CPO yang diperoleh ialah 20,52%, dengan rata-rata target rendemennya ialah
20.5%. Secara keseluruhan rendemen CPO sudah memenuhi target yang telah
ditentukan. Namun, capaian harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan kembali guna
memperoleh rendemen CPO yang lebih baik.
Namun jika dilihat perbandingannya dari bulan perbulan pada grafik, masih
terdapat rendemen CPO yang belum memenuhi target. Rendemen terendah terdapat pada
bulan Agustus dan Oktober 2018, yaitu sebesar 19,93% . Sedangkan rendemen tertinggi
terdapat pada bulan Februari 2019 yaitu 21,25%. Secara umum rendemen CPO telah
ditentukan, untuk tahun 2018 - 2019 yaitu 20,50%. Variasi rendemen yang dicapai ditiap
bulannya dapat disebabkan oleh berbagai hal. Seperti kualitas TBS yang diolah dapat
berupa fraksi buah yang dipanen. Dalam persentase rendemen di 1 tahun ini ada 5 bulan
yang belum mencapai target yang telah ditetapkan, diantaranya adalah bulan Agustus
2018, Oktober 2018, November 2018, April 2019, dan Juni 2019.
Keadaan TBS yang tidak baik, belum matang, dan terlalu matang pun akan
berbengaruh besar pada rendemen CPO. Lain halnya dengan fraksi buah, cuaca dan
gangguan hama pun dapat mempengaruhi rendemen CPO seperti buah yang banyak
mengandung air dikarenakan cuaca hujan. Selanjutnya ialah jenis buah/ TBS yang
beragam, seperti tenera, dura, dan psifera. Jenis buah yang sangat diharapkan untuk
diolah ialah jenis tenera, karena menghasilkan 21-24 % rendemen CPO. Namun pada
umumnya buah petani yang diolah ialah jenis dura, yang memiliki daging buah yang
tipis sehingga kandungan minyak dalam buah pun sedikit.SS
Selain itu, penanganan TBS dikebun dan selama produksi sangat penting guna
meningkatkan rendemen. Semakin tidak efektifnya penanganan, ditandai dengan
meningkatnya losses brondolan ataupun minyak, maka akan menurunkan rendemen
CPO dan sebaliknya.
21
19.5
19
Grafik 8. Grafik Rendemen Crude Palm Oil (CPO) PT. Mitra Puding Mas-POM Bulan
Juli 2018-Juni 2019
2,000,000
500,000
Grafik 9. Grafik Produksi Kernel PT. Mitra Puding Mas-POM Bulan Juli 2018-Juni
2019
Ada beberapa hal yang mempengaruhi capaian produksi kernel di PT. Mitra
Puding Mas-Palm Oil Mill untuk periode Juli 2018 - Juni 2019. Seperti halnya pada
bulan Juni 2019 produksi belum mampu memenuhi target dikarenakan sedikitnya
jumlah pasokan bahan baku (TBS) untuk diolah. Hanya ada sekitar 375.370.037 ton
TBS yang masuk dan diolah pabrik dengan kekurangan jumlah TBS 39.172.963 ton.
Rendahnya pasokan dapat disebabkan oleh rendahnya produksi TBS dilapangan.
Produksi kernel juga tak lepas dari rendemen kernel itu sendiri. Sama halnya
dengan total produksi untuk periode Juli 2018 - Juni 2019, rendemen di PT. Mitra
Puding Mas-Palm Oil Mill ialah 4,80% selama 12 bulan terakhir mulai dari bulan juli
2018 – bulan juni 2019, capaian rendemen melebihi target yang ditentukan. Rendemen
tertinggi ada pada bulan Januari 2019 yaitu rendemen mencapai 5,22 % dari
Target/budget dari tahun 2018 - tahun 2019 sama sebesar 4,80% yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada gambar di bawah :
Grafik Rendemen Kernel
5.3
5.2
5.1
4.7
4.6
4.5
Grafik 10. Grafik Rendemen Kernel PT. Mitra Puding Mas-POM Bulan Juli 2018 - Juni
2019
Pengendalian mutu di PT. Mitra Puding Mas (MPM)-Palm Oil Mill (POM)
dilakukan oleh bagian quality control dan bagian laboratorium. Bagian ini membantu
Manager dalam mengawasi dan mengevaluasi mutu pengolahan crude plam oil (CPO )
dan kernel (inti sawit ) yang diproduksi sehingga akan mempermudah pengambilan
keputusan oleh pimpinan untuk menghasilkan produk yang baik. Tugas dari bagian
pengendalian kualitas secara terperinci adalah menyelenggarakan kegiatan dan hasil
yang dikerjakan serta mengumpulkan dan menyalurkan kembali keterangan selama
proses pekerjaan berlangsung yang telah dianalisis. Tugas tersebut berupa pengawasan
terhadap penerimaan tandan buah segar (TBS ) dan pengawasan terhadap proses dan
produk sebelum dipasarkan.
Secara umum sistem pengendalian mutu di PT. Mitra Puding Mas (MPM)-Palm
Oil Mill (POM) telah mencapai semua aspek yang harus dikontrol mutunya yaitu aspek
mutu bahan baku ,mutu proses dan mutu dari hasil produksi itu sendiri. Pengendalian
mutu bahan baku dilakukan dengan sortasi terhadap tandan buah segar (TBS) yang
masuk ke pabrik. Sortasi dilakukan terhadap tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
pengumpul/buah masyarakat sedangkan untuk buah yang berasal dari kebun sendiri
hanya diambil sampel untuk setiap devisi penghasil tandan buah segar (TBS) sebagai
acuan untuk perbaikan kualitas mutu buah .
Gambar 39. Struktur Organisasi Pengendalian Kualitas PT. Mitra Puding Mas
(MPM)- Palm Oil Mill (POM)
Struktur diatas menunjukkan bahwa kegiatan pengendalian kualitas di PT. Mitra
Puding Mas (Mpm)- Palm Oil Mill (POM) secara keseluruhan dipertanggung jawab kan
oleh Manajer Pabrik yang dibantu oleh asisten quality control ,asissten proses ,KTU dan
kepala laboratorium. Pengendalian kualitas dilakukan oleh tanaga yang terlatih terutama
bagian analisa sampel di bawah pengawasan Kepala Laboratorium. Sistem manajemen
pengendalian kualitas di pabrik sudah cukup baik dimana setiap pekerja yang merupakan
bagian dari pengendalian kualitas dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam
mengawasi kualitas mutu crude plam oil (CPO) dan kernel (inti sawit). Mutu crude
plam oil (CPO ) serta kernel (inti sawit) yang dihasilkan dipengaruhi beberapa factor
sebagai berikut :
a) Bahan baku
Bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses
pengolahan kelapa sawit. Jika buah yang diterima tidak sesuai dengan kriteria
akan menurunkan rendemen yang akan dihasilkan yang akan berdampak pada
kenaikan free fatty acid (FFA). Bahan baku yang diterima oleh PT. Mitra Puding
Mas (Mpm)-Palm Oil Mill (POM) terbagi atas dua sumber yaitu buah dalam
(buah dari estate ) dan buah luar (buah masyarakat). Untuk mendapatkan
rendemen yang baik pihak perusahaan khususnya quality control memberikan
informasi tentang kriteria kematangan buah dan pemberian pelatihan kepada
pemanen dan sortasi.
b) Mesin dan peralatan
c) Metode
Memilih metode yang tepat dalam pengolahan akan memperoleh produk
yang berkualitas. Memperbaharui SOP dan WI ( work intruction ) yang sesuai .
d) Sumber daya manusia yang mengolah
Pengawasan dimulai dari penerimaan tandan buah segar (TBS),
pengawasan terhadap proses, dan produk hasil akhir sebelum didistribusiskan.
Pengendalian mutu di pabrik dilakukan oleh tenaga kerjayang terlatih dan
terdidik . Tim analisis yang dibawahi oleh asisten quality control melaksanakan
tugasnya dan menguraikan aspek–aspek pengendalian kualitas, standar kualitas
akhir, realisasi kualitas akhir dan mengevaluasi umum kerja sistem pengendalian
kualitas dalam periode tahunan.
3.3.2 Titik Pengambilan Sampel dan Pengujian Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas dimulai dari penerimaan bahan baku berupa tandan buah
segar (TBS), proses pengolahan dan kualitas hasil, yaitu kualitas crude palm oil (CPO)
dan inti sawit (Kernel). Analisa mutu yang dilakukan adalah mutu yang menjadi standar
Internasional dan Nasional dari pemasaran produk. Standar mutu jual CPO yang telah
disepakati adalah standar mutu terhadap:
1. Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA).
2. Kadar Kotoran (Dirt)
3. Kadar air (Moisture)
Standar mutu jual inti sawit ( kernel ) yang telah disepakti adalah standar mutu terhadap:
1. Kadar kotoran
2. Moisture
3. Broken kernel
Pengendalian mutu adalah suatu petunjuk dan informasi sejauh mana proses
pengolahan berjalan secara efektif. Pengendalian mutu yang dilakukan oleh PT. Mitra
Puding Mas (MPM)-Palm Oil Mill (POM) meliputi :
1. Oil Quality
Free Fatty Acid (FFA)
Moisture
Dirty Content
2. Oil Losses
Press Fibre maksimal 4,5 %
Sludge Centrifuge maksimal 1 %
Empty Bunch 1 %.
Effluent maksimal 1 %
3. Oil Data
Under Flow maksimal 8%
Unstriped Bunch 2 %
4. Kernel Quality
kadar kotoran maksimal 8 %
Moisture maksimal 7 %
Broken Kernel maksimal 20 %
5. Kernel Losses
Fibre Cyclone maksimal 2 %.
Winnowing maksimal 2 %.
Clay Bath maksimal 2 %.
SORTASI 1
LOADING RAMP
STERILIZER
TIPPLER
2
THRESER
EMPTY
5 4
PRESSING BUNCH 3
PULISHING DRUM
OIL TANK 2
CENTRIFUGE NUT CYCLONE
VACUM DRYER
DIOLING POND RIPPLE MIL 11
OIL TRANFER
PUMP WINNOWING 1
STORAGE TANK 111111111111 1 12
FINAL
EFFLUENT WINNOWING 2
10
9 9 CLAYBATH FIBRE
14 CYCLONE
KERNEL 15
15
8
DRIER
13
BULKING SILO 16
Gambar 40. Titik Pengambilan Sampel Pengendalian Kualitas
Pengujian kualitas bahan baku yaitu tandan buah segar (TBS) dilakukan dengan
mengambil sampel langsung dari perkebunan milik PT. Mitra Puding Mas dan di area
Loading Ramp untuk buah hasil pembelian dari masyarakat kemudian dianalisa di
Laboratorium oleh bagian analisis. Sedangkan untuk pengawasan kualitas buah dengan
melakukan sortasi terhadap TBS yang datang berdasarkan tingkat kematangan dari
buah,varietas buah yang diterima (yaitu jenis tenera dan dura ),tangkai
panjang,kerusakan buah (seperti buah abnormal,gigitan hama). Proses sortasi ini
dilakukan pada saat buah dibongkar di Loading Ramp. Pengendalian kualitas buah yang
diterima sangat memerlukan pengawasan yang ketat, karena baik buruknya produk akhir
crude palm oil (CPO) dan kernel yang dihasilkan, baik secara kualitas maupun kuantitas
tergantung pada kualitas bahan baku yang dipasok.
Pada pengendalian proses pengolahan dilakukan analisa kontrol terhadap kualitas
dan tingkatan keberhasilan proses sesuai dengan standar operasional prosedur pada
pabrik. Analisa kontrolnya berupa analisa kehilangan minyak dan kehilangan inti
perstasiun dengan pengambilan sampel setiap 2 jam oleh Sample Boy kemudian
dilakukan uji/analisa menggunakan alat analisis digital ( FOSS NIRS TM DAI650 ).
Untuk analisa kehilangan minyak diambil dari unit Screw Press, Sludge Waste
Centrifuge, Final Effluent. Sedangkan analisa kehilangan inti sawit diambil dari stasiun
kernel meliputi fiber Cyclone, Winnowing serta Claybath. Sementara untuk menganalisa
kualitas hasil produksi yaitu crude palm oil (CPO) dan kernel dilakukan pengambilan
sampel setiap 2 jam selama proses pengolahan dan langsung dianalisa kemudian
melakukan rekap data. Untuk kualitas CPO produksi, pengambilan sampel dilakukan
sebelum dipompakan kedalam tangki timbun (Storage Tank) dan setelah ditimbun.
Adapun pengambilan sampel crude palm oil (CPO) sebelum ditimbun yaitu pada Oil
Pump Transfer. Sedangkan setelah ditimbun pengambilan sampel crude palm oil (CPO)
dilakukan setiap pagi hari sebelum over shift dilakukan di storage tank guna mengetahui
mutu minyak di tempat tersebut dan juga untuk mengetahui hasil minyak yang di
hasilkan pada produksi saat itu. Dan untuk inti sawit/kernel analisa mutu produksinya
sampel diambil dari kernel produksi (sebelum masuk tangki penimbunan kernel atau
bulking silo) dan saat pengiriman kernel.
Rumus :
25,6 x Jumlah miltitrasi x Normalitas KOH
% FFA = x 100%
Berat Sampel
Rumus :
Berat kotoran
% Kadar Kotoran= x 100 %
Berat Sampel
3.3.3.6 Cara Analisa Broken Kernel (Inti Pecah)
Pengukuran kadar inti pecah dilakukan dengan cara visual yaitu sampel 1000 gram
kemudian disortasi berdasarkan inti pecah dan inti bulat. inti pecah ditimbang sehingga
dapat kadar inti pecah.
Berat broken Kernel
%Broken Kernel = x 100 %
Berat Sampel
4
TARGET
REALISASI
3
0
Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
Grafik 11. Grafik FFA CPO PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-Juni 2019
Tinggi rendahnya FFA dapat dipengaruhi oleh kualitas buah yang diolah, sistem
perebusan, clarifikasi serta kondisi mesin pengolahan. Kadar FFA yang tinggi pada
bulan Juli 2018 hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan buah restan.
0.2
0.15
TARGET
REALISASI
0.1
0.05
Grafik 12. Grafik Kadar Air (Moisture) CPO PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-Juni
2019
Dari grafik diatas terlihat bahwa kadar air CPO berkisar antara 0,11% sampai
0.17 % dengan rata-rata 0.14%. Dilihat dari grafik diatas kadar air tertinggi terdapat
pada bulan Agustus sampai September 2018 dan kadar air terendah pada bulan Oktober
2018. Tingginya kadar air ini dapat disebabkan oleh banyaknya buah mengkal. Hal ini
juga disertai oleh stasiun pemurnian terutama pada Vacum Dryer yang kurang baik,
serta tingginya curah hujan.
0.02
0.02
TARGET
REALISASI
0.01
0.01
Grafik 13. Grafik Kadar Kotoran (Dirty) CPO PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-Juni
2019
6
TARGET
5 REALISASI
4
0
Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
Grafik 14. Grafik Kadar Air (Moisture) Kernel PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-Juni
2019
Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa kadar air kernel masih dibawah standar
yang ditetapkan pabrik dan jika kadar air melebihi standar PT. MPM-POM hal ini
disebabkan oleh tingginya curah hujan dan kurang terkontrolnya mesin pengering inti
(Kernel Dryer), pada alat tersebut mengalami kerusakan.
7.9
7.8
TARGET
7.7 REALISASI
7.6
7.5
7.4
7.3
7.2
Jul-18 Aug-18 Sep-18 Oct-18 Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19Apr-19May-19 Jun-19
Grafik 15. Grafik Kadar Kotoran (Dirty) Kernel PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-Juni
2019
20.8
20.6
20.4
TARGET
REALISASI
20.2
20
19.8
19.6
Grafik 16. Grafik Kadar Broken Kernel (Inti Pecah) PT. MPM-POM Bulan Juli 2018-
Juni 2019
1. Sanitasi pengolahan yaitu mencegah kontaminasi pada produk dan bahan dengan
menjaga sanitasi setiap hal yang berhubungan dengan pengolahan
2. Sanitasi pabrik yaitu menjaga kondisi pabrik agar selalu bersih dan terhindar
sebagai sumber kontaminasi.
Proses sanitasi dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan dari setiap
bagian yang berhubungan dengan industri pengolahan, mulai dari bahan baku, peralatan,
pengolahan, pengemasan, dan pengiriman. Yang akan di bahas pada aspek sanitasi ini
yaitu informasi dan penilaian terhadap lokasi pabrik, informasi tentang desain dan
konstruksi pabrik, sarana kebersihan/pencegah kontaminasi di pabrik dan lingkungan,
desain dan konstruksi alat, organisasi dan operasi kebersihan/sanitasi pabrik, dan
evaluasi umum tentang kinerja sanitasi. Pada PT. Mitra Puding Mas Palm Oil Mill
sanitasi dilakukan dari mulai kebersihan pabrik sampai hal-hal menyangkut karyawan.
Dalam pelaksanaannya sanitasi sangat perlu diperhatikan, sebab akan berpengaruh
langsung terhadap semua pelaksanaan kegiatan pabrik. Hal tersebut termasuk juga
terhadap tata letak layout pabrik dari PT. Mitra Puding Mas Palm Oil Mil.
Dari layout pabrik terlihat bahwa antara kantor dan pabrik terpisah dengan jarak
+ 50 m. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para staf mengawasi aktivitas pengolahan.
Sedangkan kolam limbah terletak di luar lingkungan pabrik agar penanganan limbah
tidak mengganggu aktifitas karyawan.
GAMBAR 41 . Flow Diagram Process PT. Mitra Puding Mas Palm Oil Mill
Dari Flow Diagram Process PT. Mitra Puding Mas Palm Oil Mill yang disusun
berdasarkan alur proses pengolahan terlihat bahwa jarak antara mesin/alat yang satu
dengan mesin/alat lainnya cukup dekat dan hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan
penggunaan lahan pabrik dan memudahkan pengawasan proses pengolahan dan operasi
kebersihan.
Waduk
Floculator
Water basin
Sand filter
Cleaning Pabrik
Cation
Anion 1
Anion 2
Feed Tank
Derator Tank
Vacum Derator
Boiler
Gambar 42. Diagram Alir Proses Stasiun Water Treatment
Sarana kebersihan para karyawan PT. Mitra Puding Mas POM sudah cukup baik,
karena sarana-sarana penunjang untuk melakukan pembersihan diri dan untuk pelindung
diri dalam melakukan pekerjaannya sudah disediakan oleh pihak pabrik sehingga para
pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dalam keadaan aman. Namun di
lain pihak sayangnya keberadaan sarana-sarana pelindung diri tersebut belum digunakan
sebagaimana mestinya. Karyawan pabrik kerap kali dalam melakasanakan tugasnya
tidak disertai dengan memakai alat pelindung yang sudah disediakan oleh pihak pabrik.
Maka dari itu keadaan seperti ini menimbulkan kesan bahwa keberadaan sarana maupun
prasarana pelindung karyawan tersebut kurang bermanfaat dan juga timbul kesan bahwa
kurang tegasnya pihak perusahaan dalam menerapkan peraturan yang ada karena tidak
ada sanksi atau tindakan yang tegas dari pihak perusahaan untuk menyikapi hal tersebut.
Sebagai saran, alangkah baiknya apabila pekerja tersebut menggunakan sarana
pelindung diri yang sudah disediakan oleh pihak perusahaan dalam melakukan
pekerjaanya agar keselamatan dan kenyamanan para karyawan dapat terjamin dengan
baik.
3.4.4 Design dan konstruksi alat
Konstruksi PMKS PT Mitra Puding Mas Palm Oil Mill dirancang untuk
mengefisiensikan pemakaian lahan bagunan pabrik, dan penataan atau layout mesin dan
peralatan. Hal ini bertujuan agar para karyawan atau operator agar lebih mudah
mengawasi dan operasi mesin dan peralatan. Selain itu konstruksi pabrik juga bertujuan
agar lamanya proses produksi dapat dilakukan seminimal mungkin (faktor ekonomis
kaitannya dengan efisiensi dan produktifitas).
Konstruksi alat pengolahan PT. Mitra Puding Mas POM sebagian besar terbuat
dari besi. Desain alat pengolahan dirancang sesuai dengan kegunaannya sehingga
penumpukan kotoran diusahakan seminimal mungkin.Selain itu alat-alat pengolahan
yang ada di PT. Mitra Puding Mas POM ini mudah terjangkau sehingga mudah
dibersihkan apabila terjadi penumpukan kotoran.Pembersihan bangunan dilakukan oleh
karyawan proses dimana waktunya sudah dijadwalkan yaitu setiap hari minggu dimana
pada hari minggu pabrik sedang tidak beroperasi.Sementara untuk kebersihan mesin dan
peralatan dilakukan oleh karyawan maintance yang dilakukan secara bersamaan setiap
hari sebelum pabrik beroperasi.Pembersihan lantai dilakukan setiap hari oleh karyawan
proses sebelum pabrik beroprasi.
Keterangan :
1. Office
Timbangan
Laboratorium
Ruangan office
2. Sortasi
Loading ramp
Jalan menuju sortasi
3. Proses
Station sterillizer
Station threshing
Station pressing
Station clarifier
Station kernel
Boiler / steam plant
Kamar Mesin / power plant
4. Biogas
Office
Limbah / effluent
5. Workshop
Gudang penyimpanan
Gudang mesin
6. Security
Gerbang atau portal
Pos security
b. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-logam berat
yang terkandung dalam air limbah.
BOD
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis
dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah
bakteri. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) semua zat-zat organic yang terlarut maupun sebagai tersuspensi
dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan
jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi
secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan
dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
COD
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan
oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa
BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-
senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya
racun atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan
pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan
analisa COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat anorganis dan organis sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat anorganik.
Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada
air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu,
tidak berwarna dan mudah terbakar.
Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi
rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi
atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air
yang diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi
bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik.
Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam
hidroksida, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
air berbuih.
Lemak dan minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri
yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan
proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan
tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam
air semakin tinggi kandungan oksigennya.
Logam-logam berat dan beracun
Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada
cadmium, air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal
berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam ini dalam
konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.
c. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein
adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah
terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut
dalam air akan terurai menjadi enzim oleh bakteri tertentu. Bahan ragi akan
terfermentasi menghasilkan alkohol. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah
akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana seperti
karbon dioksida dan air serta amoniak(Ginting, 2006).
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Mitra Puding Mas POM telah beroperasi sejak April
2002, buah diolah langsung di pabrik sendiri. Dari pengolahan buah sawit ini akan
menghasilkan produk CPO dan kernel, yang juga akan menghasilkan limbah dari proses
produksi itu sendiri. Adapun limbah yang dihasilkan oleh pabrik ini adalah limbah cair,
limbah padat, LB3, polusi udara, dan kebisingan.
Selain limbah padat dan limbah cair, pabrik pengolahan kelapa sawit juga
menghasilkan limbah gas yang berasal dari cerobong asap. Polusi udara berasal dari asap
yang dihasilkan sisa pembakaran pada boiler maupun uap pembuangan pada stasiun
perebusan dan proses pemanasan dalam pengolahan TBS. Polusi udara yang ditimbulkan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kandungan air dalam bahan bakar
yang digunakan. Jika boiler menggunakan fiber dan cangkang sebagai bahan bakar dan
memiliki kadar air tinggi yang cukup tinggi maka boiler akan menghasilkan asap hitam
yang pekat.
3.5.1.5 Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu factor bahaya fisik yang sering dijumpai di
tempat kerja. Seiring dengan proses industrialisasi yang disertai dengan kemajuan
teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang setiap tahun berkembang maka ancaman
risiko gangguan akibat kebisingan juga akan semakin bertambah. Kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan
atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Kebisingan merupakan dampak langsung yang bersifat negatif dari tahap
proses produksi pengolahan. Limbah kebisingan ini berasal dari operasional pabrik
dimulai dari stasiun strelizer, thereser, pressing, digester, polishing drum, klarifikasi dan
seterusnya hingga pada stasiun boiler.
Pengendalian kebisingan dapat ditempuh secara administrative dengan cara
mengatur pola kerja. Upaya terakhir dengan penggunaan alat pelindung diri untuk
mengurangi kebisingan seperti penyumbat telinga dan pelindung telinga.
7,000,000
6,000,000
5,000,000
2,000,000
1,000,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
produksi cangkang
1,500,000
1,000,000
500,000
Produksi Fiber
6,000,000
5,000,000
4,000,000
2,000,000
1,000,000
Pemantauan limbah gas dilakukan dengan melihat dan memastikan bahwa asap
yang keluar dari pabrik tidak melebihi baku mutu, parameter yang dipantau adalah
tingkat kebauan, kadar debu udara embient. Apabila melebihi dari baku mutu maka akan
dikurangi sehingga tidak mengganggu masyarakat di sekitarnya.
No parameter Satuan Hasil Baku mutu Metoda Analisis/alat
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 32,1 900 SNI 19-7119.7-2005
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 <1140 30000 UJI – 3128 (CO Meter)
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 14,4 400 SNI 19-7119.2-2005
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 18,1 235 SNI 19-7119.8-2005
5 TSP (Debu) µg/Nm3 36,5 - SNI 19-7119.3-2005
6 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 <0,010 - SNI 19-7119.4-2005
7 Amoniak (NH3) ppm 0,077 2 SNI 19-7119.1-2005
8 Hidrogen Sulfida ppm <0,019 0.02 UJI – 3174
(Spektrofotometer)
9 Kebisingan dB(A) 47,4 55 UJI – 3171 (Sound Level
Meter)
Tabel 28. Hasil Pengujian Udara Ambien I Perumahan Karyawan Tahun 2019
Grafik 20. Hasil Pengujian Udara Ambien I Perumahan Karyawan Tahun 2019
No Parameter Satuan Hasil Baku Metoda Analisis/alat
mutu
1 Sulfur Dioksida µg/Nm3 34.2 900 SNI 19-7119.7-2005
(SO2)
2 Karbon Monoksida µg/Nm3 <1140 30000 UJI – 3128 (CO Meter)
(CO)
3 Nitrogen Dioksida µg/Nm3 20.9 400 SNI 19-7119.2-2005
(NO2)
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 27.8 235 SNI 19-7119.8-2005
5 TSP (Debu) µg/Nm3 30.9 - SNI 19-7119.3-2005
6 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 <0.010 - SNI 19-7119.4-2005
7 Amoniak (NH3) ppm 0.098 2 SNI 19-7119.1-2005
8 Hidrogen Sulfida ppm <0.019 0.02 UJI–3174
(Spektrofotometer)
9 Kebisingan dB(A) 57.0 70 UJI – 3171 (Sound Level
Meter)
Tabel 29. Hasil Pengujian Udara Ambien II Stasiun Sortasi Tahun 2019
Grafik Hasil Pengujian Udara Ambien di Stasiun Sortasi Tahun 2019
12
10
Grafik 21. Grafik Hasil Pengujian Udara Ambien II perumahan karyawan Tahun 2019
Grafik di atas menunjukan bahwa hasil pengujian udara tingkat embient tidak
ada yang melampaui batas baku mutu. Karbon monoksida baku mutunya
30000µg/Nm3/jam hasil analisa I dan II 1140 µg/Nm3, nitrogen dioksida baku mutu 400
µg/Nm3/jam hasil analisa I 14,4 µg/Nm3 dan 20,9 µg/Nm3, Sulfur Dioksida baku mutu
900 µg/Nm3/jam hasil analisa I adalah 32,1 dan II adalah 34,2 µg/Nm3, Hidrogen Sulfida
(H2S) baku mutu 0.02 µg/Nm3/3H hasil analisa I adalah 0,019 dan II 0,02 µg/Nm3.
3.6.2.5 Kebisingan
No Lokasi Satuan Hasil Baku Metoda Analisis
. Mutu
1 Perumahan dB(A) 47,4 55 UJI – 3171(Sound Level Meter)
karyawan
2 Stasiun dB(A) 80,6 85 UJI – 3171(Sound Level Meter)
kernel
3 Depan 57,0 70 UJI – 3171(Sound Level Meter)
kantor
Tabel 29. Hasil Analisa Tingkat Kebisingan
Grafik Kebisingan
12
10
s
Gambar 47. Kolam Aerasi
Kolam Fakultatif
Merupakan kolam penampungan dari hasil perombakan anaerobic dengan cara
disemprotkan (spaying) untuk menarik udara dari luar yang bertujuan untuk
membantu proses aerobic pada tahap selanjutnya. Selain itu kolam ini merupakan
tahapan terakhir dari proses pengolahan limbah cair, pada kolam ini akan terjadi
proses perombakan yang belum sempurna pada kolam aerobic.
350
300
250
200
150
100
50
0
TSS** pH** BOD5 COD** Nitrogen total Minyak dan
Lemak
Dari Grafik dapat dilihat bahwa kualitas limbah cair yang masuk ke sungai
Pandan dalam 3 bulan terakhir tidak melampaui baku mutu yang ditetapkan, artinya
limbah cair ini sudah dapat di lepas ke perairan sungai dan tidak akan menimbulkan
dampak yang berpengaruh pada ekosistem lainnya.
400
350
300
250
200
150
100
50
0
TSS** pH** BOD5 COD** Nitrogen total Minyak dan
Lemak
4.2 Saran
Dari Praktek Kerja yang telah dilaksanakan di PMKS P.Mitra Puding Mas, maka
penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sistem panen dan bahan baku, mengupayakan peningkatan kinerja sistemnya
baik dari bagian manajemen dan khususnya pemanenan TBS, pengumpulannya
tepat waktu serta pengangkutannya langsung ke pabrik yang melibatkan tenaga
kerja baik mandor, krani maupun tenaga kerja panen. Pengupayaan yang
dilakukan adalah berupa motivasi, dimana pihak manajemen kebun/kebun
harus dapat meningkatkan motivasi kerja dari para tenaga kerja terkhususnya
yang berada di kebun, sehingga hal ini akan mempengaruhi kinerja dari
keseluruhan baik diawal proses maupun diakhir proses.
2. Untuk mengoptimalkan kinerja sistem panen dan bahan baku management
perusahaan melakukan pendekatan terhadap masyarakat ataupun dengan
melakukan mitra dengan masyarakat, selain itu apabila harga pembelian TBS
dinaikkan tentu akan meningkatkan pasokan TBS dari masyarakat dengan
kualitas yang diinginkan. Perlu dilakukan perbaikan kinerja pengangkutan dan
SOP tenaga panaen yang seperti dilihat saat PKL banyak tenaga kerja panen
yang tidak memakai kelengkapan dan standar keamanan seperti helm,
kacamata, dan saring tangan. Hal lain yang dikeluhkan pihak tenaga kerja yaitu
akses jalan yang kurang baik dan tentunya hal itu akan berdampak pada
perusahaan yang otomatis akan memperlama waktu delay TBS dari lahan ke
TPH mengingat bahwa waktu olah minimal 12 jam lebih dari itu aktivitas
mikroba oksidasi dan ALB akan meningkat dengan cepat.
3. Untuk meningkatkan pengolahan dan kemampuan olah setiap jamnya maka
pasokan TBS ke pabrik harus ditingkatkan lagi dengan melakukan pendekatan
kepada petani sawit agar menjual TBS mereka ke PT.Mitra Puding Mas - POM,
juga meningkatkan produktifitas kebun sendiri dan memperbaharui mesin-
mesin yang sering mengalami kerusakan pada saat proses produksi berjalan.
Untuk meningkatkan rendemen CPO dan inti perlu dilakukan peningkatan
penerimaan buah varietas tenera, pengawasan mutu yang lebih baik sehingga
buah yang diolah adalah buah sesuai kriteria perusahaan.
4. Untuk dapat mencapai target mutu CPO dan inti perlu dilakukan upaya untuk
memperbaiki mutu CPO yang dihasilkan dengan cara meningkatkan
pengawasan penerimaan bahan baku dan memperbaiki/memperbaharui mesin-
mesin dan alat-alat pengolahan serta melengkapi alat-alat yang digunakan
dalam pengawasan mutu CPO dan inti di PT.Mitra Puding Mas- POM sehingga
kedepannya diharapkan dapat meningkatkan mutu CPO dan inti yang
dihasilkan.
5. Untuk dapat mencapai target mutu CPO dan inti perlu dilakukan upaya untuk
memperbaiki mutu CPO yang dihasilkan dengan cara meningkatkan
pengawasan penerimaan bahan baku dan memperbaiki/memperbaharui mesin-
mesin dan alat-alat pengolahan serta melengkapi alat-alat yang digunakan
dalam pengawasan mutu CPO dan inti di PT. PT.Mitra Puding Mas- POM
sehingga kedepannya diharapkan dapat meningkatkan mutu CPO dan inti yang
dihasilkan.
6. Saran untuk sistem sanitasi pabrik adalahuntuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerja sistem sanitasi maka perlu dibuat struktur organisasi
bidang sistem sanitasi di PT. Mitra Puding Mas- POM karena akan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan dan mempermudah pengawasan kebersihan pabrik.
Untuk mengatasi terjadinya kontaminasi pada produk karena kebocoran alat
maka perlu diperhatikan dan memperbaiki alat-alat yang mengalami kebocoran.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja perlu di tingkatkan kepada para
karyawan supaya tidak terjadi kecelakaan kerja yang bisa merusak kinerja
sistem sanitasi.
7. Namun sedikit masukan untuk perusahaan yaitu melakukan pengembangan
inovasi terbaru untuk mencegah atau mengatasi masalah pengolahan air limbah
khususnya pada kolam-kolam limbah agar terhindar dari air hujan yang dapat
menyebabkan volume air limbah bertambah serta COD tidak normal, sehingga
dengan adanya inovasi baru tersebut dapat menghambat masuknya air hujan ke
dalam kolam sehingga mengurangi sedikit kendala yang dialami pada system
pengolahan limbah cair. Terdapat beberapa kolam limbah sudah terisi penuh
dengan solid. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru yakni menghabiskan
ruang limbah cair yang baru sehingga limbah tersebut dapat meluap dan
merembes ke kolam yang lainnya. Akan tetapi, perbaikan-perbaikan terus
dilakukan untuk menghasilkan sistem penanganan limbah yang optimal.
Pemantauan berkelanjutan perlu dilakukan terhadap penanganan limbah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Pengaruh Asam Lemak Bebas Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit.
Htpp://shunchase.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-asam-lemak-bebas terhadap.
html diakses pada tanggal Agustus 2019 pukul 08.30 WIB
Ginting, P. 2006. Sistem Pengelolaan dan Limbah Industri. Jakarta : Wrama Widya.
Hayes. 1995. Beyond the word class: the new manufacturing strategi. Harvard business
72(1),pp.77-78.