DEFINISI
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
BAB III
TATA LAKSANA
5
F. HAK PASIEN DALAM KEADAN AKHIR HAYAT
Untuk memberikan pelayananpada pasien yang dalam keadaan akhir
hayat, petugas harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini:
1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
2. Hak mempertahankan harapannya, tidak perduli apapun perubahan
yang terjadi
3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan
harapannya, apapun yang terjadi.
4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan
kematian yang sedang dihadapinya.
5. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
perawatan
6. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara
berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah
menjadi tujuan memberikan rasa nyaman
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk
keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya
11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil
keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun
artinya bagi orang lain
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan
dihormati setelah yang bersangkutan meninggal,
15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang
dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.
9
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perawat harus memahami apa yang dialami pasien dalam kondisi
akhir hayat, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan
bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidupnya
bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.
Masalah yang perlu dilakukan pengkajian /asesmen pada pasien
dalam tahap akhir hayat antara lain :
a. Masalah Oksigenisasi :
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun.perubahan mental : Agitasi-gelisah,
tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi
ireguler .
b. Masalah Eliminasi :
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic,
kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan
atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia
urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit
misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c. Masalah Nutrisi dan Cairan :
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi
abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun.
d. Masalah suhu :
Ekstremitas dingin, pasien kedinginan sehingga harus memakai
selimut.
e. Masalah Sensori :
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun,
pendengaran berkurang, sensasi menurun .
f. Masalah nyeri :
10
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan
dan meningkatkan kenyamanan.
g. Masalah Kulit dan Mobilitas :
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien akhir hayat memerlukan perubahan posisi yang
sering.
h. Masalah Psikologis :
Pasien dalam tahap akhir hayat dan orang terdekatnya biasanya
mengalami banyak respon emosi seperti : perasaaan marah dan
putus asa . Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
AKHIR HAYAT antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidupnya, kehilangan harga diri dan
harapan, dan kesenjangan komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual :
Pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi akhir
hayat dan menderita penyakit kronis yang lama . Pasien memaknai
kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagianpasien beranggapan bahwa kematian sebagai jalan
menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut
akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup .
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan
dengan situasi yang tidak diharapkan ; sifat dan kondisi yang tidak
dapat diperkirakan; takut akan kematian dan efek negatif pada
pada gaya hidup.
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit akhir hayat dan
kematian yang dihadapi; penurunan fungsi perubahan konsep diri
dan menarik diri dari orang lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga; takut akan hasil ( kematian ); dengan
lingkungnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ).
d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dengan kegiatan keagamaan; kurang privasi atau
ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa I : Ansietas
1) Bantu pasien untuk mengurangi ansietasnya ,seperti :
a) Berikan kepastian dan kenyamanan.
b) Tunjukkan sikap empati, jangan menghindari pertanyaan
yang diungkapkan oleh pasien.
c) Dorong pasien untuk mengungkapkan setiap ketakutan atau
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya.
d) Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif . Pasien
yang cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi
12
dengan penurunan kemampuan untuk belajar karena
ansietas cenderung untuk memperburuk masalah,
menjebak pasien padalingkaran peningkatan ansietas
tegang, emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas pasien. Rencanakan pernyuluhan
bilatingkatnya rendah atau sedang . Beberapa rasa takut
didasari olehinformasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan
dengan memberikan informasi akurat.Untuk pasien dengan
ansietas berat atauparah tidak bisa menyerapinformasi yang
diberikan.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan
mereka .
4) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
penguatan koping positif .
b. Diagnosa II : Berduka
1) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya. Diskusikan kehilangan secara
terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan
bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat
menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan,
marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang
lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon
mereka terhadap situasi tersebut.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang
terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu .
Strategi koping positif membantu penerimaan dan pemecahan
masalah.
3) Berikan dorongan pada pasien untuk mengekpresikan atribut
diri yang positif.Memfokuskan pada atribut yang positif
meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang
terjadi.
4) Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka,
13
proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian
yang akan terjadi di terima.
5) Berikan perawatan dengan penuh perhatian,seperti :
a) Membantu berdandan.
b) Mendukung fungsi kemandirian.
c) Memberikan obat nyeri saat diperlukan
d) Meningkatkan kenyamanan fisik
14
4. EVALUASI KEPERAWATAN :
a. Pasien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada
perawat.
b. Pasien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
c. Pasien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa.
d. Pasien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha
Esa dan akan kembali kepadaNya.
5. DOKUMENTASI.
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien
terhadap tindakan keperawatan wajib didokumentasikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap
asuhan keperawatan yang sudah dilakukan perawat terhadap pasien
sesuai kebijakan yang berlaku, karena dokumentasi keperawatan
merupakan dokumen legal dalam sistem pelayanan keperawatan,
sehingga diharapkan melalui dokumentasi yang baik maka informasi
mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
15
BAB IV
DOKUMENTASI
16
DAFTAR PUSTAKA
17