Pengertian Agama
diyakini sebagai aturan yang suci atau sakral dan menjadi keyakinan yang sulit
setelah kematian. Aturan mengenai kehidupan di dunia ini merupakan aturan suci
yang diyakini penganutnya berasal dari wahyu atau titah Tuhan yang diturunkan
melalui malaikat dan nabinya atau juga bisa berasal dari orang-orang yang juga
diyakini orang banyak memiliki kelebihan secara spiritual atau kesucian yang
agama juga bisa berasal dari sesuatu yang dianggap gaib yang diterima seseorang
dipraktekkan oleh banyak orang. Mengenai asal usul agama ini yang kemudian
oleh banyak ahli bisa menjadi pembeda antara satu agama dengan agama lainnya,
yang akan diulas pada bagian selanjutnya dari hand out ini.
practices relative to sacred things, that is to say, things set apart and forbidden –
beliefs ang practices which unite into one single moral community called a
church, all those to adhare to them (agama adalah kesatuan kepercayaan dan
praktek-praktek yang berkaitan dengan yang sakral, yaitu hal-hal yang disisihkan
yang menganut dan meyakini hal-hal tersebut ke dalam satu komunitas moral
yang disebut gereja).1 Defenisi ini boleh dikatakan dilihat hanya dari sisi satu
kelompok penganut agama tertentu saja. Namun defenisi ini telah memberikan
beberapa poin penting dari sebuah agama berupa praktek atau aktivitas sakral atau
dianggap suci yang tentu saja dengan keyakinan tertentu serta dilakukan di dalam
kelompok.
(2) establish powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men
this conceptions wiuth such an aura of factuality that (5) the moods and
menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi, dan
yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep
mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini
dengan semacam pencaharian faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-
motivasi itu tampak khas realistis]. Defenisi ini menjelaskan agama dari perlakuan
manusia melalui seperangkat simbol yang merupakan ekspresi dari motivasi dan
suasana hati. Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa agama
mengenai kehidupan manusia dan penjelasan akan sesuatu yang dianggap sakral.
Oleh karena adanya petunjuk yang sakral maka juga terdapat pantangan dan
untuk apa hidup di dunia, masa depan yang akan dihadapi dan kemana manusia
penjelasan dari ciri-cirinya seperti yang pernah diberikan oleh Durkheim yang
Dalam penjelasan ini agama terdiri dari empat komponen, sebagai berikut.
bersangkutan.
dalam sub 2, dan yang melaksanakan sistem ritus dan upacara tersebut
ditambahkan satu lagi ciri dari agama yaitu; setiap agama pada umumnya
mengajarkan kebenaran yang suci, karena dengan kebenaran yang suci ini melahirkan keyakinan
yang kuat dari kesatuan sosial/ ummat/ masyarakat/
jamaah/ jemaat/ pengikut dari suatu agama tersebut. Dengan keyakinan inilah
suatu agama bisa bertahan karena diyakini kebenaran yang diajarkan di dalam
inilah yang kemudian menjadi dogma yang kuat dan bertahan lama atau pervasif
pranata dari kebudayaan tertentu atau justru kebudayaanlah yang ditentukan oleh
agama. Dari sudut pandang sebagai seorang yang beragama dan dengan keyakinan
agamanya maka pastilah agama yang menentukan, karena manusia hidup di dunia
dianjurkan untuk berusaha dan Tuhanlah yang menentukan. Pendapat ini tidaklah
salah sebagai seorang yang beragama. Antropologi agama atau antropologi religi
kebudayaan atau suatu masyarakat. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan, berikut ini
penjelasannya.
dengan keyakinan, yang tidak dapat dijelaskan secara rasional atau oleh akal manusia. Agama yang
dipelajari di dalam antropologi adalah fenomena religius
pertanyaan ini mengacu kepada semua fenomena atau aktivitas religius yang
Mentawai ataupun fenomena religius yang dilakukan oleh ummat Islam, Katolik
agama di dalam teks sucinya atau alkitab seperti Al Qur’an, Injil, Taurat, Zabur
atau kitab Weda, Tripitaka yang sudah dituliskan di dalam agama-agama tradisi
besar di dunia. Teks-teks suci ini diyakini oleh penganut agama tersebut sebagai
sebuah kebenaran yang tidak bisa dibantah, yang berasal dari Tuhan. Kitab-kitab
ini bukanlah produk kebudayaan, bukan pranata. Agama menjadi pranta adalah
agama yang diyakini, dijalankan atau dipraktekkan itu yang bisa berbeda antara
menganut agama yang sama. Artinya orang Betawi di Jawa bisa mempraktekkan
atau menjalankan agama Islam secara berbeda dengan orang Minangkabau yang
juga Islam. Bahkan, di daerah tertentu di Sumatera Barat saja, praktek agama
berbeda, padahal sama-sama mempunyai kitab suci yang sama. Mengapa hal ini
terjadi?
dengan melalui (1) pengalaman dan (2) belajar secara instruksional dalam kehidupan sosial kita.
Agama-agama tradisi besar yang diyakini berasal dari
wahyu diturunkan Tuhan melalui malaikatnya, lalu disampaikan kepada Nabi atau
dan dari para sahabat ini diteruskan kepada kepada anggota keluarganya
kerabatnya dan seterusnya. Proses ini berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun
suci itu diyakini tidak berubah – walaupun di dalam agama tertentu ada beberapa
versi kitab sucinya – tetapi di dalam masyarakat penganut agama tersebut bisa
terjadi? Jawabannya adalah karena telah terjadi proses penafsiran atau interpretasi
yang berbeda dari teks suci yang sama, baik oleh para tokoh agama atau oleh
anggota masyarakatnya. Inilah yang disebut dengan agama melalui proses sosial
budaya atau transmisi kebudayaan. Proses ini kemudian melahirkan banyak sekte
atau disebut aliran agama di dalam masyarakat. Sekte-sekta keaagamaan ini lahir
di dalam setiap agama tradisi besar, karena proses sosial budaya yang panjang
berlangsung dan pemberian penafsiran dari teks suci yang sama secara berbeda,
Sebagai contoh kasus, pelaksanaan shalat Idhul Fitri dan Idhul Adha
yang diketahui secara umum dilakukan dua rakaat dengan tujuh takbir setelah
takbirartul ikhram di rakaat pertama dan lima takbir setelah takbir bangkit dari
sujud, tetapi di sebuah kelurahan di Depok di antara orang Betawi yang pernah
penulis ikuti malah terjadi sembilan takbir di rakaat pertama dan tujuh takbir di
disediakan dua karung besar beras di masjid untuk diserahkan kepada yang berhak
menerima. Dua karung beras tersebut adalah sebagai pengganti sholat dan puasa
almarhum sewaktu hidup yang tidak bisa dilakukannya baik karena terhalang oleh
menstruasi atau oleh sebab lainnya, sehingga diganti pada waktu jenazah belum dikuburkan. Ini
diucapkan oleh seorang tokoh masyarakat di hadapan orang
banyak pada saat dua karung beras tersebut akan diserahkan. Padahal di dalam
dengan orang yang masih hidup kecuali tiga amalan yang dilakukan seperti ilmu
yang bermanfaat yang telah diajarkan, sedekah jariah dan doa dari anak yang
saleh dari almarhum, tentu saja bagi mereka yang sudah punya anak. Dua contoh
di atas menunjukkan telah terjadi perbedaan interpretasi dari agama yang sama
bisa saja berbeda dari kesamaan kitab suci yang dimiliki inilah yang dimaksudkan
dengan agama sebagai pranata. Di samping itu aktivitas keagamaan yang sudah
terpola atau sudah lama dan tetap dijalankan di dalam masyarakat seperti ritual
antropologi agama/ religi, yang disebut Geertz dengan agama sebagai sistem
budaya.