Disusun oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan observasi secara personal pada fungsi atau aktifitas,
menyediakan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan, fungsi delegasi atau aktifitas
sementara untuk mempertahankan akuntabilitas, dan mengevaluasi asuhan keperawatan
secara tepat (Huber, 2006). Supervisi adalah kegiatan keterampilan yang disadari dan
disengaja bahwa penggunaan intervensi diperlukan sehingga tujuan, kualitas refleksi dan
pembelajaran terjadi (Davys & Beddoe, 2010). Supervisi memberikan landasan
pengembangan individu dan tanggung jawab dalam melakukan praktik klinis (Falender &
Shafranske, 2004).
Edward et al . (2005) menyatakan supervisi klinis menjadi prasyarat penting dalam
melakukan asuhan keperawatan yang bermutu. Supervisi klinis meningkatkan kepercayaan
dan hubungan dengan supervisor, dan kemampuan mendiskusikan masalah sensitif yang
terjadi di tempat kerja. Cross, Moore, dan Ockerby (2010) menyatakan supervisi klinis dapat
diimplementasikan dalam lingkungan yang sibuk dengan sumber daya manusia minimal.
Sementara lingkungan supervisi tidak ideal karena jumlah yang hadir disupervisi berbeda
setiap minggu. Model supervisi klinis yang sering digunakan pada profesi keperawatan
adalah model Proctor meliputi normatif, formatif, dan restoratif (Winstanley, 2000, 2001).
Pelaksanaan supervisi membutuhkan seorang supervisor. Kadushin dan Harkness
(2002) menyatakan supervisor secara efektif dapat melaksanakan tanggung jawabnya jika
tersedia sumber daya yang cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini berarti
supervisor harus memiliki tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki berbagai
keterampilan tertentu. Banyak supervisor mengemukakan masalah dalam memberikan
pelayanan dengan tenaga kerja yang tersedia dan kurangnya pengetahuan serta keterampilan
yang membatasi produktifitas unit (Kadushin & Harkness, 2002).
Supervisor memerlukan pendidikan dan pelatihan manajemen. Pelatihan diberikan
oleh organisasi pengembangan sumber daya manusia atau departemen pengembangan staf
keperawatan (Swansburg & Swansburg, 2001). Program pelatihan dan pengembangan
supervisor menetapkan keahlian yang dibutuhkan. Beberapa keterampilan dikembangkan
dari waktu ke waktu untuk menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan secara aktif mempengaruhi
pengembangan keterampilan mereka (Eley & Murray, 2009). Supervisor membantu
mengembangkan iklim organisasi yang tenang, bersahabat, solidaritas, dan mengidentifikasi
iklim organisasi yang baik (Swansburg & Swansburg, 2001).
Pelaksana supervisi yang bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang rawat adalah kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan
ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Nursalam, 2012). Kepala ruangan bertanggung jawab merencanakan, mengorganisir,
memotivasi, dan mengendalian kerja para perawat serta tenaga penunjang kesehatan
lainnya(La Monica, 1998).
Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu diruang Dewi Kunti didapatkan bahwa
Supervisi dilakukan dari KARU terhadap KATIM dilakukan setiap hari, kemudian dari
KATIM terhadap PP dilakukan setiap hari serta Berdasarkan hasil observas, sudah ada di
dalam SPO tentang supervisi, tetapi pelaksanaan supervisi diruang Dewi Kunti belum
maksimal karena belum adanya jadwal dan pendokumentasian supervisi .
A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,supervisi berarti
“melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli, 2009).
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan
bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas
supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior
dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi
bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan
kemampuan managemen (Simamora,2013).
Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan
tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan.
Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari
seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009 mengatakan bahwa,
supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan.
Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat.
Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar
yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam
bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan
hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006).
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih
diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap
pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang
masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang
dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat
Anna,2006).
B. Fungsi Supervisi
a. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
b. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
c. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
d. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mangajak untuk diikutsertakan (sharing), (Nurachmah, 2000).
2. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa
pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran
berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang disebut supervisi tidak langsung.
Di sini terlihat lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan
disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan.
3. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena
organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu, agar organisasi selalu dapat
mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai
penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuain tersebut, yaitu melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan.
Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat
kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat
penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
4. Tujuan
Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan semata-
mata untuk mencapai hasil yang baik. Supervisi seharusnya memberikan “bekal”
kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
5. Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal, yaitu:
a. Menetapkan masalah dan prioritasnya
b. Menetapkan penyebab masalah,prioritas, dan jalan keluarnya
c. Melaksanakan jalan keluar
d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindal lanjut
F. Pelaksana Supervisi
Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
“kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip-
prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan
pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan
tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala
ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional
(UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan
efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf
keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan
pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan
keperawatan.
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak
langsung melalui para pengawas keperawatan.
H. Teknik Supervisi
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah
(problem solving). Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data untuk menetapkan
masalah dan penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan lansung (direct
observation) oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan
keluar. Dalam mengatasi masalah, tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,
bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung ditempat (on the spot). Dengan
perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua
hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditunjukkan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi
tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negative, misalnya rasa takut, tidak senang , atau kesan menganggu kelancaran
pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini,pengamatan langsung tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negative tersebut
tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan
secara edukatif dan suportif,bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerjasama
Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan
memberikan bantuan secara langsung ditempat,sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan kerjasama antara pelaksana supervisi
dan yang disupervisi. Kerjasama ini akan berhasil apabila ada komunikasi yang baik
antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi, serta mereka yang disupervisi
merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka sendiri (sense of
belonging).
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerjasama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok (team work) dapat diterapkan. Masalah,
penyebab masalah, serta upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara
bersama-sama pula (Suarli & Bahtiar,2009).
3. Supervisi Keperawatan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas,
yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan
bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap
pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian
dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).
a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
ANALISA MASALAH
Dewi Kunti di dapatkan hasil bahwa supervisi di Ruang Dewi Kunti selalu
KATIM-PP dilakukan setiap hari. Untuk supervise hari senin sampai sabtu dilakukan 2
kali sehari, pagi dan siang. Supervise pagi dilakukan oleh KARU dan untuk supervisi
siang dilakukan oleh DMN, begitu juga hari minngu supervise dilakukan 3 kali sehari
2. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa tidak ada jadwal supervisi di
Ruang Dewi Kunti. Untuk supervise pagi sudah dilakukan oleh KARU, dan supervisi
sore baru dilakukan. Karena terjadi kesalah pahaman fungsi supervise oleh perawat
pelaksana. Perawat pelaksana mengatakan bahwa supervise sore dilakukan oleh DMN
rumah sakit.
3. Kuesioner
supervise.
ANALISIS SWOT
1. Sistem supervisi 1. Berdasarkan hasil 1. Supervisi yang dilakukan a) Sudah adanya supervise yang 1. Supervisi yang
waancara Supervisi belum sesuai prosedur . dilakukan oleh Karu dan dilakukan belum
dilakukan dari Kasi- 2. Dari hasil observasi Katim. sesuai dengan
Karu dilakukan setiap 1 laporan kegiatan b) Pengadaan laporan Supervisi prosedur . Jika
bulan sekali, dari Karu- supervisi di ruangan c) Penyuluhan pentingnya sipervisi tidak
Katim dilakukan setiap Dewi Kunti belum adanya laporan buku dilakukan sesuai
hari, dari Katim-PP tersedia. supervisi. prosedur, makan
dilakukan setiap hari. Penyuluhan tentang dampak akan berpengaruh
2. Berdasarkan hasil dan kerugian jika tidak pada mutu pelayanan
observasi, belum adanya laporan supervisi asuhan keperawatan
adanya SPO tentang pada pasien.
supervisi.
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA
MAN
Kurangnya motivasi dalam pelaksanaan penulisan jadwal dan laporan supervisi
METODE MATERIAL
Belum
Supervisi yang dilakukan belum sesuai dengan jadwal dan adanya pelaksanaan
menggunakan jadwal supervisi di Ruang Dewi Kunti.
system acidental
BAB IV
POA
2. Pengadaan laporan Diskusi dan KARU, Materi Senin, 27 Ruang Dewi Moh. Edi Fajri
materi KATIM, PA November Kunti
Supervisi 2017
Penyuluahn
pentingnya adanya
laporan supervisi
Penyuluhan
tentang dampak
dan kerugian jika
tidak adanya
laporan supervisi
PELA
NO TINDAKAN WAKTU TEMPAT PESERTA METODE HASIL KSAN
A
1 Mendiskusikan dengan Selasa, 28- Ruang Dewi Karu, Katim, Diskusi Membahas materi kegiatan supervisi : Moh.
Karu, Katim dan 11-2017 Kunti PA Pengertian Edi
perawat pelaksana Fungsi Fajri
tentang kegiatan Unsur
supervisi dan laporan Prinsip dan teknik
supervisi Pelaksanaan
2 Sosialisasi pentingnya Rabu, 29- Ruang Karu, Katim, Action Mensosialisasikan materi supervisi Moh.
kegiatan supervisi dan 11-2017 Dewi Kunti PA dan Pembuatan jadwal dan laporan Edi
laporan supervisi Mahasiswa supervisi Fajri
3 Melaksanakan atau Rabu, 29- Ruang Karu, Katim, Action Kepala ruang melakukan atau Moh.
melakukan kegiatan 11-2017 Dewi Kunti PA melaksanakan supervisi Edi
supervisi dan laporan sampai Sudah ada laporan dan jadwal supervisi Fajri
supervisi Sabtu, 09- Ketua Tim melakukan supervisi ke PA
12-2017 Supervisi sudah dilakukan sesuai
dengan unsur-unsur supervisi yaitu :
Pelaksana
Sasaran
frekuensi
Tujuan
Teknik
IMPLEMENTASI
BAB V
1. Simpulan
Di ruang dewi kunti dalam pelaksanaan supervisi sudah ada peningkatan ,
ditandai dengan adanya laporan dan jadwal supervisi , serta dalam pelaksanaannya sudah
terdapat unsur-unsur supervisi didalamnya .
2. Rencana tindaklanjut
Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan dan laporan supervisi
DAFTAR PUSTAKA
1. Persiapan
a. Format Supervisi
b. Rencana harian, rekam medis pasien
Prosedur c. Perawat yang akan dilibatkan dalam supervisi
2. 2. Pelaksanaan
a. Identifikasi perawat jaga yang akan dilakukan supervisi
b. Buat kontak waktu, tempat dan kegiatan yang akan
disupervisi dan jenis supervisi yang akan dilakukan
c. Jelaskan langkah-langkah supervisi: perawat melakukan
kegiataan pemberian arahan dan menyusun rencana
tindaklanjut
d. Minta perawat membaca SPO tindakan tersebut dan
indicator penilaian yang akan diamati.
e. Berikan kesempatan perawat melakukan tindakan
keperawatan atau kegiatan yang akan disupervisi
f. Lakukan check list kegiatan yang sudah dilakukan sesuai
SPO tindakan tersebut dan lakukan rekapitulasi
g. Minta perawat menyampaikan perasaanya setelah
melakukan tindakan
h. Minta perawat mengungkapkan jenis langkah tindakan yang
termasuk dalam indicator penilaian yang sudah dilakuan
i. Minta Perawat menyimpulkan berapa persen tindakan
tersebut sudah sesuai SPO
j. Berikan reinforcement positif atas elemen penilaian atau
indicator tindakan yang telah dilakukan
k. Meminta perawat mengungkapkan elemen indicator
tindakan yang belum dilakukan
l. Sampaikan hal positif atau element tindakan yang telah
dilakukandan yang belum dilakukan
m. Berikan arahan untuk perbaikan pelaksanaan tindakan
sesuai standar SPO pada waktu yang akan datang
n. Buat kontrak untuk supervisi berikutnya untuk
kegiataan/tindakan yang sama atau kegiatan yang berbeda
3.Penutup
a. Catat hasil supervisI pada from catatan hasil supervisi (isi,
no, tanggal dan jam), nama yang supervisi,
kedudukan/jabatan supervisi di ruangan, nama yang
disupervisi, kegiatan supervisi, pencapaian target dari
langkah-langkah dalam SPO, rencana tindak lanjut yang
harus dilakukan oleh supervisi maupun yang disupervisi,
target waktu pembenahan/perbaikan, tanda tangan berupa
paraf dan nama terang yang disupervisi dan supervisor
b. Catat nilai hasil supervise tindakan pada raport MPKP dan
SP2KP.
LAPORAN SUPERVISI
Nama supervisi (Jabatan) :
Nama yang disupervisi (Jabatan) :
Tanggal :
Ruang :
Kegiatan supervisi
TTD TTD
Supervisi Yang disupervisi
(.....................................) (........................................)
Minggu ke 2 Minggu ke 3
No Kegiatan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Mendiskusikan dengan
Karu, Katim, dan
1 perawat tentang kegiatan
supervisi dan pembuatan
laporan supervisi
Sosialisasi pentingnya
kegiatan supervisi dan
2
pembuatan laporan
supervisi
Melakukan atau
melaksanakan kegiatan
3
supervisi dan pembuatan
laporan supervisi
Evaluasi keefektifan
implementasi kegiatan
4
dan pembuatan laporan
supervisi