Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGENDALIAN : KURANG OPTIMALNYA PENCEGAHAN INFEKSI


DENGAN HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN

DI RUANG KRESNA RSJD dr.ARIF ZAINUDIN

SURAKARTA

OLEH :

ANNISA NIRMALA PRAVITASARI

071191018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien atau keluarga serta masyarakat. Masyarakat yang
menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit
dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang
diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit
(Agus Kuntoro, 2010).
. Perilaku Hand hygiene perawat, pasien dan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi nosokomial (INOS) di
rumah sakit. HAIS terjadi karena transmisi mikroba patogen. Pencegahan dan pengendalian
HAIS di artikan sebagai upaya pencegahan dan mengendalikan infeksi dengan cara
menghambat pertumbuhan transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita
yang sedang dirawat. Upaya tersebut dilakukan dengan menerapkan kewaspadaan standar.
Kewaspadaan standar harus mampu melindungi petugas keluarga dan petugas kesehatan dari
infeksi (Fauzia, 2014).
Petugas medis sudah menerapkan hand hygiene, namun ada kalanya pihak keluarga
pasien ikut menerapkannya walaupun di rumah sakit telah tersedia wastafel dan handrub di
setiap ruangan rawat inap. Hal ini tentu dapat menjadi faktor penyebab tidak tercapainya hak
pasien dalam UU Nomor 44 tahun 2009 tersebut. Presentase infeksi nosokomial di rumah
sakit dunia mencapai angka 9% (variasi 3–21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap
mendapatkan infeksinosokomial (WHO dalam Fauzia & Ahsan, 2014). Di negara
berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar 9,1%
dengan variasi 6,1%– 16,0% (Ismainar, 2019).

Beberapa penelitian mengatakan bahwa Hand hygiene bisa menurunkan kejadian HAIS.
Di beberapa negara berkembang kejadian HAIS menurun seiring dengan maningkatnya
kesadaran akan hand hygiene. Beberapa study menunjukkan adanya hubungan antara hand
hygiene dengan berkurangnya infeksi. Mencuci tangan selama pelaksanaan tindakan
keperawatan merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya HAIS di
lingkungan rumah sakit. Tenaga kesehatan yang paling rentan dalam penularan infeksi
adalah perawat karena selama 24 jam mendampingi pasien, maka diasumsikan ikut
mengambil peran yang cukup besar dalam memberikan kontibusi terhadap pencegahan
INOS (Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di ruang Kresna pada hari Jum’at
tanggal 24 januari 2020 dari 6 keluarga pasien, 4 keluarga pasien mengatakan belum pernah
diajarkan tentang cuci tangan oleh petugas di ruangan dan 2 diantaranya sudah diajarkan
tetapi sudah lupa karena diajarkan hanya sekilas ketika pasien baru datang sehingga keluarga
dan pengunjung belum menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah menemui pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan pengendalian pencegahan risiko infeksi di Ruang
Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dengan Hand hygiene di
Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
b. Mengidentifikasi masalah yang ada terkait dengan Hand hygiene dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problemsolving cycle) di Ruang Kresna
RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait dengan masalah-
masalah yang dijumpai mengenai Hand hygiene di di Ruang Kresna
RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
d. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan di Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
e. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat di Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA.
f. Melakukan evaluasi proses dan hasil terhadap implementasi yang sudah dilakukan
menggunakan format yang telah dibuat di Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF
ZAINUDIN SURAKARTA
g. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evalusi proses maupun hasil di
Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen
keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi mahasiswa maupun
guru terutama mengenai pelaksanaan manajemen asuhan dan manajemen pelayanan
dalam melakukan pengelolaan ruangan.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung khususnya dalam pencegahan pengendalian infeksi
dengan Hand hygiene dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah ketika
menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen asuhan dan
pelayanan di ruang perawatan.
3. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan informasi untuk
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengendalian pencegahan infeksi dengan
Hand hygiene dan melengkapi media sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas
mutu pelayanan keperawatan secara bertahap.
4. Ruang Kresna RSJD.dr.ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
Sebagai informasi mengenai pengendalian pencegaan infeksi dengan Hand hygiene
sesuai standar di ruang Kresna sehingga dapat mengadakan perbaikan secara bertahap
dan terencana.
BAB II

CUCI TANGAN (HAND HYGIENE)


A. Teori cuci tangan
1. Definisi
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi, hand hygiene adalah cara yang paling efektif
untuk mencegah infeksi nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel ditangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada
saat itu. (Zulpahiyana, 2013).
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air mengalir (Depkes RI, 2009)
dan menurut PHBS UNPAD cuci tangan pakai sabun merupakan suatu kebiasaan
membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan
seperti sabun, air mengalir yang bersih, dan handuk atau tisyu.
Menurut WHO terdapat 2 tehnik mencuci tangan yaitu mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang berbahan dasar alkohol
(Wati, 2011). Perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara
membersihkan tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang
bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar adalah
dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif
(Danuwirahadi, 2010).
2. Tujuan mencuci tangan
Tujuan dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme
Hand hygiene dilakukan untuk menghilangkan kotoran bahan organik dan membunuh
mikroorganisme yang terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena kontak dengan
pasien terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan lingkungan.
Menurut Hidayat (2008), mencuci tangan bertujuan untuk:
1. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan
2. Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada dikulit atau tangan.

3. Manfaat cuci tangan


Cuci tangan berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara membunuh
kuman penyakit yang ada di tangan. Dengan cuci tangan maka tangan menjadi bersih
dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan besih akan mencegah penularan penyakit
seperti diare, cacingan, penyakit kulit, infeksi dan flu burung (Proverawati dan
Rahmawati, 2012).

4. Macam-Macam Cuci Tangan


Menurut Perry & Potter (2010), macam-macam cuci tangan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Cuci tangan bersih
Mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sabun
dan air bersih yang mengalir
2. Cuci tangan steril
Mencuci tangan aseptik adalah mencuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan
aseptik pada pasien dengan menggunakan larutan antiseptik.
3. Cuci tanngan aseptik
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama),
khususnya bila akan melakukan tindakan pembedahan atau operasi.

5. Indikasi waktu mencuci tangan


Menurut World Health Organization (2009) :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien.

6. Prosedur cuci tangan


Menurut World Health Organization (2009), cuci tangan rutin atau membersihkan tangan
dengan sabun dan air (handwash) harus dilakukan seperti dibawah:
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
2. Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengnci
7. Gosok ibu jari kiri putar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-
benar kerin
11. Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
12. Prosedur dilakukan dalam waktu 40-60 detik

Langkah Cuci tangan menggunakan handrub :

Tuangkan handrub secukupnya (3-5 cc) pada telapak tangan

1. Gosok kedua telapak tangan hingga merata


2. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
6. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya
7. Prosedur dilakukan dalam waktu 20-30 detik

7. Pengaruh cuci tangan terhadap pencegahan infeksi


Cuci tangan adalah suatu hal yang sderhana untuk menghilangkan kotoran dan
meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan
dengan menambah bahan tertentu. Penelitian intervensi yang berpengaruh 150 tahun
yang lalu, Semmelweis meminta dengan tegas agar para dokter yang melakukan autopsi
mencuci tangannya sebelum membantu persalinan, sehingga mengurangi kematian bayi
karena sepsis puerperal streptoccocus dari 22% menjadi 3%. Dengan cuci tangan
diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan
sebagai sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Dengan cuci
tangan diharapkan akan mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Sejak itu
banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari
kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat mengurangi angka infeksi di
rumah sakit. Sementara Dobson mengatakan bahwa cuci tangan dapat mencegah lebih
dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare, seddangkan mencuci tangan dengan
sabun dapat menurunkan diare hingga 47%. Dengan hand hygiene yang tepat dapat
mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Hand hygiene sangat
diperukan di bidang mikrobiologi maupun tempat perawatan atau tempat-tempat yang
rawan terjadi penyebaran mikroorganisme melalui media tangan.
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi)
biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik seringkali
dipromosikan lebih banyak pada publik. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu
cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare, ispa, yang kedunya menjadi
penyebab utama kematian anak-anak. Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal
kedokteran Inggris (British Medical Journal) pada november 2007 menyatakan bahwa
mencuci tangan dengan sabun secara teratus dan menggunakan masker, sarung tangan,
dan pelindung bisa jadi lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu
dan MARS (Kemenkes RI, 2014).
BAB III

ANALISA MASALAH

A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Berdasarkan wawancara dengan karu dan katim didapatkan bahwa karu mengatakan
sudah terdapat SOP tentang cuci tangan, karu juga mengatakan supervisi dilakukan
oleh PPI . Diruang kresna terdapat 2 sarana handrub (di dekat ruang perawat dan di
depan pintu masuk) sedangkan sarana untuk handwash sendiri hanya terdapat satu
yaitu dikamar mandi. Kesadaran untuk mencuci tangan di ruang kresna belum
optimal. Perawat di ruang Kresna berfokus pada 5 waktu cuci tangan (five moment
hand hygiene) terutama pada saat:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic.
Tetapi untuk melakukan demonstrasi dan memberikan pembelajaran mengenai cuci
tangan yang benar dan 6 langkah cuci tangan yang benar masih kurangnya sosialisasi
tentang cuci tangan kepada pasien dan keluarga.
b. Berdasarkan hasil wawancara dengan Keluarga Pasien.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di ruang Kresna pada hari Jum’at
tanggal 24 januari 2020 dari 6 keluarga pasien, 4 keluarga pasien mengatakan belum
pernah diajarkan tentang cuci tangan oleh petugas di ruangan dan 2 diantaranya sudah
diajarkan tetapi sudah lupa karena diajarkan hanya sekilas ketika pasien baru datang
sehingga keluarga dan pengunjung belum menerapkan cuci tangan sebelum dan
sesudah menemui pasien.
2. Observasi :
a. Berdasarkan hasil observasi fasilitas cuci tangan diruang kresna didapatkan hasil
bahwa di ruang kresna terdapat 2 sarana untuk melakukan handrub (diruang
perawat dan di depan pintu masuk) dan 1 sarana untuk melakukan handwash (di
kamar mandi perawat) dan 1 wastafel yang ada di dekat ruang makan.. Diruang
kresna terdapat 3 poster terkait cuci tangan.
B. ANALISIS SWOT

Aspek yang dikaji Strength (kelebihan) Weakness (kekurangan) Opportunity Threat (ancaman)
(peluang)
Pengendalian Kurang a. Sudah ada a. Kurangnya sosialisasi a. Perawat memiliki a. Kurang
optimalnya Pencegahan monitoring dari PPI tentang cuci tangan panduan SOP teridentifikasinya
infeksi dengan hand tentang adanya cuci kepada keluarga pasien/ hand hygiene risiko infeksi.
hygiene di ruang Kresna tangan. penunggu pasien b. Kesadaran pasien b. Terjadinya infeksi
RSJD dr. ARIF b. Sudah ada SOP b. Kurangnya media yg lebih menjadi nosocomial.
ZAINUDIN tentang pencegahan mudah di pahami untuk prioritas. c. Angka HAIS
SURAKARTA. risiko infeksi hand sosialisasi tentang cuci c. Kepuasan pasien meningkat.
hygiene tangan. meningkat. d. Kepuasan keluarga
c. Sudah tersedia c. Belum dilakukannya d. Angka kejadian dan pasien menurun.
wastafel, sabun dan evaluasi pelaksanaan HAIS menurun.
tisu untuk mencuci cuci tangan pada pasien e. Tidak terjadi
tangan dan keluarga. INOS.
d. Sudah tersedia poster
6 langkah cuci
tangan dan 5 momen
cuci tangan
e. Sudah tersedia
handrub untuk cuci
tangan.
f. Kepala ruang dan
perawat pelaksana
patuh melakukan
hand hygiene sesuai
dengan 5 moment 6
langkah

C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah


 Data Subyektif: Kurang optimalnya pengaplikasian cuci tangan
KARU DAN KATIM: Berdasarkan wawancara dengan karu dan pada keluarga pasien
katim didapatkan bahwa karu mengatakan sudah terdapat SPO
tentang cuci tangan, karu juga mengatakan supervisi dilakukan oleh
PPI. Diruang kresna terdapat 2 sarana handrub (di dekat ruang
perawat dan di depan pintu masuk) sedangkan sarana untuk
handwash sendiri hanya terdapat satu yaitu dikamar mandi.
Kesadaran untuk mencuci tangan di ruang kresna belum optimal.
Perawat di ruang Kresna berfokus pada 5 waktu cuci tangan (five
moment hand hygiene) terutama pada saat:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptic.
Tetapi untuk melakukan demonstrasi dan memberikan
pembelajaran mengenai cuci tangan yang benar dan 6 langkah
cuci tangan yang benar masih kurangnya sosialisasi tentang cuci
tangan kepada keluarga.
KELUARGA PASIEN : Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan di ruang Kresna pada hari Jum’at tanggal 24
januari 2020 dari 6 keluarga pasien, 4 keluarga pasien
mengatakan belum pernah diajarkan tentang cuci tangan oleh
petugas di ruangan dan 2 diantaranya sudah diajarkan tetapi
sudah lupa karena diajarkan hanya sekilas ketika pasien baru
datang sehingga keluarga dan pengunjung belum menerapkan
cuci tangan sebelum dan sesudah menemui pasien.
 Data Obyektif :
Berdasarkan hasil observasi fasilitas cuci tangan diruang kresna
didapatkan hasil bahwa di ruang kresna terdapat 2 sarana untuk
melakukan handrub (diruang perawat dan di depan pintu masuk) dan
1 sarana untuk melakukan handwash (di kamar mandi perawat) dan 1
wastafel yang ada di dekat ruang makan.. Diruang kresna terdapat 3
poster terkait cuci tangan.

D. PRIORITAS MASALAH

NO MASALAH PRORITAS MASALAH T R JUMLAH PRIORITAS

IMPORTANCY 1xTxR MASALAH

P S RI D SB PB PC
U
1 Belum optimalnya sosialisasi
pencegahan infeksi dengan hand
hygiene di ruang Kresna RSJD Dr. Arif
Zainudin Surakarta.

Keterangan :
P : prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
RI : Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)
DU : Degree of unmeet need (derajat keinginan yang tidak terpenuhi)
SB : social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
PB : public concern (rasa perihatin terhadap masalah)
PC : political climate (suasana politik)
T : technology
R : Resources availability (sumber daya)
E. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

NO Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. • Kurangnya sosialisasi tentang  Berdiskusi mengenai materi pembuatan media untuk mensosialisasikan
cuci tangan kepada pasien dan tentang Hand hygiene
2. keluarga  Lakukan penyuluhan pendidikan kesehatan dan demonstrasi cuci tangan
• Kurang optimalnya media kepada keluarga pasien
3. tentang sosialisasi Hand  Mengusulkan menggunakan media informasi seperti leaflet dan video untuk
hygiene melakukan sosialisasi Hand Hygiene
• Belum dilakukan evaluasi  Evaluasi keefektifan media sosialisasi Hand hygiene
pelaksanaan cuci tangan pada  Mendiskusikan dengan Karu dan Katim tentang perlunya tindak lanjut cuci
pasien dan keluarga tangan kepada keluarga pasien

F. DIAGRAM FISHBONE
Metode :
Material: sudah tersedia Belum dilakukan evaluasi
SOP hand hygiene pelaksanaan cuci tangan
pada pasien dan keluarga

Kurang optimalnya
pengaplikasian cuci
tangan pada keluarga
pasien

Man:
MECHINE :
Kurangnya sosialisasi tentang
Kurangnya media yang
cuci tangan kepada pasien dan
mudah di pahami untuk
keluarga
sosialisasi Hand Hygiene

BAB IV

PLAN OF ACTION (POA)


No Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan Dan Alat Tempat Pelaksana
1  Berdiskusi mengenai Diskusi Karu Pulpen dan buku Ruang Kresna Annisa Nirmala
pemberian pendidikan Pravitasari
kesehatan tentang cuci
tangan kepada keluarga
pasien. Leaflet Annisa Nirmala
2.  Mengusulkan untuk Ceramah, Karu dan Pravitasari
melakukan diskusi dan Katim Ruang Kresna
penyuluhan dan praktik
demonstrasi cuci Wawancara
tangan kepada keluarga Annisa Nirmala
pasien dengan Pravitasari
memberikan leaflet. Keluarga
3. Observasi pasien Pulpen dan buku Ruang Kresna Annisa Nirmala
 Evaluasi keefektifan dan Pravitasari
media sosialisasi Hand wawancara Karu dan
hygiene Katim

Diskusi
4.  Mendiskusikan dengan Ruang Kresna

Karu dan Katim


tentang perlunya tindak
lanjut cuci tangan
kepada keluarga pasien

4
.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pentingnya tindak hand hygiene terhadap kesehatan menjadi perhatian dikalangan tenaga
medis. Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang memberikan perawatan
kepada pasien dengan berbagai penyakit. Mencuci tangan dikatakan sebagai salah satu cara
yang efektif dalam mengontrol penyebaran mikroorganisme. Oleh karena itu dengan menjaga
kebersihan tangan yang baik dan benar diharapkan dapat menurunkan kejadian infeksi
nosokomial (Hetty, 2019).
Menurut data yang didapatkan dari hasil observasi diruang kresna sudah terdapat 2
fasilitas handrub dan 2 fasilitas handwash. Sudah terdapat 3 poster diruang kresna. Dari hasil
wawancara didapatkan hasil bahwa keluarga pasien, 4 keluarga pasien mengatakan belum
pernah diajarkan tentang cuci tangan oleh petugas di ruangan dan 2 diantaranya sudah
diajarkan tetapi sudah lupa karena diajarkan hanya sekilas ketika pasien baru datang sehingga
keluarga dan pengunjung belum menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah menemui
pasien.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya rencana penyelesaian masalah mengenai cuci tangan ini
didapatkan hasil sesuai dengan harapan yaitu perawat dapat meningkatkan kesadaran akan
pentingnya cuci tangan dan bias meminimalkan resiko penyebaran infeksi nosocomial di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Danuwirahadi, P. (2010). Efektifitas metode expository teaching terhadap perilaku mencuci


tangan dengan menggunakan sabun. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.

Hidayat. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (2nd ed.). DIY: Budi Utama.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Perry, & Potter. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Proverawati dan Rahmawati. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care: First
Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care. Ganeva, Switzerland: WHO
Press

Zulpahiyana. (2013). Efektivitas Simulasi Hand hygiene pada Handover Keperawatan dalam
Meningkatkan Kepatuhan Hand hygiene Perawat. Program Pacasarjana Manajemen Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
LAMPIRAN
A. SOP HANDWASH

RS JIWA
KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIENE) Dengan
DAERAH
HANDWASH
SURAKARTA
NO. Dokumen: NO. REVISI : HALAMAN :
03.39.12 01 1 dari 2
STANDAR
Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TANGGAL
OPERASIONAL TERBIT:
drg. BASOEKI SOFTARDJO, MMR
02 April 2018
NIP. 19581018 198603 1 009
Pengertian :
proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan air dan sabun.
Tujuan :
mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme
pada kulit.
Kebijakan:
Setiap petugas keshatan wajib melaksanakan kebersihan tangan sesuai standar
WHO sesuai peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta
No.188/2885.8/08/2014 tanggal 2 Agustus 2014 tentang kebijakan pelayanan
pada RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran 03.
Prosedur:
Hand hygine dengan menggunakan air dan sabun (handwash:
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
2. Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh tangan
3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengnci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan tangan kiri dan
sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air
10. Keringkan dengan tissue towel sampai benar-benar kering
11. Gunakan tissue tersebut untuk menutup kran
12. Prosedur dilakukan dalam waktu 40-60 detik

5 saat dilakukan cuci tangan: Sebelum kontak dengan pasien, Sebelum


melakuakan tindakan aseptik, Setelah terkena cairan tubuh pasien, Setelah
kontak dengan pasien, Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien

B. SOP HANDRUB

RS JIWA
DAERAH KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIENE)Dengan HANDRUB
SURAKARTA
NO. Dokumen: NO. REVISI : HALAMAN :
03.39.01 03 1 dari 1
STANDAR
Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TANGGAL
OPERASIONAL TERBIT:
drg. BASOEKI SOFTARDJO, MMR
02 April 2018
NIP. 19581018 198603 1 009
Pengertian :
proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan
dengan menggunakan handrub antiseptik berbasis alkohol.
Tujuan :
mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme
pada kulit.
Kebijakan:
Setiap petugas keshatan wajib melaksanakan kebersihan tangan sesuai standar
WHO sesuai peraturan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta
No.188/2885.8/08/2014 tanggal 2 Agustus 2014 tentang kebijakan pelayanan
pada RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah Lampiran 03.
Prosedur:
Tuangkan handrub secukupnya (3-5 cc) pada telapak tangan
1. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
2. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengnci
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
6. Gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan tangan kiri dan
sebaliknya
Prosedur dilakukan dalam waktu 20-30 detik

5 saat dilakukan hand hygiene: Sebelum kontak dengan pasien, Sebelum


melakuakan tindakan aseptik, Setelah terkena cairan tubuh pasien, Setelah
kontak dengan pasien, Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien

unit terkait : semua ruangan

referensi :
1. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta 2011.
2. Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient
Safety Challenge, WHO, 2009

Anda mungkin juga menyukai