Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI CONTROLING (PENGENDALIAN)

PENINGKATAN KEPATUHAN

PEMASANGAN KEMBALI GELANG IDENTITAS YANG LEPAS

DI NAKULA RSJD dr. ARIF ZAINUDIN

OLEH :

AISAH BIBI

070117B003

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan
antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau mempermudah dalam
pemberian pelayanan kepada pasien. Keamanan pelayanan dirumah sakit salah satunya
dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi pasien diawal
pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya (WHO,
2007).

Identitas pasien merupakan standart keselamatan pasien yang sangat penting. Standar
ini mengharuskan semua rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
atau meningkatkan keteitian identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi pasien dapat di
semua aspek dan dignosis pengobatan. Ada beberapa keadaan yang dapat terjadi error/
kesalahan dalam mengidentifikasi pasien antara lain keadaan terbius aau tersedasi,
mengalami disorientasi atau tidak sadar sepenuhnya. Upaya identifikasi pasien yang baik
dan benar memerlukan metode dan cara yang dapat dipercaya/ realible oleh karena itu
rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
Meskipun kesalahan relatif tidak sering terjadi, tetapi dampak yang tejadi sering
berakibat fatal, misalnya kematian dan sebagai penyebab pemicu lainnya. Di United
Kingdom tercatat 236 kejadian salah identifikasi per November 2003- Juli 2005. Berbagi
bentuk akibat kesalahan identifikasi pasien meliputi, 1) pemberian obat pasien yang
salah, 2) pembedahan dilakukan pada pasien yang salah, 3) pembedahan pada sisi yang
salah.
 Dengan demikian pemasangan kembali gelang yang terlepas pada pasien harus dilakukan
sesuai SOP yang terdapata pada ruangan Nakula. Berdasarkan hasil observasi dirungan
nakula didapatkan hasil bahwa terdapat SPO tentang pemasangan gelang identitas pasien
yang lepas. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan bahwa gelang
identitas pasien dilepas lepas oleh pasien karena pasien merasa gatel atau pasien sering
melepas gelang pada saat mandi. Masalah yang terdapat pada ruang Nakula Tidak
dilakukan pemasangan kembali gelang identitas pasien yang lepas sehingga harus
ditangani lebih lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencegah kesalahan identifikasi pasien.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dengan keselamatan
pasien di Nakula RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
b. Mengidentifikasi masalah yang ada terkait tentangkeselamatan pasien dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problemsolving cycle) di RSJD dr. NakulaArif
Zainudin Surakarta
c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait dengan masalah-
masalah yang dijumpai mengenai keselamatan pasien di NakulaRSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta
d. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan di Nakula RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan manajemen
keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi mahasiswa maupun
guru terutama mengenai pelaksanaan manajemen asuhan dan manajemen pelayanan
dalam melakukan pengelolaan ruangan.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
keperawatan secara langsung khususnya dalam keselamatan pasien dan dapat mencari
alternatif pemecahan masalah ketika menghadapi hambatan dan kesulitan selama
penerapan manajemen asuhan dan pelayanan di ruang perawatan.
3. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan informasi untuk
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan keselamatan pasien dan melengkapi media
sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas mutu pelayanan keperawatan secara
bertahap.
4. NakulaRSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
Sebagai informasi mengenai keselamatan pasien dengan pemasangan kembali
gelang identitas pasien yang lepas di Abimanyu sehingga dapat mengadakan
perbaikan secara bertahap dan terencana

BAB II
FUNGSI PENGAWASAN

A. Fungsi Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam artian
pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan koreksi
atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana yang telah
disusun.Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara berkesinambungan. (Depkes
RI,2011).
Controlling adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang
terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari
aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan
tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi
penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.Pengawasan
dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa adanya perencanaan,
pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya.
Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam
sistem Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
b. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan
pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna
membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat
memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan
biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk mencapai standar
yang sulit mungkin dapat membangkitkan semangat yang lebih besar untuk
mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar yang mudah.
Namun demikian, jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit kemungkinan juga
akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan standar yang
terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi belajar/pendidikan, malah
menurunkan prestasi.
c. Pengawasan hendaknya desesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di sini
perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangan
dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job discription).
d. Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan
terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat
dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan.
e. Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi
dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan
kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil.
f. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan,
menentukan tindakan perbaikan.
g. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu:
menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan,
melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang
serupa.
Dalam bidang keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan
mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output
adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan
membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses
evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit
dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang
sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien
yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk
menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua
tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam
menilai pencapaian kegiatan MPKP.
Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan, perhatian serius
perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental,
beberapa di antaranya dibahas berikut ini.
1) Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi
Bekerja secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia
seminimal mungkin untuk membuahkan hasil tertentu yang telah ditetapkan
dalam rencana. Sudah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan
dalam praktik menunjukkan pula bahwa sumber-sumber yang tersedia atau
mungkin disediakan oleh organisasi apa pun untuk mencapai tujuannya selalu
terbatas, yaitu berupa dana, tenaga, sarana, prasarana, dan waktu. Keterbatasan
demikian menuntut penggunaan yang sehemat-hematnya dari semua dana dan
daya yang dimiliki dengan tetap menghasilkan hal-hal yang ditargetkan untuk
dihasilkan.
2) Adanya efektifitas kerja dalam organisasi
Jika seseorang berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi kerja, artinya
yang menjadi sorotan perhatiannya adalah tercapainya berbagai sasaranyang
telah ditentukan tepat pada waktunya denganmenggunakan sumber-sumber
tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Artinya,
jumlah dan jenis sumber-sumber yang akan digunakan sudah ditentukan
sebelumnya dan dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu
harus dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Efektivitas
menyoroti tercapainya sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan sumber
dan sarana kerja tertentu yang dianggap memadai.
3) Produktivitas merupakan orientasi kerja
Ide yang menonjol dalam membicarakan dan mengusahakan produktivitas
hasil yang harus dicapai berdasarkan dan dengan memanfaatkan sumber dana
dan daya yang telah dialokasikan sebelumnya. Dalam praktik, ketiga orientasi
kerja tersebut diterapkan sekaligus dalam menjalankan organisasi.
4) Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang berlangsung
Kegiatan ini untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan,
penyelewengan, dan pemborosan. Dengan perkataan lain pengawasan akan
bersifat preventif untuk mencegah berbagai hal negatif. manajer sebagai
pelaksana fungsi pengawasan harus mampu mendeteksi berbagai petunjuk
kemungkinan timbulnya berbagai hal negatif dalam menjalankan roda
organisasi. Demikian pula halnya dengan setiap manajer yang harus selalu
mengamati segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sehingga apa yang
terjadi tidak lagi dipandang sebagai pendadakan.
5) Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung jawabnya melakukan
pengawasan
Para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna. Dengan sifat dasar
ketidaksempurnaan ini para pelaksana kegiatan tidak akan luput dari
kemungkinan berbuat khilaf bahkan juga berbuat kesalahan, sehingga setiap saat
perlu pengawasan dan bimbingan. Penyimpangan dan pemborosan belum tentu
terjadi karena kesengajaan, terjadi ada faktor lainnya yang menjadi penyebabnya
antara lain kekurangan ketrampilan, kurang pengetahuandan faktor lain yang
sejenis, sehingga perlu bimbingan serta pengawasan setiap saat.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian /
pengontrolan meliputi:
a) Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b) Melakukan pengukuran prestasi kerja
c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart
d) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan
penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu :
1. Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan
rekam medik, pelanggan (internal maupun external).Standart dan indikator
diukur dengan mengunakan cek list.
2. Audit proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar
keperawatan tercapai.Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent,
atau peer review.  Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi. 
3. Audit hasil
Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu.Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan
pasien dan kepuasan.Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi
serta kepuasan.Untuk indikator mutu berupa BOR, angka infeksi nosokomial
dan angka dekubitus.

B. Pelaksanaan Standar dan Ketersediaan (SAK, SOP)


1. Pengertian
Standart Operational Prosedure (SOP) adalah serangkaian instruksi kerja
tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan
administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh
siapa dilakukan.Menurut Tjipto Atmoko, Standart Operasional Prosedur
merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerjapada unit kerja yang bersangkutan.
2. Manfaat Standar Operasional Prosedur
a. sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menyelesaikan tugasnya.
b. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.
d. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
e. Meningkatkan akuntibilitas pelaksanaan tugas.
f. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara
konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan.
g. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi.
h. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai
oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
i. Memberikan informasi dalam upaya peningkatan kompetensi pegawai.
j. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
3. Tujuan Standard Operasional Prosedure (SOP)
a. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai
terkait.
d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan inefisiensi.
4. Fungsi Standarad Operating Prosedure
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak
d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
5. Keuntungan adanya Standard Operating Prosedure (SOP)
a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara
konsisten.
b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa
yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
c. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
C. Teori Pemasangan kembali gelang identitas pasien yang lepas
1. Definisi
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk
membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Keamanan pelayanan
dirumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan
identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada
tahap selanjutnya (WHO, 2007).

Proses identifikasi pasien perlu dilakukan dari sejak awal pasien masuk
rumah sakit yang kemudian identitas tersebut akan selalu dan konfirmasi dalam segala
proses di rumah sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau produk darah
atau sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan. Sebelum
memberikan pengobatan dan tindakan atau prosedur . Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi pasien yang nantinya bisa berakibat fatal jika pasien
menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan kondisi pasien seperti salah
pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan medis.(Depkes RI,
2008).

Pasien di Rumah Sakit umumnya diberikan gelang identitas jika dirawat agar
memudahkan proses identifikasi pasien. Pada saat pemasangan gelang identitas,
pasien akan diberi tahu mengenai manfaat gelang yaitu:

a) Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam


identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit.
b) Mencocokkan identitas pasien yang tercatat dalam rekam medis Rumah Sakit
dengan identitas pasien sebenarnya, sebelum dilakukan proses seperti saat
sebelum memberikan obat, darah atau produk darah, sebelum mengambil darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan, sebelum memberikan pengobatan dan
tindakan / prosedur. Sehingga jika pasien menolak untuk diberi gelang identitas
maka pihak Rumah Sakit akan meminta bukti penolakan pemasangan gelang dan
wajib menjelaskan resiko yang akan timbul jika tidak dipasang gelang. Selain itu
pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang akan dilakukan jika pihak
Rumah Sakit tidak mengkonfirmasi lebih dahulu dengan melihat gelang pasien
dan menanyakan identitas pasien (Kemenkes, 2011).
Identifikasi pasien dilakukan dengan pemberian gelang yang dibedakan menjadi
beberapa warna.Pemakaian Gelang Identitas Pasien Dibedakan Berdasarkan Warna,
diantaranya:

a) Merah muda :  untuk pasien berjenis kelamin perempuan   


b) Biru muda : untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.
c) Merah: untuk pasien alergi obat-obatan.
d) Kuning : untuk pasien dengan risiko jatuh
e) Hijau: untuk pasien alergi latek
f) Ungu: untuk pasien DNR (Do Not Resusitation)
g) Abu-abu : untuk pasien dengan pemasangan bahan radioaktif (kemoterapi)
h) Putih (putih): untuk pasien dengan kondisi jenis kelamin ganda (ambigu)
Prinsip yang harus dijelaskan oleh petugas pada saat identifikasi pasien adalah
dengan menjelaskan manfaat pemasangan gelang, menjelaskan bahaya untuk pasien
yang menolak, melepas dan menutupi gelang serta minta pasien untuk mengingatkan
petugas jika akan melakukan tindakan atau memberikan obat tidak melihat gelang
(KARS, 2012).

Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan untuk


mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam melaksanakan
standar prosedur operasional (SPO) identifikasi pasien tergantung dari perilaku perawat
itu sendiri. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai jika manajer keperawatan
merupakan orang dapat dipercaaya dan dapat memberikan motivasi (Sarwono, 2007).

Lingkup Area :
a. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat
Darurat (IGD), dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur.

b. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan,
dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf
pendukung yang bekerja di rumah sakit.

Prinsip :

a. Semua pasien rawat inap, IGD, dan yang akan menjalani suatu prosedur harus
diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa
perawatannya.
b. Kapanpun dimungkinankan, pasien rawat inap harus menggunakan gelang
pengenal dengan minimal 2 data (nama pasien, tanggal lahir).

c. Tujuan utama tanda pengenal ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya.

d. Tanda pengenal ini digunakan pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.

Prosedur pemasangan :

1) Siapkan gelang identitas pasien pasien sesuai jenis kelamin.

2) Rekatlah label identitas pada gelang.

3) Ucapkan salam

4) Sebut nama dan peran anda

5) Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang identitas kepada pasien

6) Pastikan identitas pasien benar sebelum, pemasangangelang kembali dengan


cara: minta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir atatu bandingkan
wajah pasien dengan foto identitas

7) Pasangkan gelang identitas pada pergelangan tangan kiri pasien

8) Informasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa gelang identitas iniharus
selalu dipakai hingga pasien diperbolehkan pulang.

9) Pemasangan selesai, ucapkan terima kasih dan salam.

2. Kewajiban dan Tanggung Jawab


a. Seluruh staf Rumah Sakit

1) Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien

2) Memastikan identifikasi pasien yang benar ketika pemberian obat, darah, atau
produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.

3) Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien; termasuk hilangnya gelang


pengenal.

b. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)


1) Bertanggungjawab memakaikan gelang pengenal pasien dan memastikan
kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.
2) Memastikan gelang pengenal terpasang dengan baik. Jika terdapat kesalahan
data, gelang pengenal harus diganti, dan bebas coretan.
c. Kepala Instalasi / Kepala Ruang
1) Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi pasien
dan menerapkannya.
2) Menyelidiki semua insidens salah identifikasi pasien dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insidens
tersebut.
d. Manajer

1) Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik


oleh Kepala Instalasi.

2) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.

Seluruh staf rumah sakit wajib memahami dan menerapkan prosedur


identifikasi pasien. Dan memastikan identifikasi pasien yang benar ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis ; atau pemberian pengobatan serta melaporkan
kejadian salah identifikasi, termasuk hilangnya gelang  identitas.

e. Bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang, meliputi:

1) Petugas mengalami kesulitan dalam proses identifikasi


2) Petugas maupun pasien mempunyai risiko besar terjadinya kesalahan dalam
pemberian pelayanan
3) Dapat menimbulkan peningkatan angka kejadian yang tidakdiharapkan (KTD)
di Rumah Sakit
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.(Edisi 2). Jakarta.
Bhakti Husada
KARS. (2012). Penilaian Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
Kemenkes RI. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia dengan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS). Jakarta

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan :Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 3. Jakarta. Jagakarsa Oktafia, D. (2015). Hubungan Supervisi dan
Motivasi Kepala Ruangan dengan Identifikasi Pasien dalam Penerapanpatient Safety
oleh Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang. Tesis Fakultas Keperawatan.
Universitas Andalas. Padang

WHO., 2007, World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, Geneva

Sukma Helmi & Tulus Hesty. 2015.Redesain Sistem Identitas Pasien sebagai Implementasi
Patient Safety di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 2,
Malang. Di akses pada tanggal 25 November 2017. http://download.portalgaruda.org
PEMASANGAN KEMBALI GELANG IDENTITAS YANG
LEPAS

No. Dokumen : No Revis Halaman :

RS. JIWA DAERAH


03.43.03 02 1 dari 1

SURAKARTA

STANDAR PROSEDUR Tgl. Terbit:


OPERASIONAL
3 oktober 2014

Pengertian : Pemasangan kembali gelang identitas yang lepas adalah


kegiatan pemasangan kembali gelang identitas yang lepas
karena lepas dengan sengaja atau tidak sengaja.

1. Memastikan identifikasi pasien dengan benar


selama pasien dirawat di RS Jiwa Daerah
Surakarta
Tujuan :
2. Menghindari terjadinya kekeliruan dalam
memberikan asuhan keperawatan maupun
tindakan lainnya.

Setiap pasien yang masuk rawat ianap harus


dipasangkan gelang identitas pasien(Perdi RS. Jiwa
Daerah Surakarta Nomor 188/4489.1/11/2015 tanggal
Kebijakan : 2 Nopember 2015, Tentang Perubahan atas Perdir
Nomor : 188/2885.8/08/2014 tanggal 02 Agustus 2014
lampirn 01)

1. Siapkan gelang identitas pasien pasien sesuai


Prosedur
jenis kelamin.
2. Rekatlah label identitas pada gelang.
3. Ucapkan salam
4. Sebut nama dan peran anda
5. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan
gelang identitas kepada pasien
6. Pastikan identitas pasien benar sebelum,
pemasangangelang kembali dengan cara:
minta pasien untuk menyebutkan nama dan
tanggal lahir atatu bandingkan wajah pasien
dengan foto identitas
7. Pasangkan gelang identitas pada pergelangan
tangan kiri pasien
8. Informasikan kepada pasien dan atau
keluarga bahwa gelang identitas ini harus
selalu dipakai hingga pasien diperbolehkan
pulang.
9. Pemasangan selesai, ucapkan terima kasih
dan salam.

Unit Terkait

1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan

Referensi

Panduan Identifikasi Pasien

BAB III
ANALISA MASALAH

A. ANALISA DATA SWOT

Weakness
Aspek Yang Strenght Opportunity Theat
(Kekurangan)
Dikaji (Kelebihan) (Peluang) (Ancaman)

Pemasangan a. Terdapat SPO a. Terdapat a. Angka a. Angka


kembali gelang tentang pasien yang kesalahan/ kesalahan
identitas pasien pemasangan tidak memakai kekeliruandal pemberian
yang lepas kembali gelang gelang am obat/
identitas pasien identitas memberikan asuhan
yang lepas b. Kurangnya obat/ asuhan keperawat
b. Setiap pasien pengawasan keperawatan anmening
yang rawat inap untuk identitas menurun kat
diberikan pasien b. Long of stay b. Kepuasan
gelang identitas c. Belum lebih pendek keluarga
pasien dilakukan c. Kepuasan dan pasien
pemasangan pasien menurun
kembali meningkat c. LOS
gelang d. memastikan meningkat
identitas identifikasi d. BOR
pasien yang pasien meningkat
lepas selama
dirawat di
RSJD
Surakarta
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH

 Observasi : Tidak dilakukan


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 pemasangan kembali
agustus 2018 didapatkan hasil bahwa gelang identitas pasien
terdapat SPO tentang pemasangan gelang yang lepas
identitas pasien yang lepas di ruang nakula
 Wawancara :
KATIM : Berdasarkan wawancara yang
telah dilakukan pada tanggal 3 agustus
2018didapatkan bahwa ada SPO tentang
pemasangan gelang identitas pasien yang
lepas.
PA: berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan pada tanggal 3 agustus 2018
didapatkan bahwa gelang identitas pasien
dilepas lepas oleh pasien karena pasien
merasa gatel atau pasien sering melepas
gelang pada saat mandi
C. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

NO Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. Tidak dilakukan pemasangan  Identifikasi Ketidakpatuhan


kembali gelang identitas pasien pemasangan gelang diruang Nakula .
yang lepas  Menyesuaikan SPOyang terdapat di
ruangan tentang pemasangan kembali
gelang identitas pasien yang lepas
 Sosialisasi untuk penjelasan singkat
tentang definisi, alur
pemberian/pelepasan gelang dan
kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi jika gelang rusak/hilang/lepas
 Mensepakati beberapa ketentuan
yang harus dilakukan pada saat
pelaksanaan pemasangan gelang
identitas
 Mengusulkan media untuk pasien
safety di ruangan
 Mendiskusikan dengan KARU tentang
perlunya tindak lanjut pemasangan
kembali gelang identitas pasien yang
lepas
Methode: cara
pemasangan gelang Man :kurangnya
yang terlalu longgar motivasi perawat
D. DIAGRAMFISHBONE untuk melakukan
atau terlalu ketat pengawasan
pemasangan kembali
gelang identitas
pasien yang lepas
Pasien merasa
tidak nyaman
jika memakai
gelang

Tidak dilakukan
pemasangan kembali
gelang identitas pasien
yang lepas diruang
Nakula
Tidak ada media
tentang pentingnya
gelang identitas
pasien Gelang di pasang
sebelum ke ruang
Nakula oleh
IGD/ ruang
sebelumnya

Environment: diruang
Material : Diruang
Nakula gelang pasien
Nakula sudah terdapat
masih terbatas
SPO tentang
Pengasawan masih pemasangan kembali
kurang ketat gelang identitas pasien
yang lepas, tetapi tidak
berjalan optimal
BAB IV
PLAN OF ACTION

No Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan Dan Alat Tempat Pelaksana

1  Identifikasi Diskusi Karu Pulpen dan buku Nakula Aisah bibi


Ketidakpatuhan
pemasangan gelang
diruang Nakula
 Menyesuaikan Nakula
Buku dan pulpen Aisah bibi
2. SPOyang terdapat di Diskusi Karu
ruangan tentang
pemasangan kembali
gelang identitas pasien
yang lepas
 Menentukan alur Nakula
Buku dan pulpen Aisah bibi
3. pemberian, pemasangan, Diskusi Karu
dan pelepasan gelang
identitas pasien
 Sosialisasi untuk
Pulpen, buku dan media Nakula Aisah bibi
penjelasan singkat tentang Semua
Praktek
4. (materi)
definisi dan kemungkinan- perawat
kemungkinan jika gelang
rusak/hilang/lepas Pulpen dan buku
 Mensepakati
beberapa ketentuan yang
harus dilakukan pada saat
pelaksanaan pemasangan
Semua
kembali gelang identitas
perawat Aisah bibi
5. pasien Diskusi Pulpen dan buku Nakula
 Mendiskusikan
dengan KARU tentang
perlunya tindak lanjut
4. pemasangan kembali
gelang identitas pasien
yang lepas
6.  Membudayakan Karu Aisah bibi

pasien dan perawat untuk Nakula


Diskusi Media banner
melakukan pemasangan
gelang identitas pasien
yang terlepas sesuai
dengan SOP
 Membuat media
(banner) untuk pasien Semua
7. safety petugas Aisah bibi
Nakula
Praktek

Semua
petugas
Aisah bibi
Nakula
Praktik
BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan selama 4 minggu di


NakulaRSJ dr. Arif Zainudin Surakarta, mahasiswa telah menerapkan pengkajian
managemen keperawatan pada fungsi pengawasan dan pengendalian (Controling)
didapatkan masalah pada indikator mutu yaitu pengendalian kesalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan/obat pada pasien (pasien safety).
Selanjutnya mengidentifikasi masalah dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving cycle) sehingga dirumuskan masalah manajemen
keperawatan Kurang Optimalnya pengawasan pemasangan kembali gelang pasien
yang lepas. Kemudian menyusun perencanaan untuk menyelesaikan bersama Karu,
perawat yang terdiri dari diskusi dan membuat media sosialisasi tentang patien
safety. Berikutnya melakukan implementasi sesuai perencanaan bersama karu dan
perawat, dan menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah manajemen
keperawatan pada fungsi controling di Abimanyu RSJ.dr. Arif Zainudin. Dari
implementasi yang telah dilakukan sesuai perencanaan di ruangan didapatkan hasil
bahwa sudah tersedia media banner tentang pasien safety yang telah disetujui oleh
karu dan CI telah disepakati bersama Karu dan telah dilakukan sosialisasi tentang
pemasangan kembali gelang pasien.

2. Rencana Tindak Lanjut


a. Melakukan sosialisasi kepada setiap pasien yang rawat inap untuk tidak
melepaskan atau menghilangkan gelang
b. Melakukan diskusi dengan karu untuk diusulkan media slogan tentang
pentingnya gelang identitas pasien untuk setiap ruangan yang ada di RSJD dr.
Arif Zainudin Surakarta
c. Karu dan Katim diharapkan memberikan motivasi untuk perawat di ruangan
akan pentingnya pemasangan kembali gelang identitas pasien yang lepas
d. Karu dan katim diharapkan dapat melakukan evaluasi pelaksanaan
pemasangan kembali gelang identitas pasien sesuai SOP.
e. Perawat diharapkan dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sosialisasi
pemasangan kembali gelang identitas yang lepas pada pasien dengan
memanfaatkan media yang tersedia di ruangan

Anda mungkin juga menyukai