1. Kehamilan pertama
2. Usia ekstrim
3. Kehamilan multiple
4. Kemiskinan
Diagnosis pre-eklamsi didasarkan atas ditemukannya hipertensi, disertai dengan proteinuri atau
edema, atau keduanya.
Hipertensi
Diastolik >90
Sistolik >140
Tekanan arteri rata-rata >105
Tekanan darah sistolik +2 × tekanan darah diastolik
Kenaikan sistolik 30
Kenaikan diastolik 15
Proteinuri
Lebih dari 300mg dalam 24 jam. Sebagai rumus praktis, protein 2+ pada urinalisis dengan kateter
bersifat diagnostik untuk proteinuri tanpa adanya infeksi saluran kemih. Protein 2+ dalam urin
dengan “dipstick” selalu menimbulkan pertanyaan tentang pre-eklamsi pada ibu hamil. Ini
disebabkan pula oleh kebocoran cairan amnion atau infeksi dalam vagina atau kandung kemih.
Kelainan semacam itu harus selalu diperiksa dengan urinalisis dengan kateter bila penyebabnya tidak
jelas.
Edema
Pembengkakan yang tampak secara klinis (tidak terlalu membantu karena 75% wanita hamil akan
mengalaminya)
Pre-Eklamsi Berat
Ini dapat merupakan penyakit yang gawat dan didiagnosis bila terdapat salah satu tanda berikut :
1. Sistolik >160
2. Diastolik > 110
3. Oliguri ( 500 ml atau kurang dalam 24 jam)
4. Proteinuri sebanyak 5g atau lebih dalam 24 jam (alternatif 3+ atau 4+ dengan “dipstick”
kualitatif selang beberapa jam)
5. Gangguan serebral atau penglihatan (berat)
Banyak orang melakukan lebih banyak tes refleks pada pre-eklamsi. Penting diingat bahwa
ada tidaknya hiper-refleksi sulit dinilai dan tidak berperan dalam diagnosis pre-eklamsi
(kecuali sangat ekstrim). Tetapi klonus dapat tanda yang membahayakan pada penderita
yang telah didiagnosis pada pre-eklamsi. Iritabilitas SSP disertai dengan peninggian resiko
terjadinya kejang tetapi tidak 100% dapat diramaikan.
6. Nyeri epigastrik ( dapat menandai edema hepatik)
7. Edema pulmonal atau sianosis
8. Trombositopeni
9. IUGR