Anda di halaman 1dari 29

MINI RISET

“ PENGARUH FERTILITAS DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DI


DESA BANGUN REJO “

Oleh : Kelompok 3

 Agung Sri Subekti


 Azzahra Putri
 Monica Nainggolan
 Nurwahidah
 Viery Manalu

Dosen Pengampu : Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada pun makalah ini kami
susun, untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Geografi Kependudukan dan Demografi.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang pengelolaan kelas dalam pembelajaran

Kami Mohon maaf jika dalam penulisan atau pembuatan makalah ini banyak
kesalahan,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si selaku dosen mata kuliah
Geografi Kependudukan dan Demografi yang telah membimbing kami, serta pihak yang telah
saya jadikan sebagai refrensi dalam pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun
bagi para pembaca.

Medan, Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................4
A. Kajian Teori..........................................................................................4
B. Penelitian Relavan................................................................................10
C. Kerangka Berfikir.................................................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................14
A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................14
B. Populasi Dan Sampel Penelitian...........................................................14
C. Variable dan Operasional Pnelitian......................................................14
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................15
E. Teknik Analisis Data.............................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................21
BAB V PENUTUP...........................................................................................25
A. Kesimpulan...........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang ada di tenggara benua asia, Indonesia
merupakan negara urutan ke 4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia yakni
sebanyak 261 juta jiwa (sumber BPS, tahun 2017). Sumatera merupakan salah satu pulau
yang dihuni penduduk atau masyarakat Indonesia sebagai tempat tinggal, pulau tersebut
dibagi atas beberapa kawasan batas administrasi provinsi dan kabupaten/kota sebagai
batas administrasi wilayah pemerintahan. Desa Bangun Rejo merupakan salah satu Desa
yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi sumatera
utara dengan luas 6,92 km² dan memilki 8 daerah ( Dusun ) sebagai wilayah administrasi
( BPS, tahun 2018).

Dewasa ini jumlah penduduk semakin meningkat dari tahun ketahun, namun hal
tersebut tidak diimbangi dengan perluasan lahan produktif yang tersedia. Hal tersebut
memicu timbulnya permasalahan di tengah masyarakat, seperti kurangnya lahan pertanian
(bercocok tanam), munculnya kawasan pemukiman kumuh, dan semakin tingginya
kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi yang berlebihan. Itu semua menyebabakan
ketidaknyaman manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.Sedangkan jika
dilihat dari teori kebutuhan hidup manusia menurut Maslow dalam Richardson (1997)
ada 5 hal kebutuhan hidup manusia yakni ; 1. Physical Needs (Kebutuhan-kebutuhan
fisik) Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisi tubuh
seperti pangan, sandang, dan papan. 2. Safety Needs (Kebutuhan-kebutuhan rasa aman)
Kebutuhan ini lebih bersifat psikologi individu dalam kehidupan sehari-hari. Misal:
perlakuan adil, pengakuan hak dan kewajiban, jaminan keamanan.3.Social Needs
(Kebutuhan-kebutuhan sosial) Kebutuhan ini juga cenderung bersifat psikologis dan
sering kali berkaitan dengan kebutuhan lainnya. Misal: diakui sebagai anggota, diajak
berpartisipasi, dan berkunjung ke tetangganya. 4. Esteem Needs (Kebutuhan-kebutuhan
penghargaan) Kebutuhan ini menyangkut prestasi dan prestise individu setelah
melakukan kegiatan. Misal: dihargai, dipuji, dipercaya. 5. Self Actualization (kebutuhan
aktualisasi diri) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari individu dan
kebutuhan ini sekaligus paling sulit dilaksanakan. Misal: mengakui pendapat orang lain,
mengakui kebenaran orang lain, mengakui kesalahan orang lain,dapat menyesuaikan diri
dengan situasi.

1
Semua penjelasan diatas merujuk kedalam kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan
kesejahteraan dalam hidup baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kesejahteraan
meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran. Pengertian sejahtera menurut W.J.S
Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur. Dalam arti lain
jika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka
akan terciptalah kesejahteraan. Namun Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009,
tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Desa Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota medan dengan
letak Geografis 3˚48’ LU dan 98˚78’ BT, dengan jumlah penduduk 14,081 penduduk
terdiri dari 7,106 orang laki-laki serta 6,975 orang wanita dengan tingkat pertumbuhan
penduduk sebesar 1.98 % (BPS 2018).
Sehingga dari hal tersebut menggerakkan tim peneliti untuk meneliti bagaimana
pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraaan masyarakat di Desa Bangun Rejo.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat fertilitas di Desa Bangun Rejo ?
2. Apa saja faktor-faktor dari penyebab peningkatan fertilitas di Desa Bangun Rejo ?
3. Bagiamana tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Bangun Rejo?
4. Bagaimana pengaruh antara fertilitas dan tingkat kesejahteraan peduduk di Desa
Bangun Rejo ?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dibuatakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor peningkatan fertilitas di kecamatan Desa Bangun Rejo
2. Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Bangun Rejo

2
D. Manfaat
Adapun manfaat setelahh dilakukannya penelitian ini adlah sebagi berikut :
1. Media penginformasian mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Bangun
Rejo bagi pemerintah.
2. Refrensi mengenai pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat

3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Teori Kependudukan
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesiaselama
enam bulan atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan
menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas
dan migrasi. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan adalah
pelaksanaan pembangunan itu sendiri, namun demikian penduduk Indonesia menurut
strukturnya berbeda dengan struktur negara yang lebih maju. Struktur penduduk Indonesia
dikatakan masih muda, atau sebagian besar penduduk Indonesia berusia muda. Mengingat
hanya orang dewasa saja yang bisa bekerja, dan pada umumnya dalam suatu keluarga hanya
ada satu yang bekerja berarti bahwa untuk setiap orang yang bekerja harus menanggung
beban hidup dari anggota keluarga dari yang cukup besar. Makin banyak orang yang harus
ditanggung oleh setiap orang yang bekerja makin rendah kesejahteraan penduduk
(Subagiarta, 2006).

Teori Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret


ukursedangakan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini
dimana terdapat permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi
dengan ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yang kurang
menguntungkan jika kita kembali kepada teori Malthus.

Teori Malthus menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan jumlah


penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut deret hitung.
Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya
tampung lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alam tidak mampu
menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk yang terus
bertambah dan makin banyak.

4
Daya dukung tanah sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang
makin banyak. Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar
tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung
lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen,
kelaparan, wabah penyakit dan kematian (Mulyadi, 2008).

2. Teori Fertilitas
a. Definisi fertilitas
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan
banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama bayi
tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain
bernafas, ada denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).

Menurut Kotmanda (2010) yang mengutip pendapat Hatmadji (1981), fertilitas


merupakan kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup. Fertilitas
merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam
pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup.

Fertilitas disebut juga dengan natalitas yang artinya mencakup peranan kelahiranpada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi perubahan jumlah dan komposisi penduduk dalam suatu negara adalah
fertilitas. Mempelajari masalah fertilitas berarti mempelajari tentang suatu tingkah laku
fertilitas. Tingkah laku fertilitas, seperti halnya tingkah laku seorang individu pada umumnya
dengan faktor eksternal meliputi lingkungan dan budaya. Pembahasan mengenai fertilitas
sangat beragam dan telah banyak dilakukan berbagai metode baik kualitatif maupun
kuantitatif yang secara keseluruhan bertujuan menentukan variabel yang berhubungan dengan
tingkah laku fertilitas. Adapun ukuran fertilitas yaitu banyaknya anak lahir hidup yang
merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita (Saleh, 2003).

5
b. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Faktor intrapersonal meliputi:
1. Umur Ibu
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu
dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajatperkembangan
anatomis dan fisiologik sama (Dorland, 2010). Penyebab kematian maternal dari faktor
reproduksi diantaranya adalah maternalage atau usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30
tahun. Kematian maternalpada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2 sampai 5 kalilebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20
sampai 29 tahun.Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35
tahun(Prawirohardjo, 2012).

Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan


karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan
berat lahir kurang. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa
memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya ke janin di dalam rahimnya
(Marmi, 2012). Kehamilan di usia muda atau remaja (di bawah usia 20 tahun) akan
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada
usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil (Prawirohardjo, 2012).

Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerima
tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin
meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Begitu
juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap
kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil
(Prawirohardjo, 2012).
2. Umur menikah
Usia perkawinan pertama juga menjadi faktor yang mempengaruhi fertilitas. Menurut
Wirosuhadjo (2000) sejalan dengan pemikiran bahwa semakin muda seseorang melakukan
perkawinan maka makin panjang masa reproduksinya. Dengan ini dapat diharapkan makin
muda seseorang untuk melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang
dilahirkan, jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas negatif.

6
Dalam masyarakat orang yang menikah memperoleh status baru, dimana status ini
merupakan status sosial yang dianggap paling penting. Seperti yang diketahui bahwa pada
saat seseorang menikah padausia yang relatif lebih muda, maka masa subur atau reproduksi
akan lebih panjang dalam ikatan perkawinan sehingga mempengaruhi peningkatan fertilitas.
3. Penghasilan
Penghasilan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi suatu keputusan seseorang atau
keluarga dalam merencanakan jumlah anak. Hubungan antara fertilitas dengan penghasilan
keluarga menunjukkan bahwa penduduk dari golongan penghasilan yang lebih rendah
mempunyai fertilitas yang relatif tinggi, hampir dapat dikatakan sebagai suatu hukum sosial
ekonomi. Jadi hubungan antara tingkat pendapatan dengan fertilitas adalah negatif
(Lucas,1990).

4. Jumlah anak
Begitupun dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat fertilitas. Keluarga yang memiliki banyak anak akan menyebabkan
meningkatnya jumlah penduduk. Jika jumlah pendudukan terus meningkat maka akan
menyebabkan tingginya tingkat fertilitas. Dengan begitu jumlah anggota keluarga yang
banyak akan mempengaruhi tingkat fertilitas menjadi tinggi (Widiyanti, 1987). Menurut
BKKBN (2015) jumlah anak pada masing-masing PUS dikategorikan atas : a). Sedikit (jlh.
Anak 1), b). Ideal (jlh. Anak 2), c). Banyak ( Jlh. Anak ≥3).

5. Pendidikan Ibu
Selain itu faktor yang mempengaruhi fertilitas diantaranya adalah tingkatpendidikan.
Menurut Todaro (2006) semakin tinggi tingkat pendidikan istri atau wanita cenderung untuk
merencanakan jumlah anak yang semakin sedikit. Keadaan ini menunjukkan bahwa wanita
yang telah mendapatkan pendidikan lebih baik cenderung memperbaiki kualitas anak dengan
cara memperkecil jumlah anak, sehingga akan mempermudah dalam perawatannya,
membimbing dan memberikan pendidikan yang lebih layak.

6. Ibu bekerja
Status ketenagakerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap tingkat fertilitaskarena ibu
yang bekerja umumnya mempunyai tingkat fertilitas lebih rendah dari ibu yangtidak
bekerja.Status ketenagakerjaan merupakan proses penciptaan atau pembentukan nilai-nilai
baru pada unit sumberdaya dan pengubahan atau penambahan nilai pada unit pemenuhan

7
kebutuhan yang ada. Hubungan antara status ketenagakerjaan ibu dengan fertilitas didasarkan
pada pandangan bahwa fungsi dan tugas istri atau ibu dalam banyak hal sering bertentangan
dengan fungsi mereka sebagai pekerja. Berdasarkan hal tersebut maka keikutsertaan ibu di
pasar kerja dianggap sebagai cara untuk mendukung program penurunan tingkat fertilitas
(Saleh, dalam Endru Setia Adi, 2010)

Faktor interpersonal meliputi:


1. Kebebasan diri
Dalam demografi, khususnya kajian fertilitas, wanita berperan penting dalam
menentukan kondisi demografi di Indonesia. Kebebasan diri seorang wanita dalam
menentukan masa kehamilan dan mempunyai anak berpengaruh terhadap tingkat
fertilitas. Jika wanita memiliki kebebasan diri dalam mengambil keputusan untuk
memiliki anak, tentu tingkat fertilitas akan menurun. Namun terkadang faktor dominan
yang menentukan jumlah adalah suami.

2. Kesamaan nilai
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai berpengaruh terhadap tingkat
kelahiran karena nilai dapat mempengaruhi pola berpikir sebuah pasangan tentang nilai
mempunyai anak. Misalnya orang tua yang memiliki pola pikir jika memiliki banyak
anak akan banyak rejeki, tingkat fertilitas akan semakin tinggi. Sedangkan orang tua yang
memiliki pola pikir jika banyak anak akan menambahi beban pengeluaran dan lain
sebagainya, maka tingkat fertilitas akan menurun.

Faktor layanan masyarakat meliputi:


1. Pemakaian alat kontrasepsi
Kontrasepsi adalah metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Ada
berbagai jenis kontrasepsi, masing-masing dengan manfaat dan kekurangannya masing-
masing. Ada yang secara alami, dengan pil KB, dengan kondom pria, suntik KB, implan,
IUD (intrauterine device), kondom wanita, Spermisida, diafragma, Cervical Cap, Koyo
Ortho Evra, cincin vagina, penarikan dan lain sebagainya. Dengan pemakaian alat
kontrasepsi tersebut akan mengurangi tingkat kelahiran.

8
2. Kegagalan alat kontrasepsi
Dari berbagai macam alat kontrasepsi yang telah dipaparkan di atas, semua alat
kontrasepsi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka tidak
heran jika terjadi “kegagalan kontrasepsi”. Kegagalan kontrasepsi adalah suatu keadaan
dimana alat kontrasepsi tidak menjalankan fungsinya sebagai alat untuk mengurangi angka
kelahiran. Contohnya seperti lupa meminum pil kb, kondom yang digunakan sudah
kedaluwarsa atau rusak, menyimpan alat kontrasepsi pada tempat yang tidak seharusnya
karena ada beberapa alat kontrasepsi yang harus disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai,
dan lain sebagainya.

3. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat


Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.Rumah tangga
dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsipengeluaran untuk kebutuhan pokok sebanding
atau lebih rendah dari proporsipengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah
tangga denganproporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan
denganpengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok, dapat dikategorikan sebagai rumahtangga
dengan status kesejahteraan yang masih rendah.

Menurut BKKBN (2010) Tingkat kesejahteraan keluarga dibagi dalam 5 tahapan


yaitu tahap prasejahtera, tahap sejahtera I, tahap sejahtera II, tahap sejahtera III, Dengan
mengacu pada pembangunan keluarga sejahtera, maka kemiskinan atau kurang sejahtera
digambarkan dengan kondisi sebagai berikut:
 Keluarga prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
 Keluarga sejahtera I, adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik
minimum secara minimal namun belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan
psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang menjamin kehidupan yang
layak.

9
 Keluarga sejahtera II, adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhin
kebutuhan dasar kebutuhan psikologis tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan (menabung dan memperoleh informasi).
 Keluarga sejahtera III, adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan pada tahapan keluarga I dan II namun belum dapat memberikan
sumbangan (kontribusi) maksimal terhadap masyarakat dan berperan secara aktif
dalam masyarakat.
 Keluarga Sejahtera III Plus, adalah keluarga-keluarga yang telah mampu memenuhi
semua kebutuhannya baik yang bersifat dasar, psikologis maupun yang bersifat
pengembangan, serta telah dapat pula memebrikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.

B. Penelitian Relevan

Lennaria Sinaga, dkk (2017) dengan judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten
Batanghari). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
fertilitas di perdesaan dengan mengambil kasus Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari. Penelitian menggunakan metode survai dengan sampel adalah wanita
pasangan usia subur di desa penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur
(path analysis). Hasil analisis menemukan bahwa secara simultan pendidikan wanita,
pendapatan keluarga dan usia kawin pertama berpengaruh signifikan terhadap fertilitas.
Secara parsial berdasarkan analisis jalur menunjukkan bahwa a) Usia kawin pertama
berpengaruh signifikan negatif terhadap fertilitas. Semakin tinggi usia kawin pertama, akan
menurunkan tingkat fertilitas; b) Pendidikan wanita berpengaruh signifikan negatif terhadap
fertilitas baik secara langsung maupun tidak langsung melalui usia kawin pertama; c)
Pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap fertilitas baik secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui usia kawin pertama.

Mugia Bayu Raharja (2014) dengan judul: Fertilitas Remaja di Indonesia. Fertilitas
remaja merupakan isu penting dari segi kesehatan dan sosial karena berhubungan dengan
tingkat morbiditas serta mortalitas ibu dan anak.Tujuan penelitian adalah mempelajari faktor-

10
faktor yang memengaruhi fertilitas remaja di Indonesia. Data yang digunakan adalah hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 dengan unit analisis wanita usia subur
yang termasuk dalam kategori usia remaja (15 - 19 tahun). Jumlah sampel sebanyak 6.927
responden. Analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan inferensial menggunakan model
regresi logistik biner. Hasil analisis menunjukkan bahwa satu dari sepuluh remaja wanita
tersebut pernah melahirkan dan atau sedang hamil saat survei dilakukan; sebesar 95,2% dari
remaja yang sudah pernah melahirkan, memiliki satu anak sisanya sebesar 4,8% memiliki dua
atau tiga anak; sebesar 11,1% dari remaja wanita yang pernah kawin, pertama kali kawin
pada usia 10 - 14 tahun. Secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian
fertilitas remaja dengan daerah tempat tinggal, pendidikan, status bekerja, serta tingkat
kesejahteraan keluarga. Wanita berisiko tinggi mengalami fertilitas pada usia remaja adalah
mereka yang tinggal di perdesaan, berpendidikan rendah, tidak bekerja dan berstatus ekonomi
rendah. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian adalah akses ke tingkat pendidikan formal
yang lebih tinggi bagi remaja wanita, penyediaan pelatihan usaha ekonomi kreatif terutama
pada daerah perdesaan, peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi remaja melalui
pendidikan.

Nanda Pratama Satria (2017) dengan judul: Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Tingkat
Kesejahteraan Keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah ada pengaruh jumlah
anak terhadap tingkat kesejahteraan keluarga di Kelurahan Sukarame Bandar Lampung.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random
Samplingyang dilakukan dengan cara undian sehingga setiap kepala keluarga memilki
kesempatan untuk dijadikan sebagai sampel. Hasil penelitiannya yaitu (1)Pada hasil analisis
jumlah anak yang di kategorikan kedalam tiga indikator di Kelurahan Sukarame, di
dominasi oleh keluarga yang memilikianak banyak dengan jumlah 59,8% atau 58
responden dari 97 responden yang jadi target dalam penelitian ini dan sebanyak 24
responden yang memiliki anak sedang, sedangkan sisanya merupakan keluarga yang
memilki anak sedikit dengan total 15 responden atau 15,5%. (2).Pada tahapan
pengkategorian keluarga menurut indicator tingkat kesejahteraan keluarga yang
dilakukan di Kelurahan Sukarame, Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung, dari 97
responden yang menjadi obyek penelitian, didominasi pada indicator tingkat sejahtera
II, dengan jumlah 45,4% atau sebanyak 44 responden, hasil tersebut lebih tinggi dari
indicator keluarga sejahtera III, dengan perolehan sebanyak 40 responden atau 41,2%.
(3). Dari hasil analisis deskriptif jumlah anak atau Fertilitas ibu di Kelurahan Sukarame

11
tergolong sangat bervariasi, dari jumlah anak yang terendah, yaitu satu anak hingga
jumlah anak tertinggi, yaitu tujuh anak dengan rata-rata jumlah anak di Kelurahan ini adalah
sebanyak tiga anak. (4) Ada pun pengaruh antara jumlah anak terhadap tingkat
kesejahteraan keluarga. Dari hasil perhitungan pengaruh antar kedua variabel tersebut
adalah sebesar 0,000 atau 0 persen. Angka tersebut memiliki arti bahwa 0 persen variabilitas
tingkat kesejahteraan keluarga dapat dijelaskan dengan 82variabel jumlah anak.Adapun
sisanya harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luar model
regresi ini. (5) Ada pun hasil korelasi antar variabel menunjukkan bahwa kedua variabel
yang diteliti memiliki hubungan yang positif sebesar 0,020 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,847 > 0,05. Arah positif yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah anak yang dimiliki maka tidak akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
dalam keluarga.

C. Kerangka Berfikir

Tingkat Fertilitas merupakan tingkat tinggi rendahnya kelahiran bayi pada tahun tertentu
yang dipengaruhi oleh 3 Faktor yaitu faktor intrapersonal, faktor interpersonal dan faktor
layanan kesehatan. Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjectif, sehingga
setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan , dan cara hidup
yang berbeda akan memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-faktor tingkat
kesejahteraan (BKKBN 1992, Diacu Oleh Nuryani 2007) serta memiliki 5 indikator tahapan
tingkat kesejahteraan seperti : a. Tahapan keluarga pra sejahtera (KPS), b. Tahapan keluarga
sejahtera I (KS I), c. Tahapan keluarga sejahtera II (KS II),d. Tahapan keluarga sejahtera III
(KS III), dan e. Tahapan keluarga sejahtera III Plus (KS III +),
Berdasarkan uraian tersebut terbentuklah kerangka pemikiran untuk melakukan penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :

12
Bagan Kerangka Pemikiran:

Tingkat Fertilitas

Faktor Intrapersonal:
1. Umur ibu Faktor Intrapersonal: Layanan Kesehatan:
2. Umur menikah 1. Kebebasan diri 1.Pemakaian kontrasepsi
3. Penghasilan 2. Kesamaan nilai 2.Kegagalan kontrasepsi
4. Jumlah anak
5. Pendidikan ibu
6. Ibu bekerja

Tingkat Kesejahteraan

Indikator
Indikator Indikator Indikator Indikator
Keluarga
Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga
Sejahtera III
Prasejahtera Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III
Plus
(KPS ) (KS I) (KS II) (KS III)
(KS III+)

Pengaruh Tingkat Fertilitas terhadap Tingkat Kesejahteraan


Masyarakat di Desa Bangun Rejo

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Bangun Rejo, Adapun yang menjadi alasan
penulis dalam memilih daerah ini disebabkan karena daerah tersebut memiliki tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi ke-6 sekitar 1.98 % (BPS.2018). Sehingga tim, peneliti
merasa perlu untuk melihat bagaimana pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraan
penduduk di Desa Bangun Rejo.
B. Sempel Penelitian
Sedangkan metode pengambilan sampel dengan mengambil data dari Kantor Desa
Bangun Rejo dengan Metode Kuantititif.

C. Variabel dan Operasional Penelitian


Suatu penelitian memerlukan indikator variabel, baik itu variabel terikat yangbersifat
ditentukan (dependen) ataupun variabel bebas yang bersifat menentukan (independen).
Variable terikatberupa Fertilitas dan variable bebasberupa Tingkat Kesejahteraan masyarakat.

1. Fertilitas
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Tingkat fertilitasdapat diukurdenganGeneral
Fertility Rate (GFR) menggunakan rumus
GFR = B/Pf x1000
Keterangan:
B = jumlah kelahiran selama setahun 
Pf=jumlah penduduk wanita (berumur 15-49 tahun), pertengahan tahun 
1.000 =bilangan konstanta
2. Faktor yang mempegaruhi fertilitas
Faktor yang mempengaruhifertilitasialah Faktor-faktor atau variabel-variabel yang
mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas. Adapun faktor tersebut seperti Interpersonal,
Intrapersonal dan Pelayanan Kesehatan.

14
Faktor interpersonal seperti :
 Kebebasan diri
 Kesamaan niat
Faktor intrapersonal seperti :
 Umur ibu
 Umur menikah
 Penghasilan
 Pendidikan ibu
 Ibu bekerja
Faktor Pelayanan Kesehatan seperti :
 Pemakaian alat kontrasepsi
 Kegagalan alat kontrasepsi

3. Tingkat kesejahteraan
Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau
individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan
memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan
(BKKBN 1992, diacu oleh Nuryani 2007).
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu:
a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II)
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS III)
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III +)
Dalam hal ini, kelompok yang dikategorikanpenduduk miskin oleh BKKBN adalah KPS
dan KS‐I.

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun yang menjadi teknik analisis data dalam penelitian ini adalah.
1. Observasi Lapangan dan Data Dokumen

15
Teknik observasi menggunakan lembar observasi dan dokumen yang mengacu pada
indicator keluarga sejahtera menurut BKKBN (2016). Indicator tersebut antara lain:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut pengertian dan kebiasaan masyarakat
setempat, seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan
pokoknya (staple food), atau seperti makan sagu bagi mereka yang
biasa makan sagu dan sebagainya.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian. Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilikan
pakaian yang tidak hanyasatu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai
pakaian yang sama dalamkegiatan hidup yang berbeda-beda. Misalnya pakaian
untuk di rumah (untuktidur atau beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke
sekolah atauuntuk bekerja (ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain
puladengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan perkawinan,
piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik. Pengertian Rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal
keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang layak
ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti Rumah
Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu,
Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat-obatan yang
diproduksi secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi yang
berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi. Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi adalah sarana atau tempat
pelayananKB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai
Pengobatan,Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa dan
sebagainya,yang memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern, seperti
IUD,MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia subur
yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga yang berstatus Pasangan Usia
Subur).

16
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15 tahun dari
keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus mengikuti
wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu
terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat SD atau setingkat
SLTP/sederajat SLTP.
Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator “kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga memiliki 8 indikator dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah kegiatan keluarga
untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran agama/kepercayaan yang
dianut oleh masing-masing keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat
dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh keluarga di rumah, atau di
tempat-tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing-masing
agama/kepercayaan.
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau ikan atau
telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi protein.
Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun.Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas)
yangmerupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari
pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari-hari oleh
masyarakat setempat.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah,
baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar mandi,
paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah penghuni
rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.

17
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.Pengertian keadaan sehat adalah kondisi
kesehatan seseorang dalam keluargayang berada dalam batas-batas normal, sehingga
yang bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus
tinggal di rumah, atau tidakterpaksa absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu
lebih dari 4 hari.Dengan demikian anggota keluarga tersebut dapat melaksanakan
tugas danfungsinya sesuai dengan kedudukan masing-masing di dalam keluarga.
6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilanadalah keluarga yang paling kurang salah seorang anggotanya yang
sudahdewasa memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dari sumber
penghasilan yang dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat memenuhi
kebutuhan minimal sehari hari secara terus-menerus.
7. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin adalah
anggota keluarga yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat membaca
tulisan huruf latin dan sekaligus memahami arti dari kalimat-kalimat dalam
tulisan tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak
mempunyai anggota keluarga berumur 10-60 tahun.
8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.Pengertian Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakanalat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan
UsiaSubur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB dengan menggunakan salah
9. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah upaya
keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing-masing.
Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji atau guru
agama bagi anak-anak, sekolah madrasah bagi anak-anak yang beragama Islam
atau sekolah minggu bagi anak-anak yang beragama Kristen.
10. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung
baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan hewan ternak,

18
sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan
berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
11. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh
anggota keluarga untuk makan bersama-sama, sehingga waktu sebelum atau
sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan yang
dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah
antar seluruh anggota keluarga.
12. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga dalam
kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti
gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK,
kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
13. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/ radio/tv/internet.
Pengertian keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga
untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional,
maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah,
bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media massa
tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang
bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau dimiliki oleh
orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik bersama.
14. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil
untuk kegiatan sosial. Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela
memberikan sumbanganmateriil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki
rasa sosial yangbesar dengan memberikan sumbangan materiil secara teratur (waktu
tertentu)dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan
masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan,
rumah jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun,
Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.

19
15. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat.Pengertian ada anggota keluarga yang aktif
sebagai pengurus perkumpulansosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga
yang memiliki rasa sosialyang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan
moral secara terusmenerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan menjadi
penguruspada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada yayasan,
organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan, kepemudaan, institusi
masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya).

2. Studi Dokumenter
Merupakan kajian terhadap data yang didapatkan dari instasni pemerintah setempat
berupa data kependudukan, tingkat fertilitas, tingkat pertumbuhan, serta peta administrasi
wilayah kecamatan, serta data yang sudah didapatkan digunakan sebagi data sekunder dalam
penelitian ini.

3. Kajian Literature
Merupakan kajian mendalam terhadap artikel, jurnal dan juga buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

E. Teknik Analisis Data


a. Tingkat fertilitas
Tingkat fertilitas dianalisis dengan kalkulasi data lembar observasi tingkat fertilitas dari
wawancara dengan mengunkan pengukuran General Fertility Rate (GFR) menggunakan
rumus GFR = B/Pf x1000.

b. Tingkat kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan dianalisis dengan mengambil data dari Kantor Desa Bangun Rejo
berupa data tabel kesejahteraan Penduduk Tinggkat I, tinggkat II dan tinggkat III+ tingkat
kesejahteraan dari penduduk sekitar.

c. Pengaruh Fertilias Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Bangun Rejo


Analisis pengaruh fertilitas terterhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dilakukan
dengan melihat jumlah anggota dalam setiap satu keluarga.Sehingga didapatkan hasil berupa
pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraan di Desa Bangun Rejo.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ke lapangan dengan mengambil dokumen data Desa Bangun
Rejo sampel yang sampel responden yang sesuai dengan taraf usia wanita produktif yang
didapati dilapangan. Dimana Yang dimaksud dengan wanita produktif adalah wanita dengan
jenjang usia 15 sampai dengan 49 tahun, hal tersebut sesuai dengan pendapat Depkes RI,
Tahun 1993 yang menyatakan “ Wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia 15
samapai 49 tahun dan wanita usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan”.
Adapun data yang didapatkan dilapangan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Fertilitas
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan
banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tanda-tanda kehidupan antara lain
bernafas, ada detak jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).
Adapun data fertilitas di Desa Bangun Rejo dari hasil observasi lapangan adalah di
sajikan dalam bentuk tabel fertilitas (Tabel 1.1.) dibawah ini.

Tabel 1.1. Tabel Fertilitas

Kelompok Umur ( Tahun)


 10-  15-  20-  25-  30-  35-  40-  45-
 0-4  5-9 14 19 24 29 34 39 44 49
 

 1.74  1.50  1.44  1.24  1.23  1.17  1.09


1.690 3 4 3 2 4 8 5  934  766
                   

Tabel 1.2 Tabel Kelahiran Selama 1 Tahun 2018

Laki-laki Perempuan Jumlah

47 41 88

21
Dilihat dari tabel tersebut dapat diketahui fertilitas yang ada dari data yang ada, Sehingga
didapatkanlah hasil perhitungan GFR di Desa Bangun Rejo adalah 11,150 jiwa (Rendah).
Artinya,tinggkat kelahiran di Desa Bangun Rejo Tergolong Rendah.

2. Tingkat Kesejahteraan
Dalam istilah umum, sejahtera menuju keadaan yang baik, kondisi manusia dimana
orang-orangnya dalam keadaaan makmur dan dalam keadaan sehat dan damai (Wikiepedia).
Hal tersebut sejalan Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penentu seseorang atau sekelompok manusia


dikatakan sejahtera apabila seseorang atau sekelompok orang tersebut dapat memenuhi
kebutuhan material, spiritual, dan sosialnya. Hal tersebut dapat diukur dengan indikator
kesejahteraan menurut BKKBN (2010) yang dimana membagi 5 kategori tingkat
kesejahteraan dengan indikatornya.

Merujuk ke dalam pengkategorian kesejahteraan menurut BKKBN di dapatakan hasil


tingkat kesejahteraa masyarakat di kecamatan medan marelan seperti dibawah ini ;

Tabel 1.3. Tingkat Kesejahteraan


KATEGORI JUMLAH
Pra Sejahtera / Keluarga Sejahtera I (KS I) 247
Keluarga Sejahtera II (KS II) 1386
Keluarga Sejahtera III (KS III) 965
Keluarga Sejahtera III Plus (KS III+) 2881

Dilihat dari tabel Tingkat kesejahteraa hasil kalkulasi observasi lapangan di kecamatan
medan marelan didapatkan bahwa kesejahteraan masyarakat di Desa Bangun Rejo lebih
condong atau dominan kedalam kategori keluarga sejahtera III+Plus hal tersebut dapat dilihat
dari jumlah 2.881 Keluarga.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Bangun Rejo rata-rata telah
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya serta kebutuhan sosial dan psikologis (Pra Sejahtera

22
dan Keluarga Sejahtera I), seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan,
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal.
Dan masyarakat di Desa Bangun Rejo sudah dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
seperti menabung dan memperoleh informasi (Keluarga Sejahtera II). Namun Masyarakat
Desa Bangun Rejo belum dapat memberikan sumbangan (Kontribusi) maksimal terhadap
masyarakat dan berperan secara aktif dalam masyarakat.

3. Pengaruh Tingkat Fertilitas Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Yang


Berdasarkan Jenis Pekerjaan Penduduk
Tinggkat kesejahteraan penduduk di desa bangun rejo terlihat dari jumlah penduduk yang
bekerja
Tabel 1.4 ( Jenis Pekerjaan Penduduk )
PNS/TNI/ Pertanian Perdaganga Angkutan Industri Jasa Jumlah
POLRI n Rumah Masyarakat
Tangga

6 2.118 1.440 12 325 2.595 6,496

Pengaruh kelahiran atau Fertilitas penduduk 11,150 yang termasuk kedalam golongan
Redah dapat dilihat dari tingkat penduduk yang bekerja pada umumnya masyarakat desa
bangun rejo masih banyak bekerja di bidang jasa ( Kuli Bangunan, Penjahit, Penjaga Toko ),
karena Jenis pekerjaan dalam bidang Jasa lebih tinggi dan dapat mempengaruhi penghasilan
serta kelahiran anak. Dari data yang kami dapat dari Kantor desa bangun rejo rata-rata jumlah
anggota keluarga sebanyak 4 Orang ( Terdiri 2 orang anak berserta ibu dan bapak ).

Tabel 1.5 ( Jumlah Anggota Keluarga )


Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-rata Anggota
Keluarga

14.081 3.520 4

Kesimpulan: Ada pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraan di Desa Bangun


Rejo

23
Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah adanya pengaruh tingkat
fertilitas terhadap kesejahteraan masyarakat di Desa Bangun Rejo. Dengan demikian, perlu
diadakan kegiatan berupa arahan dan bimbingan terhadap masyarakat di kecamatan ini
tentang adanya hubungan/pengaruh tingkat fertilitas dengan kesejahteraan keluarga, terlebih
kepada Pasangan Usia Subur (PUS). Dengan adanya arahan dan bimbingan tersebut
(terutama dari BKKBN), dapat membuat angka pertumbuhan dan tingkat kelahiran yang
tidak begitu tinggi sehingga tingkat kesejahteraan di Desa Bangun Rejo dapat lebih baik lagi.
Semakin banyak anggota keluarga, maka akan semakin banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan inilah yang menjadi tolak ukur suatu keluarga
dikatakan sejahtera atau tidak.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

24
Kesimpulannya adalah bahwa fertilitas menentukan pertumbuhan penduduk yang
berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu pendidikan sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kelahiran, yang kemudian tinggi rendahnya
tingkat kelahiran sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Karena kelahiran yang
tinggi dalam suatu keluarga tentu akan menjadi tolak ukur tingkat kesejahteraan, karena jika
dalam suatu keluarga mampu mengatur dan merencanakan kelahiran kemungkinan besar
keluarga tersebut akan memiliki keluarga kecil dengan jumlah anak yang sedikit yang
nantinya kebutuhan keluarga mampu terpenuhi. Sebaliknya jika suatu keluarga memiliki anak
dengan jumlahyang relatif banyak, maka kebutuhan yang akan dipenuhi akan semakin
banyak pula. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan inilah yang menjadi tolak ukur suatu
keluarga dikatakan sejahtera atau tidak
.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap pengaruh fertilitas terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat di Desa Bangun Rejo sebagai berikut:
1. Diperlukan adanya arahan dan bimbingan tentang pelaksanaan program KB untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membatasi jumlah anak dalam satu
keluarga di Desa Bangun Rejo.
2. Upaya untuk mencapai kualitas anak yang baik sangat diperlukan peningkatan
pendidikan untuk wanita sebagai calon ibu dan peranannya dalam rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

25
 BKKBN. 1997. Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga. Kantor Menteri Negara
dan Kependudukan/BKKBN Jakarta
 BPS Kecamatan Tanjung Morawa 2017
 BPS. 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat (People Walfare Indicators). BPS. Jakarta
 Lennaria, Sinaga, dkk (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di
perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten
Batanghari). Fakultas Ekonomi: Univ. Jambi (Skripsi)
 Satria Pratama Nanda . 2017. Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Keluarga (Studi Kelurahan. Sukarame, Kecamatan. Sukarame, Bandarlampung).
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Lampung (Skripsi)
 Dokumen Desa Bangun Rejo

26

Anda mungkin juga menyukai