Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN FIELD TRIP

………………………………………………………….

TAHUN 2019

DISUSUN OLEH:

Nama : Nabil Raihan Rabbani


Kelas : X IPA 1
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMAN 7 KOTA TANGERANG SELATAN


Villa Melati Mas Blok , Serpong Utara15326 Telp. 021-5388818 Fax. 021-53153677
Email:s
eman7tangsel@yahoo.com

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN FIELD TRIP

…………………………………………………………………..

14 November 2019

Ketua Pelaksana Guru Mapel

(…………………) (…………………..)

Mengetahui

(………………………….)

Wali Kelas X IPA 1


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
LAPORAN FIEL TRIP.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Serpong Utara, 16 November 2019


Penulis

(Nabil Raihan Rabbni)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Pengamatan
2.2 Bahan dan Alat
2.3 Metode Penelitian
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Musium Abri
3.1.1 Kondisi Umum
3.1.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan
3.1.3 Dinamika Ekologis, Sosial-Budaya Ekonomi Laskap
3.1.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan
3.2 PT. Tomkins
3.2.1 Kondisi Umum
3.1.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan
3.1.3 Dinamika Ekologis, Sosial-Budaya Ekonomi Laskap
3.1.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan
3.3 Pabrik The
3.1.1 Kondisu Umum
3.1.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan
3.1.3 Dinamika Ekologis, Sosial-Budaya Ekonomi Laskap
3.1.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
4.3 Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Field trip adalah studi lapangan yang dilakukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan
belajar yang terjadi atau dilaksanakan diluar sekolah. artinya, field trip ini merupakan
kunjungan wisata atau kunjungan yang dapat menunjang pengetahuan anak melalui
pembelajaran diluar kelas dengan mendatangi beberapa destinasi yang telah ditentukan.

kegiatan field trip ini bukan hanya sekedar kegiatan dimana anak hanya asyik bermain diluar
lingkungan sekolah, namun anak tetap bisa kita ajak untuk belajar. semisal, ketika itu tema
pembelajaran binatang, didalam kelas guru sudah menjelaskan berbagai jenis binatang.
dengan adanya field trip, guru bisa mengajak anak untuk pergi ke kebun binatang.

Disana anak dapat secara langsung melihat bagaiman bentuk binatang yang selama ini
gurunya jelaskan, sehingga anak tidak hanya melihat binatang melalui gambar. anak akan
merasa senang, karena merasa dirinya sedang bertamasya dan bermain, namun tanpa
disadari, anak juga sedang belajar.

Tujuan

Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya

Siswa dapat turut menghayati tugas pekejaan milik seseorang

Mereka dapat bertanya jawab, sehingga mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya
dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum

Mereka bisa melihat, mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar
nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Pengamatan


Untuk tempat dilakasanakan di tiga tempat dan dilaksanakan selama dua hari:
• PUSDIKAV TNI : jam 9.00, tanggal 14 november 2019
• Pabrik sepatu Tomkins : jam 13.00, tangaal 14 november 2019 • Pabrik
teh : jam 8.30, tanggal 15 november 2019 2.2 Bahan dan Alat a. Bahan
Tempat-tempat yang dikunjungin selama 2 hari
b. Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan pengamanmtan adalah handphone, catatan yang
ada di handphone, dan dari kamera handphone

2.4 Metode Penelitian


Metode penelitiannya dengan cara seminar, bertanya kepada orang yg bersangkutan,
melihat secara langsung, dan memfoto menggunakan hanphone
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Musium Abri

3.1.1 Kondisi Umum


Latar belakang terbentuknya Pusat pendidikan Kavaleri tidak terlepas dari sejarah
perjalanan panjang kelahiran korps Kavaleri TNI AD, dimana pada tanggal 26 Juli
1950 di Bandung, Letkol KGPH Soerjo Soejarwo mengambil alih secara simbolis
dari
KNIL diantaranya adalah Opledings Centrum Der Pantser Troepenâ dan empat
Eskuadron Vechtwagens yang berada di Bandung, Padalarang, Magelang, dan
Palembang. Dengan kendaraan lapis baja sisa Perang Dunia II (eks KNIL ).
Opledings Centrum Der Pantser Troepen ini kemudian berkembang menjadi Lembaga
Pendidikan Kavaleri TNI AD, yang kemudian disebut Pusat Pendidikan Pasukan
Berlapis Baja ( P-3 B-2 ) berkedudukan di Bandung dibawah Pasukan Berlapis Baja
disingkat PBB.

Bersamaan dengan disempurnakannya organisasi Pasukan Berlapis baja menjadi


inspektorat Kavaleri sesuai instruksi Kasad No. 38 / Kasad / Inst/ 1952 tanggal 21
Maret 1952, organisasi Pasukan Berlapis Baja disempurnakan menjadi inspektorat
Kavaleri, kemudian Pusat Pendidikan Pasukan Berlapis Baja ( P-3 B-2) dirubah
menjadi Pusat Pendidikan Kavaleri ( P.P.Kav ).

Berdasarkan surat keputusan Danpus-kav TNI AD No. KPTS /37/IV 1960 tanggal 1
April 1960, dibentuk detasemen sebagai persiapan pembentukan Resimen Kavaleri
Mekanis dan pada tanggal 21 Mei 1960 secara resmi berdiri Rin-kavnis di Puskav
yang berkedudukan di Purabaya, Padalarang.

3.1.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan


Gedung Pusdikkav adalah salah satu gedung yang berada di lingkungan Pusat
Pendidikan Kavaleri (Pusdikav), dan juga terdapat musium disana

3.1.3 Dinamika Ekologis, Sosial Budaya Ekonomi Laskap

Pendekatan terhadap system kegiatan ini sebenarnya sangat banyak macam dan
faktornya, namun pada pembahasan ini ditekankan pada aspek pola tata guna lahan
dalam suatu kota. Keterkaitan antara system kegiatan (model tata guna lahan) dengan
system transportasi dapat dilihat bahwa perencanaan transportasi untuk masa yang
akan datang selalu dimulai dari perubahan dan perkembangan tata guna lahan. Oleh
sebab itu, penting untuk mengetahui perencanaan tata guna lahan dalam
merencanakan system angkutan. Tata guna tanah/lahan perkotaan adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menunjukkan pembagian dalam ruang dari peran kota;
kawasan tempat tinggal, kawasan tempat kerja, kawasan tempat rekreasi dst. Pola
distribusi kegiatan guna lahan pada saat sekarang sangat tidak teratur diakibatkan
banyaknya rencana kota yang diabaikan karena alasan ekonomi. Faktor determinan
yang mempengaruhi Guna lahan
3.1.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan
Meciptakan prajurit TNI baru, Pusat Pendidikan Kavaleri biasa disingkat (Pusdikav)
merupakan lembah kawah candra dimuka bagi prajurit Kavaleri TNI AD, Pusdikav
berada di bawah jajaran Pusat Kesenjataan Kavaleri, Kodiklat TNI AD. Satuan
kavaleri merupakan satuan lapis baja dan berkuda yang dikenal dengan "TRI DAYA
CAKTI" yaitu Daya Gerak, Daya Kejut dan Daya Tembak atau juga dikenal juga
dengan si Baret Hitam nya

3.2 PT. Tomkins

3.2.1 Kondisi Umum


PT Primarindo Asia Infrastructure, Tbk yang merupakan produsen sepatu
dengan merek TOMKIN’S. Perseroan ini didirikan pertama kali pada tahun 1988
dengan nama PT Bintang Kharisma. Pada awalnya perseroan ini berdiri dengan
status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Namun demikian seiring
dengan berjalannya waktu, pada tahun 1994, perseroan telah mencatatkan dan
menjual sahamnya pada Bursa Efek Jakarta, serta berganti nama menjadi PT
Bintang Kharisma, Tbk.
Seiring semakin berkembangnya perseoran tersebut dimana pasar yang dituju
juga semakin luas, bukan hanya di dalam negeri melainkan juga sampai pasar luar
negeri, maka pada tahun 1997 PT Bintang Kharisma, Tbk berubah nama menjadi
PT Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Dengan perubahan nama tersebut
diharapkan perseroan mampu bersaing dengan para pesaing yang ada saat itu.

3.2.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan


PT Primarindo Asia Infrastructure, Tbk merupakan perusahaan yang
memproduksi alas kaki yang meliputi produksi dan pemasaran sepatu
sports/casual baik untuk pasar lokal maupun internasional. Saat ini PT Primarindo
Asia Infrastructure, Tbk berkantor pusat di Gedung Dana Pensiun, Bank Mandiri
Lantai 3A, Jalan Tanjung Karang, No. 3-4 A, Jakarta. Adapun produksinya beralamat
di Jl. Raya Ranca Bolang No. 98, Gedebage, Bandung, Jawa Barat.

3.2.3 Dinamika Ekologis, Sosial-Budaya Ekonomi Laskap


Warna produk yang terlihat pada foto produk yang tersedia dalam website ini sudah
diusahakan seakurat mungkin dengan warna produk yang sebenarnya. Namun, kami
tidak bisa menjamin 100% warna yang Anda lihat dalam monitor Anda sama dengan
warna foto produk asli kami karena banyaknya faktor eksternal yang mempengaruhi
warna foto pada monitor Anda, seperti pengaturan warna dan tema monitor Anda,
yang di luar jangkauan pengendalian kami.Setiap konten atau promosi yang
dijelaskan atau diposting di website ini masing-masing diatur sesuai dengan peraturan
dalam acara promosi tersebut Sewaktu-waktu kami mungkin mengadakan acara
promosi dan membagikan voucher dengan ketentuan promosi dan kode voucher yang
berbeda-beda. Anda bertanggung jawab atas keamanan dan kerahasiaan penggunaan
kode tersebut.3.2.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan
Produk yang dijual Perseroan di pasar lokal adalah sepatu dengan merk “Tomkins”,
yang merupakan sepatu jenis casual dengan penekanan pada jenis sepatu sekolah.
Merk sepatu ekspor yang pernah diproduksi oleh Perseroan antara lain adalah:

Reebok, Fila, Wilson, Puma, LA Gear, Osh Kosh B’Gosh, AIX Aggio, Umbro,
Diadora, Polo, Lonsdale, Karrimor, Docker, Geox, Everlast, dan lain-lain.

Dalam melakukan penjualan ekspor, Perseroan bekerjasama dengan


pembeli/distributor dari luar negeri, dengan tujuan ekspor terutama ke wilayah Eropa.
Perusahaan terbuka untuk bekerjasama dengan pembeli lain untuk penjualan ekspor,
sepanjang kerjasama yang dijalin saling menguntungkan.

3.3 Parik The

3.3.1 Kondisi Umum

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari
perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan
kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama. Antara
tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan
perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain: Inggris, Prancis dan Belgia)
dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup


PPNLama dan PPN-Baru menjadi: PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa
Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN
Kesatuan Jawa Barat V.
Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar
pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN
Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang
mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka
Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 – 1971, PPN yang ada di Jawa Barat
diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun,
yaitu:

A. PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-perkebunan


eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;
B. PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa perkebunan
eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka
Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;
C. PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa perkebunan
eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka
Tanaman X.

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi Perseroan
Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN Perkebunan
mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT
Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah
manajemen PTP Group Jabar.

Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan
PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

90% saham pemerintah Indonesia di PTPN VIII dialihkan ke PTPN III dan
menjadikan PTPN III sebagai holding BUMN Perkebunan

3.3.2 Struktur Fisik dan Tata Guna Lahan


Dua dari 12 perkebunan teh milik PTPN VIII di Kabupaten Bandung adalah
perkebunan teh Rancabali Ciwidey di Kecamatan Rancabali, Ciwidey, Kabupaten
Bandung berada di ketinggian 1.628 di atas permukaan laut. Suhu di kawasan ini
sekitar 20° celsius. Perkebunan ini merupakan tempat wisata menarik bagi para turis
lokal maupun asing.
3.3.3 Dinamika Ekologis, Sosial-Budaya Ekonomi Laskap

Indonesia merupakan salah satu negara exs jajahan Belanda. Bangsa Belanda datang
ke Indonesia sebelum Perang Dunia ke I, selama menjajah Indonesia Belanda
mendirikan perusahaan Perkebunan kopi dan Perkebunan kina, pada tahun 1915
Bangsa Belanda mulai membudidayakan tanaman teh yang sangat luas arealnya
sehingga produksi the sangat berlimpah maka pada tahun 1920 s/d 1922 Bangsa
Belanda mulailah mendirikan pabrik untuk pengolahan teh di tiap – tiap Perkebunan
yang ada di Jawa Barat tak terkecuali Perkebunan yang ada dii kabupaten Subang
yaitu Pabrik Pengolahan TehTambakan, Kasomalang dan Serengsari.Pada tahun 1934
pabrik teh di daerah Ciater didirikan, dan dioperasikan pada tahun 1937 dengan
kapasitas olah ± 900 ton Teh kering setahun.Pada tahun 1945 Indonesia merdeka
terbebas dari segala bentuk penjajahan dan pada sekitar tahun 1950-an Belanda
meninggalkan Indonesia, semua peninggalan Belanda diambil alih oleh Inggris salah
satunya perusahaan P&T Land PT (Pamanukan dan Tjiasem Land) yang berkantor
pusat di Kota Subang.Setelah Inggris meninggalkan Indonesia semua asset diambil
oleh Bangsa Indonesia. Awalmula perkebunan dikelola oleh suatu perusahaan yang
diberi nama PTP.XIII, dan sekitar tahun 1979 semua peralatan termasuk mesin-mesin
pengolahan diperbaiki dan dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan jaman.Perkebunan Ciater merupakan salah satu perkebunan yang
banyak menghasilkan produksi.Kerena banyaknya produksi, sehingga proses
pengolahan tidak berjalan dengan baik akibat kapasitas pengolahan waktu itu hanya
sedikit, maka pada tahun 1989 direksi PTP XIII memutuskan untuk membuat pabrik
dengan kapasitas pengolahan yang lebih banyak (± 60-70 ton/hari basah). Pabrik yang
baru dibangun tahun 1990 diatas tanah seluas 20.000 m3 dengan ketinggian dari
permukanan laut ± 1050 Mtr dan suhu rata-rata 18-25ºC mampu bersaing dengan
perkebunan-perkebunan lainnya dan mampu menghasilkan teh jadi yang berkwalitas
baik sehingga terkenal ke mancanegara.Perkebunan Ciater terletak dikaki gunung
Tangkuban Perahu diantara jalan raya Subang Bandung yang mana wilayah bagian
selatan berbatasan dengan kabupaten Bandung terletak di daerah Wates Tangkuban
perahu, batas sebelah utara terletak di kecamatan Serangpanjang antara jalur Jalan
raya Jalancagak dan wanayasa.

3.3.4 Jasa Lanskap yang dihasilkan


Pabriknya bisa mengolah 28 ton pucuk teh basah per hari, atau 6 ton teh kering per
hari. Selain itu, ada pula pabrik pengepakan teh celup yang berkapasitas produk 4 ton
teh celup per bulan. Produknya dipasarkan dengan label Gunung Mas dan
didistribusikan oleh PT Putra Monang Sejati.

Selain memproduksi teh, PT Perkebunan Nusantara VIII juga menjadikan kawasan


Perkebunan Teh Gunung Massebagai kawasan agrowisata.
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di ambil dari kunjungan FELD TRIP adalah:

1. Dengan diadakan Kunjungan Industri seperti ini siswa siswi diharapkan dapat berfikir
maju, kreatif, dan efisien sehingga dapat mengurangi perilaku yang bersifat negatif
misalnya kenakalan remaja karena bakat dan kemampuannya lebih tersalur kepada hal-
hal yang positif yang akan berguna bagi kehidupannya baik sekarang maupun yang akan
datang.

2. Semangat dan kegigihan dalam membuat atau mendirikan usaha itu ternyata sangatlah
penting demi kelangsungan hidup.

3. Siswa juga di ajari disiplin saat berada di pusdikkav

4.2 Saran
a. Kegiatan seharusnya di pandu oleh perwakilan tempat tersebut agar siswa lebih
paham lagi tentang tempat tempat yang di kunjungi
b.       Diharapkan agenda program Fiel Trip ini tetap berjalan setiap tahunnya.
c. Kegiatan sebaik nya di adakn games games menarik agar tidak
d. Bisa membawa wawasan ilmu pengetahuan di luar sekolah
4.3 Pustaka
Nabil Raihan Rabbni. 2019. https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/linistianah/5bcdc343aeebe173c
95f3536/manfaat-field-trip-bagi-anak-lalu-mengapa-harus-field-trip?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15738922998665&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Flinistianah
%2F5bcdc343aeebe173c95f3536%2Fmanfaat-field-trip-bagi-anak-lalu-mengapa-harus-
field-trip. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pusat_Pendidikan_Kavaleri.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkebunan_Nusantara_VIII.
http://www.primarindo.co.id/about/informasi-umum.html. Tangerang selatan

Anda mungkin juga menyukai