Anda di halaman 1dari 13

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR


DAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI SEKOLAH DASAR

Ike Nurmayanti
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, (nurmayanti.ike@gmail.com)

Suryanti
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Penerapan model pembelajaran yang digunakan guru di dalam kelas menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi
experimental dengan desain nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu tes dan observasi. Analisis data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk persentase,
sedangkan data hasil tes dianalisis menggunakan teknik uji t-test. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh penghitungan pada hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa masing-
masing menghasilkan thitung > ttabel yang berarti bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa.
Kata Kunci: model pembelajaran inkuiri, hasil belajar, keterampilan pemecahan masalah.

Abstract
The teaching model used by teacher is a factor affecting students’ low score and ability on problem
solving. The aim of this study is to describe the effectiveness of the implementation of inquiry teaching
model toward the result of students’ learning and problem solving skill. This study is a quasi-experimental
research with nonequivalent control group design. The data collection techniques used are tests and
observations. Observed result data analysis is presented in the form of a percentage, while the test data
are analyzed using t-test technique. Based on the research conducted, the calculation of students’ learning
result and problem solving is t calculation > ttable which means that inquiry teaching model provides significant
impact towards the students’ learning result and problem solving.
Keywords: inquiry teaching model, learning result, problem solving skill.

PENDAHULUAN konteks, dan bermakna maka diperlukan waktu, keahlian,


BSNP (2006:161-162) mengemukakan IPA merupakan sarana, dan prasarana yang mendukung kegiatan
mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk memiliki
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pelajaran kemampuan, keahlian, dan kreativitas yang tinggi agar
IPA di SD bukan hanya memiliki tujuan agar siswa dapat pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
menguasai pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- Penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan juga harus mendukung proses pembelajaran agar suasana
proses penemuan. Salah satu tujuan pembelajaran IPA di dalam kelas menjadi lebih hidup.
adalah mengembangkan keterampilan proses untuk Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan pengamatan dan tes awal pada tanggal 31 Januari 2015 di
membuat keputusan. SDN Cangkir Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk pada kelas V, dijumpai bahwa hasil belajar dan hasil tes
membantu manusia memenuhi kebutuhannya melalui keterampilan pemecahan masalah siswa masih rendah.
pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi, untuk itu Dari hasil tes yang diberikan tersebut, dapat dilihat bahwa
siswa perlu dibekali keterampilan-keterampilan yang masih ada hasil belajar kognitif dan keterampilan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu pemecahan masalah siswa yang berada di bawah Kriteria
keterampilan yang diperlukan siswa adalah keterampilan Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata pelajaran IPA
pemecahan masalah yang berguna untuk menemukan yang ditetapkan di kelas V adalah sebesar 67.
suatu konsep baru bagi siswa. Untuk melakukan kegiatan Permendiknas No. 23 tahun 2006 (2006:342), menyatakan
pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, sesuai salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan

2130
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Pendidikan (SKL-SP) adalah menunjukkan kemampuan suatu masalah. Adapun sintaks dan tingkah laku guru
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari- dalam model belajar melalui penemuan adalah sebagai
hari. Keterampilan pemecahan masalah adalah salah satu berikut (Suryanti dkk. 2008:23).
keterampilan yang sangat diperlukan oleh siswa karena
keterampilan tersebut berguna bagi kehidupan sehari-hari Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri
siswa untuk mengkritisi sebuah fenomena yang ada. Tahap Tingkah Laku Guru
Pembelajaran IPA yang dilaksanakan guru di dalam kelas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-
Observasi untuk kejadian atau fenomena yang
rendahnya hasil belajar dan keterampilan pemecahan
menemukan memungkinkan siswa
masalah siswa karena guru tidak menggunakan model masalah menemukan masalah.
pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran yang
digunakan guru di dalam kelas sangat menentukan Tahap 2 Guru membimbing siswa
bagaimana aktivitas siswa di dalam kelas. Merumuskan merumuskan masalah penelitian
Menurut Julianto dkk. (2011:1) model pembelajaran masalah berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikan.
disebut sebagai bungkus atau bingkai dari suatu
pendekatan, strategi, metode, teknik, serta taktik dalam Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk
proses pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut Joyce Mengajukan mengajukan hipotesis terhadap
(dalam Trianto 2007:5) model pembelajaran adalah suatu hipotesis masalah yang telah
dirumuskannya.
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk
Dari permasalahan di atas, perlu dicari suatu alternatif Merencanakan merencanakan pemecahan
untuk proses pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah, membantu menyiapkan
masalah (melalui alat dan bahan yang diperlukan
kegiatan siswa agar mereka terlihat aktif pada saat
eksperimen atau dan menyusun prosedur kerja
pembelajaran berlangsung. Salah satunya yaitu dengan cara lain) yang tepat.
menerapkan model pembelajaran inkuiri yang membantu
kemampuan siswa dalam berpikir untuk memecahkan Tahap 5 Selama siswa bekerja guru
suatu masalah. BSNP (2006:161) menyatakan Melaksanakan membimbing dan memfasilitasi.
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri eksperimen (atau
cara pemecahan
ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
masalah yang lain)
dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai
aspek kecakapan hidup. Depdikbud, 1997; NRC, 2000
(dalam Julianto, 2011:90) disebutkan bahwa inkuiri Tahap 6 Guru membantu siswa
merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan- Melakukan melakukan pengamatan tentang
kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang pengamatan dan hal-hal yang penting dan
pengumpulan data membantu mengumpulkan dan
relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi
mengorganisasikan data.
lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau
investigasi, mereview apa yang telah diketahui, Tahap 7 Guru membantu siswa
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan Analisis data menganalisis data supaya
menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis menemukan sesuatu konsep.
dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan Tahap 8 Guru membimbing siswa
mengkomunikasikan hasilnya. Tujuan penggunaan model Penarikan mengambil kesimpulan
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan kesimpulan atau berdasarkan data dan
penemuan menemukan sendiri konsep yang
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Sehingga
ingin ditanamkan.
dalam pembelajaran inkuiri, siswa tidak hanya dituntut
agar menguasai pelajaran, melainkan juga bisa
menggunakan potensi yang dimilikinya.Dalam METODE
menerapkan model pembelajaran inkuiri, disini siswa Penelitian ini termasuk dalam penelitian yang
masih perlu mendapatkan bimbingan karena siswa belum menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain eksperimen
berpengalaman dalam belajar menggunakan model pada penelitian ini adalah tipe quasi experimental design.
pembelajaran inuiri. Guru berperan aktif untuk Salah satu ciri yang dimiliki quasi experimental design
memberikan petunjuk-petunjuk atau pertanyaan- adalah tidak adanya pemilihan secara random dalam
pertanyaan yang membingbing siswa dalam memecahkan menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2131
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

Penelitian ini akan menggunakan dua kelas yang 2. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran
berfungsi sebagai kelompok eksperimen dan kelompok inkuiri
kontrol. Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran
menggunakan Quasi Experimental dengan desain inkuiri pada mata pelajaran IPA di kelas V.
Nonequivalent Control Group Design. Desain Keterlaksanaan model pembelajaran meliputi aktivitas
Nonequivalent Control Group mempunyai dua langkah guru dan siswa. Aktivitas guru yang akan diamati
yaitu adanya penggunaan pre test dan post test. Sugiyono yaitu pada tahap guru melakukan orientasi,
(2012:79) mengemukakan desain Nonequivalent Control merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
Group Design menggunakan pre test dan post test. mengumpulkan data dan analisis, menguji hipotesis,
Menurut Darmadi (2011:202), penelitian ini memiliki pola dan merumuskan masalah. Aktivitas siswa yang akan
sebagai berikut: diamati yaitu pada kegiatan siswa saat membaca
O11O2 (mencari informasi), merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, melakukan percobaan atau
O1X2O2 eksperimen, melakukan pengamatan, menganalisis
data, dan menarik kesimpulan.
Gambar 1. Pola Nonequivalent Control Group Design 3. Validitas Instrumen
Pada penelitian ini, digunakan validitas isi.
Keterangan: Validitas isi dapat dilakukan dengan melakukan
O1: tes awal (pre-test) perbandingan antara isi instrumen dengan materi
O2: tes akhir (post-test) pelajaran yang telah diajarkan. Validitas isi pada
1: perlakuan (treatment) 1, yaitu pembelajaran IPA umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli.
menggunakan penerapan model pembelajaran Namun untuk mendapatkan instrumen yang empiris
inkuiri. dan valid maka instrumen tersebut harus diujikan
X2: perlakuan (treatment) 2, yaitu pembelajaran IPA kepada siswa juga. Siswa yang digunakan untuk
menggunakan penerapan model pembelajaran ujicoba instrumen adalah bukan merupakan sampel
kooperatif. penelitian. Rumus yang akan digunakan untuk
mencari nilai validitas pada penelitian ini adalah
Peneliti melakukan pre test untuk mengetahui sejauh korelasi momen produk (product moment) atau
mana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Sedangkan metode Pearson yang diberi notasi “r”:
post test dilakukan oleh peneliti setelah subyek menerima
perlakuan. Post test ini bertujuan untuk mengetahui
( ∑ X )( ∑ Y )
adanya pengaruh perlakuan yang diberikan peneliti ∑ XY − N
kepada subyek. r= 2 2
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SDN Cangkir Driyorejo Gresik
tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 104 siswa.
[∑ 2
X−
(∑ X )
N ][∑
(Sudjana, 2011:144)
2
Y −
(∑ Y )
N ]
Sampel yang ada dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V Mawar dan V Melati di SDN Cangkir Keterangan:
Driyorejo Gresik dengan jumlah siswa masing-masing r = koefisien r product moment
kelas adalah 36 siswa dan 33 siswa. X = skor tiap butir item
Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data Y = skor total butir item
dalam penelitian ini adalah: N = jumlah individu
1. Tes hasil belajar dan keterampilan pemecahan
masalah Adapun hasil dari uji validitas ahli didapatkan
Dalam penelitian ini soal-soal tes terdiri dari soal bahwa dari 34 soal yang diberikan kepada ahli untuk
10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Soal yang diuji validitasnya diperoleh 18 soal berada pada
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa kategori sangat baik dengan kualitas yang sangat baik,
sebanyak 15 soal yang terdiri dari soal pilihan ganda mudah dipahami, dan sangat sesuai dengan konteks
dan soal uraian sedangkan untuk mengukur hasil penjelasan. 11 soal berada pada kategori baik dengan
keterampilan pemecahan masalah siswa terdiri dari 5 kualitas baik, mudah dipahami, sesuai dengan konteks
soal. penjelasan sedangkan 6 soal pada katogori cukup

2132
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

dengan kualitas baik, sulit dipahami, perlu ri = reliabilitas instrumen


disempurnakan konteks penjelasannya. k = banyaknya butir pertanyaan.
Setelah melakukan uji validitas ke ahli maka
dilanjutkan dengan melakukan uji validitas ke siswa. ∑ s 2i = mean kuadrat kesalahan
Uji validitas yang dilakukan ke siswa adalah st 2 = varians total
menggunakan 29 soal yang terdiri dari 20 soal pilihan Pada penelitian ini uji reliabilitas dihitung
ganda dan 9 soal uraian.Adapun hasil uji validitas menggunakan program SPSS 22 dengan kriteria jika
yang dilakukan ke siswa dengan jumlah 33 siswa rhitung > 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan
yang telah dihitung menggunakan program SPSS 22 reliabel sebaliknya jika r hitung < 0,6 maka instrumen
adalah dari 29 soal yang diujikan validitasnya ke dinyatakan tidak reliabel. Uji reliabilitas hanya
siswa diperoleh 18 soal yang dinyatakan valid. Pada dilakukan pada soal yang dinyatakan valid. Adapun
soal pilihan ganda diperoleh 10 soal yang dinyatakan hasil uji reliabilitas pada soal pilihan ganda dapat
valid sedangkan pada soal uraian diperoleh 8 soal dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:
yang dinyatakan valid. Pengujian signifikan dilakukan Tabel 2: Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
pada taraf 5% (0,344) atau taraf 1% (0,442). Soal
yang dinyatakan valid adalah soal yang apabila Cronbach’s Alpha N of item
diperoleh harga rtabel (5%=0,344) < rhitung > rtabel .642 10
(1%=0,442).
4. Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai
eksternal dan internal. Penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha yang diperoleh dari 10 soal pilihan
reliabilitas internal. Rumus yang digunakan untuk ganda yang telah valid adalah 0,642 > 0,6. Jadi dapat
mencari reliabilitas pada soal pilihan ganda adalah K- dikatakan bahwa soal pilihan ganda yang digunakan
R.21: adalah reliabel atau bisa dikatakan hasilnya tetap
apabila dilakukan tes ulang.
k M ( k−M ) Untuk hasil uji reliabilitas pada soal uraian dapat
r 11 = ( )(
k −1
1−
kV t ) (Arikunto, dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3: Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian
2010:232 Cronbach’s Alpha N of item
Keterangan: .617 8
r 11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai
M = skor rata-rata
Cronbach’s Alpha yang diperoleh dari 8 soal uraian
vt = varians total
yang telah valid adalah 0,617 > 0,6. Jadi dapat
dikatakan bahwa soal uraian yang digunakan adalah
Setelah diketahui harga dari r11 dengan
reliabel atau bisa dikatakan hasilnya tetap apabila
menggunakan rumus K- R.21 di atas maka kaidah
dilakukan tes ulang.
pengambilan keputusan reliabilitas instrumen:
rhitung  rtabel berarti instrumen bisa dikatakan Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
reliabel, sebaliknya penelitian ini adalah sebagai berikut:
rhitung  rtabel berarti instrumen bisa dikatakan tidak 1. Penggunaan Tes
reliabel. Dalam penelitian ini penggunaan tes akan
Untuk melakukan reliabilitas pada soal yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu, pre-test dan post-
berbentuk uraian atau essay maka digunakan rumus test. Pre-tes dilakukan peneliti sebelum memberikan
Alfha Cronbach. Rumus Alfha Cronbach digunakan perlakuan untuk mengetahui keadaan awal subyek
untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya yang akan diteliti. Setelah subyek memperoleh
bukan 1 dan 0. Rumus yang digunakan adalah: perlakuan, maka akan dilakukan post-tes untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan yang
2 diberikan terhadap perubahan hasil belajar dan
∑s
r i= ( ){k
k −1
1− 2 i
st } (Sugiyono, keterampilan pemecahan masalah siswa.
2. Pengunaan Metode Observasi
2013:365) Metode observasi yang dilakukan peneliti yaitu
Keterangan: dengan melakukan pengamatan. Pengamatan

2133
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

dilakukan pada saat pembelajaran di kelas dengan siswa sebelum dan sesudah menerima
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Hal ini pembelajaran (treatment). Sensitivitas digunakan
bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru untuk mengetahui efek atau pengaruh dari suatu
dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pembelajaran. Untuk menghitung sensitivitas
berlangsung. digunakan rumus sebagai berikut:

Beberapa teknik analisis data yang akan digunakan Bss −B sb


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: S= (Kardi, dalam Suraya 2010:8)
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Model Inkuiri T
Rumus yang digunakan untuk menghitung Keterangan:
persentase pelaksanaan pembelajaran dengan S = sensitivitas butir soal.
menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah Bss = jumlah siswa yang menjawab benar
sebagai berikut: pada uji akhir.
Bsb = jumlah siswa yang menjawab benar
pada uji awal.
P=
∑ f 100 % (Indarti, dalam Sucipto 2013:134) T = jumlah seluruh siswa
N Nilai sensitivitas menunjukkan kepekaaan
Keterangan:
suatu butir soal mengukur efek pengajaran.
P = persentase frekuensi aktivitas yang muncul
Menurut Gronlund, indeks sensitivitas (kepekaan)
f = banyaknya aktivitas guru/siswa yang muncul
butir soal berada diantara 0.00 dan 1.00. Semakin
N = jumlah aktivitas keseluruhan
besar positif nilai S untuk suatu butir tes, maka
semakin sensitif butir tes tersebut terhadap
Dengan kriteria sebagai berikut:
pengajaran (Gronlund, dalam Silaban 2005:134).
81% - 100% = Sangat tinggi
Butir soal yang memiliki sensitivitas  0,30
61% - 80% = Tinggi
memiliki kepekaan yang cukup terhadap efek-
41% - 60% = Sedang
efek pembelajaran (Aiken, dalam Silaban
21% - 40% = Rendah
2005:134).
0% - 20% = Sangat rendah
3. Uji Beda
(Riduwan dan Sunarto, dalam Sucipto 2013:45)
a. Uji normalitas
2. Hasil Belajar
Uji normalitas betujuan untuk mengetahui
a. Ketuntasan hasil belajar dan keterampilan
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal
pemecahan masalah
atau tidak karena setiap populasi mempunyai sifat
Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar dan
normal. Uji normalitas dilakukan untuk
keterampilan pemecahan masalah siswa,
memudahkan perhitungan dan analisis data yang
digunakan rumus sebagai berikut:
diperoleh. Pengujian normalitas dari suatu data
dapat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-
P=
∑ x 100 % (Indarti, dalam Sucipto 2013:46) kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
N
Keterangan: ∑(Oi−E i)²
P = persentase χ² = (Sudjana, dalam Purwanto
∑ Ei
x = jumlah siswa yang mencapai KKM
2011:157)
N = banyak siswa
Keterangan:

Dengan kriteria:
O i = frekuensi observasi
81% - 100% = sangat tinggi Ei = frekuensi harapan
61% - 80% = tinggi χ² = chi kuadrat
41% - 60% = sedang Kaidah pengambilan keputusannya sebagai
21% - 40% = rendah berikut:
0% - 20% = sangat rendah Jika X2tabel ≥ X2hitung, maka distribusi data tidak
(Aqib, dalam Sucipto 2013:44-47) normal, dan
b. Sensitivitas Jika X2tabel ≤ X2hitung, maka distribusi data
Sensitivitas adalah ukuran seberapa baik butir dikatakan normal.
soal itu dapat membedakan tingkat kemampuan b. Uji homogenitas

2134
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Homogenitas dilakukan untuk mengetahui Jika : thitung  ttabel maka tidak ada
seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang perbedaan yang signifikan, sebaliknya
diambil dari populasi yang sama. Prosedur yang thitung  ttabel maka ada perbedaan yang
digunakan untuk menguji homogenitas varian signifikan.
dalam kelompok adalah dengan cara menemukan
harga Fmax. Jika nilai F terbukti signifikan artinya HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat perbedaan dan sebaliknya jika tidak Hasil
signifikan berati tidak ada perbedaan (Winarsunu, Hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model
2009:100). Adapun rumus yang digunakan untuk pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar dan
menuji homogenitas varian adalah: keterampilan pemecahan masalah siswa akan diuraikan di
Var . Tertinggi bawah ini. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali
F max=
Var .Terenda h pertemuan. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai
(Winarsunu, 2009:100) berikut:
Keterlaksanaan Pembelajaran
Varian : SD2 = ∑ x 2−¿ ¿ ¿ Untuk mengetahui kemampuan guru (peneliti) dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri maka diperlukan suatu pengamatan
Keterangan:
atau observasi. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh
x = nilai data
data keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
N = jumlah data
pembelajaran inkuiri. Observasi pada penelitian ini
menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
Kaidah pengambilan keputusannya adalah:
aktivitas siswa. Dari hasil observasi yang telah dilakukan,
Jika F hitung  F tabel berarti data tidak secara keseluruhan aktivitas guru selama dua kali
signifikan dan dapat disimpulkan bahwa data pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran
bersifat tidak homogen, sebaliknya inkuiri memperoleh persentase sebesar 80% dengan
Jika F hitung  F tabel berarti data signifikan dan kategori tinggi atau baik. Adapun persentase hasil
dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen. pegamatan terhadap aktivitas guru disetiap aspek dapat
c. Uji T dilihat pada Diagram 1 sebagai berikut.
Statistik parametris yang digunakan untuk 120%
100%
menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel 100% 88% 88% 88%
bila datanya berbentuk interval atau ratio adalah 80% 75% 75% 75%75% 75%
menggunakan rumus t-test (Sugiyono, 2013:121). 60%
Syarat untuk melakukan uji beda adalah data
40%
tersebut harus sudah dikatakan normal dan Pertemuan 1
20%
homogen. Rumus yang digunakan dalam Pertemuan 2
penelitian ini adalah: 0%
x́ 1−x́2
t=
s12 s 22 s s2
√ + −2r 1
n1 n2 √n1 ( )( ) √n2
(Sugiyono, 2013:122)
Diagram 1: Rata-rata Aktivitas Guru

Keterangan:
Keterangan: Aspek 1 = melakukan orientasi masalah.
x́ 1 = rata-rata sampel 1 Aspek 2 = membimbing siswa merumuskan
masalah.
x́ 2 = rata-rata sampel 2 Aspek 3 = membimbing siswa merumuskan
s1 = simpangan baku sampel 1 hipotesis.
Aspek 4 = membimbing siswa mengumpulkan data
s2 = simpangan baku sampel 2 dan analisis.
2 Aspek 5 = membimbing siswa menguji hipotesis.
s1 = varians sampel 1
2 Aspek 6 = membimbing siswa merumuskan
s2 = varians sampel 2 kesimpulan.
r = korelasi antara dua sampel

2135
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

Untuk aktivitas siswa secara keseluruhan memperoleh sensitivitas butir soal. Uji sensitivitas dilakukan untuk
persentase sebesar 81% dengan kategori sangat tinggi atau membedakan tingkat kemampuan siswa sebelum dan
sangat baik. Adapun persentase hasil pegamatan terhadap sesudah menerima pembelajaran (treatment). Adapun
aktivitas siswa disetiap aspek dapat dilihat pada Diagram hasil uji sensitivitas kelas eksperimen dapat dilihat
2 sebagai berikut. pada Diagram 3 sebagai berikut.
120% 1.2 1
100% 100% 100% 1 0.94
100% 88% 88%
75%75% 75% 75% 0.8
80% 0.6 0.48
60% 50% 0.4 0.33 0.33
0.24 0.3
0.240.24 0.3 0.30.33
0.27
0.21
0.21
40% 0.2
Pertemuan 1 0
20%
an an an an
an an an an
0% Pertemuan 2 lg lg ai lg ai ailg lg
pi pi ur pi ur ur
pi pi Sensitivitas
.1 .3 .5 . 3 .7. 5 .9 .1
no l no l no l no l no l no l no l no
o al o a o a o a o a o a o a o a
S S S S S S S S

Diagram 2: Rata-rata Aktivitas Siswa Diagram 3: Hasil Uji Sensitivitas Hasil Belajar Kelas
Eksperimen

Keterangan:
Aspek 1 = membaca.
Aspek 2 = merumuskan masalah. Nilai sensitivitas diperoleh dari jumlah siswa yang
Aspek 3 = mengajukan hipotesis. menjawab benar pada post test (uji akhir) dan
Aspek 4 = melakukan percobaan atau eksperimen. dikurangkan dengan jumlah siswa yang menjawab
Aspek 5 = melakukan pengamatan. benar pada pre test (uji awal) kemudian dibagi dengan
Aspek 6 = menganalisis data. jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil nilai sensitivitas
Aspek 7 = menarik kesimpulan. yang diperoleh kelas eksperimen yaitu sebesar 0,38 
0,3. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal yang
Hasil Belajar Siswa
digunakan dalam tes di kelas eksperimen berada pada
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini mengacu pada
kategori baik atau cukup terhadap efek-efek
hasil tes siswa sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri
b. Kelas kontrol
yang akan dinilai oleh guru (peneliti). Tes yang diberikan
Hasil belajar dari kelas kontrol yang terdiri dari 33
kepada siswa adalah berupa soal-soal yang terdiri dari 10
siswa pada pre test memperoleh persentase ketuntasan
soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Dalam tes hasil
sebesar 12% yang berada pada kategori sangat rendah,
belajar ini, peneliti menggunakan dua kelas sebagai
sampel penelitian. Siswa dinyatakan tuntas apabila nilai dimana terdapat 4 siswa mendapatkan nilai  67 dan
yang diperolehnya telah mencapai KKM yaitu mendapat dinyatakan tuntas sedangkan 29 siswa mendapatkan
nilai < 67 dan dinyatakan tidak tuntas dalam perolehan
nilai  67. Dari tes hasil belajar siswa yang diberikan
hasil belajar. Namun, pada hasil post test memperoleh
diperoleh data sebagai berikut:
persentase ketuntasan sebesar 21% yang berada pada
a. Kelas eksperimen
kategori tinggi, dimana terdapat 7 siswa mendapatkan
Hasil belajar dari kelas eksperimen yang terdiri
dari 33 siswa pada pre test memperoleh persentase nilai  67 dan dinyatakan tuntas sedangkan 26 siswa
ketuntasan sebesar 18% yang berada pada kategori mendapatkan nilai  67 dan dinyatakan tidak tuntas
sangat rendah, dimana terdapat 6 siswa mendapatkan dalam perolehan hasil belajar.
nilai  67 dan dinyatakan tuntas sedangkan 27 siswa Untuk mengukur seberapa baik soal-soal tes yang
mendapatkan nilai < 67 dan dinyatakan tidak tuntas digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan uji
dalam perolehan hasil belajar. Namun, pada hasil post sensitivitas butir soal. Uji sensitivitas dilakukan untuk
test memperoleh persentase ketuntasan sebesar 70% membedakan tingkat kemampuan siswa sebelum dan
yang berada pada kategori tinggi, dimana terdapat 23 sesudah menerima pembelajaran (treatment). Adapun
hasil uji sensitivitas kelas kontrol dapat dilihat pada
siswa mendapatkan nilai  67 dan dinyatakan tuntas
Diagram 4 sebagai berikut.
sedangkan 10 siswa mendapatkan nilai  67 dan
dinyatakan tidak tuntas dalam perolehan hasil belajar.
Untuk mengukur seberapa baik soal-soal tes yang
digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan uji

2136
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

0.8 Untuk mengukur seberapa baik soal-soal tes yang


0.7
0.7 digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan uji
0.6
sensitivitas butir soal. Uji sensitivitas dilakukan untuk
0.48 membedakan tingkat kemampuan siswa sebelum dan
0.5
sesudah menerima pembelajaran (treatment). Adapun
0.4 hasil uji sensitivitas kelas eksperimen dapat dilihat
0.3
0.3 pada Diagram 5 sebagai berikut.
0.210.21
0.2 0.15 1.2 0.94 1.03
0.09 0.09 Sensitivitas 0.8
0.1 0.06 0.06 0.48
0 0 0 0.33 0.36
0 0.4
-0.1 -0.1 0
n

an
n

-0.1
n o rai a
no l ga

n o il ga

no l ga

n o il ga

no l ga

ia

ai
a
ur
ur
pi

pi

pi

u
p

Sensitivitas
So . 1

.5
So . 3
3

So . 7
So . 1

So . 5

So . 9

-0.2
.

no
no

al

al

al
al

al

al

al

al
So

So

Diagram 4: Hasil Uji Sensitivitas Hasil Belajar Kelas


Diagram 5: Hasil Uji Sensitivitas Keterampilan Pemecahan
Kontrol Masalah Siswa Kelas Eksperimen

Nilai sensitivitas diperoleh dari jumlah siswa yang Nilai sensitivitas diperoleh dari jumlah siswa yang
menjawab benar pada post test (uji akhir) dan menjawab benar pada post test (uji akhir) dan
dikurangkan dengan jumlah siswa yang menjawab dikurangkan dengan jumlah siswa yang menjawab
benar pada pre test (uji awal) kemudian dibagi dengan benar pada pre test (uji awal) kemudian dibagi dengan
jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil nilai sensitivitas jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil nilai sensitivitas
yang diperoleh kelas kontrol yaitu sebesar 0,14 < 0,3. yang diperoleh kelas eksperimen yaitu sebesar 0,63 
Hal ini menunjukkan bahwa butir soal yang digunakan 0,3. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal yang
dalam tes di kelas kontrol berada pada kategori kurang digunakan dalam tes di kelas eksperimen berada pada
atau rendah terhadap efek-efek pembelajaran. kategori baik terhadap efek-efek pembelajaran.
Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa b. Kelas kontrol
Dalam mengukur keterampilan pemecahan masalah Hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah
siswa, guru (peneliti) menggunakan penilaian berupa tes dari kelas kontrol yang terdiri dari 33 siswa pada pre
yang terdiri dari 5 soal. Tes ini diberikan kepada dua kelas test memperoleh persentase ketuntasan sebesar 3%
sebagai sampel penelitian. Siswa dinyatakan tuntas yang berada pada kategori sangat rendah, dimana
apabila nilai yang diperolehnya telah mencapai KKM terdapat 1 siswa mendapatkan nilai  67 dan
yaitu mendapat nilai  67. Dari tes keterampilan dinyatakan tuntas sedangkan 32 siswa mendapatkan
pemecahan masalah siswa yang diberikan diperoleh data nilai < 67 dan dinyatakan tidak tuntas dalam perolehan
sebagai berikut: hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah.
a. Kelas eksperimen Namun, pada hasil post test memperoleh persentase
Hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah ketuntasan sebesar 12% yang berada pada kategori
dari kelas eksperimen yang terdiri dari 33 siswa pada tinggi, dimana terdapat 4 siswa mendapatkan nilai 
pre test memperoleh persentase ketuntasan sebesar 67 dan dinyatakan tuntas sedangkan 29 siswa
12% yang berada pada kategori sangat rendah, dimana mendapatkan nilai  67 dan dinyatakan tidak tuntas
terdapat 4 siswa mendapatkan nilai  67 dan dalam perolehan hasil penilaian keterampilan
dinyatakan tuntas sedangkan 29 siswa mendapatkan pemecahan masalah siswa.
nilai < 67 dan dinyatakan tidak tuntas dalam perolehan Untuk mengukur seberapa baik soal-soal tes yang
hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah. digunakan dalam penelitian, maka harus dilakukan uji
Namun, pada hasil post test memperoleh persentase sensitivitas butir soal. Uji sensitivitas dilakukan untuk
ketuntasan sebesar 61% yang berada pada kategori membedakan tingkat kemampuan siswa sebelum dan
tinggi, dimana terdapat 20 siswa mendapatkan nilai  sesudah menerima pembelajaran (treatment). Adapun
67 dan dinyatakan tuntas sedangkan 13 siswa hasil uji sensitivitas kelas kontrol dapat dilihat pada
mendapatkan nilai  67 dan dinyatakan tidak tuntas Diagram 6 sebagai berikut.
dalam perolehan hasil penilaian keterampilan
pemecahan masalah.

2137
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

0.6 0.48 hasil yang diperoleh setelah melakukan


0.4 penghitungan menggunakan program SPSS 22
0.21
0.2 0.06 adalah bahwa data gain hasil belajar siswa kelas
0
0 eksperimen dan kelas kontrol masing-masing
-0.1
-0.2 Soal Soal Soal Soal Soal Sensitivitas berjumlah 33 data. Rata-rata gain kelas eksperimen
no. 1 no. 2 no. 3 no. 4 no. 5 adalah 21,364 sedangkan kelas kontrol adalah
Diagram 6: Hasil Uji Sensitivitas Keterampilan Pemecahan 5,606. Standar deviasi gain kelas eksperimen
Masalah Siswa Kelas Kontrol adalah 8,6848 dan untuk kelas kontrol adalah
7,7568. Standard error mean gain kelas
Nilai sensitivitas diperoleh dari jumlah siswa yang eksperimen adalah 1,5118 dan kelas kontrol adalah
menjawab benar pada post test (uji akhir) dan 1,3503.
dikurangkan dengan jumlah siswa yang menjawab Untuk penghitungan uji beda kelas eksperimen
benar pada pre test (uji awal) kemudian dibagi dengan dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar
jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil nilai sensitivitas
7,774. T hitung yang telah didapat dibandingkan
yang diperoleh kelas eksperimen yaitu sebesar 0,13 
0,3. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal yang dengan t tabel pada signifikansi 0,05 dengan derajat
digunakan dalam tes di kelas eksperimen berada pada kebebasan (df) n-2 atau 33 - 2 = 31, hasil t tabel
kategori kurang atau rendah terhadap efek-efek yang diperoleh sebesar 1,696. Nilai signifikansi
pembelajaran. yang didapat pada tabel tersebut sebesar 0,000.
Dari pernyataan tersebut dapat dituliskan t hitung >
Analisis Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri t tabel (7,774 > 1,696) dan signifikansi < 0,05
a. Hasil belajar siswa (0,000 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
1) Uji normalitas perbedaan nilai gain hasil belajar antara kelas
Uji normalitas untuk hasil belajar dihitung eksperimen dan kelas kontrol.
dengan menggunakan nilai gain. Nilai gain adalah
selisih dari nilai post test dan pre test. Dari hasil b. Keterampilan pemecahan masalah siswa
penghitungan menggunakan program SPSS 22 1) Uji normalitas
diperoleh nilai Sig. pada kolom Shapiro-Wilk kelas Uji normalitas untuk keterampilan pemecahan
eksperimen adalah 0,503 > 0,05 yang berarti masalah siswa dihitung dengan menggunakan nilai
bahwa data dari kelas eksperimen berdistribusi gain. Nilai gain adalah selisih dari nilai post test
normal sedangkan nilai Sig. pada kolom Shapiro- dan pre test. Dari hasil penghitungan
Wilk kelas kontrol adalah 0,297 > 0,05 yang menggunakan program SPSS 22 diperoleh nilai
berarti bahwa data dari kelas kontrol berdistribusi Sig. pada kolom Shapiro-Wilk kelas eksperimen
normal. adalah 0,322 > 0,05 yang berarti bahwa data dari
Dari kedua penghitungan tersebut dapat kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan
disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa pada nilai Sig. pada kolom Shapiro-Wilk kelas kontrol
pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas adalah 0,072 > 0,05 yang berarti bahwa data dari
kontrol berdistribusi normal. kelas kontrol berdistribusi normal.
2) Uji homogenitas Dari kedua penghitungan tersebut dapat
Uji homogenitas dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa data hasil keterampilan
menggunakan nilai gain. Setelah melakukan pemecahan masalah siswa pada pre test dan post
penghitungan, diperoleh nilai Sig. sebesar 0,255 > test kelas eksperimen dan kelas kontrol
0,05 yang berarti bahwa varian dari kedua berdistribusi normal.
kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol 2) Uji homogenitas
adalah sama (homogen). Uji homogenitas dalam penelitian ini juga
3) Uji t menggunakan nilai gain. Setelah melakukan
Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat, penghitungan, diperoleh nilai Sig. sebesar 0,265 >
maka uji analisis untuk membandingkan hasil 0,05 yang berarti bahwa varian dari kedua
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan statistik parametris dengan rumus adalah sama (homogen).
uji Independent Samples T Test. Uji t tes pada 3) Uji t
penelitian ini menggunakan nilai gain. Adapun

2138
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat, pada pre test adalah 12%, yaitu berada pada kategori
maka uji analisis yang digunakan untuk sangat rendah sedangkan pada post test adalah 21%, yaitu
membandingkan hasil keterampilan pemecahan berada pada kategori rendah.
masalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
adalah menggunakan statistik parametris dengan eksperimen adalah menerapkan model pembelajaran
rumus uji Independent Samples T Test. Uji t tes inkuiri. Pembelajaran dengan menerapkan model
pada penelitian ini menggunakan nilai gain. pembelajaran inkuiri ini dilakukan selama dua kali
Adapun hasil yang diperoleh setelah melakukan pertemuan dengan waktu 4  35 menit. Setelah
penghitungan menggunakan program SPSS 22 melakukan pembelajaran dengan menerapkan model
adalah bahwa data gain keterampilan pemecahan pembelajaran inkuiri, diketahui bahwa hasil belajar siswa
masalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan sebanyak 52%, yaitu dari 18%
masing-masing berjumlah 33 data. Rata-rata nilai pada pre test menjadi 70% pada post test. Proses
gain kelas eksperimen adalah 15,76 sedangkan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kontrol berbeda
kelas kontrol adalah 3,33. Standar deviasi gain dengan proses pembelajaran di kelas eksperimen. Hasil
kelas eksperimen adalah 14,691 dan untuk kelas belajar pada kelas kontrol juga mengalami peningkatan
kontrol adalah 12,479. Standard error mean gain sebanyak 9% yaitu dari 12% pada pre test menjadi 21%
kelas eksperimen adalah 2,557 dan kelas kontrol pada post test, namun peningkatan yang terjadi di kelas
adalah 2,172. kontrol tidak setinggi di kelas eksperimen. Pada kelas
Untuk penghitungan uji beda kelas eksperimen kontrol peneliti menerapkan model pembelajaran
dan kelas kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar kooperatif. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
ketuntasan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan
3,703. T hitung yang telah didapat dibandingkan
kelas kontrol. Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran
dengan t tabel pada signifikansi 0,05 dengan derajat dengan berkelompok sehingga guru (peneliti) tidak
kebebasan (df) n-2 atau 33 - 2 = 31, hasil t tabel mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang
yang diperoleh sebesar 1,696. Nilai signifikansi dilaksanakan di kelas kontrol. Keberhasilan dalam
yang didapat pada tabel tersebut sebesar 0,000. penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang
Dari pernyataan tersebut dapat dituliskan t hitung > dilakukan oleh Sunarti (2012) yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil
t tabel (3,703. > 1,696) dan signifikansi < 0,05 Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD
(0,000 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada Karya Putra Surabaya” yang menyatakan bahwa dengan
perbedaan nilai gain keterampilan pemecahan menerapkan model pembelajaran inkuiri hasil belajar
masalah siswa antara kelas eksperimen dan kelas siswa dapat meningkat. Secara umum, model
kontrol. pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dan
penelitian terdahulu adalah sama yaitu model
pembelajaran inkuiri. Hanya saja subjek yang digunakan
berada pada kelas yang berbeda.
PEMBAHASAN Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan
Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang sejauh kelas kontrol juga telah dibuktikan dengan melakukan uji
mana pencapaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti beda menggunakan uji t tes. Nilai t hitung yang diperoleh
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan setelah dilakukan pengujian sebesar 4.991. Hal ini
dua kali pertemuan. Untuk memperjelas masalah yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (7,774 > 1,696) yang
dibahas dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan uraian berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelas
berikut: eksperimen dan kelas kontrol. Nilai signifikansi yang
Hasil belajar siswa diperoleh setelah perhitungan adalah sebesar 0,000 < α =
Hasil belajar pada penelitian ini mengacu pada hasil 5% atau 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan. Jadi
tes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
kontrol. Persentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
kedua kelas memiliki perbedaan yang cukup tinggi. Hasil menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan hasil
belajar siswa yang diperoleh kelas eksperimen pada pre belajar siswa kelas kontrol yang tanpa menerapkan model
test adalah 18%, yaitu berada pada kategori sangat rendah pembelajaran inkuiri.
sedangkan pada post test adalah 70%, yaitu berada pada Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar dari
kategori tinggi. Hal ini berbeda dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda adalah adanya
yang diperoleh kelas kontrol. Hasil belajar yang diperoleh

2139
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

penerapan model pembelajaran yang berbeda antara kedua Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas
kelas tersebut. Faktor lain yang menyebabkan adanya eksperimen adalah menerapkan model pembelajaran
perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas inkuiri. Hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah
kontrol adalah karena keterlaksaan pembelajaran yang siswa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran
dilihat dari aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri berada dalam
pembelajaran di kelas. Dari hasil observasi yang telah kategori tinggi. Hal ini dikarenakan model pembelajaran
dilakukan, secara keseluruhan aktivitas guru selama dua inkuiri mampu mengajak siswa untuk belajar secara
kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan terlibat secara penuh dalam proses
inkuiri memperoleh persentase sebesar 80% dengan pembelajaran. Selain itu model pembelajaran inkuiri
kategori tinggi atau baik sedangkan untuk aktivitas siswa merupakan proses untuk memperoleh dan mendapatkan
secara keseluruhan memperoleh persentase sebesar 81% informasi dengan melakukan eksperimen untuk
dengan kategori sangat tinggi atau sangat baik. Pada kelas memecahkan suatu masalah. Memecahkan masalah dapat
eksperimen persentase aktivitas guru pada pertemuan 1 dikatakan sebagai proses dimana siswa menemukan suatu
sebesar 79% dengan kategori baik, sedangkan pada prosedur yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang
pertemuan 2 sebesar 81% dengan kategori sangat baik nantinya akan digunakannya untuk memecahkan masalah
sedangkan persentase aktivitas siswa pada pertemuan 1 yang baru ditemukannya (Nasution, 2006:170).
sebesar 79% dengan kategori baik, sedangkan pada Dalam pembelajaran menggunakan model
pertemuan 2 sebesar 84% dengan kategori sangat baik. pembelajaran inkuiri, guru membimbing dan menuntun
Secara umum, aktivitas guru dan aktivitas siswa di siswa secara runtut pada setiap langkah atau fase untuk
kelas eksperimen pada pertemuan 1 memiliki persentase memecahkan suatu masalah. Dengan menerapkan model
yang cukup rendah dibandingkan dengan pertemuan 2. pembelajaran inkuiri siswa dituntut untuk berusaha
Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran mencari tahu sendiri tentang pemecahan masalah yang
inkuiri baru pertama kali diterapkan oleh guru dan siswa dihadapinya sehingga pembelajaran akan menghasilkan
dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru dan aktivitas pengetahuan yang bermakna dan bertahan lama dalam
siswa di kelas kontrol berjalan dengan lancar dan baik. ingatan siswa. Setelah melakukan pembelajaran dengan
Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan menerapkan model pembelajaran inkuiri, diketahui bahwa
adalah kooperatif yang desain pembelajarannya berbentuk hasil penilaian keterampilan pemecahan masalah siswa
diskusi kelompok tanpa melakukan eksperimen atau mengalami peningkatan sebanyak 49%, yaitu dari 12%
percobaan. Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran pada pre test menjadi 61% pada post test. Proses
dengan berkelompok sehingga guru (peneliti) tidak pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kontrol berbeda
mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang dengan proses pembelajaran di kelas eksperimen. Pada
dilaksanakan di kelas. kelas kontrol peneliti menerapkan model pembelajaran
kooperatif. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
Keterampilan pemecahan masalah siswa ketuntasan hasil penilaian keterampilan pemecahan
Hasil keterampilan pemecahan masalah siswa masalah siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
mengacu pada hasil tes keterampilan pemecahan masalah Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini
yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh Sucipto (2013)
kontrol yang terdiri dari 5 soal. Persentase ketuntasan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
siswa secara klasikal pada keterampilan pemecahan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
masalah siswa yang diperoleh kedua kelas memiliki Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN Lidah Kulon V/
perbedaan yang cukup tinggi. Hasil penilaian 468 Surabaya” yang menghasilkan kesimpulan bahwa
keterampilan pemecahan masalah siswa yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri hasil
kelas V Mawar sebagai kelas eksperimen pada pre test belajar siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa pada
adalah 12%, yaitu berada pada kategori sangat rendah mata pelajaran IPA dapat meningkat.
sedangkan pada post test adalah 61%, yaitu berada pada Nilai t hitung yang diperoleh setelah dilakukan
kategori tinggi. Hal ini berbeda dengan hasil penilaian pengujian sebesar 3,703. Hal ini menunjukkan nilai t hitung
keterampilan pemecahan masalah siswa yang diperoleh
> t tabel (3,703 > 1,696) yang berarti bahwa ada perbedaan
kelas V Melati sebagai kelas kontrol. Hasil penilaian
yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
keterampilan pemecahan masalah siswa yang diperoleh
Nilai signifikansi yang diperoleh setelah perhitungan
pada pre test adalah 3%, yaitu berada pada kategori sangat
adalah sebesar 0,000 < α = 5% atau 0,05 yang berarti
rendah sedangkan pada post test adalah 12%, yaitu berada
bahwa ada perbedaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
pada kategori sangat rendah.
perbedaan yang signifikan antara hasil keterampilan

2140
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

pemecahan masalah siswa kelas eksperimen yang yang signifikan terhadap hasil belajar dan
menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan hasil keterampilan pemecahan masalah siswa.
keterampilan pemecahan masalah siswa kelas kontrol
yang tanpa menerapkan model pembelajaran inkuiri. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
PENUTUP di SDN Cangkir Driyorejo Gresik, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
Simpulan
1. Untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang
pemecahan masalah siswa, guru dapat menerapkan
pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri hasil
model pembelajaran inkuiri dalam kegiatan
belajar dan keterampilan pemecahan masalah siswa kelas
pembelajaran. Melalui kegiatan eksperimen atau
V SDN Cangkir Driyorejo Gresik, maka diperoleh
percobaan siswa dapat membangun sendiri
simpulan sebagai berikut:
pengetahuan yang belum diketahuinya, sehingga
1. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri pada
pembelajaran akan lebih bermakna dan bertahan lama
mata pelajaran IPA di kelas V berjalan dengan baik.
dalam ingatan siswa.
Aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menerapkan
2. Dalam setiap pembelajaran, guru sebaiknya
model pembelajaran inkuiri dengan dua kali
melibatkan siswa secara optimal. Pembelajaran
pertemuan berjalan dengan baik. Hal ini ditandai
dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
dengan keterlaksanaan aktivitas guru dan aktivitas
membutuhkan bimbingan dari guru dalam setiap
siswa pada setiap pertemuan memperoleh nilai
fasenya. Dalam pembelajaran ini guru berperan
persentase di atas 70%.
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. Guru juga
2. Hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA
hendaknya memberikan motivasi kepada siswa agar
sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih
menerapkan model pembelajaran inkuiri mempunyai
percaya diri dalam memecahkan suatu masalah.
perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
3. Penerapan model pembelajaran inkuiri yang
nilai rata-rata pre test yang diperoleh siswa yaitu 50,3
digunakan guru sebaiknya disesuaikan dengan materi
dengan persentase ketuntasan 18% sedangkan nilai
pelajaran yang akan dipelajari siswa sehingga
post test yang diperoleh siswa yaitu 71,67 dengan
kompetensi dasar yang hendak dicapai dapat
persentase ketuntasan 70%.
terpenuhi dengan hasil yang memuaskan.
3. Keterampilan pemecahan masalah siswa kelas V pada
mata pelajaran IPA sebelum dan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan model DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran inkuiri mempunyai perbedaan yang Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
keterampilan pemecahan masalah pada pre test yang Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
diperoleh siswa yaitu 44,85 dengan persentase Bandung: Alfabeta.
ketuntasan 12% sedangkan nilai rata-rata
Julianto, dkk. 2011. Teori Dan Implementasi Model-
keterampilan pemecahan masalah siswa pada post test Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa
yang diperoleh siswa yaitu 60,6 dengan persentase University Press.
ketuntasan 61%.
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses
4. Penerapan model pembelajaran inkuiri memiliki
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
pengaruh terhadap hasil belajar dan keterampilan
pemecahan masalah siswa kelas V SDN Cangkir Permendiknas Nomor 23. 2006. Standar Kompetensi
Driyorejo Gresik. Hal ini dibuktikan dengan Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional.
penghitungan uji T yang menggunakan statistik
parametris dengan rumus uji Independent Samples T Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Indeks.
Test. Pada hasil belajar diperoleh hasil nilai t hitung >
Silaban, Bajongga. 2005. Efektifitas Model Pengajaran
t tabel (7,774 > 1,696) dan signifikansi < 0,05 (0,000 <
Berdasarkan-Masalah (Problem-Based
0,05) sedangkan pada hasil keterampilan pemecahan Instruction) Dalam Mengajarkan Fisika Di SMU,
masalah siswa diperoleh t hitung > t tabel (3,703 > 1,696) (Online),
Warta Universitaria Edisi 20 & 21.
dan signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti
(http://Akademik.Nommensen-
bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki pengaruh id.Org/Portal/Public_html/Jurnal/Tulisan

2141
JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

%20bajongga%20silaban-1/Efektivitas%20model
%20PBI.doc diunduh pada tanggal 25 Februari
2015 10:00).
Sucipto, Pamula Andi. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata
Pelajaran IPA kelas V SDN Lidah Kulon V/468
Surabaya. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sunarti. 2012.Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ipa Kelas Ivsd Karya Putra
Surabaya, (Online),
(https://id.scribd.com/doc/189290923/Penerapan-
Model-Pembelajaran-Penemuan-Terbimbing-
Untuk-Meningkatkan-Hasil-Belajar-Dan-
Keterampilan-Pemecahan-Masalah-IPA-Pada-
Siswa-Kelas-V-Sekolah#Download diunduh pada
tanggal 14 November 2014 07:01).
Suraya, Nurina Selly. 2010. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Berorientasi Model Inkuiri
Untuk Melatihkan Keterampilan Proses di SD,
Volume 16 Nomor 1, (Online),
(https://ejournal.ikippgrimadiun.ac.id/sites/default/
files/JP%202010%20Selly%20Nurina
%20Suraya.pdf# Download diunduh pada tanggal
27 Februari 2015 10:00).
Suryanti, dkk. 2008. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publiser.
Winarsunu, Tulus. 2009. StatistikDalam Penelitian
Psikologi & Pendidikan. Malang: Ummpres.

2142

Anda mungkin juga menyukai