Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RESIKO JATUH PADA LANSIA

PROMOSI KESEHATAN

OLEH
KELOMPOK VII :

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RESIKO JATUH PADA LANSIA

PROMOSI KESEHATAN

OLEH
KELOMPOK VII :

Arfanul R. Bahmid
Riska Amelia
Sitti Annisa Hanapi
Sry Putriani Me’e

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTAO
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatan Gerontik


Pokok Bahasan : Resiko Jatuh Pada Lansia
Sub Pokok Bahasan :
1. Konsep Lansia
2. Pencehagan Jatuh Pada Lansia
Hari/Tanggal : Jumat/8 Mei 2020
Waktu/tempat : 10.00 WIT s/d, Media Sosial
Sasaran : Masyarakat

I. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua merupakan masa yang
kurang menyenangkan (Nugroho, 2000).
Kemunduran fisik dapat menyebabkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh adalah
salah satu peristiwa yang sering dialami oleh seorang lansia. Jatuh berkaitan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas serta penurunan fungsi dan kemandirian. Jatuh
menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia)
yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal
ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga mereka
membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya mutu kehidupan
pada lansia yang mengalaminya dan juga berpengaruh pada anggota keluarganya.
Di Poslansia Argorejo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat
36 orang lansia yang berusia diatas 65 tahun. Yang sebagian besar memiliki resiko
jatuh karena mengalami kemunduran fisik. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk
mengetahui cara menghindari resiko jatuh agar para lansia mampu melakukan
pencegahan jatuh terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut penyuluh
berminat memberikan penyuluhan mengenai cara pencegahan jatuh pada lansia,
dengan cara mengunjungi langsung ke rumah masing-masing lansia tersebut untuk
dapat diberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan jatuh pada lansia.
II. Tujuan Instruksional

Tujuan Umum

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, diharapkan para lansia dan keluarga


yang merawat lansia dapat mengetahui dan mencegah terjadinya resiko jatuh.
Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian lansia


2. Untuk mengetahui cara pencegahan jatuh pada lansia
III. Metode
Penyuluhan Melalui Media Sosial.
IV. Media dan Alat
1. Poster
2. Video
V. Setting/Tempat
Tempat dilakukannya penyuluhan kesahatan secara online menggunakan media
sosial seperti instagram, facebook, whatsApp dan media lainya.
VI. Pengorganisasian

Pembuat Media dan SAP :


1. Arfanul R. Bahmid
2. Riska Amelia
3. Sitti Annisa Hanapi
4. Sri Putriani Me’e
VII. Penatalaksanaan Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan dilakukan menggunakan Aspek Kognitif (DARING) :
1. Dalam memaksimalkan kontribusi dalam upaya penanggulangan masalah-
masalah kesehatan pada lansia maka, setiap kelompok melakukan edukasi
online/daring terkait masalah kesehatan yang dialami lansia salah satunya
masalah kesehatan fisik seperti resiko jatuh melalui berbagai media sosial
yang dimiliki khususnya grup yang dimiliki, beranda story dan sebagainya
untuk mengatasi masalah pada lansia dengan menggunakan sumber yang
terpercaya dan dibuat secara kreatif.
2. Bisa dalam bentuk gambar atau pun video dan dibuat semenarik mungkin
dengan memperhatikan nilai edukasi.
3. Mendokumentasikan tugas tersebut dengan melampirkan bukti melakukan
edukasi berupa bahan edukasi serta bukti chat.
VIII. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan dan Kekerativitas Media
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil meliputi isi dari SAP dan Media yang dibuat semenarik mungkin
dengan sumber terpercaya dan dapat dipahami tentang kegiatan yang dapat
dilakukan dirumah dalam mengatasi jatuh pada lansia.
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
RESIKO JATUH PADA LANSIA
A. Konsep Lansia
1. Definisi
Lansia merupakan siklus tumbuh kembang terakhir dari kehidupan di dunia

yang pasti akan dialami semua manusia tetapi masa tua ini bisa ditunda dengan

cara menjaga kesehatan dan melakukan pola hidup sehat dimasa mudanya. Masa

tua sangat erat kaitannya dengan istilah degenerasi yang ditandai dengan

penurunan masalah kesehatan yang paling kompleks diantara semua siklus

tumbuh kembang dalam daur kehidupanm Azizah (2011) dalam (Potut, 2017).

Lanjut usia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap

individu. UU No. IV Tahun 1965 Pasal 1, yang menyatakan bahwa seseorang

dapat dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai

atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari

dan menerima nafkah dari orang lain (Rahmawati, 2015).

Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mengucapkan batasan umur lansia dari

pendapatan berbagai ahli yang dikutip (Efendi, 2009) :

1) Menurut UU No. 13 Tahun 1998 dalam Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut

usia adalah seorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

2) Menurut WHO

a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun


b) Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) 90 tahun keatas
2. Karakteriatik Lansia
Lansia memiliki tiga karakteristik menurut Sofia (2014), sebagai berikut :
a Berusia lebih dari 60 tahun
b Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif
c Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
3. Masalah Lansia
Seseorang yang telah memasuki lanjut usia akan mengalami
kondisi fisik yang berkurang dan terdapat perubahan fisik yang ditandai
dengan pendengaran yang kurang jelas, penglihatan yang semakin
memburuk, penurunan kekuatan otot yang akan mengakibatkan gangguan
mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam
memenuhi aktivitas sehari- hariyang akan menyebabkan terjadinya resiko
jatuh pada lansia (Stanley & Beare, 2012).

Menurut Sunaryo (2016) pada gangguan Muskuloskeletal adalah


penyebab gangguan pada berjalan dengan keseimbangan yang dapat
mengakibatkan kelambatan dengan pergerak, kaki cenderung mudah
goyah, dan penurunan kemampuan mengantisipasi terpeleset, tersandung
dan respon yang lambat memudahkan terjadinya jatuh, pada faktor
muskuloskeletal sangan berperan terhadap terjadinya resiko jatuh pada
lansia.

B. Pencegahan Jatuh Pada Lansia

1. Definisi Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi


mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka. Jatuh menjadi salah satu insiden yang
paling sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan
trauma serius, seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini
menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga lansia
membatasi aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya mutu
kehidupan pada lansia yang mengalaminya.

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh


dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/ tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya. Jatuh adalah salah satu ancaman bagi lansia. Risiko jatuh adalah
bahaya lansia yang paling mungkin terjadi dan cedera akibat jatuh
sebagai kondisi nomor dua yang memberi dampak terburuk. Jatuh pada
lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada yang mengelompokkannya
menjadi mobilitas (mobility), perilaku pengambilan risiko (risk taking
behavior), serta kondisi lingkungan (physical environtment) (stefani dkk,
2015).

2. Pencegahan Jatuh

Menurut Sani, (2016) Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor


risiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular,
muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan yang sedang
dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual,
ataupun faktor lingkungan. Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode
pencegahan jatuh pada orang tua.

a Latihan Fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan


meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki
keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap
bahaya lingkungan. Latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan
obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih
kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.

b Managemen Obat-Obatan

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya:


1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali
atas indikasi klinis kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c Modifikasi Lingkungan

1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
4) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
5) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk
melintas.
6) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
7) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
8) Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin.
9) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
10)Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
di kamar mandi.

d Memperbaiki Kebiasa lansia, Misalnya:

1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.


2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
4) Hindari olahraga berlebihan.
e Alas Kaki

Perhatikan pada saat lansia memakai alas kaki:


6) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
7) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
8) Pakai sepatu yang antislip

f Alat bantu Jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan


difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya. Penggunaan alat bantu jalan memang membantu
meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat
bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini
haruslah direkomendasikan secara individual.
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),
crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya satu ekstremitas atas yang
digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan tipe cane yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi yang menunjang berat
badan. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling
cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang
berat badan.

g Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran

h Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

i Memelihara Kekuatan Tulang

1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti


meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat
terjatuh pada orang tua
2) Berhenti merokok
3) Hindari konsumsi alcohol
4) Latihan fisik
5) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen
6) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti

3. Cara Menolong Lansia Jatuh


Berdasarkan peraturan mentri kesehatan repoblik indonesia No 11 thn
2017 tentang keselamatan pasien yang harus dilakukan bila pasien jatuh
adalah
a) Jangan langsung menarik ataupun membangunkan pasien dari
posisi jatuh
b) Tenangkan diri anda dan pasien
c) Panggil bantuan
d) Periksaa adanya cedera, bila cedera biarkan pasien pada posisi saat
terjatuh, berikan bantal agar pasien merasa lebih nyaman.
Selain prosedur tersebut tindakan dalam menolong lansia yang jatuh dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara bangun setelah jatuh tanpa
penolong dan dengan penolong (Sani, 2016).
a. Cara bangun setelah jatuh tanpa penolong
1) Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika masih bangun
adalah:
a) Mengangkat badan dengan bantuan siku
b) Mengangkat tubuh lagi dengan bantuan lutut dan kedua lengan
lurus
c) Pegang permukaan kursi atau benda untuk membantu berdiri
d) Hadapkan tubuh ke kursi untuk berdiri
e) Putar badan pelan pelan dan duduk di kursi
2) Cara yang dapat dilakukan lansia setelah jatuh jika lansia tidak bisa
bangun adalah sebagai berikut:
a) Menarik perhatian dengan memukul benda atau membunyikan
alarm atau menelpon jika bisa.
b) Temukan bantal/guling/pakaian yang digulung dan letakkan
dibawah kepala.
c) Untuk menjaga kehangatan, selimuti badan dengan
pakaian, taplak atau kain yang ada di sekitar.
d) Untuk menjaga pergerakan, ubah posisi untuk menghindari
tekanan pada luka, gerakkan sendi untuk menghindari
kekakuan dan meningkatkan sirkulasi.
b. Cara bangun yang benar setelah jatuh dengan penolong
1) Tenangkan lansia dan biarkan lansia tetap berbaring sambal
anda memeriksa apakah ada cedera. Tanyakan kepada lansia
apakah bisa bergerak.
2) Tempatkan dua buah kursi yang saling berhadapan di dekat
lansia. Jika lansia bisa bergerak, bantu lansia dengan lembut
bergeser ke samping.
3) Bantu lansia berpegang pada kursi dihadapannya. Arahkan
lansia untuk mengangkat badannya dengan bertopang pada
lututnya.
4) Arahkan lansia untuk mengangkat badannya setengah berdiri
bertopang pada kedua tangannya di kursi dihadapannya.
Dekatkan kursi di belakang lansia kearahnya.
5) Persilahkan lansia untuk duduk dengan tenang. Jangan
meninggalkan lansia sebelum anda memastikan tidak ada
cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnawaty. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jogyakarta: Pustaka baru


press.

Sani, P. A. 2016. Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK


Unud

Sofia, R. D. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta:


Deepublish.

Stanley, M. & Beare, P. G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontk. Jakarta:


EGC
Stefani, dkk. (2015). Studi Empiris: Faktor Eksternal Resiko Jatuh Lansia.
Prodising Temu Ilmiah IPLBI

Sunaryo, ddk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai