Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DAN PROSEDUR ANALISIS PROGRAM DIKLAT

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Rancangan dan Strategi Program Diklat
Yang dibina oleh
Bapak Dr. Dedi Kuswandi, M.Pd dan Bapak Ence Surahman, S.Pd, M.Pd

Oleh

1. Alrido Himawan Adicahya (170121600580)


2. Nadila Eka Okta Cahyaningrum (170121600601)
3. Puji Ari Setiawan (170121600543)
4. Tabita Christiana (170121600586)
5. Yulia Anggraini Rahayu Azzahra (170121600525)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
SEPTEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Rancangan dan Strategi
Program Diklat dengan judul “Konsep dan Prosedur Analisis Program Diklat”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan
dan pengetahuan kepada para pembacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini terutama kepada dosen Rancangan dan Strategi Program
Diklat dan juga rekan-rekan sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan seperti kata pribahasa “Tak Ada Gading yang Tak Retak”
untuk itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif agar dimasa
yang akan datang dapat menjadi lebih baik.

Malang, 1 Sepetember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Diklat……...……………………………………………...3
2.1.1 Pengertian Pendidikan……………………………………………...3
2.1.2 Pengertian Pelatihan………………………………………………..4
2.1.3 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan……………………………….4
2.1.4 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan…………………………………..6
2.1.5 Prinsip-prinsip Pendidikan dan Pelatihan…………………………..7
2.1.6 Fungsi Pendidikan dan Pelatihan…………………………………...9
2.1.7 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan…………………………………9
2.1.8 Jenis-jenis Pendidikan dan Pelatihan……………………………...11
2.2 Analisis Kebutuhan Program Diklat-……………….. ………………...11
2.3 Prosedur Analisis Program Diklat ………………………………….......13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................17
3.2 Saran……………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era dulu hingga saat ini, Pendidikan dan pelatihan selalu berdampingan
dengan peradaban manusia khususnya pada dunia formal maupun non-formal. Diklat
diberikan kepada para pegawai oleh perancang, namun kompetensi yang dimiliki
diduga masih kurang, karena masih banyak permasalahan yang terkait dengan
kompetensi Pegawai, yaitu masih banyak terjadi pelanggaran terhadap aturan yang
dilakukan oleh Pegawai.
Hal yang perlu kita ketahui tentang dasar pendidikan dan pelatihan adalah
konsep dan prosedur analasis kebutuhannya. Ialah suatu proses kegiatan yang
sistematis antara standar kinerja dan kompetensi pegawai sehingga dapat ditingkatan
melalui pendidikan dan pelatihan. Mengingat pentingnya pelatihan yang diberikan
kepada para peserta, maka berbagai persiapan yang berkaitan dengan keberhasilan
dalam pelaksanaan kegiatan ini sangat membutuhkan persiapan yang matang.
Melalui analisa kebutuhan pelatihan, berbagai kebutuhan pendukung kegiatan harus
benar-benar dipersiapkan.
Pada dasarnya analisa kebutuhan pelatihan ini merupakan suatu proses untuk
mengumpulkan dan menganalisa berbagai data untuk mengidentifikasi hal-hal yang
diperlukan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Berbagai hal yang perlu dilakukan
analisa untuk memenuhi kebutuhan pelatihan diantaranya adalah hal-hal yang
berkaitan dengan materi, media pendukung kegiatan pelatihan, dan beberapa
antisipasi yang lain. Sehingga jika dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut ternyata
tidak sesuai dengan target yang ditentukan maka akan penyelenggara pelatihan sudah
mempersiapkan solusi selanjutnya.
Kegiatan pelatihan memang tidak selalu berjalan mulus dan sesuai dengan
target penyelenggara. Bahkan kondisi di lapangan, ternyata banyak kegiatan
pelatihan yang justru tidak mendapat respon yang positif dari masyarakat atau
anggota organisasi.
Untuk itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Konsep dan Prosedur
Analisis Kebutuhan Program Diklat”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah
ini antara lain :
1.2.1 Bagaimana konsep dasar sebuah program diklat ?
1.2.2 Bagaimana analisis kebutuhan sebuah program diklat ?
1.2.3 Bagaimana prosedur analisis kebutuhan sebuah program diklat ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah yang berjudul “Konsep dan Prosedur Analisis
Kebutuhan Program Diklat” antara lain :
1.3.1 Mengetahui tentang konsep dasar sebuah program diklat.
1.3.2 Mengetahui tentang analisis kebutuhan sebuah program diklat.
1.3.3 Mengetahui tentang prosedur analisis kebutuhan sebuah program diklat.

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah yang berjudul “Konsep dan Prosedur Analisis
Kebutuhan Program Diklat” antara lain :
1.4.1 Memahami secara rinci tentang konsep analisis diklat sesuai dengan
kebutuhan organisasi, jabatan maupun individu.
1.4.3 Dapat memberikan informasi kepada pelaksana program diklat mengenai
konsep dan prosedur analisis kebutuhan program diklat
1.4.4 Dapat membantu menjadi referensi untuk penulisan makalah dengan tema
yang sama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Diklat


Sebuah diklat akan lebih terencana dan tersruktur ketika pengelola program
diklat mengetahui dan memahami konsep-konsep sederhana mengenai sebuah diklat.
Tanpa adanya sebuah pemahaman mengenai konsep-konsep tersebut maka sebuah
program diklat tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Yang harus dipahami
terlebih dahulu mengenai konsep dasar diklat :

2.1.1 Pengertian Pendidikan


Secara etimologi pendidikan berasal kata didik yang diberi awalan pe- dan
akhiran –an. Menurut www.kbbi.web.id pendidikan merupakan proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pelaku prosesnya disebut pendidik,
sedangkan objek didiknya disebut peserta didik.
Menurut Zais (1986:317) pendidikan merupakan sebuah proses memperluas
kepedulian dan keberadaan sesorang menjadi dirinya sendiri atau proses
mendefinisikan keberadaan diri sendiri di tengah-tengah lingkungannya.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sementera menurut UU No. 2 Tahun 1989 bahwa pendidikan adalah sebuah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Sedangkan menurut GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu proses atau usaha yang sistematis dan terencana yang

3
digunakan untuk merubah sikap dan tata laku seseorang ke arah yang lebih
dewasa melalui sebuah proses pengajaran.
2.1.2 Pengertian Pelatihan
Secara etimologi pelatihan berasal kata latih yang diberikan awalan pe- dan
akhiran -an. Dalam kbbi.web.id pelatihan adalah proses, cara, perbuatan melatih;
kegiatan atau pekerjaan melatih, juga diartikan tempat melatih semacam pusat
pendidikan.
Menurut Nadler dan Wiggs pelatihan (training) merupakan teknik-teknik
yang memusatkan pada belajar tentang ketrampilan, pengetahuan dan sikap-sikap
yang dibutuhkan untuk memulai suatu pekerjaan atau tugas-tugas atau untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas.
Sedangkan menurut Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan bahwa
pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja sehingga meningkatkan kinerja
pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali
seseorang dengan keterampilan kerja.
Menurut beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam maksud untuk memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para
pegawai sesuai dengan keinginan dari suatu lembaga atau organisasi.

2.1.3 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan


Pemahaman terhadap istilah pendidikan dan pelatihan sering tumpang
tindih, batasan antara keduanya seringkali kabur, karena keduanya memiliki tujuan
yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai
dengan yang diinginkan. Keduanya berhubungan dengan belajar dan perubahan
pada diri manusia, tetapi berbeda terutama dalam hal tujuan khusus yang ingin
dicapai.
Miner (1992) menyebut bahwa pendidikan lebih terkait dengan tujuan-
tujuan yang bersifat individual dan tidak terkait langsung dengan tujuan organisasi
(walaupun tujuan-tujuan tersebut bisa saja tumpang tindih), sedang pelatihan pada
dasarnya berhubungan dengan peran khusus individu dalam organisasi. Pelatihan
ditujukan untuk membantu individu agar berhasil menampilkan kinerjanya

4
dalam suatu pekerjaan tertentu. Jadi, pertumbuhan mereka dan berbagai peran
yang akan mereka mainkan di lingkungan sosial mereka menjadi titik awal dalam
pendidikan, sedangkan pelatihan berawal dari kebutuhan dalam suatu pekerjaan
tertentu yang akan dilakukan.
Lebih jauh Miner menjelaskan bahwa proses pelatihan lebih dipusatkan
pada pembelajaran dan perubahan pada suatu hal yang secara khusus dapat
diterapkan pada suatu jabatan, melengkapi persayaratan jabatan yang
dibutuhkan, dan efisien dalam hal waktu, biaya, dan sumber daya yang
digunakan.
Jadi, pendidikan lebih mengarah pada pengetahuan dan hal-hal yang
bersifat umum dan terkait dengan kehidupan pribadi secara luas, sedangkan
pelatihan mengarah pada ketrampilan berperilaku secara khusus dan ada ukuran
benar atau salah. Pendidikan lebih diarahkan untuk memecahkan knowledge
problems, sedangkan pelatihan lebih pada skill problems, dan keduanya digunakan
secara bersama untuk memecahkan motivation problems. Dalam konteks dunia
kerja secara tegas membedakan antara pendidikan dan pelatihan sebagaimana
pada tabel berikut ini:

PENDIDIKAN PELATIHAN
Proses memperoleh pengetahuan atau Proses mengembangkan keterampilan
informasi. untuk suatu pekerjaan atau tugas tertentu.

Menekankan pada mengetahui. Menekankan pada melakukan.

Menekankan pencapaian dengan Menekankan pencapaian pada tingkat


membandingkan dengan tingkat keterampilan tertentu yang bisa
pengetahuan yang dimiliki oleh orang dilakukan.
lain.
Menekankan pada cara pandang sistem Menekankan pada cara pandang sistem
terbuka, bahwa ada banyak cara yang tertutup, bahwa ad acara khusus yang
bisa digunakan untuk mencapai suatu benar atau salah dalam menunjukkan
tujuan, berpikir kreatif dan kritis sangat suatu keterampilan.
dianjurkan.

5
Menekankan pada mengetahui Menekankan pada tingkat kinerja pada
informasi yang tidak harus berhubungan suatu pekerjaan tertentu.
secara langsung dengan pekerjaan atau
karir tertentu.

Menekankan pada pendekatan terbuka Menekankan pada suatu urutan yang


dalam mencapai suatu tujuan, setiap komprehensif dalam menampilkan suatu
tahap dalam prosesnya tidak ditentukan. keterampilan yang diperlukan untuk
menunjukkan suatu perilaku tertentu dan
setiap langkah dalam prosesnya
ditentukan.

2.1.4 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dan pelatihan meliputi dua tujuan sekaligus, yaitu tujuan
pendidikan dan tujuan pelatihan yang merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Tujuan diadakannya pusat/ badan/ lembaga/ unit pendidikan dan
pelatihan tersebut umumnya untuk dapat memecahkan masalah-masalah perilaku
dalam organisasi yang meliputi masalah pengetahuan, ketrampilan dan motivasi
atau sikap, serta untuk meningkatkan kompetensi para pesertanya terkait dengan
tugas-tugas dan pekerjaan yang akan dipertanggungjawabkan kepada mereka.
Seseorang yang mengalami skill problems, tidak bisa berperilaku
sebagaimana yang diharapkan, mungkin karena ia memang belum tahu
sehingga perlu dididik. Seseorang yang mengalami motivation problems mungkin
bukan karena ia tidak mau melakukan sebagaimana yang diharapkan, melainkan
karena ia tidak tahu mengapa harus melakukannya sehingga ia perlu diberitahu.
Seseorang yang mengalami knowledge problems bisa saja bukan karena ia tidak
tahu tetapi karena ia tidak mau tahu sehingga perlu dimotivasi. Dengan
demikian, para pegawai, karyawan atau anggota-anggota organisasi akan mampu
melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan yang dipertanggungjawabkan kepada
mereka sebagaimana yang diharapkan, dengan mengikuti program pendidikan
dan pelatian. Jadi baik pendidikan maupun pelatihan, sebenarnya sama-sama
mengupayakan dicapainya suatu kompetensi tertentu dari para pesertanya.
Menurut pasal 9 Undang-Undang Ketenagakerjaan tahun 2003, pendidikan
dan pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan

6
dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Tujuan-tujuan pendidikan dan pelatihan dapat
dikelompokkan mejadi lima bidang, yaitu:
a. Memperbaiki kinerja
b. Memutakhirkan keahlian-keahlian para pegawai/ karyawan sejalan dengan
kemajuan tekhnologi.
c. Mengurangi waktu pembelajaran bagi pegawai/ karyawan baru agar
kompeten dalam pekerjaan.
d. Membantu memecahkan masalah operasional.
e. Mempersiapkan pegawai/ karyawan untuk mendapatkan promosi jabatan.

2.1.5 Prinsip-Prinsip Pendidikan dan Pelatihan


Beberapa prinsip dalam pendidikan dan pelatihan antara lain :
a. Perbedaan individu
Pada saat perencanaan dan pelaksanaan harus tetap diingat adanya perbedaan
individu dari para peserta baik latar belakang pendidikan, pengalaman, maupun
keinginan. Oleh karena itu, sifat dan cara pendidikan dan pelatihan harus
direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pendidikan dan pelatihan
tersebut akan dapat memberikan hasil dan manfaat dengan cakupan yang besar.

b. Analisis jabatan
Spesifikasi pekerjaan akan dapat menjelaskan pendidikan yang sesuai dan
harus dimiliki oleh calon pekerja untuk dapat menunjang pelaksanaan pekerjaannya.
Oleh karena itu, bahan-bahan yang akan diajarkan harus berhubungan erat dengan
apa yang dinyatakan dalam analisis pekerjaan peserta.

c. Motivasi
Orang akan bersungguh-sungguh melaksanakan suatu tugas tertentu bila ada
daya rangsangannya. Demikian juga halnya dengan peserta yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan, mereka melihat kenaikan upah maupun kenaikan
kedudukan adalah beberapa daya rangsang yang dipergunakan untuk belajar
sungguh-sungguh selama pendidikan dan pelatihan.

7
d. Partisipasi aktif
Peserta pendidikan dan pelatihan harus turut aktif dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan. Sistem pendidikan dengan jalan memberikan kuliah sering
kali membosankan karena bersifat satu arah. Oleh karena itu, pendidikan dan
pelatihan harus dapat memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran antara peserta
dan pengajar, sehingga peserta turut aktif berfikir selama pelaksanaan berlangsung.

e. Seleksi peserta pelatihan


Diantara peserta pendidikan dan pelatihan terdapat perbedaan baik
pendidikan, pengalaman maupun keinginan sehingga untuk menjaga agar perbedaan
tidak terlalu besar, maka calon peserta harus diseleksi. Pendidikan dan pelatihan
sebaiknya diberikan kepada peserta yang berminat dan berkemauan keras untuk
mengikutinya. Pada umumnya orang menganggap bahwa adanya seleksi
memberikan gambaran bahwa hanya orang-orang tertentu yang dapat mengikuti
pendidikan dan pelatihan.

f. Seleksi pengajar
Tidak setiap orang dapat menjadi seorang pengajar yang baik. Jabatan untuk
mengajar juga memerlukan kualifikasi tertentu karena berhasil atau tidaknya
pendidikan dan pelatihan tergantung ada atau tidaknya persamaan kualifikasi analisis
jabatan pengajar dengan kalifikasi analisisi pekerjaan peserta. Oleh karena itu, salah
satu asas penting dari pendidikan dan pelatihan ialah tersedianya tenaga pelatih yang
terdidik, berminat, dan mempunyai kesanggupan untuk mengajar.

g. Pelatihan pengajar
Pengajar dalam suatu pendidikan dan pelatihan harus mudah mendapatkan
pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Harus diingat bahwa tidak semua
orang yang pandai dalam suatu bidang tertentu dapat mengajarkan kepandaiannya
kepada orang lain.

h. Metode pelatihan
Metode pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan jenis
latihan yang diberikan. Metode pemberian kuliah tidak tepat bagi supervisor,

8
meskipun cara seperti ini dapat diberikan pada jenis pendidikan yang lain. Oleh
karena itu, pilih metode yang tepat untuk digunakan pada saat pendidikan dan
pelatihan.

i. Asas belajar
Pada umumnya orang akan lebih mudah mengkap pelajaran jika pelajaran
yang diberikan dimulai dari hal yang lebih mudah, baru kemudian mempelajari hal
yang lebih sulit.

2.1.6 Fungsi Pendidikan dan Pelatihan


Fungsi pendidikan dan pelatihan adalah :
a. Memperbaiki kinerja ( performance ) para peserta.
b. Mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih rumit dan
sulit.
c. Mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan
kepengawasan atau manajerial.
d. Dapat membantu karyawan membuat keputusan yang lebih baik.
e. Meningkatkan kemampuan di bidang kerjanya sehingga dapat mengurangi
stres dan menambah rasa percaya diri.
f. Sebagai proses penumbuhan intelektualitas sehingga kecemasan menghadapi
perubahan di masa-masa mendatang dapat dikurangi.

2.1.7 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan


Manfaat pendidikan dan pelatihan pata dikelompokan menjadi:
a. Manfaat bagi organisasi
 Peningkatan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan antara lain
karena tidak terjadinya pemborosan tetapi kecermatan melaksanakan tugas.
Kerjasama yang baik antara berbagai satuan kerja yang melaksanakan
kegiatan berbeda dan spesialistik, meningkatkan tekad mencapai sasaran
yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak
sebagai satuan yang bulat dan utuh.
 Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan. Saling
menghargai dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berfikir dan
bertindak secara inovatif.

9
 Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan kegiatan
tepat, selain itu para pegawai yang bertanggung jawab menyelengagarakan
kegiatan-kegiatan operasional dan tidak sekedar diperintah oleh manajer.
 Meningkatkan semangat kerja seluruh pegawai dalam organisasi dengan
komitmen organisasi yang lebih tinggi.
 Mendorong sikap keterbukaan manajemen, penerapan gaya manajerial
(pengurusan) yang partisipatif.
 Memperlancar jalannya komunikasi efektif yang memperlancar proses
perumusan kebijakan organisasi dan operasional.
 Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya ialah rasa persatuan
dan suasan kekeluargaan dikalangan para anggota organisasi.

b. Manfaat bagi individu


 Menolong para pegawai membuat keputusan dengan baik.
 Meningkatkan kemampuan para pegawai menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapinya.
 Timbulnya dorongan di dalam diri para pegawai untuk terus meningkatkan
kemampuan kerjanya.
 Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi, dan
konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri.
 Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan
oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal
dan intelektual.
 Meningkatkan kepuasan kerja
 Semakin besarnya tekad pegawai untuk lebih mandiri.
 Mengurangi ketakutan mengahadapi tugas-tugas baru di masa depan.

c. Manfaat bagi kelompok kerja


 Terjadinya proses komunikasi yang efektif.
 Adanya persepsi yang sama tentang tugas-tugas yang harus diselesaikan.
 Ketaatan semua pihak terhadap berbagai ketentuan yang bersifat normal,
berlaku umum, dan ditetapkan oleh instansi pemerintah yang berwenang
maupun yang berlaku khusus di lingkungan seluruh pegawai.
 Terjadinya iklim yang baik bagi pertumbuhan seluruh pegawai.

10
 Menjadikan organisasi sebagai tempat yang lebih menyenangkan untuk
berkarya.

2.1.8 Jenis-Jenis Pendidikan dan Pelatihan


Adapun jenis-jenis pendidikan dan pelatihan antara lain:
a. Diklat kepemimpinan
Diklat kepemimpinan yang selanjutnya disebut DIKLATPIM dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang
sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklat kepemimpinan adalah diklat dengan
sasaran utama untuk meningkatkan karir guna memangku suatu jabatan fungsi atau
pangkat tertentu secara bertahap dan untuk memperkaya atau meningkatkan
keterampilan manajemen kepemimpinan serta kemampuan menciptakan metode-
metode kerja baru. Diklat kepemimpinan dititikberatkan pada penajaman keahlian
spesifik baik dalam bidang pekerjaan maupun bidang manajerial. Antara lain
meliputi Diklat Pengelola Cabang, Kursus pimpinan Madya, dan Kursus pimpinan
Utama.
b. Diklat Fungsional
Diklat fungsional adalah diklat yang ditujukan untuk menunjang
mengembangkan keahlian atau keterampilan kerja dan dititikberatkan pada
perubahan pola kerja, cara kerja dan penggunaan metode kerja mutakhir. Diklat
fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan
jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing jenis dan jenjang diklat
fungsional untuk masing-masing jabatan fungsional ditetapkan oleh instansi pembina
jabatan fungsional yang bersangkutan.

b. Diklat Teknis
Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis
yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pegawai atau karyawan. Diklat teknis
dapat dilaksanakan secara berjenjang. Jenis dan jenjang diklat teknis untuk masing-
masing jabatan ditetapkan oleh instansi teknis yang bersangkutan.

2.2 Analisis Kebutuhan Program Diklat


Menurut Morrison (2001: 27), kebutuhan (need) adalah kesenjangan antara
apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke

11
depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah.
Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna
menentukan tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27).

 
Jenis Tingkat Kebutuhan Diklat
Tidak semua masalah kinerja dapat dipecahkan dengan diklat. Diklat dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan tingkat kebutuhannya,
Kebutuhan Diklat dibedakan menjadi Kebutuhan Tingkat Organisasi, Tingkat
Jabatan dan Tingkat Individu.

a. Kebutuhan Diklat Tingkat Organisasi


Kebutuhan Diklat Tingkat Organisasi merupakan himpunan data umum dari
bagian atau bidang yang mempunyai kebutuhan Pelatihan.

b. Kebutuhan Diklat Tingkat Jabatan


Adanya kesenjangan KSA (knowledge, Skill, Attitude) yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan baik yang bersifat periodik/ insidentil. Kebutuhan
Diklat tingkat jabatan dapat diketahui dengan mempergunakan analisis misi,
fungsi, tugas dan sub tugas yang diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi.
Kemudian kompetensi-kompetensi itu dikelompokkan sedemikan rupa
sehingga menghasilkan standar diklat untuk tiap-tiap jabatan.

c. Kebutuhan Diklat Tingkat Individu


Berkaitan dengan siapa dan jenis diklat apa yang diperlukan. Kebutuhan
Diklat tingkat individu dapat disusun dengan mempergunakan TNA Tool
(Training Needs Assessment), yakni dengan membandingkan kesenjangan
standar kompetensi dalam jabatan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh
seorang PNS yang bekerja dalam unit jabatan tersebut.

Beberapa tujuan dilaksanakannya analisis kebutuhan diklat adalah :


a. Untuk mendapatkan data akurat yang diperlukan dalam pembuatan Analisis
Kebutuhan Diklat.
b. Dasar Penyusunan program Diklat

12
c. Pedoman Organisasi dalam merancang bangun program Diklat
d. Masukan bagi Pimpinan organisasi dalam penyusunan kebijakan lebih lanjut
e. Menjaga dan meningkatkan produktivitas kerja pada organisasi.
f. Menghadapi kebijakan baru.
g. Menghadapi tugas-tugas baru.

Sedangkan manfaat dari analisis kebutuhan diklat beberapa


diantaranya adalah:
a. Program-program diklat sesuai dgn kebutuhan organisasi, jabatan maupun
individu
b. Menjaga & meningkatkan motivasi peserta dlm mengikuti diklat
c. Efisiensi biaya organisasi
d. Memahami penyebab timbulnya masalah dalam organisasi

Suatu analisa kebutuhan diklat harus mencakup sekurang-kurangnya


tiga karakteristik sebagai berikut :
a. Data harus menyajikan kondisi aktual responden dan orang-orang terkait,
baik itu mencakup kondisi saat ini maupun kondisi yang akan datang,
b. Tidak ada kebutuhan yang bersifat final dan lengkap. Kita harus menyadari
bahwa pernyataan tentang kebutuhan diklat bersifat tentatif / sementara,
c. Ketimpangan seharusnya diidentifikasi dari produk dan proses. Bisa
terjadinya produk yang baik tetapi proses untuk menghasilkan produk
tersebut tidak efisien atau sebaliknya prosesnya efektif sesauai dengan target
atau harapan.

2.3 Prosedur Analisis Kebutuhan Program Diklat


Merancang Analisis Kebutuhan Diklat dengan merumuskan masalah dan
tujuannya melalui model-model analisis kebutuhan diklat. Model tersebut sebagai
berikut :
a. Model Internal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari dalam
organisasi. Aktivitas dimulai dengan analisis kesenjangan antara tingkah laku
dan keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas, dibandingkan dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

13
b. Model Eksternal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari luar
organisasi. Aktivitas dimulai dengan melihat manfaat dari hasil didik bagi
masyarakat atau organisasinya.
c. Model Gabungan. Model ini mengacu pada model sistem organisasi bahwa
sesuatu terjadi di dalam organisasi tidak dapat lepas dari apa yang terjadi di
luar organisasi (lingkungan eksternal mempengaruhi lingkungan internal).

Dalam melakukan analisis kebutuhan diklat, ada tiga teknik pendekatan yang umum
digunakan dalam menentukan kebutuhan diklat, yaitu :

1.      Pendekatan Analisis Kinerja


Langkah-langkah dalam prosedur analisis kinerja tersebut adalah sebagai berikut :
1)      mengidentifikasi standar kinerja
2)      mengidentifikasi kinerja
3)      mengidentifikasi dan merumuskan masalah
4)      mengidentifikasi bukti-bukti masalah
5)      mengidentifkasi penyebab masalah
6)      mengidentifikasi pemecahan masalah.

2.      Pendekatan Focus Group dan Nominatif Group


Focus Group Technique (FGT) adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk
mencari dan menentukan fokus dari suatu kegiatan sesuai dengan kebutuhan
kelompok. Teknik ini bersifat kualitatif yang dalam proses pelaksanaannya
memerlukan bantuan seorang fasilitator. Dalam penerapan FGT kelompok bisa
terdiri dari calon peserta diklat, widyaiswara, penyelenggara diklat dan unsur
kepegawaian. Hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah :
1. Jumlah anggota sebaiknya antara 8 – 12 orang
2. Tempat duduk disusun membentuk huruf “U”
3. Satu orang fasilitator pada setiap kelompok dibantu oleh seorang pencatat
4. Ide atau gagasan dikemukakan dengan menjawab empat pertanyaan yang
telah disiapkan secara tertulis.
5. Partisipasi aktif dari semua anggota kelompok sangat diperlukan. Peran
fasilitator sangat penting untuk memotivasi anggota dalam menyampaikan
ide atau gagasan.

14
6. Tidak ada tanggapan, sanggahan atau diskusi terhadap ide atau pemikiran
yang disampaikan anggota.
7. Posisi semua anggota kelompok adalah sama, tidak memandang status atau
jabatan.

Untuk menggali ide atau gagasan, empat pertanyaan yang diajukan adalah :
1. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang anda miliki
pada saat menduduki jabatan sekarang?
2. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang pada
kenyataannya anda perlukan dan telah anda pergunakan dalam
menyelesaikan tugas pokok dan fungsi anda selama ini?
3. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang menurut
anda sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas pokok dan fungsi
anda selama ini?
4. Darimana dan bagaimanakah cara memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
anda?

Setelah proses focus group selesai dilanjutkan dengan nominal group technique
(NGT). Ada empat kegiatan pokok dalam NGT, yaitu :
1. Para anggota kelompok menuliskan ide atau gagasan pada selembar kertas
(Listing)
2. Daftar ide atau gagasan dari para anggota kelompok tersebut dicatat pada
kertas flipchart (Recording)
3. Dilakukan klasifikasi, penyederhanaan dan kombinasi ide atau gagasan untuk
menghindari duplikasi (Collating).
4. Para anggota kelompok melakukan penilaian secara individual untuk
menentukan prioritas (Prioritizing)

3.      Pendekatan D I F (Difficulties, Importance, Frequency).


DIF analisis adalah analisis kebutuhan diklat yang berdasarkan pada job analisis
(Analisis Jabatan) yang diikuti dengan mencari tingkat kesulitan (difficulties/D),
tingkat kepentingan (importance/I) dan tingkat keseringan (frequency/F).
Berdasarkan tingkat-tingkat tersebut dicari analisis job manakah yang paling D, I, F.

15
Dari hasil tersebut, maka patut dicurigai terdapat kesenjangan ketrampilan. Mengapa
patut dicurigai?, karena harus dikenali kemungkinan adanya indikator pelatihannya
dengan menggunakan pertanyaan mengapa. Disamping itu kita harus juga
melaksanakan wawancara dengan atasan yang bersangkutan (responden) untuk
mengetahui standar prestasi responden. Apakah yang bersangkutan sudah memenuhi
standar yang ditentukan.

Jika terdapat prestasi yang di bawah standar, maka dilakukan analisis lebih lanjut
dalam rangka penemuan kebutuhan diklat. Hal ini dimungkinkan, bahwa ada
kemungkinan prestasi di bawah standar tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan ketrampilan, namun karena indikator lain seperti sarana dan
prasarana.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang berjudul “Konsep dan Prosedur Analisis
Program Diklat” ini yaitu sebuah pelaksanaan program diklat tidak akan berjalan
sesuai dengan rencana tanpa adanya analisis kebutuhan diklat terlebih dahulu.
Konsep dasar sebuah diklat yaitu meliputi sebuah pemahaman mengenai pengertian
pendidikan, pengertian pelatihan serta perbedaan dari keduannya. Selain itu
mengenai pemahaman tentang apa saja kebutuhan diklat yang dibutuhkan dan
bagaimana prosedur analisis kebutuhan program diklat tersebut.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas. 

17
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER/Downloads/ANALISIS-KEBUTUHAN-DIKLAT.pdf,
diakses 31 Agustus 2019.
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/konsep-pendidikan-dan-pelatihan.html,
diakses 31 Agustus 2019.
https://ahlipresentasi.com/bagaimana-cara-melakukan-analisa-kebutuhan-pelatihan-
secara-efektif/, diakses 31 Agustus 2019.
https://amrianihamzah.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-analisis-kebutuhan-
diklat.html, diakses 31 Agustus 2019.
https://bdksemarang.kemenag.go.id/upaya-peningkatan-mutu-diklat-melalui-
kegiatan-analisis-kebutuhan-diklat-akd/, diakses 31 Agustus 2019.
https://edutrial.wordpress.com/2012/05/05/analisis-kebutuhan-diklat-training-needs-
assessment/, diakses 31 Agustus 2019.
https://www.academia.edu/21873744/Konsep_Dasar_Pendidikan_dan_Latihan,
diakses 31 Agustus 2019.
https://www.slideshare.net/RoyadiNusa/pengertian-diklat-ii, diakses 31 Agustus
2019.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-pendidikan/, diakses 31 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai