OLEH:
MAXYANUS TARUK LOBO’
A311 12 296
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
A. KONSEP DASAR
1. Sifat dan Tujuan
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelopok transaksi yang krang dari 100% dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Rencana
sampling untuk pengujian substantif dapat dirancang untuk memperoleh bukti
bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji material atau membuat estimasi
independen mengenai jumlah tertentu.
2. Ketidakpastian, Resiko Sampling, dan Resiko Audit
Auditor dibenarkan menerima beberapa ketidakpastian dalam pengujian substantif
jika biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pengujian data 100% atas
item dalam populasi, dalam pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi
kemungkinan kesalahan pendapat karena menguji sampel data. Sampling audit
dalam pengujian substantif ditujukan baik untuk resiko sampling dan non sampling.
Resiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah resiko
kesalahan penerimaan dan resiko kesalahan penolakan. Resiko kesalahan
penerimaan berkaitan dengan efektifitas audit, dan resiko kesalahan penolakan
berkaitan dengan efisiensi audit. Resiko kesalahan penerimaan adapt ditentukan
dengan rumus :
AR
TD=
IR x CR x AP
1. Rencana Sampling
a. Menentukan tujuan rencana
Tujuan rencana sampling PPS adalah untuk memperoleh bukit bahwa saldo
akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Asersi laporan keuangan
tertentu yang mempengaruhi bukti sampel yang dipakai tergantung pada
prosedur audit yang dipakai untuk item sampel tersebut.
b. Menetapkan populasi dan unit sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk
setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah sleuruh item tersebut akan
diikutkan. Sebagai contoh, empat populasi adalah masuk akal apabila populasi
itu didasarkan pada saldo akun dalam buku besar piutang usaha yaitu, seluruh
saldo, saldo debet, saldo kredit, dan saldo nol. Unit sampling adalah dollar itu
sendiri, dan populasinya adalah jumlah dollar yang sama dengan jumlah total
dollar pada populasi tersebut. Setiap dollar dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
c. Menentukan ukuran sampel
Rumus untuk menentukan ukuran sampel adalah
BV x RF
n=
TM −( AM x EF)
ASR = BP + IA
BP: ketepatan dasar
IA : cadangan incremental untuk resiko sampling
b. Kekurangan :
1) Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus
tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku. Ketika kurang saji atau
nilai audit kurang dari nol diantisipasi, pertimbangan perancangan khusus
diperlukan.
2) Jika kekuragan sajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas
sampel tersebut memerlikan pertimbangan khusus.
3) Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan
pertimbangan khusus.
4) Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel.
5) Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran
sampel yang sesuai juga meningkat. Dengan demikian, adapt terjadi ukuran
sampel yang lebih besar daripada sampling variabel kalsik.
c. Rasio
Dalam teknik ini, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit
dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan
dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total.
Cadangan resiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio
nilai audit dan nilai buku untuk item sampel secara individual.
2. Estimasi Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap unsur dalam
sampel. Rerata dari nilai-nilai audit tersebut kemudian dihitung dan dikalikan
dengan jumlah unit dalam popualsi sehingga bisa diperoleh taksiran total nilai
populasi.
a. Menentukan Tujuan Rencana Sampling MPU
Tujuan suatu rencana sampling MPU bisa untuk (1) mendapatkan bukti bahwa
saldo rekening menurut catatan adalah tidak salah saji secara material, (2)
mengembangkan suatu estimasi independen tentang suatu jumlah, apabila
tidak tersedia buku berdasarkan catatan.
b. Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Dalam menetapkan populasi, auditor harus mempertimbangkan sifat item-item
yang ada dalam populasi dan apakah seluruh item memenuhi ketentuan untuk
dipilih dalam sampel tersebut. Namn demikian, tidak perlu memverifikasi bahwa
nilai buku item individual sama dengan nilai buku populasi tersebut karena total
nilai buku secara individual bukan merupakan variabel dalam perhitungan
MPU. Unit sampling harus disesuaikan dengan tujuan audit dan prosedur audit
yang dilakukan.
c. Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor berikut menetukan ukurans ampel dalam estimasi sampel MPU:
1) Ukuran Populasi
Sangatlah penting memiliki pengetahuan yang tetap atas jumlah unit-unit
dalam populasi karena faktor ini masuk dalam perhitungan ukuran sampel
dalam hasil sampel. Ukuran populasi secara langsung mempengaruhi
ukuran sampel, semakin besar populasi maka semakin besar ukuran
sampel.
2) Estimasi penyimpangan standar populasi
Dalam estimasi MPU, ukuran sampel diperlukan untuk mencapai tujuan
statistik yang ditetapkan yang dikaitkan secara langsung dengan variabilitas
nilai-nilai pada item populasi. Ukuran variabilitas yang digunakan adalah
penyimpangan standar. Oleh karena nilai audit tidak ditemukan untuk
setiap populasi, maka penyimpangan standar standar nilai audit untuk item-
item dalam sampel dapat digunakan sebagai pangan standar sampel tidak
diketahui sebelum sampel dipilih, maka hal ini juga harus diestimasi.
Ada tiga cara pengestimasian faktor ini. Pertama, dalam perikatan berulang
pentimpangan satndar yang ditemukan dalam audit terdahulu dapat
digunakan untuk mengestimasi penyimpangan standar tahun berjalan.
Kedua, penyimpangan standar dapat dietimasikan dari nilai buku yang
tersedia. Ketiga, auditor dapat mengambil prasampel kecil yang terdiri dari
30 sampai 50 item dan mendasarkan estimasi tersebut populasi tahun
berjalan dari nilai audit item-item sampel ini.
3) Salah saji yang dapat ditoleransi
4) Risiko kesalahan penolakan
Faktor ini memperbolekan auditor untuk mengendalikan risiko bahwa hasil
sampel akan mendukung kesimpulan dimana saldo akun yang dicatat
mengandung salah saji secara material oada saat tidak terjadi salah saji.
Konsekuensi penting dari risiko ini adalah potensi terjadinya biaya
tambahan berkaitan dengan prosedur audit tambahan harus menghasilkan
kesimpulan bahwa saldo tidak mengandung salah saji secara material.
Berbeda dengan sampling PPS, auditor harus mengkuantifikasi risiko
kesalahan penolakan dalam sampling MPU, demikian juga halnya dengan
risiko penerimaan. Risiko kesalahan penolakan mempunyai pengaruh
terbalik terhadap ukuran sampel. Jika auditor menetapkan risiko kesalahan
penolakan yang sangat rendah, maka ukuran dan biaya perlakuan sampel
awal akan lebih besar.
5) Risiko kesalahan penerimaan
Faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan risiko ini sama dengan
sampling PPS. Risiko kesalah penerimaan sakah saji saldo secara material
biasanya ditetapkan dalam kisaran 5 % sampai 30 %, bergantung pada
penilaian tingkat risiko pengendalian auditor dan hasil pengujian substantif
lainnya. Risiko kesalahan penerimaan memiliki pengaruh terbalik terhadap
ukuran sampel, yaitu, semakin rendah risiko yang ditetapkan, semakin
besar ukuran sampel.
6) Cadangan risiko sampling yang direncanakan
Cadangan risiko sampling yang direncakan kadang-kadang disebut sebagai
“ketepatan yang diinginkan”, ditentukan sebagai berikut
A = R x TM
Dimana:
A= cadangan risiko sampling yang direncakan atau diinginkan
R= rasio cadangan risiko sampling yang diinginkan untuk salah saji yang
dapat ditoleransi
TM= salah saji yang dapat ditoleransi.
2
N .Ur . Sxj
n= ( A )
n = ukuran populasi
UR = standar deviasi normal untuk risiko keliru menolak yang diinginkan
Sxj = estimasi standar deviasi populasi
A = cadangan untuk risiko sampling direncakan atau diinginkan
Meskipun dua faktor terakhir dalam daftar diatas tidak tampak dalam rumus
ukuran sampel, namun kedua faktor tersebut mempengaruhi ukuran
sampel, yang ditunjukkan dengan pengaruhnya terhadap perhitungan
cadangan risiko sampling yang direncanakan.
a) Menentukan metode pemilihan sampel
Metode pemilihan nomor acak yag sederhana lainnya atau metode
pemilihan sistematis.
b) Melaksanakan rencana sampling
Fase pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi
tahap-tahap berikut:
i. Melakukan prosedur audit yang tepat untuk menentukan nilai audit
setiap item sampel
ii. Menghitung statistik berikut berdasarkan data sampel:
(a) Rata-rata audit sampel
(b) Penyimpangan standar pada nilai audit sampel
c) Evaluasi hasil sampel
Ini merupakan langkah terakhir dalam rencana sampling, dimana auditor
melakukan perhitungan kuantitatif dan kualitatif pada hasil-hasil sampel
dan kemudian membuat kesimpulan menyeluruh.
3. Estimasi Diferensiasi
Dalam samplinh estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel
dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Tiga kondisi berikut diperlukan
dalam penggunaan teknik ini:
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secara individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan.
b. Kekurangan :
1) Lebih rumit dibandingkan dengan PPS. Auditor perlu bantuan program
computer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi hasil
sampel.
2) Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi
penyimpangan standar karakteristik yang dikehendaki dalam populasi.
AV AV ¿ x BV i
i=¿ ¿
BV ¿
dimana
AV ¿ −BV ¿
D i=
( ni
x Ni
)
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.