Anda di halaman 1dari 15

Rangkuman Mata Kuliah Pengauditan 1:

SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN


SUBSTANTIF

OLEH:
MAXYANUS TARUK LOBO’
A311 12 296

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
A. KONSEP DASAR
1. Sifat dan Tujuan
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelopok transaksi yang krang dari 100% dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Rencana
sampling untuk pengujian substantif dapat dirancang untuk memperoleh bukti
bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji material atau membuat estimasi
independen mengenai jumlah tertentu.
2. Ketidakpastian, Resiko Sampling, dan Resiko Audit
Auditor dibenarkan menerima beberapa ketidakpastian dalam pengujian substantif
jika biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pengujian data 100% atas
item dalam populasi, dalam pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi
kemungkinan kesalahan pendapat karena menguji sampel data. Sampling audit
dalam pengujian substantif ditujukan baik untuk resiko sampling dan non sampling.
Resiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah resiko
kesalahan penerimaan dan resiko kesalahan penolakan. Resiko kesalahan
penerimaan berkaitan dengan efektifitas audit, dan resiko kesalahan penolakan
berkaitan dengan efisiensi audit. Resiko kesalahan penerimaan adapt ditentukan
dengan rumus :
AR
TD=
IR x CR x AP

3. Pendekatan Sampling Statistik


Ada dua pendekatan sampling yang adapt digunakan auditor, yaitu sampling PPS
(probability-proportional-to size) dan sampling variabel klasik (classical variables
sampling. Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut adalah bahwa
sampling PPS didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel
klasik didasarkan pada teori distribusi normal. Setiap pendekatan bermanfaat dalam
memperoleh bukti yang cukup sesuai standar pekerjaan lapangan.

B. SAMPLING PPS (PROBABILITY-PROPORTIONAL-TO SIZE)


Sampling PPS adalah pendekatan yang meggunakan teori sampling atribut untuk
membuat kesimpulan dalam jumlah nominal, bukan dalam tingkat penyimpanan.
Bentuk sampling ini dapat digunakan dalam pengujian substantif atas transaksi dan
saldo akun. Tujuan utama atas sampling ini adalah untuk mengestimasi secara
independen nilai kelompok transaksi atau saldo.

1. Rencana Sampling
a. Menentukan tujuan rencana
Tujuan rencana sampling PPS adalah untuk memperoleh bukit bahwa saldo
akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Asersi laporan keuangan
tertentu yang mempengaruhi bukti sampel yang dipakai tergantung pada
prosedur audit yang dipakai untuk item sampel tersebut.
b. Menetapkan populasi dan unit sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk
setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah sleuruh item tersebut akan
diikutkan. Sebagai contoh, empat populasi adalah masuk akal apabila populasi
itu didasarkan pada saldo akun dalam buku besar piutang usaha yaitu, seluruh
saldo, saldo debet, saldo kredit, dan saldo nol. Unit sampling adalah dollar itu
sendiri, dan populasinya adalah jumlah dollar yang sama dengan jumlah total
dollar pada populasi tersebut. Setiap dollar dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
c. Menentukan ukuran sampel
Rumus untuk menentukan ukuran sampel adalah
BV x RF
n=
TM −( AM x EF)

BV : nilai buku populasi yang diuji (book value)


RF : faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM : salah saji yang dapat ditoleransi
AM : salah saji yang diantisipasi
EF : faktor eksapansi untuk salah saji yang diantisipasi

d. Menentukan metode pemilihan sampel


Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS
adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam
dollar ke interval yang sebanding dengan dollar. Unit logis kemudian dipilih
secara sistematis dari setiap interval. Dengan demikian, interval sampling
dihitung :
BV
SI=
n

e. Melaksanakan rencana sampling


Dalam fase perencanaan, audtor memaai prosedur auditing yang sesuai untuk
menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi
perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja.
Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji dalam
populasi.

f. Mengevaluasi hasil sampel


Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah
saji (upper misstatement limit / UML) dari data sampel dan
membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi dalam
perancangan sampel. Jika UML lebih kecil dari atau sama dengan salah saji
yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku
populasi tidak dicatat melebihi TM pada resiko kesalahan penerimaan yang
ditetapkan. UML dihitung sebagai berikut :
UML = PM + ASR
PM : salah sajitotal yang diproyeksikan dalam populasi
ASR : cadangan resiko sampling

ASR = BP + IA
BP: ketepatan dasar
IA : cadangan incremental untuk resiko sampling

Hasil sampel digunakan untuk mengestimasi proyeksi salah saji dalam


populasi. Jika tidak ada salah sajiyang ditemukan dalam sampel, faktor PM
dalam rumus di atas adalah nol. Jika salah saji ditemukan dalam sampel,
auditor harus menghitung total salah saji yang diproyeksikan dalam populasi
dan cadangan resiko sampling untuk menentukan batas atas salah saji.

2. Keuntungan dan Kekurangan Sampling PPS


a. Keuntungan :
1) Lebih mudah digunakan karena auditor adapt mengitung ukuran sampel
dan mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan
tabel.
2) Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran
penyimpangan yang diestimasi pada nilai audit.
3) Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah
distratifikasi karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai
dollarnya.
4) Pemilihan sampel menunjukkan beberapa item yang secara individual
signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas moneter.
5) Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya
akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari
sampling variabel klasil.
6) Sampel PPS lebih mudah dirancang dan peilihan sampel dapat dimulai
sebelum tersedia populasi yang lengkap.

b. Kekurangan :
1) Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus
tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku. Ketika kurang saji atau
nilai audit kurang dari nol diantisipasi, pertimbangan perancangan khusus
diperlukan.
2) Jika kekuragan sajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas
sampel tersebut memerlikan pertimbangan khusus.
3) Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan
pertimbangan khusus.
4) Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel.
5) Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran
sampel yang sesuai juga meningkat. Dengan demikian, adapt terjadi ukuran
sampel yang lebih besar daripada sampling variabel kalsik.

C. SAMPLING VARIABEL KLASIK


Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari populasinya.
Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan audit berkaitan
dengan kemungkinan krang saji atau lebih saji dari saldo akun dan keadaan lain
ketisampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
1. Jenis-jenis Teknik Sampling Variabel Klasik
a. Rata-rata per unit (mean-per-unit/MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan niali audit untuks setiap item
dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan
jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi.
Cadangan resiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung
untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.
Tujuan rencana MPU adalah untuk memperoleh bukti bahwa catatan saldo
akun tidak salah saji secara material atau mengembangkan estimasi
independen tentang jumlah ketika tidak ada catatan nilai buku yang tersedia.
b. Diferensiasi (difference)
Dalam teknik ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai audit
item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan ini kemudian
digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total populasi dan variabilitas
perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan resiko sampling yang
dicapai. Metode ini hanya adapt digunakan untuk memperoleh bukti bahwa
saldo yang dicatat tidak salah saji secara material.

c. Rasio
Dalam teknik ini, pertama auditor menentukan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai audit
dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan
dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total.
Cadangan resiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio
nilai audit dan nilai buku untuk item sampel secara individual.
2. Estimasi Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap unsur dalam
sampel. Rerata dari nilai-nilai audit tersebut kemudian dihitung dan dikalikan
dengan jumlah unit dalam popualsi sehingga bisa diperoleh taksiran total nilai
populasi.
a. Menentukan Tujuan Rencana Sampling MPU
Tujuan suatu rencana sampling MPU bisa untuk (1) mendapatkan bukti bahwa
saldo rekening menurut catatan adalah tidak salah saji secara material, (2)
mengembangkan suatu estimasi independen tentang suatu jumlah, apabila
tidak tersedia buku berdasarkan catatan.
b. Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Dalam menetapkan populasi, auditor harus mempertimbangkan sifat item-item
yang ada dalam populasi dan apakah seluruh item memenuhi ketentuan untuk
dipilih dalam sampel tersebut. Namn demikian, tidak perlu memverifikasi bahwa
nilai buku item individual sama dengan nilai buku populasi tersebut karena total
nilai buku secara individual bukan merupakan variabel dalam perhitungan
MPU. Unit sampling harus disesuaikan dengan tujuan audit dan prosedur audit
yang dilakukan.
c. Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor berikut menetukan ukurans ampel dalam estimasi sampel MPU:
1) Ukuran Populasi
Sangatlah penting memiliki pengetahuan yang tetap atas jumlah unit-unit
dalam populasi karena faktor ini masuk dalam perhitungan ukuran sampel
dalam hasil sampel. Ukuran populasi secara langsung mempengaruhi
ukuran sampel, semakin besar populasi maka semakin besar ukuran
sampel.
2) Estimasi penyimpangan standar populasi
Dalam estimasi MPU, ukuran sampel diperlukan untuk mencapai tujuan
statistik yang ditetapkan yang dikaitkan secara langsung dengan variabilitas
nilai-nilai pada item populasi. Ukuran variabilitas yang digunakan adalah
penyimpangan standar. Oleh karena nilai audit tidak ditemukan untuk
setiap populasi, maka penyimpangan standar standar nilai audit untuk item-
item dalam sampel dapat digunakan sebagai pangan standar sampel tidak
diketahui sebelum sampel dipilih, maka hal ini juga harus diestimasi.
Ada tiga cara pengestimasian faktor ini. Pertama, dalam perikatan berulang
pentimpangan satndar yang ditemukan dalam audit terdahulu dapat
digunakan untuk mengestimasi penyimpangan standar tahun berjalan.
Kedua, penyimpangan standar dapat dietimasikan dari nilai buku yang
tersedia. Ketiga, auditor dapat mengambil prasampel kecil yang terdiri dari
30 sampai 50 item dan mendasarkan estimasi tersebut populasi tahun
berjalan dari nilai audit item-item sampel ini.
3) Salah saji yang dapat ditoleransi
4) Risiko kesalahan penolakan
Faktor ini memperbolekan auditor untuk mengendalikan risiko bahwa hasil
sampel akan mendukung kesimpulan dimana saldo akun yang dicatat
mengandung salah saji secara material oada saat tidak terjadi salah saji.
Konsekuensi penting dari risiko ini adalah potensi terjadinya biaya
tambahan berkaitan dengan prosedur audit tambahan harus menghasilkan
kesimpulan bahwa saldo tidak mengandung salah saji secara material.
Berbeda dengan sampling PPS, auditor harus mengkuantifikasi risiko
kesalahan penolakan dalam sampling MPU, demikian juga halnya dengan
risiko penerimaan. Risiko kesalahan penolakan mempunyai pengaruh
terbalik terhadap ukuran sampel. Jika auditor menetapkan risiko kesalahan
penolakan yang sangat rendah, maka ukuran dan biaya perlakuan sampel
awal akan lebih besar.
5) Risiko kesalahan penerimaan
Faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan risiko ini sama dengan
sampling PPS. Risiko kesalah penerimaan sakah saji saldo secara material
biasanya ditetapkan dalam kisaran 5 % sampai 30 %, bergantung pada
penilaian tingkat risiko pengendalian auditor dan hasil pengujian substantif
lainnya. Risiko kesalahan penerimaan memiliki pengaruh terbalik terhadap
ukuran sampel, yaitu, semakin rendah risiko yang ditetapkan, semakin
besar ukuran sampel.
6) Cadangan risiko sampling yang direncanakan
Cadangan risiko sampling yang direncakan kadang-kadang disebut sebagai
“ketepatan yang diinginkan”, ditentukan sebagai berikut
A = R x TM
Dimana:
A= cadangan risiko sampling yang direncakan atau diinginkan
R= rasio cadangan risiko sampling yang diinginkan untuk salah saji yang
dapat ditoleransi
TM= salah saji yang dapat ditoleransi.

Rumus ukuran sampel. Rumus Ukuran sampel yang digunakan untuk


menentukan ukuran sampel untuk estimasi sampel MPU:

2
N .Ur . Sxj
n= ( A )
n = ukuran populasi
UR = standar deviasi normal untuk risiko keliru menolak yang diinginkan
Sxj = estimasi standar deviasi populasi
A = cadangan untuk risiko sampling direncakan atau diinginkan

Pengaruh dari perubahan nilai suatu faktor terhadap ukuran sampel,


sementara faktor lain konstan, diringkas sebagai berikut:
Faktor Hubungan dengan
Ukuran Sampel
Ukuran populasi Langsung
Variasi dalam populasi (penyimpangan Langsung
standar
Risiko keasalah penolakan Terbalik
Cadangan risiko sampling yang direncanakan Terbalik
Risiko kesalahan penerimaan Terbalik
Salah saji yang dapat ditoleransi Terbalik

Meskipun dua faktor terakhir dalam daftar diatas tidak tampak dalam rumus
ukuran sampel, namun kedua faktor tersebut mempengaruhi ukuran
sampel, yang ditunjukkan dengan pengaruhnya terhadap perhitungan
cadangan risiko sampling yang direncanakan.
a) Menentukan metode pemilihan sampel
Metode pemilihan nomor acak yag sederhana lainnya atau metode
pemilihan sistematis.
b) Melaksanakan rencana sampling
Fase pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi
tahap-tahap berikut:
i. Melakukan prosedur audit yang tepat untuk menentukan nilai audit
setiap item sampel
ii. Menghitung statistik berikut berdasarkan data sampel:
(a) Rata-rata audit sampel
(b) Penyimpangan standar pada nilai audit sampel
c) Evaluasi hasil sampel
Ini merupakan langkah terakhir dalam rencana sampling, dimana auditor
melakukan perhitungan kuantitatif dan kualitatif pada hasil-hasil sampel
dan kemudian membuat kesimpulan menyeluruh.
3. Estimasi Diferensiasi
Dalam samplinh estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel
dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Tiga kondisi berikut diperlukan
dalam penggunaan teknik ini:
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secara individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan.

1) Menentukan tujuan dan menetapkan populasi dan unit sampling


Oleh karena nilai buku harus diketahui dalam estimasi diferensiasi, metode ini
hanya dapat digunakan untuk memperoleh bukti bahwa saldo yang dicatat
tidak salahs aji secara material. Pertimbangan lain yang relevan dengan tahap-
tahap ini adalah sama dengan sampling MPU.
2) Menentukan ukuran sampel
Faktor-faktor yang sama diperlukan dalam menentukan ukuran sampel untuk
sampel estimasi MPU dan estimasi diferensiasi, dengan satu pengecualian.
Dalam estimasi diferensiasi, digunakan estimasi penyimpangan standar dari
perbedaan antara nilai audit dan niali buku, bukan estimasi penyimpangan
standar nilai audit itu sendiri.auditor dapat mendasarkan estimasi ini pada
sampel tahun-tahun sebelumnya atau pada perbedaan yang ditemukan dalam
prassampel audit berjalan.
Perubahan-perubahan diperlukan dalam rumus-rumus sebelumny dalam
estimasi MPU untuk menghitung standar penyimpangan dan ukuran sampel.
Dalam rumus penyimpangan standar, diperlukan substitusi dalam smbol
berikut:
a) Sdj (estimasi penyimpangan standar dari perbedaan populasi) untuk Sxj.
b) dj (perbedaan antara nilai audit dan nilai buku pada item sampel individual)
unutk Xj.
c) d (rata-rata perbedaan antara nialai audit dan nilai buku untuk item-item
sampel) untuk x

3) Menentukan metode pemilihan sampel


Metode pemilihan dalam tahap ini sama, baik dalam estimasi MPU maupun
estimasi diferensiasi.
4) Melaksanakan rencana sampling
Tahap awal dalam pelaksanaan rencana sampling adalah menentukan nilai
audit pada setiap item sampel. Dengan demikian, hal ini sama dengan pada
sampling MPU. Namun demikian, untuk selanjutnya diperlukan tahap-tahap
berikut:
a) Menghitung perbedaan untuk setiap item sampel yang sama pada nilai
audit item-item tersebut dikurangi nilai bukunya. Perbedaannya mungkin
positif (nilai audit melebihi nilai buku), negatif (nilai audit lebih kecil dari nilai
buku), atau no (nilai audit sama dengan niali buku)
b) Jumlah perbedaan-perbedaan item sampel individual
c) Membagi jumlah perbedaan tersebut dengan jumlah item dalam sampel
untuk memperoleh rata-rata perbedaan
d) Menghitung standar penyimpangan perbedaan sampel.
Untuk melakukan penilaian kuantitatif, estimasi diferensiasi perbedaan proyeksi
total dalam populasi tersebut pertama-tama dilakaukan sebagai berikut:
D=N x d
Estimasi nilai total populasi kemudian ditentukan sebagai berikut:
X= BV + D
Langkah kedua dalam penilaian kuantitatif adalah mengitung cadangan risiko
sampling yang dicapai. Dalam melakukan perhitungan ini, diperlukan substitusi
penyimpangan standar perbedaa-perbedaan sampel untuk penyimpangan
standar nilai audit sampel.
Langkah terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah menghitung kisaran
estimasi nilai populasi total dan menentukan apakah nilai bukunya anjlok dalam
kisaran tersebut.
4. Estimasi Rasio
a. Melaksanakan Rencana Sampel
Setelah dilakukan audit untuk item sampel ditentukan, dalam estimasi rasio
penting untuk:
1) Hitung rasio antara jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk unsur-
unsur sampel (R).
2) Hitung rasio antara nilai audit dengan nilai buku untuk setiap unsur.
3) Hitung standar deviasi untuk rasio individual dari unsur-unsur sampel (Srj).
b. Mengevaluasi Hasil Sampel
Dalam estimasi rasio, estimasi nilai total populasi ditentukan dengan rumus
berikut:

Rumus untuk menentukan cadangan untuk risiko sampling dicapai sama


dengan rumus pada estimasi selisih, kecuali standar deviasi selisih diganti
dengan standar deviasi untuk rasio individual dalam sampel. Tahap akhir
adalah melakukan penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap hasil
sampel sebagai dilakukan dalam estimasi MPU dan estimasi selisih.

5. Keuntungan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik


a. Keuntungan :
1) Sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS
2) Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan
pertimbangan perancangan khusus.
3) Jika ada perbedaan besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor
dapat terpenuhi hanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil
dibandingkan sampling PPS.

b. Kekurangan :
1) Lebih rumit dibandingkan dengan PPS. Auditor perlu bantuan program
computer untuk merancang sampel yang efisien dan mengevaluasi hasil
sampel.
2) Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi
penyimpangan standar karakteristik yang dikehendaki dalam populasi.

D. SAMPLING NON STATISTIK DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF


Perbedaan utama antara sampling non statistik dan statistik terletak dalam tahap-
tahap penentuan ukuran sampel dan pengevaluasian hasil sampel. Tahap-tahap ini
sering dipahami lebih objektif atau lebih teliti dalam sampling statistik, serta lebih
subjektif dan mendasarkan pada pertimbangan dalam sampel-sampel non statistik.
1. Menentukan Ukuran Sampel
Pertimbangan yang hati-hati dalam perancangan sampel harus dilakukan untuk
memperoleh sampel-sampel yang efisisen dan efektif. Hal ini dihasilkan dalam
sampel statistik yang secara eksplisit menspesifikasikan faktor-faktor penting dan
menghubungkannya ke model matematika. Sebagai contoh, auditor harus
mempertimbangkan hubungan berikut :

Faktor Pengaruhnya terhadap ukuran sampel


Ukuran populasi Langsung
Variasi dalam populasi Langsung
Salah saji yang dapat ditoleransi Terbalik
Salah saji yang diharapkan Langsung
Resiko kesalahan penerimaan Terbalik
Resiko kesalahan penolakan Terbalik

2. Mengevaluasi Hasil Sampel


Dala sampling non statistik seperti halnya sampling statistik, auditor harus
memproyeksikan salah saji yang ditemukan dalam sampel pada populasinya dan
mempertimbangkan resiko sampling ketika mengevaluasi hasil sampel. Dua
metode yang dipakai dalam memproyeksian salah saji dalam sampling non statistik
adalah :
a. Metode rasio di mana auditor mengestimasi nilai audit populasi berdasarkan
rasio nilai audit sampel dibagi dengan nilai buku sampel-sampel tersebut.
Auditor akan menentukan nilai audit setiap strata dengan menggunakan
rumus berikut :

AV AV ¿ x BV i
i=¿ ¿
BV ¿

b. Metode diferensiasi di mana auditor mengestimasi nilai audit populasi


dengan menambah (atau mengurangi) proyeksi diferensiasi antara nilai audit
dan nilai buku dari populasi. Auditor akan menentukan nilai audit setiap
strata dengan menggunakan rumus berikut :
AV i=BV i −Di

dimana

AV ¿ −BV ¿
D i=
( ni
x Ni
)
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai