Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

(LKPD)
DINAMIKA ROTASI

Kompetensi Dasar

2.1 Memahami konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan
hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar.

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat :

 Mengidentifikasi konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia.

 Menerapkan konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia dalam


masalah benda tegar berdasarkan hukum II Newton.

 Menganalisis konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia dalam


masalah benda tegar berdasarkan hukum II Newton.

 Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan


momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam
masalah benda tegar.

 Mengajukan pertanyaan tentang konsep torsi, momentum sudut, dan momen


inersia.

A. Pengertian Dinamika Rotasi

Dinamika rotasi adalah cabang mekanika yang mempelajari gerak rotasi dengan
melibatkan gaya, massa dan faktor lain yang turut mempengaruhi gerak rotasi. Suatu
benda berotasi jika semua bagian benda bergerak mengelilingi poros atau sumbu putar
yang terletak pada salah satu bagian benda tersebut. Gerak rotasi yang dipelajari pada
topik ini difokuskan pada gerak rotasi pada sumbu tetap. Gerakan katrol, kipas angin,
gerakan pintu atau jendela, dan baling-baling helikopter atau pesawatitu merupakan
beberapa contoh gerak rotasi pada sumbu tetap. Pernah mengamati gasing berputar ?
Posisi sumbu putar gasing selalu berubah-ubah (kemiringan gasing cenderung
berubah) karenanya gerak rotasi seperti yang dialami gasing tidak dipelajari pada
topik ini.
B. Momen Gaya (Torsi)

Sebelum membahas momen gaya atau torsi, terlebih dahulu diulas lengan gaya.
1. Lengan Gaya
Tinjau sebuah benda yang berotasi, misalnya pintu rumah. Ketika pintu dibuka
atau ditutup, pintu berotasi. Engsel yang menghubungkan pintu dengan tembok
berperan sebagai sumbu rotasi.

Gambar pintu dilihat dari atas.


Tinjau sebuah contoh di mana pintu didorong dengan dua gaya, di mana kedua
gaya mempunyai besar dan arah sama, dimana arah gaya tegak lurus pintu. Mula-
mula pintu didorong dengan gaya F 1 yang berjarak r1 dari sumbu rotasi. Setelah itu
pintu didorong dengan gaya F2 yang berjarak r2 dari sumbu rotasi. Walaupun besar
dan arah gaya F1 sama dengan F2, gaya F2 menyebabkan pintu berputar lebih cepat
dibandingkan gaya F1. Dengan kata lain, gaya F2 menyebabkan percepatan sudut yang
lebih besar dibandingkan gaya F1. Anda dapat membuktikan hal ini. Besar percepatan
sudut benda yang bergerak rotasi tidak hanya dipengaruhi oleh gaya tetapi juga
dipengaruhi juga oleh jarak antara titik kerja gaya dengan sumbu putar (r). Apabila
arah gaya tegak lurus dengan permukaan benda seperti contoh di atas maka lengan
gaya (l) sama dengan jarak antara titik kerja gaya dengan sumbu putar (r). Bagaimana
jika arah gaya tidak tegak lurus dengan permukaan benda ?
Tinjau dua contoh lain seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Walaupun besar gaya F2 dan F3 sama tetapi arah kedua gaya berbeda sehingga
lengan gaya (l) berbeda. Pada gambar c , arah garis kerja gaya berhimpit dengan
sumbu putar sehingga lengan gaya bernilai nol. Lengan gaya diketahui dengan
menggambarkan garis dari sumbu rotasi menuju garis kerja gaya, di mana garis dari
sumbu rotasi harus tegak lurus atau membentuk sudut 90o dengan garis kerja gaya.
Amati gambar b agar anda lebih memahami penurunan rumus lengan gaya berikut ini.

Keterangan :
l = lengan gaya,
r = jarak titik kerja gaya dengan sumbu rotasi
Persamaan 1 digunakan untuk menghitung lengan gaya.
-> Jika F tegak lurus dengan r maka sudut yang dibentuk adalah 90o.
l = r sin 90o = (r)(1)
l=r
-> Jika F berhimpit dengan r maka sudut yang dibentuk adalah 0o.
l = r sin 0o = (r)(0)
l=0

2. Momen Gaya atau Torsi


Secara matematis, besar momen gaya adalah hasil kali besar gaya (F) dengan lengan
gaya (l).

Persamaan 2 digunakan untuk menghitung besar momen gaya.


Satuan internasional momen gaya atau torsi adalah Newton meter, disingkat N m.
Satuan internasional momen gaya sama dengan usaha dan energi, tetapi momen gaya
bukan energi sehingga satuannya tidak perlu diganti dengan satuan Joule. Fisikawan
sering menggunakan istilah Torsi sedangkan ahli teknik sering menggunakan istilah
momen gaya.

3. Arah momen gaya

Momen gaya merupakan besaran vektor karenanya selain mempunyai nilai,


momen gaya juga mempunyai arah. Arah momen gaya dapat diketahui dengan mudah
menggunakan aturan tangan kanan. Putar keempat jari tangan kanan anda, sedangkan
ibu jari tangan kanan ditegakkan. Arah putaran keempat jari tangan merupakan arah
rotasi sedangkan arah yang ditunjukan oleh ibu jari merupakan arah momen gaya.
Jika arah momen gaya ke atas (searah sumbu y positif) atau ke kanan (searah sumbu x
positif) maka momen gaya atau torsi bernilai positif. Sebaliknya jika arah momen
gaya ke bawah (searah sumbu –y) atau ke kiri (searah sumbu –x) maka momen gaya
bernilai negatif.

C. Momen Inersia

Ada dua benda, salah satu benda massanya kecil dan benda lain mempunyai
massa lebih besar. Benda manakah yang lebih mudah bergerak jika didorong dengan
gaya yang sama ? Kenyataan menunjukan bahwa benda yang massanya lebih kecil
lebih mudah bergerak daripada benda yang massanya lebih besar. Jika dalam gerak
lurus, massa benda menentukan apakah suatu benda mudah atau sulit digerakkan
(dipercepat) maka dalam gerak rotasi, momen inersia suatu benda menentukan apakah
suatu benda mudah atau sulit digerakkan. Agar lebih memahami pengertian momen
inersia, pelajari penjelasan di bawah ini.
1. Momen Inersia Partikel

Tinjau sebuah partikel berotasi. Partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga


partikel berotasi terhadap sumbu rotasi O. Partikel berjarak r dari sumbu rotasi. Mula-
mula partikel diam (v = 0). Setelah digerakkan gaya F, partikel berputar dengan
kelajuan tertentu sehingga partikel mempunyai percepatan tangensial (a tan).
Hubungan antara gaya (F), massa (m), dan percepatan tangensial (a tan) partikel
dinyatakan melalui persamaan :

Partikel berotasi sehingga partikel mempunyai percepatan sudut. Hubungan antara


percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan melalui persamaan :

Subtitusikan atau gantikan percepatan tangensial (a tan) pada persamaan 3 dengan


percepatan tangensial (a tan) pada persamaan 4.

Kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :

r F adalah momen gaya dan m r2 dalah momen inersia partikel. Persamaan 5


menyatakan hubungan antara momen gaya, momen inersia dan percepatan sudut
partikel yang berotasi. Persamaan 5 merupakan persamaan hukum II Newton untuk
partikel yang berotasi.
Momen inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel (m) dengan
kuadrat jarak partikel dengan sumbu rotasi (r2).

Keterangan :
I = momen inersia partikel, m = massa partikel, r = jarak antara partikel dengan
sumbu rotasi
Persamaan 6 digunakan untuk menentukan momen inersia partikel yang berotasi.

2. Momen Inersia Benda Tegar Homogen


Benda tegar tersusun dari banyak partikel yang tersebar di seluruh bagian benda.
Momen inersia suatu benda tegar merupakan jumlah semua momen inersia masing-
masing partikel penyusun benda tegar.

Untuk menentukan momen inersia suatu benda tegar, benda ditinjau ketika sedang
berotasi karena letak sumbu rotasi mempengaruhi nilai momen inersia. Selain
bergantung pada letak sumbu rotasi, momen inersia (I) partikel bergantung juga pada
massa partikel (m) dan kuadrat jarak partikel dari sumbu rotasi (r2). Massa semua
partikel penyusun benda sama dengan massa benda tersebut. Persoalannya, jarak
setiap partikel dari sumbu rotasi berbeda-beda.

Tinjau penurunan rumus momen inersia sebuah cincin tipis berjari-jari R dan
bermassa M. Jika sumbu rotasi terletak di pusat cincin maka semua partikel penyusun
cincin berjarak r dari sumbu rotasi. Momen inersia cincin tipis sama dengan jumlah
momen inersia semua partikel penyusun cincin.

Setiap partikel penyusun cincin tipis berjarak r dari sumbu rotasi sehingga r1 = r2 = r3
= r = R.
Rumus momen inersia cincin tipis :
I = M R2
Keterangan :
I = momen inersia cincin tipis, M = massa cincin tipis, R = jari-jari cincin tipis

3. Rumus Momen Inersia Benda Tegar Homogen


Berikut ini rumus momen inersia beberapa benda tegar homogen.

D. Momentum Sudut

Benda yang melakukan gerak lurus mempunyai momentum yang dapat dihitung
menggunakan rumus :
p=mv
Keterangan :
p = momentum (kg m/s), m = massa (kg), v = kecepatan (m/s)
Besaran fisika pada gerak rotasi yang identik dengan massa (m) pada gerak lurus
adalah momen inersia (I). Besaran fisika pada gerak rotasi yang identik dengan
kecepatan (v) pada gerak lurus adalah kecepatan sudut. Dengan demikian, benda yang
bergerak rotasi mempunyai momentum yang dapat dihitung menggunakan rumus :

Contoh soal
1. Partikel mempunyai momen inersia 2 kg m2 bergerak rotasi dengan kecepatan sudut
sebesar 2 rad/s. Tentukan momentum sudut partikel!
Pembahasan
Diketahui :
- Momen inersia partikel = 2 kg m2
- Kecepatan sudut = 2 rad/s
Ditanya : momentum sudut partikel!
Jawab :
Rumus momentum sudut :

Tugas 1
1. Partikel bermassa 1 kg berotasi dengan kelajuan sudut 2 rad/s. Jari-jari lintasan
partikel adalah 2 meter. Tentukan momentum sudut partikel!

E. Hukum II Newton pada Gerak Rotasi

Jika terdapat resultan gaya pada suatu benda bermassa m maka benda bergerak
lurus dengan percepatan a. Hubungan antara resultan gaya, massa dan percepatan
dinyatakan melalui persamaan :

∑F = m a
Ini adalah persamaan hukum II Newton.
Besaran fisika pada gerak rotasi yang identik dengan resultan gaya pada gerak
lurus adalah resultan momen gaya. Besaran fisika pada gerak rotasi yang identik
dengan massa pada gerak lurus adalah momen inersia. Besaran fisika pada gerak
rotasi yang identik dengan percepatan pada gerak lurus adalah percepatan sudut.
Jika terdapat resultan momen gaya pada suatu benda yang mempunyai momen
inersia maka benda berotasi dengan percepata sudut tertentu. Hubungan antara
resultan momen gaya, momen inersia dan pecepatan sudut dinyatakan melalui
persamaan :

∑τ = I a

Persamaan hukum II Newton pada gerak rotasi ini identik dengan persamaan
hukum II Newton pada gerak lurus.

Contoh soal
1. Katrol cakram pejal bermassa 1 kg dan berjari-jari 10 cm, pada tepinya dililitkan
tali, salah satu ujung tali digantungi beban 1 kg. Anggap tali tak bermassa. Tentukan
besar percepatan gerak turunnya beban. g = 10 m/s2.
Pembahasan
Diketahui :
F = w = m g = (1)(10) = 10 Newton
r = 0,1 meter
Ditanya : percepatan beban (a) ?
Jawab :
Hitung momen inersia dan momen gaya :
Momen inersia katrol cakram pejal :
I = ½ m r2 = ½ (1)(0,1)2 = (0,5)(0,01) = 0,005 kg m2
Momen gaya : τ = F r = (10N)(0,1m) = 1Nm
Percepatan sudut katrol : α = τ / I = 1/0,005 = 200rad/s2
Percepatan linear beban : a = r α = (0,1)(200) = 20m/s2

Tugas 2
1. Katrol cakram pejal bermassa 2M dan berjari-jari R, pada tepinya dililitkan tali,
salah satu ujung tali digantungi beban bermassa m. Ketika beban dilepas, katrol
berotasi dengan percepatan sudut alfa. Jika pada katrol ditempelkan benda bermassa
M maka katrol akan berputar dengan percepatan sudut yang sama, massa beban harus
dijadikan…. (I katrol = ½ M R2 )

F. Hukum Newton II dalam Bentuk Momentum

Sebelumnya anda sudah mempelajari hukum II Newton yang dinyatakan melalui


persamaan :

∑F = m a

Persamaan ini menjelaskan hubungan antara resultan gaya alias gaya total dengan
massa dan percepatan. Adanya resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
bermassa menyebabkan benda bermassa benda tersebut mengalami percepatan.
Kali ini akan diperkenalkan bentuk lain dari hukum II Newton, yang menjelaskan
hubungan antara resultan gaya dengan perubahan momentum.

Jika terdapat resultan gaya bekerja pada sebuah benda yang pada mulanya diam
maka benda tersebut bergerak. Sebelum bergerak, benda tidak mempunyai
momentum. Setelah bergerak, benda mempunyai momentum. Dapat dikatakan bahwa
adanya resultan gaya yang bekerja pada benda menyebabkan momentum benda
berubah selama selang waktu tertentu. Dengan kata lain, laju perubahan momentum
suatu benda sama dengan resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut.

Persamaan 1.1 merupakan bentuk lain dari hukum II Newton, yang menjelaskan
hubungan antara resultan gaya dengan laju perubahan momentum benda, baik ketika
massa benda tetap maupun ketika massa benda berubah.

Persamaan 1.2 merupakan persamaan hukum II Newton yang menjelaskan hubungan


antara resultan gaya dengan percepatan

G. Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa jika resultan momen


gaya pada sebuah benda tegar yang bergerak rotasi bernilai nol maka momentum
sudut benda tegar yang bergerak rotasi selalu konstan. Rumus hukum kekekalan
momentum sudut dapat diturunkan secara matematis dengan memodifikasi rumus
hukum II Newton versi momentum sudut.

Jika resultan momen gaya bernilai nol maka rumus di atas berubah menjadi :
Keterangan :

Contoh soal :
1. Sebuah partikel yang sedang bergerak rotasi mempunyai momen inersia 4 kg m2
dan kelajuan sudut 2 rad/s. Jika kelajuan sudut partikel berubah menjadi 4 rad/s maka
momen inersia partikel berubah menjadi…
Pembahasan
Diketahui :
- Momen inersia awal = 4 kg m2
- Kelajuan sudut awal = 2 rad/s
- Kelajuan sudut akhir = 4 rad/s
Ditanya : momen inersia akhir ?
Jawab :
Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa :
Momentum sudut awal (Lo) = momentum sudut akhir (Lt)
(momen inersia awal)(kelajuan sudut awal) = (momen inersia akhir)(kelajuan sudut
akhir)
(4 kg m2)(2 rad/s) = (momen inersia akhir)(4 rad/s)
Momen inersia akhir = 2 kg m2

Tugas 3
1. Partikel bermassa 2 kg mengitari sumbu putar dari jarak 2 meter dengan kelajuan
sudut 2 rad/s. Jika jarak partikel dari sumbu rotasi berubah menjadi 1 meter, tentukan
kelajuan sudut partikel!
2. Sebuah piringan berbentuk silinder pejal homogen mula-mula berputar pada
porosnya dengan kelajuan sudut 4 rad/s. Massa dan jari-jari piringan adalah 1 kg dan
0,5 meter. Ketika piringan sedang bergerak rotasi, ke atas piringan diletakan cincin
yang mempunyai massa dan jari-jari 0,2 kg dan 0,1 meter sehingga piringan dan
cincin berotasi secara bersama-sama. Pusat cincin tepat berada di atas pusat piringan.
Tentukan kelajuan sudut piringan dan cincin!
*) Penilaian Diri
Setelah Anda mempelajari bab ini, bagaimana penguasaan Anda dengan materi ini?

No. Materi TM KM M SM
1 Momen Gaya (Torsi)
2 Momen Inersia
3 Momentum Sudut
4 Hk. II Newton pada Gerak Rotasi
5 Hk. II Newton dalam Bentuk Momentum
6 Hk. Kekekalan Momentum Sudut

Keterangan :
TM : Tidak Menguasai
KM : Kurang Menguasai
M : Menguasi
SM : Sangat Menguasai
ULANGAN HARIAN

A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Massa benda menentukan apakah suatu benda mudah atau sulit digerakkan
(dipercepat) maka dalam gerak rotasi, apa yang menentukan suatu benda mudah atau
sulit digerakkan?
a. Momen Inersia
b. Momentum Sudut
c. Dorongan
d. Tangan
e. Postur Tubuh

2. Pada silinder pejal dengan sumbu putarnya pada sumbu silinder, manakah momen
inersia yang tepat?
a. I = 1/12 ML2
b. I = 1/3 ML2
c. I = MR2
d. I = 1/2 MR2
e. I = 2/5 MR2

B. Jawablah soal berikut dengan singkat dan tepat!


1. Sebutkan analogi (kemiripan) dinamika gerak translasi dan rotasi!
PEMBAHASAN TUGAS DAN ULHAR

Tugas 1 (Individu)
1. Partikel bermassa 1 kg berotasi dengan kelajuan sudut 2 rad/s. Jari-jari lintasan
partikel adalah 2 meter. Tentukan momentum sudut partikel!
Diketahui :
- Massa partikel (m) = 1 kg
- Kelajuan sudut partikel = 2 rad/s
- Jari-jari lintasan partikel (r) = 2 meter
Ditanya : Momentum sudut partikel ?
Jawab :

Tugas 2 (Individu)
1. Katrol cakram pejal bermassa 2M dan berjari-jari R, pada tepinya dililitkan tali,
salah satu ujung tali digantungi beban bermassa m. Ketika beban dilepas, katrol
berotasi dengan percepatan sudut alfa. Jika pada katrol ditempelkan benda bermassa
M maka katrol akan berputar dengan percepatan sudut yang sama, massa beban harus
dijadikan…. (I katrol = ½ M R2 )
Diketahui :
- Massa katrol cakram pejal = 2M
- Jari-jari katrol cakram pejal = R
- Massa beban = m
Ditanya : Massa beban ?
Jawab :
Hitung momen inersia katrol cakram pejal, sebelum dan setelah ditempelkan benda
bermassa M :
Momen inersia 1 :
I = ½ m r2 = ½ (2M)(R)2 = M R2
Momen inersia 2 :
I = ½ m r2 = ½ (2M + M)(R)2 = ½ (3M)(R)2 = 1,5 M R2
 
Momen gaya yang ditimbulkan oleh beban pada katrol : τ = F r
Percepatan sudut katrol sama, baik sebelum setelah ditempelkan benda bermassa M.
α1 = α 2
τ/I=τ/I
m / 1 = x / 1,5
x = 1,5 m
Massa beban = 1,5 kali massa beban mula-mula

Tugas 3 (Kelompok)
1. Partikel bermassa 2 kg mengitari sumbu putar dari jarak 2 meter dengan kelajuan
sudut 2 rad/s. Jika jarak partikel dari sumbu rotasi berubah menjadi 1 meter, tentukan
kelajuan sudut partikel!
Diketahui :
- Massa partikel = 2 kg
- Jarak partikel dari sumbu rotasi (1) = 2 meter
- Kelajuan sudut awal = 2 rad/s
- Jarak partikel dari sumbu rotasi (2) = 1 meter
Ditanya : kelajuan sudut akhir ?
Jawab :
Hitung momen inersia (I) partikel
Momen inersia awal (I awal) :
I awal = m r2 = (2 kg)(2 m)2 = (2 kg)(4 m2) = 8 kg m2
Momen inersia akhir (I akhir) :
I akhir = m r2 = (2 kg)(1 m)2 = (2 kg)(1 m2) = 2 kg m2
Hitung kelajuan sudut akhir
Hukum kekekalan momentum sudut :
Momentum sudut awal = momentum sudut akhir
(momen inersia awal)(kelajuan sudut awal) = (momen inersia akhir)(kelajuan sudut
akhir)
(8 kg m2)(2 rad/s) = (2 kg m2)(kelajuan sudut akhir)
Kelajuan sudut akhir = 8 rad/s

2. Sebuah piringan berbentuk silinder pejal homogen mula-mula berputar pada


porosnya dengan kelajuan sudut 4 rad/s. Massa dan jari-jari piringan adalah 1 kg dan
0,5 meter. Ketika piringan sedang bergerak rotasi, ke atas piringan diletakan cincin
yang mempunyai massa dan jari-jari 0,2 kg dan 0,1 meter sehingga piringan dan
cincin berotasi secara bersama-sama. Pusat cincin tepat berada di atas pusat piringan.
Tentukan kelajuan sudut piringan dan cincin!
Diketahui :
- Kelajuan sudut awal = kelajuan sudut silinder pejal = 4 rad/s
- Massa silinder pejal = 1 kg
- Jari-jari silinder pejal = 0,5 meter
- Massa cincin = 0,2 kg
- Jari-jari cincin = 0,1 meter
Ditanya : kelajuan sudut akhir = kelajuan sudut cincin dan silinder pejal ?
Jawab :
Rumus momen inersia silinder pejal homogen = I = ½ m r2
Rumus momen inersia cincin = I = m r2
Momen inersia awal = momen inersia silinder pejal :
I = ½ m r2 = ½ (1 kg)(0,5 m)2 = (0,5 kg)(0,25 m2) = 0,125 kg m2
Momen inersia akhir = momen inersia silinder pejal + momen inersia cincin :
Momen inersia cincin = I = m r2 = (0,2 kg)(0,1 m)2 = (0,2 kg)(0,01 m2) = 0,002 kg m2

Momen inersia akhir = 0,125 kg m2 + 0,002 kg m2 = 0,127 kg m2


Hukum kekekalan momentum sudut :
Momentum sudut awal (Lo) = momentum sudut akhir (Lt)
(momen inersia awal)(kelajuan sudut awal) = (momen inersia akhir)(kelajuan sudut
akhir)
(0,125 kg m2)(4 rad/s) = (0,127 kg m2)(kelajuan sudut akhir)
0,5 kg m2/s = (0,127 kg m2)(kelajuan sudut akhir)
Kelajuan sudut akhir = 0,5 / 0,127
Kelajuan sudut akhir = 4 rad/s
Ulangan Harian
A. 1. a. Momen Inersia
2. d. I = 1/2 MR2
B. 1.

No. Konsep / Besaran Translasi Rotasi

1 Penyebab gerak Gaya (F) Momen gaya (τ)

2 Ukuran kelembaman / inersia Massa (m) Momen inersia (I)

3 Hukum I Newton ∑F = 0 → a = 0 ∑τ = 0 → α = 0

4 Hukum II Newton ∑F = ma ∑τ = Iα

5 Momentum p = mv L = Iω

6 Energi kinetik Ek = 1/2 mv2 Ek = 1/2 Iω2

Anda mungkin juga menyukai