Disusun Oleh:
DOSEN PENGAMPU :
MATA KULIAH :
KIMIA ANALISIS II
Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca
PENDAHULUAN
A. TEORI UMUM
Oksidasi adalah kehilangan satu atau lebih elektron yang dialami oleh
suatu atom, molekul, atau ion. Sementara reduksi adalah perolehan elektron.
Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimiawi yang biasa dan kehilangan
elektron yang dialami oleh suatu spesies kimiawi selalu disertai oleh perolehan
elektron pada bagian yang lainnya. Istilah reaksi transfer elektron terkadang
dipergunakan untuk reaksi-reaksi redoks.
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatusampel menggunakan
metode volumetri.
2. Tujuan Percobaan
Membuat larutan baku KMnO4 0,1 N
Menstandarisasikan larutan baku KMnO4 dengan asam oksalat
Menentukan kadar H2O2 dengan metode permanganometri
C. PRINSIP PERCOBAAN
Penentuan kadar H2O2 menggunakan metode permanganometri
berdasarkan reaksi redoks dimana sampel bersifat asam dengan penambahan
H2SO4 dan dititrasi dengan larutan baku KmnO4 yang bersifat basa dan titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna merah muda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsip oksidasi-reduksi
dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer.
Larutan baku yang digunakan adalah larutan KmnO4.
Dalam suasana asam encer :
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51o V
dan dalam suasana penetapan asam atau basa lemah akan terbentuk endapan
coklat MnO2 yang mengganggu.
MnO4- + 4H+ + 3e MnO3 + 2H2O Eo = 1,70o V
Dalam larutan netral atau basa :
MnO4- + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH-
( Haeria, 2011 : 11 )
Kalium permanganat telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi
selama lebih dari 1000 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak
mahal dan tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang amat encer.
Satu tetes permanganat 0,1 N memeberikan warna merah muda yang jelas pada
volume dari larutan yang biasa digunakan dalam sebuah titran, warna ini
dipergunakan untuk mengidentifikasi reagen tersebut.
Reaksi yang paling umum diterapkan dalam laboratorium adalah reaksi
yang terjadi di dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1 N atau lebih.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalium permanganat secara luas dipergunakan sebagai larutan standar
oksidimetri, ia dapat berlaku sebagai indikatornya sendiri. KMnO 4 0,1 N adalah
suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/5 gram mol KmnO4 jika
dipergunakan dalam lingkungan asam. Perlu diketahui bahwa KmnO 4 ini sebelum
dipergunakan dalam proses permanganometri, harus distandarisasi terlebih
dahulu. Untuk menstandarisasi larutan KMnO4 ini, dapat digunakan zat reduktor
seperti asam oksalat ( H2C2O4 ), natrium oksalat ( Na2C2O4 ), dan lain-lain.
( Harjadi, 1993 : 21-25 )
Selama lebih dari satu abad, kalium permanganat telah digunakan sebagai
alat pengoksidasi yang penting dalam reaksi redoks. Dalam suasana asam reaksi
paro kalium permanganat sebagai berikut:
MnO4- + e MnO42-
a). Ce (IV) sulfat adalah oksidator yang sangat baik dengan indikator 0-fenantrolin.
Pada reaksi Ce4+ Ce3+ + e elektron orbital 4f-lah yang dibebaskan. Laju reaksi
dipengaruhi oleh pelarut dan pembentukan kompleks Ce ( IV ) selama reaksi
dalam medium H2SO4, dan HNO3 dan HClO4 berada dalam bentuk kompleks.
Potensial formal pasangan Ce ( IV )- Ce ( III ) adalah 1,70 V dalam HClO 4 = 1,60
V dalam HNO3 dan 1,42 V dalam larutan H2SO4. Tidak begitu stabil dalam
medium HCl dengan potensial formal 1,88 V yang merupakan potensial
campuran. Ce ( IV ) dalam H2SO4 distandarkan oleh Na2C2O4. Ce ( IV ) standar
dapat dipersiapkan dari amonium heksanitrosenat.
Ungu ( # berwarna )
Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara :
BrO3- adalah standar dari primer dan sifatnya stabil. Methyl orange or red
digunakan sebagai indikator tetapi tidak sebaliknya –nafta flavon, quinoline
yellow. kalium bromat banyak digunakan dalam kimia organik misalnya, titrasi
dengan oksin.
e). Kalium iodat, banyak dipakai dalam kimia analitik IO 3- + 5I- + 6H+ 3I 2 +
3H2O dan reaksi dalam titrasi Andrew’s :
Titrasi Andrew dilakukan pada suasana asam HCl 6M dalam CCl 4. Titrasi akhir
ditetapkan pada saat warna ungu menghilang. Untuk mendapatkan warna titik
akhir yang tepat perlu dilakukan pengocokan. ( Khopkar , 1990 : 52-53 )
Dalam suasana netral,ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan
dioksida seperti reaksi berikut :
Dan dalam suasana basa atau OH ≥ 0,1N, ion permanganat akan mengalami
reduksi sebagai berikut :
Asam salisilat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, kemungkinan terjadi
reaksi 2MnO4- + 10 Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Rekasi ini
terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika
tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang
sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah dan titrasi
yang lambat sambil mengocok terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah
dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan
larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada
percobaan ini, untuk membakukan kalium permanganat ini dapat digunakan
natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat
dalam larutan asam. (Basset. 1994 )
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat , karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya, jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini
mengakibatkan dipakainya permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk
beberapa reaksi dengan arsen (II) oksida , antimoni (II) dan hidrogen peroksida,
karena pemakaian asam sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan
kesulitan. Kalium permanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada
dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan terbentuknya gas klor
dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1
N. Namun beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat
reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak
kesulitan dalam menggunakan reagensia ini. (Svehla .1995)
Disini dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion H+ agak kurang dibandingkan
dalam suasana asam.
Dengan demikian, 1 ekivalen MnO4 - = 1/5 mol, atau berat ekivalen (BE)
= 158/5 = 31,6. Dalam suasana asam ini dapat digunakan untuk menentukan
secara langsung berbagai macam kation maupun anion, antara lain :
Dalam reaksi tersebut, 1 ekivalen MnO4 - = 1/3 mol, atau berat ekivalen
(BE) = 158/3 = 52,7. Zat-zat yang dapat ditentukan secara permanganometri
dalam suasana netral dan basa ini antara lain garam-garam Mn(II), asam format,
dan garam format.
(Fernando, 1997,103-105)
a. Reaksi antara ion besi(III) dan timah(II) menuju terbentuknya besi(II) dan
Timah(IV):
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn2+
Jika reaksi ini dijalankan dengan hadirnya asam klorida, hilangnya warna kuning (
ciri khas Fe3+) dapat diamati dengan mudah. Dalam reaksi ini Fe 3+ dan direduksi
menjadi Fe2+ dan Sn2+ dioksidasi menjadi Sn4+. Sebenarnya apa yang telah terjadi
adalah warna Sn2+ memberikan electron – electron pada Fe 3+, maka terjadilah
serah terima (transfer electron)
b. Jika sepotong besi (misalkan Paku) dibenamkan dalam larutan tembaga sulfat,
paku itu akan tersalut logam tembaga yang merah, sementara itu dapatlah
dibuktikan adanya besi(II) dalam larutan. Reaksi yang berlangsung adalah :
Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu
Dalam hal ini logam besi menyumbangkan electron – electron kepada ion
tembaga(II). Fe teroksidasi menjadi Fe2+ dan Cu2+ tereduksi menjadi Cu.
c. Pelarutan zink dalam asam klorida juga merupakan reaksi oksidasi – reduksi
Zn + 2H+ Zn 2+ + H2
Elektron diambil oleh H+ dari dalam Zn2+; atom hydrogen tanpa muatan
bergabung menjadi molekul H2.
d. Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodide menjadi iod,
sementara dirinya direduksikan menjadi bromida :
BrO3- + 6H+ + 6I- Br- + 3I2 + 3H2O
Tidak mudah untuk mengikuti serah terima electron dalam hal ini, karena suatu
reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya.
Namun Nampak bahwa ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya
diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.
e. Lebih ruwet lagi adalah oksidasi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air oleh
permanganat, yang ia sendiri tereduksi menjadi mangan(II):
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
Penentuan titik akhir titrasi didasarkan atas perubahan warna dari ion
permanganat (ungu) menjadi Mn2+ yang tidak berwarna. Pengasaman dilakukan
dengan H2SO4. Untuk dapat digunakan sebagai larutan standar KMnO 4 harus
distandarisasi terlebih dahulu dengan Na-oksalat, selanjutnya metode
permanganometri diterapkan untuk menentukan kadar MnO2 dalam pirolusit dan
nitrit dalam KNO2
a. Standardisasi
Standardisasi terhadap larutan satandard KMnO4 dapat dilakukan dengan zat
standard primer, antara lain :
As2O3 (Warangan) - NH4Fe(SO4)2. 6aq (amonium fero sulfat)
- Na2C2O4 (Anhidris) - K4Fe (CN)6
Reaksi :
- As2O3 oksi
→
As2O5 1 N = ¼ mol
- C2O4 oksi
→
H2O + CO2 + 2e 1 N = ½ mol
- Fe2+ oksi
→
Fe3+ + 3e 1 N = 1 mol
- Fe (CN)63- oksi
→
Fe (CN)63- 1 N = 1 mol
Larutan standard KMnO4 harus disimpan dalam tempat yang berwarna coklat atau
gelap. Hindarkan dari debu, zat organik ataupun sinar/ cahaya, sebab larutan
KMnO4 mudah beruabah menjadi endapan MnO2. Standarisasi maupun
penetatapan dilakukan pada temperature 400 C– 800 C agar reaksi oksidasinya
berjalan dengan cepat.
1. Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau dalam
ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang ke-elektronegativannya
lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda
dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom
adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam kasus ion atau
molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan ke-elektronegativan lebih
besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation. Misalnya,
nitrogen berbilangan oksidasi 0 dalam N2; oksigen berbilangan oksidasi -1 dalam
O22-; dalam NO2nitrogen +4 dan oxygen -2; tetapi dalam NH 3 nitrogen -3
danhidrogen +1. Jadi, bilangan oksidasi dapat berbeda untuk atom yang sama
yang digabungkan dengan pasangan yang berbeda dan atom dikatakan memiliki
muatan formal yang sama nilainya dengan bilangan oksidasinya. Walaupun harga
nilai muatan formal ini tidak mengungkapkan muatan sebenarnya, namun nilai ini
sangat memudahkan untuk untuk menghitung elektron valensi dan dalam
menangani reaksi redoks.
2. Reaksi redoks
Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan
senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan
oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan
oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron.
Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor
dan yang menangkap elektron oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor
mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi. Contohnya, dalam reaksi
antara logam molibdenum dan gas khlor membentuk molibdenum pentakhlorida,
2 Mo + 5 Cl2 → Mo2Cl10
Molibdenum adalah reduktor dan berubah bilangan oksidasinya dari 0
menjadi +5 dan khlor adalah oksidator dan berubah bilangan oksidasinya dari 0 ke
-1.
2. Penetapan Sampel
a. Penetapan FeSO4
Timbang seksama 500 mg FeSO4.7H2O, masukkan dalam erlenmeyer. Tambahkan
25 ml asam sulfat encer dan 25 ml air suling. Titrasi dengan larutan kalium
permanganat 0,1 N sampai warna merah muda tetap. Ulangi perlakuan dua kali
lagi, hitung kadar FeSO4
Tiap ml KMnO4 0,1 N setara dengan 15,19 KMnO4 atau 27,80 mg FeSO4.7H2O.
b. Penetapan Kadar H2O2
Diukur secara seksama 2 ml larutan H 2O2. Pindahkan ke dalam labu ukur yang
berisi 20 ml H2O. Tambahkan 20 ml H2SO4 encer dan titrasi dengan KMnO4 0,1 N
hingga warna merah muda yang mantap.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu Air suling,
Aluminium foil, Kertas timbang, Larutan hidrogen peroksida (H 2O2 pekat),
Larutan asam sulfat (H2SO4) encer 0,1 N, Asam oksalat, Larutan baku kalium
permanganat (KMnO4) 0,1023 N, dan Tisu gulung.
B. CARA KERJA
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu diukur
larutan sampel H2O2 sebanyak 2ml menggunakan gelas ukur , kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 20ml H2SO4 encer 0,1 N. Lalu
dititrasi dengan KMnO4 sampai berwarna merah muda. Diulangi perlakuan di atas
sebanyak dua kali.
1. Pembuatan Larutan Baku
Ditimbang seksama 3,3 gram KMnO4, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 1000
ml. Kemudian dilarutkan dengan air suling, dipanaskan larutan selama 15 menit,
kemudian ditutup dan disimpan selama dua hari. setelah itu, disaring dengan
saringan asbes.
2. Standarisasi Larutan KMnO4 dengan asam Oksalat
Ditimbang seksama 200 mg asam oksalat yang telah dikeringkan pada suhu
110oC. Kemudian dilarutkan dalam 100 ml air suling, lalu ditambahkan H 2SO4,
setelah itu dipanaskan pada suhu 70o, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4
0,1 N hingga timbul warna merah muda yang stabil selama 15 menit. Lalu
dihitung normalitasnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. TABEL PENGAMATAN
B. PERHITUNGAN
1. Mgrek H2O2 : Mgrek KMnO4
mg : N XV
BE
mg : 0,1023X0,1
34,02
Mg : 0,3480 mg
: 0,000348 gram
% kadar : 0,000348 X 100%
0, 00058
: 60%
H2O2 mengandung 29% ≤ 31,0%
29mg = X
100ml 2 ml
x = 58
100
= 0,58 mg
= 0,00058 gram
2. Mgrek H2O2 = Mgrek KMnO4
Mg =NxV
Be
Mg = 0,1023 x 0,2
34,02
Mg = 0,6960 mg
= 0,000696 gram
% Kadar = 0,000696 x 100 %
0,00058
= 120 %
3. ∑ kadar H2O2 = 60 % + 120 %
2
= 90%
C. Reaksi
5O22- → 5
̸ 2 O2 + 2e-
2Mn04 + 5O2- + 16H+ → 2 Mn2+ + 5 ̸ 2 O2 + 8 H2O
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan sampel H2O2 karena memiliki sifat sebagai
pereduktor kuat sehingga dapat bereaksi sempurna dengan KMnO4 yang bersifat
sebagai pengoksidator kuat. Reduktor merupakan suatu senyawa yang mengalami
oksidasi sedangkan oksidator merupakan suatu senyawa yang mengalami reduksi
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu kadar H2O2 pada
erlenmeyer I sebesar 60%, erlenmeyer II sebesar 120%. Kadar rata-rata H2O2
sebesar 90% sedangakan menurut literatur kadar H2O2 sebesar atau tidak kurang
dari 29,0% dan tidak lebih dari 31,0%. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
literatur karena adanya faktor kesalahan yang mungkin terjadi yaitu ketepatan
dalam mengukur dan tehknik menitrasi yang kurang baik.
1.Larutan KMnO4 yang digunakan sudah banyak yang menguap atau tereduksi
menjadi MnO2 atau Mn2+
2.Pembuatan larutan yang tidak disaring, sehingga pengotor masih terdapat di
dalam larutan.
3.Asam oksalat yang digunakan tidak diketahui kadarnya dengan pasti, karena tidak
dibakukan.
4.Alat-alat yang digunakan sudah tidak memenuhi persyaratan untuk analisis
kuantitatif, seperti timbangan yang tidak pernah dikalibrasi.
Adapun hubungannya dalam dunia farmasi, yaitu untuk menentukan kadar
dari obat, selain itu kita dapat menentukan zat-zat penyusun (zat-zat kimia) yang
terkandung dalam obat dan makanan yank tidak diketahui zat-zat penyusunnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kadar H2O2 pada Erlenmeyer I sebesar 60%
2. Kadar H2O2 Erlenmeyer II sebesar 120%.
3. Kadar rata-rata H2O2 sebesar 90% sedangakan menurut farmakope indonesia
kadar H2O2 tidak kurang dari 29,0% dan tidak lebih dari 31,0%.
B. Saran
Untuk laboratorium :
Diharapkan kelengkapan bahan yang akan digunakan dalam
peraktikum, serta alat yang akan digunakan agar praktikum berjalan dengan baik
tanpa hambatan
Untuk asisten :
Tetap semangat,ikhlas dan sabar menghadapi kami,serta jangan
pernah berhenti untuk selalu mentransfer ilmu yang kakak miliki kepada kami
maupun orang lain, karena itu sangat berguna.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta. 1979
: Makassar. 2011