Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH SERVICE QUALITY, FOOD QUALITY, DAN PERCEIVED

VALUE, PADA BEHAVIORAL INTENTION DENGAN CUSTOMERS


SATISFACTION SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI
(Studi pada konsumen “Rumah Makan Roda Dim-Sum” Surakarta)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi Universitas Islam Batik Surakarta

Oleh:

Nama Kelompok :
Irfandi Setiawan Sukarno (2017020138)
Nito Agung Laksan (2017020129)
Jeremy Ritoni (201802P008)
Istibsyaroh wulandari (201802P007)
Zulaikha Amin N (201802P006)
Joko Prasetyo (2017020130)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BATIK
SURAKARTA
2019
PENGARUH SERVICE QUALITY, FOOD QUALITY, DAN PERCEIVED
VALUE, PADA BEHAVIORAL INTENTION DENGAN CUSTOMERS
SATISFACTION SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI
(Studi pada konsumen “Rumah Makan Roda Dim-Sum” Surakarta)

IDA PURNAMA DEWI


D3-Non Reguler UNS

ABSTRAK

Tujuan umum dalam studi ini adalah untuk mengkonstruksi model yang
dapat menjelaskan niat perilaku pada konsumen RM Roda. Secara spesifik, tujuan
yang diharapkan adalah:1) Menjelaskan pengaruh service quality pada
satisfaction, 2) Menjelaskan pengaruh food quality pada satisfaction, 3)
Menjelaskan pengaruh perceived value pada satisfaction, dan 4) Menjelaskan
pengaruh satisfaction pada behavioral intention. Populasi dari penelitian ini adalah
pelanggan RM Roda yang memiliki perilaku niat membeli. Populasi dari
penelitian ini adalah pelanggan RM Roda yang memiliki perilaku niat membeli.
Sampel yang dipilih diharapkan mampu memenuhi kriteria minimal dalam
pengujian hipotesis sesuai dengan metode statistik yang digunakan yaitu
Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku
niat pada wisata kuliner RM. Roda dipengaruhi oleh kepuasan pengunjung,
sedangkan kepuasan dipengaruhi oleh kualitas layanan, dan kualitas makanan. Hal
ini memberikan pemahaman bagi manajemen RM. Roda untuk mencermati
peningkatan kualitas jasa, peningkatan kualitas makanan pada pengunjung, dan
memberikan kepuasan sehingga dapat meningkatkan perilaku niat. Untuk
meningkatkan hal tersebut diperlukan pemberian stimulus bagi konsumen
sehingga dapat meningkatkan perilaku niat pada wisata kuliner RM. Roda.
Kualitas jasa dapat ditingkatkan dengan melalui peningkatan layanan karyawan.

Kata kunci: service quality, food quality, perceived value, behavioral intention,
customer satisfaction, mediasi.

PENDAHULUAN
Kota Solo merupakan salah satu kota kuliner terbesar di Indonesia,
kemajuan yang terus menerus di sektor ekonomi membuat Solo menjadi sorotan
utama dari para wisatawan terutama ragam kuliner nya, sisi lain yang sangat
menunjang Solo selain kuliner yaitu kerajinan kain Batik yang sangat menjamur
di Solo, dan terpilihnya Walikota Solo menjadi salah satu Calon Gubernur DKI,
membuat Solo terpandang di Indonesia, dan tidak jarang banyak lokasi daerah
Solo yang terpilih untuk syuting sinetron dari berbagai stasiun televisi. Oleh
karena itu tidak heran kalau Solo sekarang merupakan Kota yang sangat ramai
dari sektor kuliner, karena bisnis kuliner sangat menguntungkan dilihat dari
banyaknya wisatawan yang terus menerus datang ke kota Solo.
Niat perilaku konsumen yang sangat tinggi terhadap kuliner Solo
merupakan isu yang menarik, karena salah satu variabel yang sangat mendukung
terhadap kemajuan ekonomi, hal ini dapat diketahui sebagai salah satu kekuatan
penggerak utama di era pemasaran, dan informasi berharga untuk pemasar RM
Roda dan manajer RM Roda. Niat perilaku konsumen dapat juga memajukan
pemasaran RM. Roda yang efektif dalam membangun strategi manajemen serta
membangun teori pengambilan keputusan, untuk mendukung strategi pemasaran
efektif diperlukan suatu model yang dapat menjelaskan fenomena perilaku loyal
dari para konsumen RM Roda, loyalitas yang dimaksud adalah niat perilaku
konsumen pada RM Roda (Brodie et.al., 1997; Oppermann, 1997; Flavianus et.al.,
2001; Lau dan McKercher, 2004; Petrick, 2004; dan Hui et.al., 2007).
Model ini bertumpu pada lima variabel amatan yaitu kualitas layanan
(service quality), kualitas makanan (food Quality), persepsi nilai (perceived
value), kepuasan konsumen (customer satisfaction), dan niat perilaku (Behavioral
intention). Niat Perilaku merupakan variabel dependenden, sedangkan kualitas
layanan, kualitas makanan, dan persepsi nilai merupakan variabel independen,
untuk variabel kepuasan konsumen adalah sebagai variabel pemediasi.
Variabel-variabel tersebut diduga dapat diterapkan di lokasi untuk
observasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu menyatakan variabel
tersebut saling berpengaruh. Hal ini berdasarkan pada penelitian Hong Qin dan
Viktor R. Prybutok (2009) yang di konfirmasi pada setting di Indonesia. Berikut
ini adalah penjelasan terkait pengertian dari masing-masing variabel amatan.
Variabel kualitas layanan (service quality) sangat berpengaruh langsung
terhadap kepuasan. Konsumen akan merasa terpuaskan jika mereka mendapatkan
kualitas layanan yang baik, jadi mereka akan niat berperilaku pada RM Roda.
Peneliti terdahulu menemukan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif
terhadap kepuasan (Zeithaml et.al., 2002). kualitas layanan (service quality)
merupakan variabel yang menjelaskan derajad jarak antara kenyataan dan harapan
pelanggan terhadap layanan yang diperoleh (Parasuraman et.al., 1998). Variabel
service quality terdiri dari lima dimensi utama yaitu: keberwujudan (tangibles),
kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan
empati (empathy). Kajian literatur terdahulu mengindikasi adanya keragaman
dalam mengukur dimensi service quality (Dabholkar et.al., 1996; Brdany dan
Cronin, 2001; Karatepe et.al., 2005 dan Perez et.al., 2007).
Variabel kualitas makanan (food quality) merupakan variabel lain yang
sangat berpengaruh pada kepuasan konsumen (Johns dan Howard, 1998; Kivela et
al., 1999; Hukum et al., 2004). Konsumen akan merasa terpuaskan jika mereka
dapat menikmati kualitas makanan yang sesuai selera mereka. Sehingga mereka
akan mencoba untuk berniat kembali dikarenakan kualitas makanan yang mereka
dapatkan, atau dengan kata lain kepuasan dari kualitas makanan merupakan tujuan
penentu dari perilaku niat konsumen (Hong Qin dan Victor R. Prybutok, 2009).
Variabel persepsi nilai (perceived value) didefinisikan sebagai
kesenjangan antara kualitas manfaat yang mana mereka menganggap bahwa
produk/jasa relative, terhadap pengorbanan yang mereka pandang sesuai dengan
harga yang mereka bayar (Monroe, 1990 dan Alegre & Cladera, 2009). Nilai yang
dirasakan saat berkunjung atau manfaat yg di peroleh lebih besar daripada
pengorbanan yang dikeluarkan, akan mempengaruhi kepuasaan, sehingga
konsumen akan niat berperilaku (Monroe, 1989; Kara et al., 1995; Fornell et al.,
1996; Lee and Ulgado, 1997; Gilbert et al., 2004; Hong Qin dan Victor R.
Prybutok, 2009).
Variabel kepuasan pelanggan (customer satisfication) sebagai variabel
mediasi. Variabel kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai perasan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya
(Kotler, 2004:42). Variabel ini penting untuk diteliti karena berpotensi
berpengaruh pada customer loyalty (Kdanampully & Hu, 2007). Kajian literatur
mengindikasi bahwa variabel kepuasan konsumen dengan variabel loyalitas
konsumen memiliki hubungan positif. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi
kepuasan konsumen, maka semakin tinggi loyalitas konsumen. Maksud dari
pernyataan tersebut merupakan pengaruh dari kepuasan pelanggan berdampak
pada kesetiaan pelanggan, sehingga pelanggan akan tetap menggunakan
produk/jasa tersebut, dalam konteks ini pelanggan akan berperilaku niat karena
kepuasan yang mereka rasakan saat kunjungan pertama (Olorunniwo et al., 2006;
Quintal dan Polczynski, 2010).
Variabel niat perilaku (behavioral intention) sebagai variabel dependen
merupakan suatu ukuran akan seberapa kuat niat seseorang akan menggambarkan
(Ajzen, 1975:216). Peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa konsumen yang
kembali cenderung kurang puas (McKercher dan Wong, 2004), mereka memiliki
niat kuat untuk meninjau kembali tujuan kuliner di masa depan (Sonmez dan
Graefe, 1998; Petrick dan Backman, 2002). Variabel behavioral intention
diposisikan sebagai variabel dependen yang menjadi fenomena untuk dijelaskan
proses terbentuknya dalam penelitian ini. Selanjutnya hubungan antar variabel
yang terbentuk dapat dirumuskan menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah service quality, food quality, perceived value, dan satisfaction
berpengaruh pada customer satisfication?

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal, yaitu tipe penelitian yang bersifat
konklusif yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan sebab akibat dari
suatu fenomena. Populasi dari penelitian ini adalah pelanggan RM Roda yang
memiliki perilaku niat membeli. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Sampel yang dipilih diharapkan mampu memenuhi kriteria
minimal dalam pengujian hipotesis sesuai dengan metode statistik yang digunakan
yaitu Structural Equation Model (SEM). Sedangkan teknik purposive judgement
sampling yang dipilih bertujuan untuk menghindari bias persepsi dalam pengisian
kuisioner karena proses pemilihan respondennya menggunakan kriteria yang
rigid. Kriteria yang ditentukan sebagai berikut : 1) Responden harus pelanggan
RM Roda, 2) Responden pernah ke RM Roda, 3) Responden harus memiliki niat
untuk membeli ke RM Roda. Teknik analisis data digunakan analisis struktural
yang memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat persamaan regresi yang
simultan, berganda, dan saling berhubungan (Hair et.al., 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, langkah pertama adalah menilai
kesesuaian goodness of fit. Hasil evaluasi nilai goodness of fit dari model
penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa
chi-square yang bernilai 695.947 dengan degree of freedom 518 adalah signifikan
secara statistik pada level signifikansi 0,000. Probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil
dari 0,05, hal ini merupakan indikasi yang buruk. Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang
diamati. Nilai GFI sebesar 0,837 merupakan indikasi yang kurang baik.
Sementara itu, nilai AGFI sebesar 0,812 merupakan indikasi yang kurang baik.
Nilai TLI sebesar 0,922 merupakan indikasi yang kurang baik. Nilai CFI sebesar
0,928 merupakan indikasi yang baik. Nilai RMSEA sebesar 0,042 merupakan
indikasi yang baik. Dan indeks parsimony fit measures didapat nilai CMIN/DF
sebesar 1,344 merupakan indikasi yang baik karena mempunyai nilai yang kurang
dari 2.
Tabel 1. Hasil Pengujian Goodness-of-Fit Model
Kriteria Cut-off Value Hasil

x 2chi square Diharapkan 695.947


kecil
x 2significance probability ≥ 0,05 0,000
GFI ≥ 0,90 0,837
RMSEA ≤ 0,08 0,042
AGFI ≥ 0,90 0,812
TLI ≥ 0,95 0,922
Comparative Fit Index (CFI) ≥ 0,90 0,928
Normed Chi Square (CMIN/DF) < 2,00 – 5,00 1,344
Sumber : Hasil olahan data, 2020.
Keseluruhan pengukuran goodness of fit tersebut di atas mengindikasikan
bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima. Karena
itu, maka peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model untuk
membentuk model alternatif yang mempunyai goodness of fit yang lebih baik.
1. Modifikasi Model
Salah satu tujuan modifikasi model adalah untuk mendapatkan kriteria
goodness of fit dari model yang dapat diterima. Melalui nilai output
modification indices dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi
terhadap model yang dapat diusulkan. Modification indices dapat diketahui
dari output SPSS Amos 21 yang menunjukkan hubungan-hubungan yang
perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada dalam model supaya terjadi
penurunan pada nilai chi-square untuk mendapatkan model penelitian yang
lebih baik.
Peneliti mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang tidak
memerlukan justifikasi teoritis dan yang memiliki nilai modification indices
lebih besar, ini dilakukan untuk mendapatkan nilai goodness of fit yang
memenuhi syarat. Tabel 2 merupakan hasil goodness of fit model yang telah
dimodifikasi.
Tabel 2. Hasil Goodness-of-Fit Setelah Modifikasi Model
Kriteria Hasil Hasil
Sebelum Modifikasi Setelah Modifikasi
x 2chi square 695,947 587,471
x 2significance probability 0,000 0,017
GFI 0,837 0,861
RMSEA 0,042 0,026
AGFI 0,812 0,839
TLI 0,922 0,969
Comparative Fit Index (CFI) 0,928 0,972
Normed Chi Square (CMIN/DF) 1,344 1,137
Sumber : Hasil olahan data, 2020
Hasil pengujian Chi-Square, nilai x2 yang tinggi menunjukkan korelasi
yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata sehingga
menghasilkan probabilitas yang kecil. Sebaliknya, nilai chi-square yang
rendah dan menghasilkan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05 akan
mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara observasi dengan
prediksi. Chi-Square sangat sensitif terhadap ukuran sampel. Setelah
dilakukan modifikasi model nilai x2 pada penelitian ini turun sebesar 108,476,
dan nilai probabilitasnya menjadi lebih baik dengan peningkatan lebih besar
dari 0,000 yaitu 0,017.
Terdapat berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur
derajad kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang
disajikan. Jenis-jenis fit index tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini.
Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah nilai yang diperoleh dari
pembagian nilai chi-square terhadap degree of freedom. Indeks ini mengukur
hubungan goodness-of-fit model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi
yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai CMIN/DF pada
model ini adalah 1,137 menunjukkan bahwa model penelitian ini baik.
Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian model
secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang
diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI berkisar antara 0–1,
dimana 0 menunjukkan poor fit dan 1 menunjukkan perfect fit. Dengan tingkat
penerimaan yang direkomendasikan > 0,9 dapat disimpulkan bahwa model
penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang kurang baik dengan nilai GFI
sebesar 0,861.
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah pengembangan dari GFI
yang disesuaikan dengan rasio degree of freedom dari model yang diusulkan
dan degree of freedom dari null model. Nilai AGFI dalam model ini adalah
0,839 menunjukkan tingkat penerimaan yang kurang baik.
Tucker Lewis Index (TLI) adalah indeks kesesuaian incremental yang
membandingkan model yang diuji dengan null model. Nilai yang
direkomendasikan > 0,9. Dapat disimpulkan bahwa model yang diajukan
menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai TLI sebesar 0,969.
Comparative Fit Index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental yang
membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran indeks ini
dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model
memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk
dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif dengan besarnya sampel dan
kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Dengan memperhatikan nilai yang
direkomendasikan yaitu > 0,9, maka nilai CFI sebesar 0,972 menunjukkan
bahwa model ini memiliki kesesuaian yang baik.
The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah
ukuran yang digunakan untuk memperbaiki kecenderungan statistik chi-
square yang sensitif terhadap jumlah sampel yang besar. Nilai penerimaan
yang direkomendasikan < 0,08; nilai RMSEA model sebesar 0,026
menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik.
Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness-of-fit model penelitian
setelah proses modifikasi tersebut di atas, mengindikasikan bahwa model yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima dengan baik.
Setelah model penelitian dapat diterima, sub bahasan berikutnya akan
menjelaskan analisis mediasi, uji hipotesis, dan hasil penelitian.
2. Analisis Mediasi
Pengembangan hipotesis dalam posisi studi ini yaitu bahwa satisfaction
memediasi hubungan antara serqual, food quality, dan perceived value pada
behaviour intention secara fully mediated (lihat Gambar 1) dengan
menggunakan SPSS Amos 21.

0,154(2,134) SAT
SQ

0,621(2,056)
0,393(3,648)

FQ BI

0,231(1,328)
chi square = 587,471
p = 0,017
PV df = 0,515
cmin/df = 1,137
gfi = 0,861
agfi = 0,839
tli = 0,969
cfi = 0,972
rmsea = 0,026
Gambar 1.
Fully Mediated Model
Hasil pada gambar 1 dapat di jelaskan secara keseluruhan seperti
diuraikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Analisis Mediasi
Fully
Explanation Mediated
Model
Dependent Variable: Satisfaction
Servqual Satisfaction .154*
Food Quality Satisfaction .621*
Perceived Value Satisfaction .231
Satisfaction Behaviour intention .393***
chi square 587,471
significance .017
Df .515
GFI .861
CFI .972
PCFI .892
PNFI .741
SMC for Satisfaction .656
SMC for Behaviour Intention .133
Notes: * p <.05; ** p < .01; *** p < .001
Hasil olahan peneliti 2020.

Persentase hipotesis yang signifikan pada fully mediated model, dari


empat hipotesis terdpat satu hipotesis yang tidak signifikan, ada dua yang
signifikansi p < 0,05 dan pada signifikansi p < 0,001 sebanyak satu dari
empat hipotesis.
Selanjutnya, kemampuan model untuk menjelaskan varians dalam hasil
diukur dengan squared multiple correlations (SMC). Pada fully mediated
model, SMC satisfaction yaitu 0,656, SMC behaviour intention 0,133.
Nilai parsimony (parsimony-adjusted NFI dan parsimony-adjusted CFI)
dalam Tabel menunjukan fully mediated model mempunyai nilai 0,741 dan
0,972.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat
signifikansi hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan
pada nilai C.R (z-hitung) lebih besar dari atau sama dengan nilai z-tabel (z-
hitung  z-tabel). Pada jumlah responden lebih dari 120 maka nilai z tabel
untuk masing-masing tingkat signifikansi adalah: (1) 1% = 2,56, (2) 5% =
1,96, (3) 10% = 1,645. Analisis terhadap hubungan-hubungan antar konstruk
dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai regression weights. Tabel IV.9
menunjukkan nilai regression weights dari variabel-variabel yang diuji
hubungan kausalitasnya.
Table 3. Regresion Weights
Estimat
Regresion Weights S.E C.R P
e
Satisfaction service quality ,154 ,072 2,134 ,033
Satisfaction Food quality ,621 ,302 2,056 ,040
Satisfaction perceived value ,231 ,174 1,328 ,184
behaviour
satisfaction ,393 ,108 3,648 ,001
intention
Hasil olahan peneliti 2020.

Pada pembahasan hasil penelitian, akan dijelaskan mengenai hasil


pengujian hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Dengan demikian,
terdapat empat bahasan yang akan dijelaskan. Hubungan antar variabel
tersebut yaitu: satisfaction and service quality, satisfaction dan food quality,
satisfaction dan perceived value, serta behaviour intention dan satisfaction.
Berikut penjelasan untuk setiap hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.
a. Hubungan antara satisfaction dan service quality (H1).
Hasil pengujian mengindikasi hubungan yang signifikan dan positif
antara kepuasan konsumen (satisfaction) dengan kualitas jasa yang
diberikan (service quality) (β = 0,154, CR =2,134, SE = 0,072, p = 0,033).
Fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi service quality, semakin
tinggi satisfaction. Hal ini dapat terjadi karena konsumen yang merasa
terpenenuhi dengan layanan yang baik akan semakin tinggi kepuasan
konsumen pada RM. Roda. Sehingga service quality merupakan variabel
yang dipertimbangkan penting oleh konsumen untuk meningkatkan
kepuasan terhadap Wisata kuliner RM. Roda. Hasil pengujian yang
signifikan ini memberikan dukungan terhadap regularitas fenomena
hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu (Domingo R., 2001,
dan Kisang Ryu, et. al., 2012). Dalam studi tersebut, menjelaskan bahwa
terdapat hubungan signifikan positif antara service quality dan satisfaction.
Hasil temuan pada studi mengindikasi bahwa kemampuan
perusahan melayani konsumen dengan baik mampu meningkatkan
kepuasan konsumen terhadap RM. Roda. Hal ini memberikan pemahaman
tentang perlunya peningkatan kualitas layanan untuk meningkatkan
kepuasan terhadap merek.
b. Hubungan antara satisfaction dan food quality (H2).
Hasil pengujian mengindikasi hubungan yang signifikan dan
positif antara kepuasan konsumen (satisfaction) dengan kualitas makanan
(food quality) (β =0,621, CR = 2,056, SE = 0,302, p = 0, 040). Fenomena
yang dijelaskan adalah semakin tinggi food quality, semakin tinggi
satisfaction. Hal ini berarti konsumen yang mendapatkan makanan yang
berkualitas tinggi dari perusahan akan meningkatkan kepuasan konsumen.
Hasil pengujian yang signifikan ini memberikan dukungan terhadap
regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu
(Domingo R., 2001, Kisang Ryu et. al., 2012, Young dan SooCheong,
2008, dan Syed dan Carolyn, 2006). Dalam studinya, dijelaskan bahwa
terdapat hubungan signifikan positif antara food quality dan satisfaction.
Hasil studi ini mengindikasi bahwa kualitas makanan yang diberikan oleh
perusahan terhadap pengunjung yang datang akan meningkatkan kepuasan
pengunjung RM. Roda.
c. Hubungan antara satisfaction dan perceived value (H3).
Hasil pengujian mengindikasi hubungan yang tidak signifikan dan
negatif antara kepuasan konsumen (satisfaction) dengan persepsi nilai
(perceived value) (β = 0,231, CR = 1,328, SE = 0,174, p = 0,184).
Fenomena yang dijelaskan bahwa perceived value tidak mempengaruhi
satisfaction. Hasil pengujian yang tidak signifikan ini bertolak belakang
pada penelitian terdahulu (Domingo R., 2001), kemungkinan yang ada
fenomena ini terjadi karena setting dan perilaku atau gaya hidup sangat
berbeda dengan penelitian tedahulu, oleh karena itu kemungkinan ada nya
variabel-variabel lain yang mendukung selain variabel perceived value.
d. Hubungan antara behaviour intention dan satisfaction (H4).
Hasil pengujian mengindikasi hubungan yang signifikan dan
positif antara niat perilaku (behaviour intention) dan kepuasan
(satisfaction) (β = 0, 393, CR = 3,648, SE = 0,108, p = 0,01). Fenomena ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi satisfaction, semakin tinggi behaviour
intention. Kepuasan yang dirasakan pengunjung saat di RM. Roda dapat
membuat seseorang berperilaku niat. Sehingga satisfaction merupakan
variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen untuk
meningkatkan behaviour intention pada wisata kuliner RM. Roda.
Hasil pengujian yang signifikan ini memberikan dukungan
terhadap regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi
terdahulu (Kisang Ryu et. al., 2012). Dalam studinya, Kisang Ryu,
menjelaskan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara
satisfaction dan behaviour intention. Hasil temuan studi mengindikasi
bahwa kepuasan mampu meningkatkan perilaku niat. Untuk meningkatkan
niat konsumen untuk kembali lagi, perusahaan dapat menggunakan
stimulus-stimulus dengan meningkatkan rasa puas pengunjung.

PENUTUP
Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku niat pada
wisata kuliner RM. Roda dipengaruhi oleh kepuasan pengunjung, sedangkan
kepuasan dipengaruhi oleh kualitas layanan, dan kualitas makanan. Hal ini
memberikan pemahaman bagi manajemen RM. Roda untuk mencermati
peningkatan kualitas jasa, peningkatan kualitas makanan pada pengunjung, dan
memberikan kepuasan sehingga dapat meningkatkan perilaku niat. Untuk
meningkatkan hal tersebut diperlukan pemberian stimulus bagi konsumen
sehingga dapat meningkatkan perilaku niat pada wisata kuliner RM. Roda.
Kualitas jasa dapat ditingkatkan dengan melalui peningkatan layanan
karyawan. Stimulus yang disarankan untuk meningkatkan kualitas jasa antara lain:
meningkatkan kualitas karyawan dalam kemampuannya untuk memberikan
informasi yang baik, berpakaian rapi, memberikan layanan yang ramah tamah,
mempunyai informasi tentang masakan dan minuman yang lengkap, baik dari rasa
dan manfaatnya, ketanggapan karyawan pada pengunjung yang membutuhkan
atau dalam masalah. Dan yang terakhir pentingnya kenyamanan dan keamanan di
area parkir, meja dan kursi sehingga dapat tercipta suasana yang aman dan
nyaman, sehingga dapat memuaskan pengunjung.
Dalam meningkatkan kualitas makanan, perusahaan dapat melakukan
upaya-upaya dengan selalu menyediakan makanan yang segar atau fresh,
penyajian hidangan yang bervariatif, mempunyai rasa yang lezat di setiap
masakan yang di hidangkan, dan mempunyai masakan yang bervariasi, sehingga
pengunjung akan merasa puas berkunjung pada wisata kuliner RM. Roda.
Dalam persepsi nilai stimulus yang disarankan tidak ada karena dalam
penelitian ini variabel persepsi nilai tidak signifikan atau tidak adanya hubungan
terhadap kepuasan konsumen.
Kepuasan dapat ditingkatkan perusahaan dengan memberikan stimulus-
stimulus antara lain menyediakan makanan yang enak, dan pelayanan yang baik,
sehingga pengunjung akan merasa puas dengan apa yang mereka peroleh.
Diharapkan dengan memberikan stimulus-stimulus tersebut, akan
meningkatkan perilaku niat pada wisata kuliner RM. Roda.

DAFTAR PUSTAKA
(Domingo R., 2001, Kisang Ryu et. al., 2012, Young dan SooCheong, 2008, dan
Syed dan Carolyn, 2006).
(Brodie et.al., 1997; Oppermann, 1997; Flavianus et.al., 2001; Lau dan
McKercher, 2004; Petrick, 2004; dan Hui et.al., 2007)
Hong Qin dan Viktor R. Prybutok (2009)
(Zeithaml et.al., 2002)
(Johns dan Howard, 1998; Kivela et al., 1999; Hukum et al., 2004)
(Dabholkar et.al., 1996; Brdany dan Cronin, 2001; Karatepe et.al., 2005 dan Perez
et.al., 2007).
(Monroe, 1990 dan Alegre & Cladera, 2009)
(Monroe, 1989; Kara et al., 1995; Fornell et al., 1996; Lee and Ulgado, 1997;
Gilbert et al., 2004; Hong Qin dan Victor R. Prybutok, 2009)
(Hair et.al., 1998)

Anda mungkin juga menyukai