Abstrak:
Karakteristik Keluarga sakînah adalah keluarga yang berawal dari rasa cinta
(mawaddah) yang dimiliki oleh kedua suami-istri, kemudian berkembang menjadi kasih
sayang (rahmah)di antara setiap keluarga ketika anggota keluarga tersebut semakin
bertambah anggotanya, hingga terciptanya ketenangan dan kedamaian hidup. Terdapat
faktor-faktor yang menjadi karakteristik dari keluarga sakinah, yaitu 1) lurusnya niyat (islâh
al-niyyah) dan kuatnya hubungan dengan Allah (quwwa(tu) shilah bi(l)lâh), 2) kasih
sayang (mawadah wa rahmah); 3) saling terbuka (mushârahah), santun, dan bijak
(mu’âsyarah bi al-ma’rûf); 4) komunikasi dan musyawarah, 5) toleran (tasâmuh) dan
pemaaf; 6) adil dan persamaan; 7) sabar dan syukur.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 113
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
saja. Bahkan hal yang agaknya tidak Ali bin Abi Thalib memaknai kata qû
mungkin adalah mempercayakan dalam ayat ini dengan didiklah dan ajari.
pendidikan agama di institusi sekolah, Sedangkan Ibn Abbas menafsirkan makna
terlebih institusi-isntitusi pendidikan kata tersebut dengan ajak dan serulah
umum (seperti SD, SMP, SMU, dan PT) keluargamu untuk beramal dan beribadah
yang mengajarkan agama hanya berkisar kepada Allah serta hindari dan jauhkan
sekitar 2-4 jam per minggunya. Selebihnya mereka dari perbuatan maksiat.4 Sementara
kebanyakan pembelajaran agama juga itu, Ibn Jarîr al-Thabarî5 memaknai ayat itu
diarahkan pada hapalan dan atau dengan “bahwasanya setiap mukmin
pengetahuan tentang agama atau ilmu berkewajiban untuk mendidik diri dan
agama1. Oleh karena itu, salah satu keluarganya dengan ketaatan kepada Allah
alternatif yang harus ditempuh adalah sehingga terhindar dari api neraka”. Nabi
mengukuhkan kembali peran keluarga Muhammad saw. Bersabda,
dalam pendidikan anak. Dari perpaduan
pendidikan formal di sekolah dan ُصلَّى اللَّوَ َِّبُّ ِال الن َ ََع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َر ِض َي اللَّوُ َعْنوُ ق
َ َال ق
ِ ٍ ِ
pendidikan dalam keluarga, anak akan
َُعلَْيو َو َسلَّ َم ُك ُّل َم ْولُود يُولَ ُد َعلَى الْفطَْرةِ فَأَبَ َواه
صَرانِِو أ َْو ُُيَ ِّج َسانِِو
ِّ َيُ َه ِّوَدانِِو أ َْو يُن
tumbuh menjadi orang yang baik dan
pandai.2
Menurut Zakiyah Darajat,3 dalam Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
pendidikan keluarga ini, orang tua sangat bersabd,“Setiap anak dilahirkan
berperan dan mereka diminta tanggung membawa fithrah. Kedua orang tuanyalah
jawab, komitmen, dan konsistensinya yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani,
dalam pendidikan anak. Dengan demikian, atau Majusi”(HR. Bukhari dan Muslim).6
tanggung jawab orang tua (keluarga) dalam Tujuan pendidikan dalam keluarga
pendidikan anak cukup signifikan, sebab tiada lain agar anak mampu berkembang
keluarga merupakan lingkungan yang secara maksimal, baik jasmani, akal,
pertama kali bersentuhan dengan anak. maupun ruhaninya.7 Dengan
Dari mereka pula lah, anak memperoleh perkembangan yang optimal tersebut
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, diharapkan akan terbentuk kecerdasan
dan sikap. Oleh karena itu, kualitas orang anak dalam berbagai bentuknya. Akhirnya
tua dan lingkungan keluarga sangat anak akan mampu berperan sebagai
dominan dalam pembentukan jiwa dan anggota masyarakat yang baik dan juga
kerpibadian anak. sanggup mempertanggung-jawabkan
Peranan dan tanggung jawab orang segala perilakunya sebagai khalîfat Allâh
tua terhadap pendidikan anak secara dan „Abd Allâh. Untuk itu, orang tua dan
eksplisit tergambar pada QS. al-Tahrîm
(66):6. 4
Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur‟ân al-„Adzîm,
Beirut, Dâr al-Fikr, 1986, jilid IV, hlm. 392.
5
Ibn Jarîr al-Thabarî, Jami‟ al-Bayân
1
Azyumardi Azra, Pendidikan, Tradisi, dan fîTa‟wîl al-Qur‟ân, Beirut, Dâr al-Fikr, 1988, jilid
Modernitas Menuju Milenium Baru, Jakarta, Logos, V, hlm. 156.
6
1999, hlm. 3. Bukhari, Shahîh al-Bukhârî: Kitâb al-
2
Abd al-Rahmân al-Nahlawi, Pendidikan Janâiz, Kairo, Dâr al-Hadîts, t. t. jilid II, hlm. 345;
Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Muslim, Shahîh Muslim: Kitâb al-Qadr, Dâr al-
terjemahan oleh Sihabuddin, Jakarta, Gema Insani Hadîts, t. t., jilid IV, hlm. 351.
7
Press, 1995, hlm 27. Abd al-Rahmân al-Nahlawi, Pendidikan
3
Zakiyah Darajat, Berawal dari Keluarga: Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
Revolusi Belajar Cara al-Qur‟an, Jakarta, Hikmah, terjemahan oleh Sihabuddin, Jakarta, Gema Insani
2002, cetakan ke-1, hlm. Xi. Press, 1995, hlm 27.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 114
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 115
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
hatinya begitu lapang baik lahir maupun indikasi yang dapat menghantar-kan
batin. Dengan kata lain, mawaddah adalah keluarga menjadi keluarga yang sakinah
cinta plus.11 (bahagia). Pertama, dengan menjadikan
Di samping itu kata rahmah dilihat keluarga yang ahli sujud, keluarga yang
dari akar katanya merupakan verbal noun ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya
(mashdar) dari kata r-h-m. Dari kata asal dengan dzikrullâh, dan keluarga yang
ini terdapat kata-kata derivasi lainnya selalu rindu untuk mengutuhkan kemuliaan
dalam al-Qur‟an, yaitu rahima, arhama, hidup di dunia, terutama mengutuhkan
marhamah, râhîm, rahmân, dan ruhm.12 kemuliaan di hadapan Allah swt. kelak di
Pada tingkat ini rahmah ini merupakan surga. Jadikan berkumpulnya anggota
hubungan salin cinta antara dua orang lain keluarga di surga sebagai motivasi dalam
jenis yang mampu mencapai kualitas meningkatkan amal ibadah.
kecintaan yang tidak terbatas, serba murni, Kedua, menjadikan rumah sebagai
dan sejati. Hubungan orang tua dengan pusat ilmu. Pupuk iman adalah ilmu.
anak dipersatukan dalam cinta istimewa Memiliki harta tetapi kurang ilmu akan
yaitu rahim. Cinta anak kepada orang tua menjadikan manusia diperbudaknya. Harta
adalah cinta yang lebih dekat dengan cinta dinafkahkan akan habis, ilmu dinafkahkan
kasih kepada yang lainnya. Apalagi cinta akan melimpah. Pastikan agar setiap
orang tua, terutama cinta ibu kepada keluarga sungguh-sungguh untuk mencari
anaknya, merupakan cinta yang tulus dan ilmu. Baik ilmu tentang hidup di dunia
murni. Inilah yang dinamakan rahim yaitu maupun ilmu akhirat. Bekali anak-anak
cinta kasih. Kasih sayang orang tua kepada sedari kecil dengan ilmu dan jadilah orang
anak dikatakan sebagai bagian dari naluri tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu
orang tua. Dalam situasi bagaimanapun bagi anak-anaknya.
orang tua akan senantiasa menyayangi Ketiga, jadikan rumah sebagai pusat
anaknya, baik dalam keadaan senang nasihat. Setiap di antara angota kelurga
maupun susah. harus tahu persis bahwa semakin hari
Dari keragaman pendapat di atas semakin banyak yang harus dilakukan.
kiranya dapat disederhanakan bahwa Untuk itu setiap di antaa anggota kelurga
keluarga sakînah adalah keluarga yang harus sadar bahwa mereka butuh orang lain
berawal dari rasa cinta (mawaddah) yang agar dapat melengkapi kekurangan guna
dimiliki oleh kedua suami-istri, kemudian memperbaiki kesalahan. Keluarga yang
berkembang menjadi kasih sayang bahagia itu keluarga yang dengan sadar
(rahmah) yang setiap keluarga ketika menjadikan kekayaanya saling menasehati,
anggota keluarga tersebut semakin saling memperbaiki, serta saling
bertambah anggotanya, hingga terciptanya mengkoreksi dalam kebenaran dan
ketenangan dan kedamaian hidup. Menurut kesabaran. Setiap koreksian bahkan pujian
Abdullah Gymnastiar,13 ada beberapa yang diberikan oleh keluarga harus
disyukuri. Hal ini karena mereka adalah
11
Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur‟an: bagian terdekat yang paling tahu apa yang
Tafsir Maudû‟î atas Pelbagai Persoalan Umat, dilakukan oleh anggota keluarga lainnya
Bandung, Mizan, 1997, cet. Ke-5, hlm. 208. dalam kehidupan keseharian. Sehingga
12
Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur‟an: kritikan, koreksian, nasihat yang diberikan,
Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep Kunci (Jakarta:
Paramadina, 1996), cet. Ke-1, hlm. 212-213.
dan bahkan pujian adalah lebih dekat pada
13
Disarikan dari Abdullah Gymnastiar, keadaan diri yang sebenarnya.
Membangun Keluarga: 4 Visi Rumah Tangga Keempat, jadikan rumah sebagai
sakinah Mawaddah wa rahmah, Bandung, MQS, pusat kemuliaan. Pastikan keluarga itu
Pustaka Grafika, 2002.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 116
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
sebagai contoh bagi keluarga yang lain. dengan sikap lemah lembut, pemberi maaf,
Berbahagialah jika sebuah keluarga serta mengedepankan aspek keadilan dan
dijadikan contoh teladan bagi keluarga persamaan. Beberapa konsep dasar di atas
yang lain. Itu berarti, masing-masing akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.
anggota keluarga senantiasa menuai pahala 1. Lurusnya Niyat (Islâh al-Niyyah)
dari orang yang berubah karena keluarga dan Kuatnya hubungan dengan
itu menjadi jalan kebaikan bagi yang Allah (Quwwatu shilah bi(a)llâh)
lainnya. Saling berlomba-lombalah dalam Motivasi menikah bukanlah semata
memunculkan kemuliaan di keluarga. untuk memuaskan kebutuhan
biologis/fisik. Menikah merupakan salah
C. Unsur-Unsur Keluarga Sakinah satu tanda kebesaran Allah SWT
Dari uraian di atas dapat dipahami sebagaimana diungkap dalam al-Qur'an
bahwa ciri utama keluarga sakînah adalah (QS. al-Rûm (30):21), sehingga bernilai
adanya cinta dan kasih sayang atau sakral dan signifikan. Menikah juga
mawadah wa rahmah dengan tujuan akhir merupakan perintah-Nya (QS. al-Nur
adalah mardhatillâh. Hal ini sesuai dengan (24):32), yang berarti suatu aktifitas yang
naluri manusia yang ingin memberikan dan bernilai ibadah dan merupakan Sunnah
menerima cinta kasih. Maka dalam Rasul dalam kehidupan sebagaimana
keluarga sakînah, cinta dan kasih sayang ditegaskan dalam salah satu hadits,
benar-benar terjalin kuat, baik antara suami ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya
dengan istri atau sebaliknya, antara untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka
keduanya dengan anak-anaknya, serta tidaklah ia termasuk golonganku” (HR. al-
antara anggota keluarga tersebut dengan Thabrani dan al-Baihaqi).
keluarga yang ada di lingkungannya. Oleh karena nikah merupakan
Dengan demikian, menurut penulis, sunnah Rasul, maka selayaknya proses
terdapat faktor-faktor lain yang menjadi menuju pernikahan, tata cara (prosesi)
karakteristik dari keluarga sakinah, yaitu 1) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca
Lurusnya Niyat (Islâh al-Niyyah) dan pernikahan harus mencontoh Rasul.
Kuatnya hubungan dengan Allah Misalnya saat hendak menentukan
(Quwwatu shilah billâh), 2) kasih pasangan hidup hendaknya lebih
sayang; 3) saling Terbuka mengutamakan kriteria al-dîn
(Mushârohah), Santun dan Bijak (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya
(Mu’asyarah bil Ma’rûf); 4) komunikasi (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan
dan musyawarah, 5)Tasâmuh (Toleran) harta); dalam prosesi pernikahan (walimat
dan Pemaaf; 6) adil dan persamaan; 7). al-„urusy) hendaknya juga dihindari hal-
Sabar dan syukur. Secara umum dapat hal yang berlebihan (mubâdzir), tradisi
dikatakan bahwa keluarga sakinah yang menyimpang (khurafât), dan kondisi
dibangun di atas kasih sayang yang bercampur baur (ikhtilâth). Kemudian
mengedepankan aspek komunikasi dan dalam kehidupan berumah tangga pasca
musyawarah sebagai bentuk dari pola pernikahan hendaknya berupaya
hubungan demokratis yang menjadi sarana membiasakan diri dengan adab dan akhlaq
bagi terwujudnya komunikasi dialogis. seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.
Sehingga dengan adanya komunikasi Menikah merupakan upaya menjaga
tersebut tercapailah ketenangan, kehormatan dan kesucian diri, artinya
kedamaian, dan ketentraman dalam rumah seorang yang telah menikah semestinya
tangga. Sedangkan musyawarah yang lebih terjaga dari perangkap zina dan
dipakai adalah musyawarah yang dihiasi mampu mengendalikan syahwatnya.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 117
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Menikah juga merupakan tangga kedua kepada orang tua, anaknya, dan seluruh
setelah pembentukan pribadi muslim manusia (H.R. Bukhari).14
(syakhsiyah islamiyah) dalam tahapan Keteguhan hati dapat diwujudkan
amal dakwah, artinya menjadikan keluarga dengan pendekatan diri kepada Allah
sebagai ladang beramal dalam rangka (taqarrub ila(a)llâh), sehingga ia
membentuk keluarga muslim teladan merasakan kebersamaan Allah dalam
(usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam segala aktifitasnya (ma‟iyat(a)llâh) dan
dalam segala aktivitas dan interaksi seluruh selalu merasa diawasi Allah dalam segenap
anggota keluarga, sehingga mampu tindakannya (muraqobat(a)llâh). Perasaan
menjadi rahmatan li al „âlamîn bagi tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan
masyarakat sekitarnya. Dengan adanya dalam lingkungan keluarga, melalui
keluarga-keluarga muslim pembawa pembiasaan keluarga untuk melaksanakan
rahmat diharapkan dapat terwujud ibadah nafilah secara bertahap dan
komunitas dan lingkungan masyarakat dimutaba‟ah bersama, seperti : tilawah,
yang sejahtera. shalat tahajjud, shaum, infaq, do‟a,
Hubungan yang kuat dengan Allah ma‟tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas
dapat menghasilkan keteguhan hati tersebut dapat menjadi sarana menjalin
(kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah keakraban dan persaudaraan (ukhuwah)
tegaskan dalam QS. al-Ra‟d (11): 28. seluruh anggota keluarga, dan yang
“Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati penting dapat menjadi sarana mencapai
akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam taqwa dimana Allah swt menjamin orang-
meniti kehidupan rumah tangga sangat orang yang bertaqwa.
dipengaruhi oleh keteguhan hati,
ketenangan jiwa, yang bergantung hanya 2. Kasih Sayang
kepada Allah saja (ta‟alluq bi(a)llah). Qurasih Shihab menyatakan bahwa
Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan keluarga merupakan sekolah bagi setiap
Allah, mustahil seseorang dapat anggota keluarga. Landasan utama kasih
mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam sayang ini adalah saling mencintai karena
kehidupan rumah tangga. Kecintaan Allah (mahabbah fi(a)llâh) antara suami-
kepada keluarga, suami/istri, anak, dan istri dan segenap anggota kelurga. Hal ini
lainnya hanya merupakan penjabaran merupakan salah satu perekat terpenting
perintah Allah. Muaranya adalah cinta dalam membangun keluarga sakinah dan
kepada Allah, dan pengaruh positifnya merekatkan persahabatan di antara
terpancar dari cintanya kepada keluarga, mereka.15 Munculnya cinta karena Allah
suami/istri, anak dan lain-lain. Rasulullah Swt. disebabkan karena setiap anggota
bersabda, kelurga memiliki keimanan dan melakukan
صلَّى اهللَ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم الَيُ ْؤِم ُن
َ ال النَِِّب
َ َال ق َ َس ق ٍ ََع ِن أَن ketaatan-ketaatan kepada-Nya. Jika ada
yang tidak disukainya dari salah satu
ب إِلَْي ِو ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َو َ َح ُد ُكم َح ََّّت أَ ُك ْو َن أ
َّ َح َأ anggota keluarga, hal itu karena ia tidak
ْي ِ ْ َّاس أ
ِ الن
rela melihat salah satu anggota kelurganya
َ ْ َْجَع melakukan kemaksiatan dan kemungkaran
"Tdiak berimanlah seseorang di antara kepada Allah Swt. Rasulullah saw.
kalian sehingga kecintaannya kepada bersabda,“Siapa saja yang memberi
Allah (dan Rasul-Nya) melebihi kecintaan
14
Bukhari, Kitâb al-Imân, Jilid I, hlm. 10.
15
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an:
Fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung, Mizan, 2002, hlm. 255.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 118
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
karena Allah, menolak karena Allah, kasih sayang yang duiperoleh anak dari
mencintai karena Allah, membenci karena orang tuanya dapat mengganggu
Allah, dan menikah karena Allah, berarti perkembangan sosial anal dan juga
ia telah sempurna imannya” (HR al- penyesuaian dirinya.17
Hakim). Demikian pentingnya memberikan
Dalam proses perwujudan keluarga kasih sayang dalam pendidikan anak,
sakinan dan pendidikan keluarga, ikatan sehingga perlu langkah-langkah yang
kasih sayang antara anak dan orang tua ini konkrit dalam mewujudkannya. Kasih
mempunyai peran yang sangat penting. sayang yang diberikan orang tua kepada
Curahan kasih sayang yang diberikan anaknya bersifat kodrat, murni, dan tulus.
orang tua dapat menciptakan kesan yang Perwujudan kasih sayang ini dapat terlihat
sangat kuat di dalam hati dan benak anak. dalam kehangatan komunikasi antara orang
Persaaan kasih inilah yang berperan tua dan anak. Dalam kaitan dengan hal ini,
membentuk jiwa, sekaligus membangun Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa
kepribadiannya. Para pakar psikologi kasih sayang itu harus dikomunikasikan.
menjelaskan bahwa perasaan seorang anak Kasih sayang tidak boleh disimpan saja
kecil terhadap curahan cinta, respon, dan dalam hati. Oleh karena itu, Nabi saw.
interaksi orang-orang di sekitarnya mengungkapkan kasih sayangnya tidak
terhadap dirinya sangat penting dalam saja secara verbal (dengan kata-kata),
membantu pertumbuhan emosional dan tetapi juga dengan perbuatan. Jalaluddin
kejiwaan, bahkan kecerdasan anak.16 Rakhmat berpandangan, "Jika anak
Dalam keluarga yang penuh dengan dibesarkan dengan kasih sayang dan
cinta kasih ini, seorang anak akan persahabatan, ia belajar menemukan cinta
memahami kehadiran dirinya sebagai suatu dalam kehidupan, yang natinya bermanfaat
yang cukup menyenangkan dan bagi dirinya dan orang lain”.18
diharapkan. Ia akan segera merasakan Kehidupan suami-istri adalah
adanya ikatan yang menghubungkannya kehidupan yang berpeluang mengalami
dengan orang-orang di sekitarnya. Ikatan kesulitan-kesulitan seperti beban pekerjaan
dan hubungan yang terbangun atas dasar yang memberatkan, pemenuhan nafkah,
cinta itu selanjutnya menjadi dasar bagi pendidikan anak, dan lain-lain. Saling
anak dalam pembentukan pola tolong-menolong akan dapat meringankan
hubungannya dengan orang lain. beban satu sama lainnya. Pada saat suami
Sebaliknya, pola pendidikan yang tidak dapat menyediakan pembantu rumah
dijalankan dengan cara menciptakan dan tangga, ia dengan rela membantu pekerjaan
menumbuhkan perasaan takut, jauh dari rumah tangga jika istrinya kewalahan
cinta dan kelembutan hanya akan melakukannya. Rasulullah saw. terbiasa
menciptakana dampak negatif dalam menjahit sendiri bajunya yang robek dan
proses pembentukan kejiwaan dan memperbaiki sandalnya yang rusak tanpa
emosional anak. Hal ini antara lain dapat memberatkan istri-istrinya. Begitu juga
berupa terlambatnya perkembangan fisik istri, pada saat suami mengalami kesulitan
dan motorik, gagap atau gangguan bicara, dalam pemenuhan nafkah untuk keluarga,
sulit untuk berkonsentrasi, agresif dan
nakal, kurang minat terhadap orang lain, 17
Zakiah Darajat, Berawal dari Keluarga:
dan egois. Dengan kata lain, kurangnya Revolusi Belajar Cara al-Qur‟an. Jakarta: Hikmah,
2003, hlm. 45.
16 18
Izzat Iwadh Khalifah, Kiat Mendidik Anak, Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi
terjemahan Rahmad Nurhadi, Jakarta: Pustaka Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, Bandung,
Qalam, 2004, hlm. 17. Mizan, 1996, cetakan ke-9, hlm. 186-187.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 119
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 120
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
kepada anak/isteri/suami, segeralah minta antara orang tua dan anak, terutama peran
ma‟af dan berbuat baiklah sehingga kesan ayah (suami). Dalam keluarga sakinah,
(atsar) buruk dari marah dapat hilang. seorang ayah adalah ia yang mempu
Sesungguhnya dampak dari kemarahan mewujudkan suasana keluarga yang
sangat tidak baik bagi jiwa orang yang harmonis dan komunikatif, sehingga
marah dan yang dimarahi. tercipta komunikasi yang dialogis antara
orang tua dan anak. Menurut Hasan Basri,
4. Komunikasi dan Musyawarah komunikasi dalam keluarga memeiliki
Pernikahan adalah menyatukan dua beberapa fungsi. Pertama, sarana untuk
orang yang berasal dari latar belakang mengungkapkan kasih sayang; kedua,
yang berbeda dan dua keluarga yang media untuk menyatakan penerimaan atau
berbeda. Karena itu, suam-istri perlu saling penolakan atas pendapat yang
memahami kelebihan dan kekurangan disampaikan; ketiga, sarana untuk
masing-masing, serta menerimanya dengan menambah keakraban hubungan sesame
lapang dada tanpa ada penyesalan yang anggota keluarga; dan keempat, menjadi
berkepanjangan. Kadangkala suami barometer bagi baik-buruknya kegiatan
mempunyai kelebihan dalam kemampuan komunikasi dalam sebuah keluarga.19
berkomunikasi, sedangkan istrinya kurang. Dengan demikian, komunikasi yang
Sebaliknya, istri memiliki kemampuan baik dapat melahirkan hubungan yang baik
manajemen, sedangkan suaminya lemah. pula. Sehingga dari sinilah dapat diperoleh
Kelebihan yang ada pada salah satu keuntungan yang luas dalam kehidupan
pasangan tidak menunjukkan ketinggian keluarga, seperti keutuhan keluarga, kasih
orang tersebut, demikian juga kekurangan sayang dan tanggung jawab yang semakin
yang ada pada seseorang tidak bertambah besar, prestasi belajar anak
menunjukkan dia rendah. Tinggi- yang semakin membaik, tarap kesehatan
rendahnya manusia di sisi Allah Swt. mental keluarga, semangat kerja pergaulan
adalah karena ketakwaannya seperti sosial, kepuasa hubungan suami istri, dan
digariskan dalam QS al-Hujurat [49]: 13). hubungan emosional anggota keluarga
Saling memahami akan menjadikan yang semakin kuat, serta taraf kemampuan
suami-istri berempati terhadap dalam menghadapi persoslan keluarga dan
pasangannya sehingga tidak mudah saling kehidupan pada umumnya yang semakin
berburuk sangka. Sikap saling kompleks. 20Terciptanya komunikasi yang
empati/memahami tidak berarti toleran dialogis terhadap anak tergantung kepada
terhadap kesalahan dan kelemahan yang bagaimana pola hubungan atau pola asuh
dapat merugikan pasangannya. Namun, orang tua terhadap anak. Dalam hal ini ada
sikap ini memudahkan suami-istri untuk beberapa pendapat para ahli tentang pola
berpikir jernih sebelum memberikan hubungan atau pola asuh keluarga yang
pendapat, kesimpulan maupun penilaian. secara garis besar dapat dilihat dari tiga
Kejernihan berpikir akan dapat tipe keluarga, yaitu 1) keluarga koersif21
memudahkan seseorang untuk bersikap
19
dengan tepat dan benar terhadap Hasan Basri, Keluarga Sakinah: Tinjauan
pasangannya. Dengan itu, masing-masing Psikologi dan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
akan terhindar dari kesalahpahaman yang 1995, hlm. 80.
20
Hasan Basri, Keluarga Sakinah: Tinjauan
memunculkan perselisihan dan Psikologi dan Agama, hlm. 80.
pertengkaran. Keluarga sangat besar 21
Pola Asuh koersif identik dengan hukuman
pengaruh dan peranannya dalam dan pujian. Jika anak berlaku tidak sesuai dengan
mewujudkan komunikasi yang hangat arahan orangtua, maka yang mereka terima ialah
hukuman. Sebaliknya, jika sang anak berlaku sesuai
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 121
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
atau otoriter, dan 3) keluarga permissive22 kebebasan penuh akan mendorong anak
atau laissez fair, dan 3) keluarga dialogis untuk berprilaku agresif. 24 Dalam al-
dan demokratis.23 Dari ketiga tipe tersebut, Qur'an, pola hubungan demokratis telah
perkembangan anak akan lebih luwes dan diisyaratkan, seperti terlihat dalam surat al-
dapat menerima kekuasaan secara rasional, Baqarah (2): 233). Dan (QS Âli Imrân
apabila anak dibesarkan dalam keluarga (3):159).
yang diliputi oleh suasana yang dialogis Kedua ayat di atas menyinggung
dan demokratik. Dalam pola asuh ini, persoalan musyawarah yang merupakan
orang tua menanamkan harapannya dengan salah satu nilai demokrasi di samping nilai
cara berbicara dari hati ke hati, serta adil dan persamaan. Pada QS al-Baqarah
menjelaskan pertimbangan keinginan (2) ayat 233, dijelaskan tentang bagaimana
mereka pada anak-anak. Karena adanya seharusnya hubungan suami istri pada saat
hubungan egaliter yang dibangun, anak- mengambil keputusan berkaitan dengan
anak terlatih untuk menjadi jujur, kritis, masalah keluarga dan anak-anak.
dan terbuka terhadap lingkungan Sedangkan pada QS Âli Imrân (3):159
sekitarnya. Sementara itu, pola asuh dijelaskan tentang sikap-sikap yang harus
permisif, alih-alih, membuat mereka diterapkan dalam musyawarah.
mandiri, orang tua justru terlalu
menyerahkan anak pada dunia yang sedang 5. Tasâmuh (Toleran) dan Pemaaf
berputar. Anak, terkadang menjadi merasa Dua insan yang berbeda latar
tidak diperhatikan, tidak diberikan bibit belakang sosial, budaya, pendidikan, dan
harapan, serta menganggap orang tua pengalaman hidup bersatu dalam
menganggap mereka tidak berarti. Dengan pernikahan, tentunya akan menimbulkan
kata lain, dalam pola asuh yang demokratis terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara
akan tercipta komunikasi yang dialogis berfikir, memandang suatu permasalahan,
antara anak dan orang tua serta adanya cara bersikap/bertindak, juga selera
kehangatan yang membuat anak merasa (makanan, pakaian, dsb). Potensi
diterima oleh orang tua sehingga ada perbedaan tersebut apabila tidak disikapi
pertautan perasaan. Sebaiknya orang tua dengan sikap toleran (tasamuh) dapat
yang bersikap otoriter dan memberikan menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh
karena itu masing-masing suami/isteri
harus mengenali dan menyadari kelemahan
dengan arahan orangtua, maka mereka akan dan kelebihan pasangannya, kemudian
menerima pujian. .
22
Tipe pola asuh permisif merupakan
berusaha untuk memperbaiki kelemahan
antitesis dari pola asuh koersif. Orangtua permisif yang ada dan memupuk kelebihannya.
biasanya menghendaki anak-anak tumbuh dengan Layaknya sebagai pakaian maka
mandiri. Alih-alih membuat mereka mandiri, suami/isteri harus mampu mempercantik
orangtua justru terlalu menyerahkan anak pada penampilan, artinya berusaha memupuk
dunia yang sedang berputar. Anak, terkadang
menjadi merasa tidak diperhatikan, tidak diberikan
kebaikan yang ada (capacity building); dan
bibit harapan, serta menganggap orangtua menutup aurat artinya berupaya
menganggap mereka tidak berarti. meminimalisir kekurangan yang ada
23
Pola asuh ini menyeimbangkan kebebasan (seperti yang Allah sebutkan dalam QS.
dan keteraturan. Orangtua dialogis mampu Al-Baqarah (2):187).
memahami di wilayah mana saja mereka
mengarahkan anak-anak, dan di wilayah mana saja
Sikap toleran juga menuntut adanya
mereka mengamanahkan kebebasan pada mereka. sikap mema‟afkan. Sikap ini meliputi 3
Orangtua dialogis mendewasakan anak-anak
24
dengan melibatkan mereka bertukar pikiran dan Zakiyah Darajat, Berawal dari Keluarga:
mencari solusi suatu masalah bersama. Revolusi Belajar Cara al-Qur‟an,hlm. 50.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 122
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
(tiga) tingkatan, yaitu: (1) al-„afwu yaitu Kedua, memberi maaf dan membuka
mema‟afkan orang jika memang diminta, lembaran baru. Maaf secara harfiah berarti
(2) al-shafhu yaitu mema‟afkan orang lain menghapus. Dengan demikian, memaafkan
walaupun tidak diminta, dan (3) al- berarti menghapus bekas luka di ahti akibat
maghfirah yaitu memintakan ampun pada perlakuan pihak lain yang dinilai tidak
Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan wajar. Hal ini berarti bahwa dalam
rumah tangga, seringkali sikap ini belum berkomunikasi khususnya dalam
menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga bermusyawarah dibutuhkan sikap pemaaf
kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan dengan tidak membesar-besarkan hal yang
suami/isteri kadangkala menjadi awal sepele yang dilakukan oleh anggota
konflik yang berlarut-larut. Tentu saja keluarga. Kehidupan suami-istri tidak luput
“mema‟afkan” bukan berarti dari berbagai kelemahan, kesalahpahaman
“membiarkan” kesalahan terus terjadi, dan pertengkaran kecil. Hal-hal ini akan
tetapi mema‟afkan berarti berusaha untuk dapat merenggangkan hubungan
memberikan perbaikan dan peningkatan. persahabatan satu sama lain. Pada saat
Hubungan komunikatif, dialogis, dan salah seseorang dari suami-istri melakukan
musyawarah yang harus dikedepankan sesuatu hal yang menimbulkan kemarahan,
dalam keluarga harus dilandasi pula oleh maka langkah yang perlu disuburkan oleh
dua sikap dasar, yaitu sikap lemah lembut yang lainnya adalah menahan marah dan
dan pemaaf sebagaimana tercermin dalam mudah saling memaafkan. Saling
QS. al-Baqarah (2):233 dan QS Âli Imrân memaafkan satu sama lainnya adalah kunci
(3):159. Pertama, yaitu sikap lemah untuk memelihara persahabatan antara
lembut. Keluarga sakinah adalah keluarga suami-istri.
harmonis yang menerapkan sikap lemah Dalam kaitan dengan hal ini, orang
lembut dalam bermusywarah. Sebab sikap tua sebagai soko guru keluarga sebaiknya
ini sangat besar pengaruhnya terhadap mau menolelir dan menjelaskan kesalahan-
perkembangan anak. Umumnya anak-anak kesalahan anak secara positif. Terlebih jika
yang hidup dalam keluarga yang kesalahan itu dilakukan untuk pertama
menerapkan prinsip-prinsip demokrasi kalinya. Melakukan pengawasan terhadap
cenderung memiliki harga diri yang tinggi, kesalahan-kesalahan yang sifatnya
percaya diri, mudah memneraima kritikan, sederhana akan menciptakan kegelisahan,
mandiri, dan optimis.25 Hal ini berbeda ketegangan, dan menimbulkan tidak
dengan anak yang hidup dalam suasana adanya saling percaya dalam hubungan
keluarga yang otoriter dalam arti bahwa orang tua dan anak. Sebaliknya sikap
orang tua selalu memaksakan kehendak, tolelir dan bijaksana mampu mengarahkan
bersikap keras dan kasar serta tidak kesalahan tersebut menjadi nilai positif
memberikan kesempatan kepada anak bagi anak. Di sisi lain, anak akan berusaha
untuk ikut dalam menetapkan sikapnya, untuk lebih memberikan perhatian dan
maka anak tersebut, umumna, akan merasa senang untuk mendengarkan
memiliki harga diri yang rendah, pesimis, komentar yang diberikan oleh mereka yang
tidak suka dikritik, dan tidak mandiri. lebih dewasa.26 Dalam al-Qur'an, Allah
berfirman: “Dan kalau Sekiranya Allah
menyiksa manusia disebabkan usahanya,
25
Salah satu tujuan musyawarah dalam al-
niscaya Dia tidak akan meninggalkan di
Qur'an adalah untuk mengangkat martabat atas permukaan bumi suatu mahluk yang
seseorang. Lihat Muhammad Fakhr al-Dîn bin
26
Dhiya al-Dîn al-Razi, Tafsîr al-Fakhr al-Râzî, Izzat Iwadh Khalifah, Kiat Mendidik Anak,
Beirut, Dâr al-Fikr, 1994, jilid IX, hlm. 69. hlm. 143.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 123
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 124
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rasulullah menjanjikan bagi orang tua adalah kaum wanita, disebabkan mereka
seperti ini akan dirahmati oleh Allah tidak bersyukur kepada suaminya.
seperti sabdanya, "Allah merahmati orang Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah
tua yang membantu anaknya untuk berbuat lewat jerih payah suami seberapapun
baik kepadanya".28 Pada gilirannya, situasi besarnya dan bersyukur atas keadaan
ini akan mewariskan kegemaran untuk suami tanpa perlu membanding-
permusuhan, persaingan tidak sehat, bandingkan dengan suami orang lain,
pertengkaran, dan rusaknya tali silaturahmi adalah modal mahal dalam meraih
(persaudaraan dan kekeluargaan) pada diri keberkahan; begitupun syukur terhadap
anak. Karena itu, Islam mewajibkan untuk keberadaan anak-anak dengan segala
bersikap adil kepada anak-anak dan potensi dan kecenderungannya, adalah
melarang perilaku membeda-bedakan dan modal masa depan yang harus
melebihkan salah satu dari mereka, baik dipersiapkan. Dalam keluarga harus
dalam masalah pemberian maupun dihidupkan semangat “memberi” kebaikan,
kepemilikan. bukan semangat “menuntut” kebaikan,
sehingga akan terjadi surplus kebaikan.
7. Sabar dan Syukur Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari
Dengan kesadaran awal bahwa Allah.
suami/istri dan anak-anak dapat berpeluang Mensyukuri kehadiran keturunan
menjadi musuh, maka sepatutnya sebagai karunia Allah, harus diwujudkan
suami/istri berbekal diri dengan kesabaran dalam bentuk mendidik mereka dengan
(QS al-Taghâbun (64):14). Bagian dari pendidikan Rabbani sehingga menjadi
kesabaran adalah keridhaan menerima keturunan yang menyejukkan hati.
kelemahan/kekurangan pasangan Keturunan yang mampu mengemban misi
suami/isteri yang memang diluar kesang- risalah dien ini untuk masa mendatang,
gupannya. Penerimaan terhadap maka jangan pernah bosan untuk selalu
suami/isteri harus penuh sebagai satu memanjatkan do‟a: Ya Rabb kami
“paket”, dia dengan segala hal yang karuniakanlah kami isteri dan keturunan
melekat pada dirinya, adalah hal yang yang sedap dipandang mata, dan
harus diterima secara utuh. Begitupun jadikanlah kami pemimpin orang yang
penerimaan orang tua kepada anak-anak bertaqwa. Ya Rabb kami karuniakanlah
dengan segala potensi dan kami anak-anak yang sholeh. Ya Rabb
kecenderungannya. Kesabaran dalam kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau
kehidupan rumah tangga merupakan hal keturunan yang baik.Ya Rabb kami
yang fundamental (asâsî) untuk mencapai karuniakanlah kami dari sisi Engkau
keberkahan, sebagaimana ungkapan keturunan yang Engkau Ridha-i.Ya Rabb
berikut: “Pernikahan adalah fakultas kami jadikanlah kami dan keturunan kami
kesabaran dari universitas Kehidupan”. orang yang mendirikan shalat.
Mereka yang lulus dari fakultas kesabaran Do‟a diatas adalah ungkapan harapan
akan meraih banyak keberkahan. para Rasul tentang sifat-sifat
Syukur juga merupakan bagian yang (muwashshofât) ketuturunan (dzurriyât)
tak dapat dipisahkan dalam kehidupan yang diinginkan.29 Pada intinya keturunan
berumah tangga. Rasulullah mensinyalir yang diharapkan adalah keturunan yang
bahwa banyak di antara penghuni neraka
29
Lihat juga dalam sebagaimana diabadikan
28
HR Ibn Abi Syaiban dalam al-Mushannaf, Allah dalam al-Qur'an (QS. Al-Furqon:74; QS.
dikutip dari Izzat Iwadh Khalifa, Kiat Mendidik Ash-Shaafaat: 100; QS. Al-Imran:38; QS. Maryam:
Anak hlm. 51. 5-6; dan QS. Ibrahim:40)
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 125
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 126
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 127
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Shihab, Quraish. 2002. Membumikan al- Thabarî, Ibn Jarîr al-. 1988. Jami‟ al-
Qur'an: Fungsi dan Peran wahyu Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân. Beirut:
dalam Kehidupan Masyarakat. Dâr al-Fikr.
Bandung: Mizan. Chabin Thaha. 1996. Kapita Selekta
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Bandung: Rosda Karya. Pustaka Pelajar.
Sonneman, Milly R.. 2002. Mahir Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru
Berbahasa Visual, Bandung: Kaifa. Pendidikan Nasiona. Jakarta: Rineka
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Cipta.
Pendididikan dengan Pendekatan Wahjoetomo. 1997. Perguruan Tinggi
Baru. Bandung: Rosda Karya. Pesantren: Pendidikan Alternatif
Syahidin. 2001. Metode Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Gema Insani
Qur'ani: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Press.
Misaka Galiza. Zohar, Danah dan Ian Marshal. 2001. SQ:
Syirbashi, Ahmad. 1996. Sejarah Tafsir al- Manfaatkan Kecerdasan Sipritual
Qur‟an. Jakarta: Pustaka al-Husna. dalam Berpikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Bandung: Mizan.
Ruhaniah, Jakarta: Gema Insani
Press.
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 128
Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam
Rausyan Fikr. Vol. 14 No. 1 Maret 2018. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 114