Thyristor adalah divais semikonduktor daya yang berfungsi sebagai
switch, yang beroperasi dari keadaan non konduksi menjadi keadaan konduksi. Thyristor tersusun atas 4 lapisan p-n-p-n dengan tiga sambungan pn. Thyristor memiliki tiga terminal, yakni anoda, katoda, dan gate. Ketika tegangan anoda lebih positif dibanding katoda, maka J 1 dan J3 akan forward biased, sedangkan J2 akan reverse biased, sehingga hanya sedikit arus yang bisa mengalir dari anoda ke katoda. Kondisi ini dinamakan forward blocking atau “off-state”. Jika tegangan antara anoda dan katoda ditingkatkan, maka daerah deplesi di J2 akan hilang, yang dinamakan avalanche breakdown, sehingga terjadi aliran muatan dari anoda ke katoda. Karena J1 dan J3 sudah dalam keadaan forward biased, maka carrier dapat bergerak bebas pada ketiga junction, menghasilkan arus forward anoda bernilai besar. Kondisi ini disebut conducting state atau “on-state”.
Praktikum Elektronika Daya dan Aplikasinya 25
Gambar 3.1 Thyristor dan Simbolnya
Berikut kurva karakteristik tegangan-arus pada thyristor:
Gambar 3.2 Kurva Karakteristik Thyristor
Thyristor akan aktif dengan meningkatkan arus anoda dengan
Thyristor dapat di off-kan dengan cara mengurangi arus forward ke tingkat di bawah holding current. Ada beberapa metode untuk men-off-kan thyristor, yang disebut teknik komutasi. Teknik komutasi ada yang bersifat natural dan forced. Pada semua teknik komutasi, arus pada anoda akan berada dibawah holding current untuk waktu yang lumayan lama agar semua carrier yang berlebih pada keempat layer dapat terbuang atau rekombinasi. Berikut kurva perbandingan dari masing-masing tipe komutasi:
Gambar 3.3 Line-commutated Thyristor Circuit
Gambar 3.4 Forced-commutated Thyristor Circuit
Praktikum Elektronika Daya dan Aplikasinya 27
Berdasarkan konstruksi dan karakteristik on/off nya, thyristor dibedakan menjadi 9 kategori:
A. Pengaruh pengontrolan fasa terhadap tegangan keluaran rata-rata
pada semikonverter satu fasa. Langkah-langkah:
1. Buka program Matlab, buka simulink
single_phase_semiconverter. 2. Atur fasa pada gate dengan mengatur phase delay pada blok pulse generator. Variasikan empat nilai fasa yang berbeda dengan phase delay T1 = α1 dan phase delay T2 = α2. 3. Amati dan gambarkan hasil keluaran di osiloskop untuk salah satu nilai fasa yang digunakan. 4. Catat besarnya tegangan dari tiap variasi nilai fasa
B. Pengaruh pengontrolan fasa terhadap bentuk tegangan
keluaran pada full konverter satu fasa dengan beban RL. Langkah-langkah:
1. Buka program Matlab, buka simulink
single_phase_fullcconverter. 2. Atur fasa pada gate dengan mengatur phase delay pada blok pulse generator. Variasikan empat nilai fasa yang berbeda dengan phase delay T1= phase delay T2= α1 dan phase delay T3= phase delay T4 = α2. 3. Gambarkan hasil keluaran di osiloskop untuk masing-masing nilai fasa yang digunakan.
Praktikum Elektronika Daya dan Aplikasinya 29
C. Pengaturan kecepatan motor DC dengan pengontrolan fasa Langkah-langkah: 1. Buka program Matlab, buka simulink dc_motor_control. 2. Atur fasa pada gate dengan mengatur phase delay pada blok pulse generator. Variasikan lima nilai fasa yang berbeda dengan phase delay T1= α1 dan phase delay T2 = α2. 3. Catat besar kecepatan dalam rpm yang terlihat pada osiloskop
Praktikum Elektronika Daya dan Aplikasinya untuk Pembangkit Energi Terbarukan 30