Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Inzani

NIM : 20700118016
Kelas : Pmtk 1.2

SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s. d 656 H (1258).

Ketika dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan
kekuasaan.Orang Abbasiyah, sebut Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan
lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayah secara paksa menguasai khalifah
melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka
mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap Umayah. Pergantian
kekuasaan dinasti Umayyah oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai dengan pertumpahan darah.
Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi
pemerintahan melalui perlawanan yang panjang dalam sejarah Islam.

Pada awalnya, Dinasti Abbasyiah memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini,
pada tahun 132 H/ 750 M tumbanglah Daulah Amawiyah dengan terbunuhnya Marwan ibn
Muhammad, Khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri Daulah Abbasiyah
dengan diangkatnya Khalifah pertama, Abdullah ibn Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-
Saffah, pada tahun 132-136 H/ 750-754 M. Kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai
pusat pemerintahan. Khalifah penggantinya, Abu ja’far al-Mansur (754-775) memindahkan pusat
pemerintahan kebaghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam mengembangkan
pemerintahan. Menurut asal- usul penguasa selama masa 508 tahun daulah Abbasiyah mengalami
tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Seljuk. Adapun rincian
susunan penguasa pemerintahan Bani Abbasiyah ialah sebagai berikut.

A. Bani Abbas (750-932 M )

1) Khalifah Abu AbasAs-Safak (750-754 M)

2) Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)

3) Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)


4) Khalifah Al Hadi (775-776 M)

5) Khalifah Harun Al-Rasyid (776-809 M)

6) Khalifah Al-Amin (809-813 M)

7) Khalifah Al-Makmun (813-633 M)

8) Khalifdah Al-Mu’tasim (833-842 M)

9) Khalifah Al-Wasiq ( 842-847 M)

10) Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)

B. Bani Buwaihi (932-1075 M)

1) Khalifah Al-Kahir (932-934 M)

2) Khalifah Ar-Radi (934-940 M

3) Khalifah Al-Mustaqi (943-944 M)

4) Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)

5) Khalifal Al-Mufi (946-974 M)

C. Bani Saljuk

1) Khalifah Al-Muktadi (1075-1048 M)

2) Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)

3) Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)

B. Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Dinasti ini mempunyai kemajuan bagi kelangsungan agama islam, sehingga masa dinasti
Abbasiyah ini dikenal dengan “The Golden Age of Islam.Khilafah di Baghdad yang didirikan oleh
Saffah dan Mansur mencapai masa keemasannya mulai dari Mansur sampai Wathiq dan yang
paling jaya adalah periode Harun dan puteranya, Ma’mun. Istana khalifah Harun yang identik
dengan megah dan penuh dengan kehadiran para pujangga, ilmuwan, dan tokoh-tokoh penting
dunia. Dengan Harun tercatat buku legendaries cerita 1001 malam. Baik segi politik, ekonomi,
dan budaya, periodenya tercatat sebagai The Golden Age of Islam. Adapun kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai oleh dinasti Bani Abbasiyah ialah sebagai berikut :

1. Administrasi

Demi kelancaran admiinistrasi wilayah kekuasaan Abbasiyah dibagi dalam beberapa


wilayah administrasi yang dapat disebut provinsi dan masing-masing provinsi yang dikepalai
seorang Amir yang melaksanakan tugas khalifah dan bertanggung jawab kepadanya. Khalifah
yang mengangkat dan memecat atau memindahkan ke Provinsi lain. Pada umumnya, pendapatan
provinsi digunakan untuk provinsi dan sisanya di kirim ke pemerintah pusat.

2. Sosial

Untuk memperlancar proses pembaruan antara Arab dengan rakyat taklukan, lembaga
poligami, selir, dan perdagangan budak terbukti efektif. Saat unsur Arab murni surut, orang
Mawali dan anak-anak perempuan yang dimerdekakan, mulai menggantikan posisi mereka.

3. Kegiatan ilmiah

Pada periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan peradaban, dan kultur pada
zaman ini bukan hanya identik sebagai masa keemasan Islam, akan tetapi era ini mengukur dengan
gemilang dalam kemajuan peradaban dunia. Semasa dinasti Umayyah kegiatan dan aktivitas nalar
ilmu yang ditanam itu berkembang pesat yang mencapai puncakya pada era Abbasiah. Abad X
Masehi disebut abad pembangunan daulah Islam, dimana dunia Islam, mulai dari Cordon di
Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami kebangunan di segala bidang, terutama dalam
bidang berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Duni Islam, pada waktu itu dalam
keadaan maju, jaya dan makmur.

4. Peran Pemerintah

Pada masa kejayaan Islam banyak Khalifah mencintai dan mendukung penuh atas aktivitas
mereka yaitu kegiatan yang paling besar melalui penerjemahan yang merupakan kegiatan yang
paling besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan.Pada 832 M, Ma’mun mendirikan
Bait al-HIkmah di Baghdad sebagai akademi pertama, lengkap dengan teropong bintang,
perpustakaan, dan lembaga penerjemahan.

Pada mulanya, para ulama memelihara dan mentransfer ilmu mereka melalui hafalan atau
lembaran-lembaran yang tidak teratur. Kemudian barulah abad ke-7 M,mereka menulis hadis, fikih,
tafsir, dan banyak buku dari berbagai bahasa arab dan menjadi buku-buku yang disusun secara
sistematis. Diantara kebanggaan zaman pemerintahan Abbasiyah adalah terdapatnya 4 imam yaitu
Abuu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad ibn Hanbal, mazhab fikih yang ulung ketika itu. Mereka
merupakan para Ulama fikih yang paling agung dan tiada bandingannya di dunia Islam.
C. Faktor Penyebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Sejak abad ke-7 M bangsa Arab dengan cepat sekali menguasai satu persatu wilayah
kemajuan dunia saat itu sampai mereka pernah menjadi penguasa yang sangat kuat dimana peta
kekuatan Islam melebar sampai Asia, Afrika, dan Eropa Barat Daya. Setelah mengalami masa
kejayaan, Dinasti Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran dan kehancuran. Adapun faktor
penyebab kehancuran Abbasiyah, diantaranya, sebagai berikut.

1. Internal

Semasa Abbasiyah wilayah kekuasaannnya meliputi barat sampai samudera Atlantik,


disebelah timur sampai India dan perbatasan China, dan di utara dari laut Kashpia sampai keselatan,
teluk Persia. Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang hampir sama luasnya dengan wilayah kekuasaan
dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan oleh para Khalifah yang lemah. Di samping itu, sistem
komunikasi masih sangat lemah dan tidak maju saat itu, menyebabkan tidak cepat dapat informasi
akurat apabila suatu daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan. Oleh karena itu,
terjadinya banyak wilayah lepas dan berdiri sendiri. Sebenarnya pasca Khalifah Ma’mun dinasti
ini mulai mengalami kemunduran. Sementara itu jauhnya wilayah-wilayah yang terletak di ketiga
benua tersebut, dan kemudian hari didorong oleh para Khalifah yang makin lemah dan malas yang
dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang tidak terkendali bagi Khalifah, Karena tidak adanya
suatu sistem dan aturan yang baku menyebabkan sering gonta-gantinya putra mahkota dikalangan
istana dan terbelahnya suara istana yang tidak menjadi kesatuan bulat terhadap pengangkatan para
pengganti Khalifah. Seperti perang saudara antara Amin-Ma’mun adalah bukti nyata. Disamping
itu, tidak adanya kerukunan antara tentara, istana, dan elit politik lain yang juga memacu
kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Selain agama juga faktor ekonomi cukup dominan atas
lemahnya sendi-sendi kekhalifahan Abbasiyah. Beban pajak yang berlebihan dn pengaturan
wilayah-wilayah (Provinsi) demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang
pertaniandan industri. Saat para Wali, Amir, dan lain-lain termasuk kalangan istana makin kaya,
rakyat justru makin lemah dan miskin. Dengan adanya independensi dinasti-dinasti tersebut
perekonomian pusat menurun karena mereka tidak lagi membayar upeti kepada pemerintahan
pusat. Sementara itu, disisi lain meningkatnya ketergantungan pada tentara bayaran. Disamping
itu, faktor yang penting yaitu merosotnya moral para Khalifah Abbasiyah pada zaman kemunduran,
serta melalaikan salah satu sendi Islam, yaitu jihad.

Dalm buku yang ditulis Abu Su’ud, disebutkan faktor-faktor intern yang membuat Daulah
Abasiyah lemah kemudian hancur antara lain :

Ø adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah
Abasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki

Ø terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang ada, yang
berkembang menjadi pertumpahan darah.
Ø munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan social yang berkepanjangan.

Ø akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonimian sebagai akibat dari bentrokan politik.

2. Eksternal

Faktor eksternal yang membawa nasib dinasti ini terjun kejurang kehancuran total yaitu
serangan Bangsa Mongol. Latar belakang penghancuran dan penghapusan pusat Islam di Baghdad,
salahsatu faktor utama adalah gangguan kelompok Asasin yang didirikan oleh Hasan ibn Sabbah
(1256 M) dipegunungan Alamut, Iraq. Sekte, anak cabang Syi’ah Isma’iliyah ini sangat
mengganggu di wilayah Persia dan sekitarnya. Baik di wilayah Islam maupun di wilayah Mongol
tersebut.

Setelah beberapakali penyerangan terhadap Assasin akhirnya Hullagu, cucu Chengis Khan
dapat berhasil melumpuhkan pusat kekuatan mereka di Alamut. Kemudian menuju ke Baghdad.
Setelah membasmi mereka di Alamut, tentara Mongol mengepung kota Baghdad selama dua bulan,
setelah perundingan damai gagal, akhirnya Khalifah menyerah, namun tetap dibunuh oleh Hulagu.
Pembantaian massal itu menelan korban sebanyak 800. 000 orang.

Ketika bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656/ 1258, ada seorang
pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan Khilafah dengan
gelar Khalifah yang berkuasa dibidang keagamaan saja dibawah kekuasaan kaum Mamluk di
Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan yang disandang oleh
keturunan Abbasiyah dimesir itu akhirnya diambil oleh Sultan salami dan Turki Usmani ketika
meguasai Mesir tahun 1517, dengan demikian, maka hilanglah Khalifah Abbasiyah untuk
selamanya.

Sedangkan faktor ekstern yang terjadi adalah

· berlangsungnya Perang Salib yang berkepanjangan.

· pasukan Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua
pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.

Anda mungkin juga menyukai