Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SURVEILANS EPIDEMOLOGI

DI PUSKESMAS SRUWOHREJO

KABUPATEN PURWOREJO

Disusun Oleh :
Evita Istriana
NIM :

PROGRAM D IV KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Surveilans  kesehatan masyarakat merupakan  pengumpulan,  analisis, dan analisis data
secara terus- menerus dan sistematis yang kemudian di diseminasikan (disebarluaskan) kepada
pihak-pihak yang bertanggungjawab  dalam  pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya  (DCP2, 2008).
Surveilans  memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi
dan memprediksi  outbreak  pada    populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan  informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar
dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit  (Last,  2001).  Kadang
digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun
surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab  menggunakan metode yang sama, dan 
tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga
epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk pengamatan penyakit menular atau surveilans epidemologi dan
kejadian luar biasa ( KLB ) di Puskesmas Sruwohrejo.
BAB II

GAMBARAN KEADAAN PUSKESMAS SRUWOHREJO

1. Geografis
Sruwohrejo merupakan satu dari 41 desa di kecamatan Butuh yang memiliki fasilitas
kesehatan sendiri berupa puskesmas. Sebab banyaknya desa di kecmatan Butuh
kehadiran Puskesmas Sruwohrejo sangat membntu dalam memantau kesehatan
masyarakat di kecamatan Butuh. Desa Sruwohrejo terdiri dari lahan kering dan lahan
sawah juga hutan milik Negara yang terkumpul menjadi seluas 21.85 Ha.
Berikut batas-batas wilayah kecamatan Butuh:
      - Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kecamatan Kemiri dan Pituruh,
     - Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kecamatan Grabag,
      - Sebelah Barat Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen,
      - Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Grabag dan Kutoarjo.
Berikut nama-nama desa dan kelurahan di kecamatan Butuh yang masuk wilayah kerja
Puskesmas Butuh yaitu Andong, Binangun, Butuh, Dlangu, Kaliwatubumi, Kaliwatu
Kranggan, Karanganom, Kedungagung, Kedungmulyo, Kedungsari, Kedungsri, Kedug,
Klepu, Kunir, Ketug, Kunirejo Wetan, Kunirejo Kulon, Langenrejo, Lubang Indangan,
Lubang Dukuh, Lubang Kidul, Lubang Lor, Lubang Sampang, Lugu, Lugurejo,
Mangunjayan, Panggeldlanggu, Polomarto, Rowodadi, Sidomulyo, Sruwoh Dukuh,
Sruwohrejo, Sumbersari, Tamansari, Tanjunganom, Tegalgondo, Tlogorejo, Wareng,
Wironatan, Wonodadi, Wonorejo Kulon, Wonorejo Wetan. Luas wilayah kerja
Puskesmas Butuh sama dengan wilayah administratif Kecamatan Butuh, yaitu 43.212
km, dengan jumlah penduduk total 46 774 jiwa.

2. Transportasi
Melihat keadaan jalan bervariasi yaitu terdiri dari aspal, diperkeras, semen/paving dan
tanah. Semua pusat pemerintahan Desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat
dan dua.
3. Data Demografis
Berdasarkan data BPS Kabupaten Purworejo tahun 2019 didapatkan jumlah penduduk
kecamatan Butuh adalah
BAB III
TINJAUAN PENYAKIT MENULAR
A. Konsep Dasar Surveilans
Menurut German (dalam Kesmas, 2013), surveilans kesehatan masyarakat (public health
surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus berupa pengumpulan data
secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan
kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka
kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
Prinsip umum survelian epidemiologi adalah sebagai berikut (Eko Budiarto, 2003) :
a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain,
laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus;
dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan
kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir;
Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam
bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut
harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk
memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.
d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah
disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang
berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk
melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan
evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
B. Fungsi Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi pada umumnya berfungsi untuk (Amiruddin, 2013) :
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit

2. Menentukan penyakit apa yang diprioritaskan untuk diobati atau diberantas

3. Meramalkan kejadian wabah

4. Menilai dan memantau pelaksanaan program pemberatasan penyakit menular, serta program-
program kesehatan lainnya seperti program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gigi, dan
program gizi

5. Mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan.

C. Pertimbangan Melakukan Survailans Epidemiologi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 pasal 5,
penyelenggaraan surveilans kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ruang lingkup diatas dapat
dilaksanakan secara terpadu yang didasarkan pada pertimbangan efektifitas dan efisiensi sesuai
kebutuhan program.
D. Tinjauan Penyakit dan KLB
Tahun 2014 cakupan penderita diare pada balita mencapai 26.7%, ini mengalami
kenaikan bila dibandingkan tahun- tahun sebelumnya pada tahun2013 sebesar 26,7%, 2012
sebesar 24,67%, 2011 yaitu sebesar 21,2 % ,tahun 2010 sebesar 29.36%, tahun 2009 sebesar
42.15%, Cakupan penderita diare tersebut masih jauh dari target nasional yang diharapkan yaitu
80%. Hal ini karena PHBS masyarakat dan lingkungan sanitasi semakin baik. Incidence Rate
diare di Kabupaten Purworejo pada tahun 2012 sebesar 12,2 % angka ini mengalami sedikit
kenaikan bila dibandingkan dengan tahun tahun 2011 sebesar 8,9% 2010 sebesar 8.46%, tahun
2009 sebesar 9.44%, tahun 2008 sebesar 9.69%. Pada tahun 2012 ini Case Fatality Rate diare
adalah 0,036 % ini mengalami penurunan bila dibandingkan Case Fatality Rate diare tahun 2011
yaitu sebesar 0,1%.
BAB IV
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Sruwohrejo merupakan satu dari 41 desa di kecamatan Butuh yang memiliki fasilitas
kesehatan sendiri berupa puskesmas. Salah satu penyakit yang perlu perhatian di Puskesmas
Sruwohrejo adalah kejadian diare, hal ini berhubungan dengan sanitasi dan seringnya kecamatan
Butuh terkena banjir di musim hujan.
b. Saran
Kepada masyarakat dan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sruwoh sebaiknya lebih
meningkatan kerjasama dalam kesiapsiagaan penanganan diare.

Anda mungkin juga menyukai