455-Article Text-873-1-10-20120720 PDF
455-Article Text-873-1-10-20120720 PDF
ABSTRACT
Peat lands in tropical region include that exists in Indonesia has important role
in terrestrial carbon sink for conducting alteration of global climate change. It is caused
by the widely and considerably deep of the peat land area (Organosol) in the Indonesia
particularly in along costal areas of East Sumatera Island, West and South costal area of
Kalimantan Islands and other region as well as in Papua (Irian Jaya).
This paper deal with potential of Indonesian peat as carbon sink. It is concluded that in
this present time the total peat land areas in Indonesia is about 13.0 million ha with
about 21.6 x 109 tones of carbon, and some part of them has been destroyed (2.4 million
ha) by fire and other human activities. Utilization peat land using fire can produce green
house gasses (GHG) , i.e. NOx, CH4, C2H6 and CO2. Three GHG mention in the front,
very influence the global climate change.
1
Staf Kelti Tanah Hutan, Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor
2
Ketua Bidang Publikasi dan Humas, PP-MKTI 2010-2013 1
3
Ign. Purwanto dan A. Ng. Gintings: Potensi Lahan Gambut Indonesia
gambut yang terbentuk dari sisa-sisa nya dalam bentuk equivalen CO2 adalah
rumput adalah yang tertinggi kadar C- 20,1%.
Tabel 4. Kadar Carbon (dalam bentuk equivalen CO2) dan mineral lain dari berbagai
tipe gambut
Mineral Gambut Gambut Gambut Gambut Gambut
(unsur) yg sphagnum 8- hutan lumut rumput endapan kayu
terkandung 12 inch 0-9 inch 0-4 inch 15-20 inch 10-16 inch
(%) (%) (%) (%) (%)
Abu 2.3 2.3 8.5 47.6 6.5
SiO2 31.8 46.1 26.0 59.6 17.7
AL2O3 11.6 10.0 1.7 12.1 15.3
Fe2O3 4.2 4.6 2.1 10.0 24.9
TiO2 0.4 0.6 0.2 1.6 0.5
CaO 24.3 10.2 34.8 5.5 4.9
MgO 9.9 13.5 4.2 7.3 2.0
Mn O2 - 0.1 0.2 0.1 0.8
K2O 1.4 1.9 0.8 0.7 0.4
Na2O 1.0 1.3 0.7 0.2 0.8
SO3 5.9 8.8 0.4 2.3 7.6
P2O5 4.5 3.1 2.6 0.4 3.8
CO2 4.9 0.8 20.1 0.1 4.4
*) Bear (1964), 1 inch = 2,54 cm
Gambut juga mengandung Provinsi) telah dibuat oleh Anonymous
mineral-mineral lain dan hara (Ca, Mg, (2004) pada pengamatan tahun 1990
K, S, P) dalam porsi yang beragam dan 2002. Taksiran jumlah total karbon
bergantung tipe gambutnya (Tabel 4). pada seluruh gambut Sumatera menurut
Kadar abu tertinggi tampak pada data tersebut adalah 22.207 juta ton
gambut tipe endapan (47,6%). Hal itu (1990). Kemudian menyusut menjadi
tergantung pula pada jeluk titik 18.813 juta ton karbon (C) pada tahun
pengukurannya. Usaha untuk menduga 2002. Jadi pengurangan bobot karbon
kadar C (karbon) dan total untuk karena gangguan sejumlah ± 3.469 juta
seluruh wilayah P. Sumatera (8 ton selama 12 tahun (Tabel 5).
Tabel 5. Status kandungan C (karbon) lahan gambut per provinsi tahun 1990 dan 2002
Kandungan C (juta ton)
Provinsi
Th. 1990 Th. 2002 Perubahan
1. Riau 16.815,23 1.605,04 -2.246,19
2. Jambi 1.850,97 1.413,15 -437,78
3. Sumsel 1.758,72 1.470,28 -328,44
4. Aceh 561,47 458,36 -102,01
5. Sumatra Utarat 560,65 377,28 -183,37
6. Sumatra Barat 507,76 422,23 -85,53
7. Bengkulu 92,08 30,53 -61,55
8. Lampung 60,33 35,94 -24,39
Jumlah 22.207,21 18.813,31 -3.469,26
Anonymous (2004)
4
J. Hidrolitan., Vol 2 : 1 : 1 – 10, 2011
Tabel 6. Luas gambut tepi pantai dan daratan Prov. Kalimantan Barat *.
Kabupaten Gambut pantai dan % terhadap luas
No.
(Distric) daratan tepi pantai (ha) wilayah ybs.
A.1. Sambas & Mengkayang 71.250 5,79
2. Pontianak & Landak 450.000 24,76
3. Ketapang 627.500 17,52
4. Pontianak kota 1.100 0,93
Sub total………………… 1.149.850 7,80
musim (temperate). Jadi dari Table 7 boreal dan temperate (Tabel 7) bab
dapat ditaksir bahwa potensi karbon (C) terdahulu. Terbentuknya gambut di
pada total gambut Indonesia = 21,6 x tropis lebih ditentukan oleh kondisi
109 ton = 21,6 Pg. (1Pg = 109 ton = jenuh air (an aerob) sehingga laju
1015 gram) . dekomposisi terhadap bahan-bahan
organik sisa vegetasi oleh jasad renik
(mikro fauna dan mikro flora) yakni:
PEMBENTUKAN GAMBUT DAN bakteri, protozoa, actinomycetus dan
POTENSI KARBON fungi berfilamen serta jamur dan
cendawan lambat, yang menyebabkan
A. Terbentuknya gambut terjadinya akumulasi bahan-bahan sisa-
sisa tanaman yang tipe gambut yang
Gambut terbentuk oleh sebab
terbentuk sesuai dengan bahan asal
laju dekomposisi bahan sisa vegetasi
(Tabel 4) bab terdahulu.
(hutan, sphagnum, rumput, dan lain-
Dari segi waktu (umur)
lain) yang menjadi serasah, sedikit lebih
terbentuknya maka tampak bahwa
lambat dari laju jatuhan serasah ke
berdasarkan pengukuran kadar C
tempat yang bersangkutan disebabkan
radioaktif (metode radiologi) gambut
kondisi lingkungan lahan yang:
wilayah tropis terbentuk lebih dahulu (±
a. Selalu lembab dan jenuh air
10 – 24 ribu tahun yang lalu) kemudian
b. Suhu yang relative rendah
gambut boreal dan temperate lebih
Oleh sebab laju dekomposisi
muda (7 – 8 ribu tahun yang lalu)
mikroorganisme melemah jika suhu
Anshari dan Armyarsih (2005) (Tabel
dingin maka lahan gambut jauh lebih
8).
luas (80%) terdapat di wilayah beriklim
Tabel 9. Umur gambut dari saat terbentuknya per lapisan jeluk di TN Danau Sentarum
Kalimantan Barat.
No. Titik pengamtan (cm) Umur C radioaktif (th) Laju pembentukan
(mm/th)
1. 10 – 11 12.400 ± 60
2. 17 – 28 28.900 ± 250 } 0,013 mm
3. 45 – 50 28.250 ± 150
4. 102 – 103 24.250 ± 170
5. 120 – 148 23.570 ±
6. 146 – 150 32.800 ± } 0,03 mm
Ulangan :
1. 14 – 15 265 ± 35 } 0,16 mm
2. 41 – 42 1.366 ± 72
3. 60 – 61 2.920 ± 50
4. 67 - 68 3.117 ± 57
5. 71 – 72 13.070 ± 70
6. 91.5 – 92.5 16.840 ± 120
7. 94 – 95 28.600 ± 250
8. 104 – 124 28.780 ± 100 } 1 cm
Tampaknya gambut tropis ribuan tahun yang lalu pada kondisi an-
terbentuk dalam laju yang lebih cepat aerobic (tergenang) atau fluktuasis oleh
dibandingkan dengan gambut sub tropis sebab itu susunan bahan gambut terdiri
& boreal yakni: 0,4 – 2,2 mm/th untuk dari zat-zat persenyawaan organik
gambut tropis dan 0,1 – 1,0 mm/th dengan kisaran yang heterogen sebagai
untuk gambut wilayah dingin. berikut:
a. Selulosa : 15 – 60 % berat kering
B. Potensi Sumber Daya Karbon bahan
Lahan Gambut b. Hemi-selulosi : 10 – 30 % berat
kering
Gambut adalah akumulasi
c. Lignin : 5 – 30 % berat kering
bahan-bahan sisa-sisa vegetasi (rumput,
kayu, splagnum, lumut dll) selama
7
Ign. Purwanto dan A. Ng. Gintings: Potensi Lahan Gambut Indonesia
Reaksi tersebut di atas terjadi renik yang bersifat autotrop saja yang
jika kondisinya bersifat aerobik (cukup dapat mengerjakan reaksi kimia dan
beroksigen, misalnya gambut tersebut reaksi yang terjadi adalah sebagai
dikeringkan). berikut:
Sedangkan jika kondisinya
sangat tergenang (an aerob) maka jasad
9
Ign. Purwanto dan A. Ng. Gintings: Potensi Lahan Gambut Indonesia
10