Anda di halaman 1dari 3

Materi Inisiasi 2

Alpha Rizal Fadlan


Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
Sumber: BMP Ekonomi Manajerial 4312

Jika A makan tempe. A yang sedang lapar akan menghabiskan berapa buah
tempe? Tempe pertama memberikan kepuasan (utiliti) kepada A sebesar 7, lihat
Gambar 2.1. Gambar 2.1 menggambarkan fungsi utiliti A. Tempe kedua
memberikan tambahan utiliti 2 kepada A. Tempe ketiga memberikan utiliti 1 kepada
A. Stop! A tidak mengambil tempe keempat.

Gambar 2.1
Fungsi Utiliti Konsumen

Mengapa A tidak mengambil tempe keempat? Perhatikan gambar fungsi utiliti A.


Tempe keempat akan memberikan tambahan kepuasan relatif amat kecil dibanding
tempe ke tiga, apalagi tempe pertama.
Misalkan, harga sebuah tempe adalah Rp1.000,00. Misalkan, A menilai
pengeluaran Rp1.000,00 pertama menyebabkan utiliti-nya turun 0,25 saja. Tentu
saja A amat senang menukar uang seribu pertamanya dengan tempe pertamanya
yang memberi tambahan utiliti 7. Kemudian, A menilai pengeluaran 1000 kedua
menyebabkan utiliti-nya turun 0,5. Tempe kedua memberikan tambahan utiliti 2. A
dengan senang menukar uang seribu keduanya dengan tempe kedua. Apabila untuk
kehilangan 1.000 ketiganya, utiliti A turun 1. Dan, tempe ketiga memberikan kepada
A tambahan utiliti sebesar 1 juga. A indifferent (tidak berbeda) terhadap uang 1.000
ketiganya dan tempe ketiganya.
Bagaimana dengan tempe keempat. Tempe keempat memberikan utiliti kepada
A sebesar 0,1. Untuk mendapatkan tempe keempat tersebut, A harus mengeluarkan
uang 1.000 keempatnya. Misalnya, utiliti A akan turun 2 apabila kehilangan seribu
keempatnya, A tidak bersedia menukar uang 1.000 keempatnya dengan tempe
keempat. Jadi, A membeli hingga tempe ke tiga. Dikatakan bahwa permintaan
individual A terhadap tempe pada harga 1000 adalah 3 buah.
Perhatikan bahwa penurunan marjinal utiliti setiap penurunan kekayaan sebesar
Rp1000,00 semakin membesar. Argumen ini adalah interpretasi lain dari law of
diminihing return dalam utiliti (hukum pertambahan yang berkurang). Awalnya A
tidak mempunyai uang. Seribu pertama akan memberikan utiliti 2. Seribu kedua
memberikan utiliti 1. Seribu ketiga memberikan utiliti 0,5. Marjinal utiliti seribu
keempat adalah 0,25.

Law of Diminishing Returns

Pertambahan utiliti karena pertambahan konsumsi sebuah tempe disebut marjinal


utiliti (MU) tempe. Marjinal utiliti tempe pertama lebih besar dibanding dengan
marginal utiliti tempe kedua. Marginal utiliti tempe kedua lebih besar dibanding
dengan marjinal utiliti ketiga dan seterusnya. Fenomena penurunan marjinal utiliti ini
adalah salah satu bentuk dari hukum pertambahan yang berkurang (law of
diminishing returns) dalam utiliti

Kondisi Optimal
Perhatikan bahwa A berhenti pada konsumsi ketiga, yaitu pada saat marjinal
utiliti tempe ketiga sama dengan marjinal utiliti uang 1.000 ketiga A, yaitu sama-
sama satu. A mengoptimalkan konsumsinya dengan membeli tiga tempe.

MU tempe > MU 1.000 rupiah, tambah tempe.


MU tempe < MU 1.000 rupiah, kurangi tempe.
MU tempe = MU 1.000 rupiah, pas.

A akan mencapai tingkat konsumsi tempe yang optimal bila tempe terakhir yang
dibeli memberikan utiliti yang sama dengan tingkat utiliti yang diberikan oleh uang
sebesar harga tempe terakhir tersebut atau kondisi optimal A adalah nilai marjinal
utiliti (value marginal utility, VMU) tempe yang dibeli terakhir sama dengan harga
tempe.
VMU  p
Ingat dalam membandingkan dua hal harus bersifat apple-to-apple, jadi satuan
marjinal utiliti tempe harus sama dengan satuan harga tempe. Untuk
membandingkan dua barang yang berbeda kita mempunyai alat pembanding (alat
tukar) yang universal, yaitu uang. Asmuni, pelawak Srimulat, mengatakan bahwa
“Keris ini asalnya dari ular.

Teori Alokasi Harga


Perhatikan berapa banyak A mengonsumsi tempe. Selain tingkat kesukaan A
terhadap tempe yang tercermin dalam fungsi utiliti-nya, faktor harga memegang
peranan penting. Apabila harga rendah, A akan membeli tempe lebih banyak.
Sebaliknya, apabila harga tempe naik, A akan membeli tempe lebih sedikit. Cerita
simpel ini adalah salah satu dari fenomena dari apa yang disebut teori alokasi harga
(price allocation theory).
Konsumsi dan Eksternalitas
Dalam ilmu ekonomi menganut prinsip tidak ada sesuatu yang gratis (there is no
such a free lunch). Harga harus benar. Ini adalah esensi ilmu ekonomi. A merokok.
B yang tidak merokok terpaksa menghirup asap rokok yang diakibatkan A
mengonsumsi rokok. B merasa tidak nyaman. Utiliti B turun. Prinsip tidak ada
sesuatu yang gratis mengharuskan A untuk memberikan kompensasi kepada B
sehingga utiliti B kembali pada posisi semula. Upaya pemerintah DKI Jakarta untuk
menghukum perokok yang mengeluarkan eksternalitas negatif mendapatkan
pembenaran.

Anda mungkin juga menyukai