Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA ( Duvall )

OLEH :
KELOMPOK III
TINGKAT 3.3

Komang Risti Indriani


(P07120016085)
Kadek Kartini Anggarini Putri (P07120016086)
Ni Kadek Kristian Purnama Dewi (P07120016087)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Keluarga yang membahas mengenai “Tugas Perkembangan
Keluarga (Duvall)”. Dalam penyusunan makalah ini penulis berusaha untuk
menyajikan secara ringkas dan jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Sumber
informasi penyajian uraian menyeluruh mengenai makalah yang penulis dapatkan
diperoleh dari hasil pencarian di beberapa buku pembelajaran dan jurnal resmi
dari situs internet sehingga sangat mendukung penyelesaian makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. I Ketut Gama, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Keuarga yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kami
bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten.

Denpasar, September 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Pengertian Keluarga..................................................................................4

2.2 Tugas perkembangan pada setiap tahap keluarga.....................................4

A. Tahap I : Keluarga Pemula........................................................................4

B. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak...................................7

C. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah...............................12

D. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah....................................14

E. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja..............................................15

F. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.........18

G.Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan.....................................................19

H. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia.........................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................24

3.1 Simpulan..................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus
menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang
dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih
banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat
Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar
masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan
dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia.
Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah
satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai
target pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan
kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si
penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan
yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris
dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan
keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan. 
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai
dan budaya keluarga sehingga dapat menerima. Maka dari itu penulis akan
meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori teori dasar
mengenai kosep dasar keluarga.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga pemula?


2. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap sedang mengasuh
anak?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga dengan
anak pra sekolah?
4. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga sekolah?
5. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga anak
remaja?
6. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga anak
dewasa?
7. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga tahap
usia pertengahan?
8. Bagaimana tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga usia
lanjut?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga


pemula
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap sedang
mengasuh anak
3. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
dengan anak pra sekolah
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
sekolah
5. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
anak remaja
6. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
anak dewasa
7. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
tahap usia pertengahan

2
8. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga pada tahap keluarga
usia lanjut

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak


belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga
cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah
dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

2.2 Tugas perkembangan pada setiap tahap keluarga

A. Tahap I : Keluarga Pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga


baru – keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal
atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan
menikah saat ini berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika
Serikat tahun 1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih

4
belum menikah pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti
dari 55 persen dan 36 persen masing-masing dalam tahun 1970.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


a. Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan
Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka
adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua
orang digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun
diterima. Belajar hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus
saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas.
Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun
pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari
rekreasi dan pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua.
Dalam proses saling menyesuaikan diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi
berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan
memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.

Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang


Tua, dan Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga Pemula 1. Membangun perkawinan yang
saling memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai
orangtua)
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling
menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada
komplementaritas atau kecocokkan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan.
Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam

5
hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya
hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan
tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani
“perbedaan-perbedaan tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang
sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan dengan kemampuan
pasangan untuk bersikap empati ; saling mendukung, dan mampu berkomunikasi
secara terbuka dan sopan (Raush et al, 1969) dan melakukan pendekatan terhadap
konflik atas rasa saling hormat menghormati (Jackson dan Lederer, 1969).
Sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung pada
bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga asal
masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus pisah
dengan orangtuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri dan
hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988) memberikan sebuah deskripsi
yang amat bagus tentang proses ini dan masalah-masalah psikososial selama masa
ini.
Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali
disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan
kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan
yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak
terpenuhi kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi
hubungan seksual secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

b. Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.


Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan,
karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru.
Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi
anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk. Pasangan
tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan
mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan
dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk
kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini
menuntut pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing,

6
yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu
sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur
tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

c. Keluarga Berencana.
Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif
mempengaruhi kesehatan keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas
ibu-anak ; menelatarkan anak ; sehat sakit orangtua ; masalah-masalah
perkembangan anak, termasuk inteligensia kemampuan belajar dan perselisihan
dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi
meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin
mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.
Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah
sesuatu yang etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan
kompetensi. Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu
mengkonsultasikan kesiapan fisik dan emosi untuk menjadi orang tua dan
perlindungan yang realistis terhadap kehamilan bersama-sama dengan supervisi
kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit saja dilakukan untuk mengimbangi
tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan perkawinan dengan pendidikan
kontrasepsi yang realistis.

B. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30
bulan. Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka,
tapi agak takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah
beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi
kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di
rumah dengan bayinya setelah tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu
dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercayakan kepada mereka.

7
Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi
orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para
profesional perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun
tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih
secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu
rumah tangga dan barangkali juga bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa
sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan pelahiran yang lama
dan sulit atau seksio besar.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi
setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk
ke dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan
keluarga berubah setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan
memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan,
seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus
berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan
sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh
kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan
yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan
seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami
mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang nyonya yang ia
cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan
suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan
tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan
menemukannya sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri
terhadap perkawinan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi
orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti
dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang
mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam menerima peran
orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi
orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan
pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977).

8
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika
juga memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang
bekerja di luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah
perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan
semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-
faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988
; Miller dan Myers-Walls, 1983).

a. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas yang penting
(tabel 5). Suami, istri, dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru
sementara keluarga inti memperluas fungsi dan tanggungjawab. Ini meliputi
penggabungan tugas perkembangan yang terus menerus dari setiap anggota
kelurga dan keluarga secara keseluruhan (Duvall, 1977).
Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh
anak dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga
Keluarga sedang mengasuh 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah
anak unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru
ke dalam keluarga).
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek dan nenek.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam


organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk
memenuhi tuntutan-tututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara

9
pemenuhan tanggungjawab ini bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri,
sebuah pola yang umum adalah untuk orang tua agar menerima peran-peran
tradisonal atau pembagian tanggungjawab (La Rossa dan La Rossa, 1981).
Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun
kembali dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan
menjadi kakek nenek dan hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt,
1988).
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan
keluarga yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orangtua bagaimana
kedua orangtua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana
respons bayi tersebut. Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967),
dan yang lainnya menguji dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal
setelah melahirkan ; hubungan positif antara orangtua anak pada hubungan
orangtua dan anak di masa datang. Sikap orangtua tentang mereka sendiri sebagai
orangtua, sikap mereka terhadap bayi mereka, karakteristik komunikasi orangtua
dan stimulasi bayi (Davis, 1978) adalah bidang-bidang terkait yang perlu dikaji.
Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab
orangtua yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu daripada ayah. Anak
merupakan realita pada calon ibu dari pada ayah, yang biasanya mulai merasa
seperti ayah pada saat kelahiran, tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu
(Minuchin, 1974). Ayah seringkali tetap netral pada awalnya sementara wanita
secara cepat menyesuaikan diri dengan struktur keluarga yang baru.
Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan
dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan
peran yang penting ini dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional
mereka. Sayangnya, kesadaran yang meningkat tentang peran penting yang
dipangku ayah dalam perawatan anak dan perkembangan anak telah menimbulkan
keterlibatan ayah yang lebih besar dalam perawatan bayi dikalangan kelas
menengah (Hanson dan Bozett, 1985).
Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka
dalam berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah terus menerus dan
tugas-tugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara

10
keseluruhan, dan mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5
tahap perkembangan secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase
kehidupan keluarga ini. Pertama, selama bayi, orangtua mempelajari arti dari
isyarat-isyarat yang dikekspresikan oleh bayi untuk mengutarakan kebutuhan-
kebutuhannya. Dengan setiap anak lahir berturut-turut, orangtua akan mengalami
tahap yang sama ini sehingga mereka menyesuaikan setiap isyarat-isyarat unik
bayi.
Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima
pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain –
khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama – membutuhkan bimbingan
dan dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh
anak dan kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air
(toilet training). Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep
tentang “saat yang tepat untuk mengajar mereka”. Pada saat yang sama pula
orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka
kuasai selama tahap ini.
Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya
anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami istri
maupun sebagai orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara
drastis. Feldman (1961) mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan
berkelakar lebih sedikit, pembicaraan yang merangsang lebih sedikit dan kualitas
interaksi perkawinan yang menurun. Beberapa orangtua merasa kewalahan
dengan bertambahnya tanggungjawab, khususnya mereka yang suami maupun
istri sama-sama bekerja secara penuh.
Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk
masalah dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting.
Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan
seksual dan juga berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab
sebagai orangtua.
Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan
selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa
berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam

11
dalam peran barunya, keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan
juga perasaan suami bahwa ia “tersingkir” oleh bayinya.
Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga
serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan
komunikasi dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam
ekspresi ketidaknyamanan, rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit, atau
letih. Dan bayi mulai memberikan respon terhadap rangkulan, timangan dan
berbicara yang kemudian diterima dan dikuatkan oleh orangtua.
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan
setelah postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka
untuk mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan
tuntutan-tuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu
menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi
ibu, dan juga ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.
Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam
keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba
mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya,
meskipun kakek nenek dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi
orangtua baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai
dan harapan-harapan yang ada antar generasi tersebut.
Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung
sosial untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga,
keluarga muda perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa
mereka harus menerima bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus
menggantungkan diri pada sumber-sumber dan kekuatan merek sendiri (Duvall,
1977).

C. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama


berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri dari tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu,

12
anak laki-laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk
dan berbeda (Duvall dan Miller, 1985).
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya
dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu
memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa
campur tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain,
taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-
program sama lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan
semacam ini. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat
dalam membantu orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam
kota dan berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan
keterampilan sosial telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah
taman kanak-kanak selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

a. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.


Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya
anak-anak usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia
sekitarnya, dan kebutuhan orangtua untuk memiliki privasi mereka sendiri
menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan
dan fasilitas-fasilitas juga perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap
ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan
rumah merupakan hal yang penting bagi perawat kesehatan komunitas dan
penyuluhan kesehatan perlu dimasukkan sehingga orangtua dapat mengetahui
resiko yang ada dan cara-cara menegah kecelakaan.
Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah
dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
Keluarga dengan anak usia 1. Memenuhi kebutuhan anggota
Prasekolah. keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasi anak yang baru

13
sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan
orangtua dan anak) dan di luar
keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
Diadaptasi dari Carter dam McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

D. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga
di akhir tahap ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan
tahun-tahun yang sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-
kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan
dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani
tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya
memenuhi tugas-tugas perkembangannya sendiri (Tabel 7).

Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah,


dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga
Keluarga dengan anak usia 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk
sekolah meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

14
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Salah satu tugas orangtua yang sangat penting dalam mensosialisasikan anak pada
saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak pada saat ini meliputi meningkatkan
prestasi anak di sekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah
mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia. Sekali lagi dilaporkan
bahwa kebahagiaan perkawinan selama tahap ini menurun. Dua buah penelitian
yang besar menguatkan observasi ini (Burr, 1970 ; Rollins dan Feldman, 1970).
Meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri
merupakan hal yang vital dalam bekerja dengan keluarga dan anak usia sekolah.

E. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.
Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga
yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga
memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja
dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977).
Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam
masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini
meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan
sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja,
pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua
karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang
dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua”
Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu
yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga
Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan
menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan.
Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan
kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan

15
pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran
orang dewasa (Adams, 1971).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja
bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam
batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis
(Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan
perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan
remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang
meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya),
kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara
orangtua dan remaja).

a. Peran, Tanggungjawab dan Masalah Orangtua.


Tidak perlu dikatana bahwa orangtua mengasuh remaja merupakan tugas
paling sulit saat ini. Namun demikian, orangtua perlu tetap tegar menghadapi
ujian batas-batas yang tidak masuk akan tersebut, yang telah terbentuk dalam
keluarga ketika keluarga mengalami proses “melepaskan.” Duvall (1977) juga
mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang
menyelaraskan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi matang
dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa
bahwa tugas orangtua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa
meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan
dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada
tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka
membentu pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara
orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa produktif, puas
dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et al, 1983) dan
orangtua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988).

Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja


danTugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

16
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak remaja 1. Menyeimbangkan kebebasan dan


tanggungjawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin
mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.


Tugas perkembangan yang utama dan pertama adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja matur dan semakin mandiri
(Tabel 8). Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau
putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke
arah suatu hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada
hubungan anak-orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan
konflik-konflik sepanjang jalan.
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua
anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama
yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini.
“Secara paradoks, sistem (keluarga) yang dapat membiarkan anggotanya adalah
sistem yang akan bertahan dan menghasilkan sistem itu sendiri secara efektif pada
generasi-generasi berikutnya”.
Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri, tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi” oleh
remaja bila perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai
anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian
(Wright dan Leahey, 1984).

17
F. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum
menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan
tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan
ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua,
mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai
sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya
hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda,
yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan
hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang
Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang berkembangan dalam keluarga dengan
orangtua tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih
dini dari pada mereka yang dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua.
Perbedaan ini tidak dipandang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi,
melainkan karena perbedaan orangtua dan lingkungan keluarga (Mitchel et al,
1989).
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-
anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka
membiarkan anak mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan
kembali pada pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan
menjadi penting karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga
dengan anak-anak ke sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami
dan isteri. Tujuan utama keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah
unit yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam
kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut
mengambil peran sebagai kakek nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun
dalam citra diri mereka.
a. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

18
Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua
juga membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-
laki atau perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat
perkawinan dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri.
Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia
dewasa muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
Keluarga melepas anak dewasa muda 1. Memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan
melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui
dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3. Membantu orangtua lanjut usia dan
sakit-sakitan dari suami maupun
istri.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

G. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan


Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi
orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika
orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam
usia pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi
dengan orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga
asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan
hidup hingga menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental,

19
dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal
yang biasa (Troll, 1971).
a. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.
Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang
menyalurkan kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi
rumah yang telah ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita, krisis usia
pertengahan (telah dibicarakan dalam tahap sebelumnya) dialami selama masa
awal siklus kehidupan ini. Wanita berupaya mendorong anak mereka yang sedang
sedang tumbuh agar mandiri dengan menegaskan kembali hubungan mereka
dengan anak-anak tersebut (tidak mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan
keluarga mereka). Dalam upaya untuk mempertahankan perasaan yang sehat dan
sejahtera, lebih banyak wanita memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu
pengontrolan peran badan, diet seimbang, program olahraga yang teratur, dan
istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan menikmati karier, pekerjaan,
kecakapan yang kreatif.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan
lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan
gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya
bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya
merusak diri selama 45 – 65 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka
“lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu
terlambat untuk mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi
serti aertritis akibat in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga,
stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.

Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia
pertengahan dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga

Orangtua usia pertengahan 1. Menyediakan lingkungan yang


meningkatkan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan-

20
hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orangtua
lansia dan anak-anak.

3. Memperkokoh hubungan
perkawinan.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

H. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan
Miller, 1985).
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga
lanjut usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal
ini merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka
tergantung pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara
rumah yang memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi
mandiri karena sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik
yang buruk sering merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia
(Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka, tetap aktif
dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai menggambarkan proporsi
orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa berpikir positif
terhadap kehidupan ini.
a. Sikap Masyarakat terhadap Lansia.
Masyarakat kami menekankan prestasi-prestasi mereka di masa muda mereka,
yaitu masa jaya kaum muda. Oleh karena itu, kaum dewasa, dengan berdandan,
berpakaian, dan bergaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka
selama mungkin. Disamping itu, masyarakat juga tidak membiarkan kebanyakan
lansia tetap produktif. Oleh karena itu, penilaian masyarakat yang negatif terhadap
lansia mempengaruhi citra diri mereka. Sikap kita terhadap penuaan dan lansia,
meskipun masih negatif, tampaknya muluai berubah..

21
Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Lansia dan Keluarga.
a. Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara
substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap
ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi
pemerintah).
b. Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan
kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.
c. Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
d. Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan
dan perasaan produktifitas.
e. Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ;
memberikan perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

b. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.


Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling
penting dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Perumahan setelah pensiun
seringkali menjadi masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan
tetap tinggal di rumah hingga pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan
kondisi rumah atau kesehatan memaksa mereka mencari akomodasi yang lebih
sederhana. Meskipun mayoritas lansia memiliki rumah sendiri, namun sebagian
besar dari rumah-rumah tersebut telah tua dan rusak dan banyak yang terletak di
daerah-daerah tingkat kejahatan yang tinggi dimana lansia kemungkinan besar
menjadi korban kejahatan. Seringkali, lansia tinggal di rumah ini karena tidak ada
pilihan yang cocok (Kalish, 1975). Namun demikian, lansia yang tinggal di rumah
mereka sendiri, umumnya menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang tinggal di
rumah anak-anak mereka. Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka
karena penurunan kesehatan dan status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain,
dan ini terbukti merupakan suatu pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia
(Lopata, 1973).

Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam


masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang
Bersamaan

22
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
Keluarga Lansia 1. Mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan.
2. Menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun.
3. Mempertahankan hubungan
perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi.
6. Meneruskan untuk memahami
eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup).
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak


belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya
anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Tugas perkembangan pada setiap tahap adalah keluarga keluarga
berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua), memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek dan nenek, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar
keluarga (keluarga besar dan komunitas), mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga, menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, membantu orangtua lanjut usia
dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, mempertahankan hubungan-
hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan
anak-anak serta mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arita, Murwani.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus,


Jokjakarta Mitra : Cendikia Press
Goode, William J. 1983. Sosiologi Keluarga. Cetakan Pertama. Diterjemahkan
oleh: Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba
Medika
Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005). Keperawatan Keluarga.
Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha
Ilmu

25

Anda mungkin juga menyukai