0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang perlunya inovasi V-SO (Virginia Smart Oven) untuk memantau suhu ruang oven tembakau secara real-time berbasis alarm guna meningkatkan kualitas produksi tembakau Virginia di Lombok Timur. Saat ini pemantauan suhu dilakukan secara manual setiap 2 jam, sedangkan V-SO dilengkapi sensor suhu dan LCD untuk memantau dan memberi alarm bila suhu tidak sesuai standar. Inovasi ini penting untuk memenuhi standar kualitas
Dokumen ini membahas tentang perlunya inovasi V-SO (Virginia Smart Oven) untuk memantau suhu ruang oven tembakau secara real-time berbasis alarm guna meningkatkan kualitas produksi tembakau Virginia di Lombok Timur. Saat ini pemantauan suhu dilakukan secara manual setiap 2 jam, sedangkan V-SO dilengkapi sensor suhu dan LCD untuk memantau dan memberi alarm bila suhu tidak sesuai standar. Inovasi ini penting untuk memenuhi standar kualitas
Dokumen ini membahas tentang perlunya inovasi V-SO (Virginia Smart Oven) untuk memantau suhu ruang oven tembakau secara real-time berbasis alarm guna meningkatkan kualitas produksi tembakau Virginia di Lombok Timur. Saat ini pemantauan suhu dilakukan secara manual setiap 2 jam, sedangkan V-SO dilengkapi sensor suhu dan LCD untuk memantau dan memberi alarm bila suhu tidak sesuai standar. Inovasi ini penting untuk memenuhi standar kualitas
V-SO (Virginia Smart Oven) : MONITORING REAL TIME BERBASIS ALARM
BAGI PETANI TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK TIMUR UNTUK
MEWUJUDKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dalam industri hasil tembakau. Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indoneisa. Industri hasil tembakau sendiri merupakan industri hasil pertanian yang mampu memberikan kontribusi APBN (Anggaran Pendapatan Negara) terbesar kepada negara khususnya kelompok penerimaan dalam negeri melalui cukai dan pajak. Produksi tembakau yang utama diperdagangkan yaitu daun tembakau dan rokok. Hampir seluruh produksi daun tembakau digunakan untuk produksi rokok domestik dan untuk ekspor. Indonesia merupakan negara terbsesar ketiga sebagai pengguna rokok dengan jumlah sebesar 4,8 % (The Tobacco Atlas, 2015). Provinsi NTB merupakan salah satu daerah dengan pertanian tembakau yang cukup luas yaitu dengan luas area pertanian tembakau adalah 23.894 Ha dan tingkat produksi sebesar 37.379 Ton (Statistik Perkebunan Indonesia , 2017). Dalam perekonomian NTB, peranan agribisnis tembakau adalah dalam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu agribisnis tembakau mempunyai angka pengganda (multiplier effect) output yang cukup besar. Agribisnis tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk berkembang dibandingkan dengan industri rokok yang hanya mampu mendorong sektor hilir saja (Sudaryanto et al., 2007). Kabupaten Lombok Timur yang terletak di ujung timur pulau Lombok adalah kabupaten dengan areal panen tembakau terluas di NTB yang mencapai 68% dari total luar areal panen tembakau di NTB (BPS NTB, 2010). Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tembakau menunjukkan bahwa sebagian besar (72,25%) lahan tembakau di Kabupaten Lombok Timur tergolong kelas kesesuaian cukup sesuai (S2), dan hanya 14,99% yang tergolong sangat sesuai (S1) sedangkan sisanya adalah sesuai marginal (S3) sekitar 12,76% (Alkasuma et al., 2003). Meskipun demikian, usaha pertanian tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat memberikan kontribusi yang cukup besar, baik dalam peningkatan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja maupun sumbangannya terhadap produk domestik regional beruto (PDRB). Jumlah PDRB yang berasal dari tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2010 mencapai Rp.224,102 miliar (BPS Kabupaten Lombok Timur, 2011). Tembakau jenis Virginia merupakan salah satu jenis komoditi tembakau yang paling banyak di tanam oleh petani di beberapa daerah kabupaten Lombok Timur yaitu dengan luas areal mencapai 12.361,2 Ha, sedangkan jenis tembakau Rakyat hanya 3.385,7 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lombok Timur, 2015). Untuk memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan SNI (Standar Nasional Indonesia) penanganan pascapanen tembakau harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah seperti halnya produk pertanian yang lain. Daun tembakau hasil panen perlu segera diproses menjadi bentuk akhir yang lebih stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Fase penguningan merupakan salah satu tahap dari bentuk akhir yang sangat penting karena akan menentukan kualitas dari tembakau. Pada fase penguningan kelembaban dipertahankan agar tetap tinggi sehingga pengurangan kandungan air daun terjadi secara bertahap. Suhu udara ruangan oven berkisar antara 25-30°C, kemudian dinaikkan secara bertahap sampai 38°C dengan kenaikan 2°C/jam. Suhu dipertahankan 38°C sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi kuning rata dan layu. Fase penguningan dianggap selesai bila kondisi tersebut telah tercapai. Pada fase penguningan terjadi peningkatan aktivitas beberapa enzim terutama klorofilase, amilase, polifenol oksidase, dan enzim-enzim lain yang berkaitan dengan degradasi komponen-komponen bahan tanaman. Proses tersebut akan berlangsung baik bila kandungan air daun berkisar 60-85%. Suhu dipertahankan 38°C agar aktivitas enzim klorofilase dan amilase berlangsung optimal sehingga perombakan klorofil serta pati berlangsung lebih cepat. Perubahan terpenting yang terjadi pada fase penguningan yaitu perombakan klorofil menjadi klorofiled dan fitol yang tidak berwarna, bersamaan dengan perombakan pati menjadi gula dan dekstrin (Pedoman Penanganan Pasca Panen Tembakau, 2012). Oleh kaena itu perlu didukung oleh kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang cocok untuk kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan tembakau dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, ketersediaan dalam jumlah yang cukup, dan pasokan yang tepat, waktu serta keberlanjutan merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar tembakau dapat dipasarkan pada tingkat harga yang lebih menguntungkan. Pada saat ini sistem monitoring suhu yang dilakukan oleh para petani masih secara manual yaitu dengan cara setiap 2 jam sekali ruangan oven akan di cek untuk memastikan suhu yang ada di dalam oven sesuai dengan SNI (Standar Nasional Inodnesia) agar mendapatkan hasil yang sesuai. Melihat fakta dan permasalahan tersebut diperlukan inovasi berupa V-SO (Virginia Smart Oven): monitoring real time berbasis alarm untuk meningkatkan kualitas hasil produksi oven tembakau virginia di lombok timur. Alat ini berfungsi untuk memonitoring suhu yang ada di dalam ruangan oven yang dilengkapi dengan sensor suhu untuk membaca suhu yang terdapat di dalam ruangan oven dan kemudian akan memberikan instruksi berupa alarm apabila suhu yang terbaca tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan ditampilkan melalui LCD (Liquid Crystal Display).