Anda di halaman 1dari 2

V-SO (Virginia Smart Oven) : MONITORING REAL TIME BERBASIS ALARM

BAGI PETANI TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK TIMUR UNTUK


MEWUJUDKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dalam industri hasil tembakau.
Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk
Indoneisa. Industri hasil tembakau sendiri merupakan industri hasil pertanian yang mampu
memberikan kontribusi APBN (Anggaran Pendapatan Negara) terbesar kepada negara
khususnya kelompok penerimaan dalam negeri melalui cukai dan pajak. Produksi tembakau
yang utama diperdagangkan yaitu daun tembakau dan rokok. Hampir seluruh produksi daun
tembakau digunakan untuk produksi rokok domestik dan untuk ekspor. Indonesia merupakan
negara terbsesar ketiga sebagai pengguna rokok dengan jumlah sebesar 4,8 % (The Tobacco
Atlas, 2015).
Provinsi NTB merupakan salah satu daerah dengan pertanian tembakau yang cukup
luas yaitu dengan luas area pertanian tembakau adalah 23.894 Ha dan tingkat produksi
sebesar 37.379 Ton (Statistik Perkebunan Indonesia , 2017). Dalam perekonomian NTB,
peranan agribisnis tembakau adalah dalam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan
penyerapan tenaga kerja. Selain itu agribisnis tembakau mempunyai angka pengganda
(multiplier effect) output yang cukup besar. Agribisnis tembakau mampu menarik sektor hulu
dan mendorong sektor hilir untuk berkembang dibandingkan dengan industri rokok yang
hanya mampu mendorong sektor hilir saja (Sudaryanto et al., 2007).
Kabupaten Lombok Timur yang terletak di ujung timur pulau Lombok adalah
kabupaten dengan areal panen tembakau terluas di NTB yang mencapai 68% dari total luar
areal panen tembakau di NTB (BPS NTB, 2010). Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman tembakau menunjukkan bahwa sebagian besar (72,25%) lahan tembakau di
Kabupaten Lombok Timur tergolong kelas kesesuaian cukup sesuai (S2), dan hanya 14,99%
yang tergolong sangat sesuai (S1) sedangkan sisanya adalah sesuai marginal (S3) sekitar
12,76% (Alkasuma et al., 2003). Meskipun demikian, usaha pertanian tembakau di
Kabupaten Lombok Timur dapat memberikan kontribusi yang cukup besar, baik dalam
peningkatan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja maupun sumbangannya terhadap
produk domestik regional beruto (PDRB). Jumlah PDRB yang berasal dari tanaman
perkebunan rakyat di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2010 mencapai Rp.224,102
miliar (BPS Kabupaten Lombok Timur, 2011).
Tembakau jenis Virginia merupakan salah satu jenis komoditi tembakau yang paling
banyak di tanam oleh petani di beberapa daerah kabupaten Lombok Timur yaitu dengan luas
areal mencapai 12.361,2 Ha, sedangkan jenis tembakau Rakyat hanya 3.385,7 Ha (Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lombok Timur, 2015).
Untuk memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan SNI (Standar Nasional Indonesia)
penanganan pascapanen tembakau harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat
jumlah seperti halnya produk pertanian yang lain. Daun tembakau hasil panen perlu segera
diproses menjadi bentuk akhir yang lebih stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka
waktu tertentu.
Fase penguningan merupakan salah satu tahap dari bentuk akhir yang sangat penting
karena akan menentukan kualitas dari tembakau. Pada fase penguningan kelembaban
dipertahankan agar tetap tinggi sehingga pengurangan kandungan air daun terjadi secara
bertahap. Suhu udara ruangan oven berkisar antara 25-30°C, kemudian dinaikkan secara
bertahap sampai 38°C dengan kenaikan 2°C/jam. Suhu dipertahankan 38°C sampai terjadi
perubahan warna hijau menjadi kuning rata dan layu. Fase penguningan dianggap selesai bila
kondisi tersebut telah tercapai. Pada fase penguningan terjadi peningkatan aktivitas beberapa
enzim terutama klorofilase, amilase, polifenol oksidase, dan enzim-enzim lain yang berkaitan
dengan degradasi komponen-komponen bahan tanaman. Proses tersebut akan berlangsung
baik bila kandungan air daun berkisar 60-85%. Suhu dipertahankan 38°C agar aktivitas enzim
klorofilase dan amilase berlangsung optimal sehingga perombakan klorofil serta pati
berlangsung lebih cepat. Perubahan terpenting yang terjadi pada fase penguningan yaitu
perombakan klorofil menjadi klorofiled dan fitol yang tidak berwarna, bersamaan dengan
perombakan pati menjadi gula dan dekstrin (Pedoman Penanganan Pasca Panen Tembakau,
2012).
Oleh kaena itu perlu didukung oleh kesiapan teknologi dan sarana pascapanen yang
cocok untuk kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan tembakau dengan mutu seperti
yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti,
ketersediaan dalam jumlah yang cukup, dan pasokan yang tepat, waktu serta keberlanjutan
merupakan beberapa persyaratan yang dibutuhkan agar tembakau dapat dipasarkan pada
tingkat harga yang lebih menguntungkan.
Pada saat ini sistem monitoring suhu yang dilakukan oleh para petani masih secara
manual yaitu dengan cara setiap 2 jam sekali ruangan oven akan di cek untuk memastikan
suhu yang ada di dalam oven sesuai dengan SNI (Standar Nasional Inodnesia) agar
mendapatkan hasil yang sesuai. Melihat fakta dan permasalahan tersebut diperlukan inovasi
berupa V-SO (Virginia Smart Oven): monitoring real time berbasis alarm untuk
meningkatkan kualitas hasil produksi oven tembakau virginia di lombok timur. Alat ini
berfungsi untuk memonitoring suhu yang ada di dalam ruangan oven yang dilengkapi dengan
sensor suhu untuk membaca suhu yang terdapat di dalam ruangan oven dan kemudian akan
memberikan instruksi berupa alarm apabila suhu yang terbaca tidak sesuai dengan standar
yang sudah ditetapkan dan ditampilkan melalui LCD (Liquid Crystal Display).

Anda mungkin juga menyukai