Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA PADA BAYI DAN DAMPAKNYA

DISUSUN OLEH :
JANET BERLIAN MAHARANI 1811102411096
LUTFIANA AZIZAH MAGFIRAH 1811102411101
MUHAMMAD ALI PURNOMO ADJI 1811102411110
NADHILLA RANIATI 1811102411121
NOVA FITRIYANTI 1811102411129
RAHMA NUR AISYAH 1811102411145

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Ilmu keperawatan anak dengan judul “ PNEUMONIA “.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman
teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Samarinda, 30 Maret 2020

Penyusun
 

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

A. LatarBelakang......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

A. DEFENISI............................................................................................................6

B. ETIOLOGI...........................................................................................................7

C. PATOFISIOLOGI................................................................................................9

D. GEJALA/MANIFESTASI KLINIS...................................................................12

E. KOMPLIKASI...................................................................................................13

F. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA....................................................................13

G. PENATALAKSANAAN...................................................................................15

BAB III..........................................................................................................................17

PENUTUP......................................................................................................................17

A. KESIMPULAN..................................................................................................17

B. SARAN..............................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara
maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya,
terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah
kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis.
Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru
dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri
yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus,
Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza. Pneumonia
sebenarnya bukan penyakit baru. American Lung Association misalnya,
menyebutkan hingga tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematiannomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit
ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi
pneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab
kematian ketujuh di negara itu. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang
menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan
di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan
kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak
terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita

4
pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.Pneumonia
menyebabkan infeksi paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru
yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel
tubuh tidak bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke
seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa meninggal. Umumnya pneumonia
terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil melalui
aliran darah (hematogen). Sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus.
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan
anak. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. 
Pneumonia berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik,
asidosis metabolik, dan gagal nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien yang paling diutamakan (Setiawati, 2008).
Oksigenasi adalah salah  satu komponen gas dan unsur  vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Normalnya  elemen ini diperoleh  dengan cara  menghirup  udara  ruangan 
dalam  setiap kali  bernafas.  Penyampaian oksigen (O2) ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologis (Rufaidah, 2005).
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti menggunakan kateter  nasal, kanul nasal, sungkup  muka sederhana,
sungkup kantong rebreathing, sungkup muka dengan     kantong  non
rebreathing . Nebulizer juga dapat diberikan pada orang yang mengalami
gangguan sistem pernapasan seperti batuk,  pilek maupun obstruksi /
penyumbatan saluran pernapasan oleh mukus. Nebulizer cenderung
diberikan pada bayi atau anak-anak karena usia tersebut belum mampu
mengeluarkan dahak secara optimal (Rufaidah, 2005).Sebenarnya
pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam
dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

A.

5
B. Tujuan Makalah
1. Mengetahui defenisi dari Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab dari Pneumonia.
3. Mengetahui faktor resiko pneumonia.
4. Mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia.
5. Mengetahui komplikasi dan bagaimana cara penatalaksanaan (therapy)
dari Pneumonia.
6. Mengetahui patofisiologi pneumonia.
7. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI

Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk


Penanggulangan Pneumonia pada Balita” di sebutkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
mengenai bagian paru ( jaringan alvioli) (DepKes RI, 2004:4). Pertukaran
oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler kapiler pembuluh darah
dalam alvioli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan
mengisi alvioli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal
ini mengakibatkan kesukaran bernapas (DepKes RI, 2007:4). Menurut
Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya peradangan
pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan
tak jarang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37). Penyakit ini
umunya terjadi pada anak anak dengan ciri ciri adanya demam, batuk di sertai
napas cepat (takipnea) atau napas sesak. Defenisi kasus tersebut hingga kini
digunakan dalam program pemberantasan dan penanggulangan ISPA oleh
Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di perkenalkan oleh WHO
pada tahun 1989. Menurut Wahab, 2000, pneumonia merupakan penyakit
infeksi saluran pernapasan yang di tunjukkan dengan adanya pelebaran
cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering di sebut tarikan
dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Pengertian pneumonia dalam
buku “ Perawatan Anak Sakit” yang di tulis Ngastiyah yang di terbitkan oleh
EGC mengatakan bahwa pneumonia adalah suatu radang paru yang di
sebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan
benda asing.

7
B. ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya
infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari:
a. Susunan anatomis dari rongga hidung.
b. Jaringan limfoid di naso faring.
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret yang di keluarkan oleh sel epitel sersebut
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
g. Fagositas, aksi enzimatik  dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma
pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna..
Etiologi pneumonia dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan agen penyebab
infeksinya. Pembagian pneumonia menurut anatominya:
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lubularis (Bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis)
Sedangkan pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab
infeksinya adalah :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :
•    Staphylococcus aureus
•   Legionella
•    Hemophillus influenzae
2. Virus
•    Virus influenzae
•    Chicken pox (cacar air)
3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)

8
4. Jamur
•   Aspergilus
•   Histoplasma
•   koksidioidomikosis
5. Aspirasi ( makanan, amnion dsb)
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pneumokokus (streptokokus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan
bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok
umur dan paling banyak terjadi di negaraberkembang.
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa
gambaran etiologi pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita.
Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada
bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan kejadian pneumonia pada bayi
neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus dan gram negatif
enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak anak
balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adlah Respiratory
syncytial virus.

C. PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya
serangan agen infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara.
Namun pada kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan oleh
agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada dasarnya agen
infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi
(melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung
ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya perluasan
langsung dari tempat tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus pneumonia,
mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan aspirasi. 
  Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

9
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang
bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak
kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang
menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.

10
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya
daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen
seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi
kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat juga di sebabkan
karena adanya tindakan endotracheal dan tracheostomy serta konsumsi
obat obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya
pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.

11
D. GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
a. Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, tachipnoe.
b. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil,
kemudian menjadi hilang, ronchi
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
k. Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri
demam, batuk, pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, serta cyanosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan  paru yang mengurang akibat
infeksi pneumonia yang berat. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian
pneumonia di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media,
conjuctivitis, laryngitis, dan pharyngitis.
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun di lihat dari adanya
kesulitan bernapas dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
sedangkan pada anak umur <2 bulan di ikuti dengan adanya napas cepat dan
atau terikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Kriteria napas cepat berdasarkan frekwensi pernapasan di bedakan
menurut umur anak. Untuk umur kurang dari 2 bulan, di katakan napas cepat,
jika frekwensi napas 60x/menit atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan
sampai <12 bulan jika >50x/menit dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika
>40x/menit.

12
E. KOMPLIKASI

1. Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah di sebabkan karena sumbatan atau
peradangan di saluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun
tidak bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat
menampung udara dan pecah.
2. Empiyema (peradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil di lokalisasi
oleh pertahanan tubuh namun tidak dapat di basmi akhirnya muncul
nanah dan mengumpul di antara paru paru dan dinding dada.
F. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA
Faktor faktor resiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain
umur, jenis kelamin, gizi kurang, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang,
defesiensi Vit A, status imunisasi, polusi udara, ventilasi rumah dan
pemberian makanan yang terlalu dini.
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor resiko utama pada beberapa
penyakit. Hal ini di sebabkan karena umur dapat memperlihatkan kondisi 
kesehatan seseorang. Anak anak yang berumur 0-24 bulan lebih rentan
terhadap penyakit pneumonia di bandingkan anak anak yang berumur di
atas 2 tahun. Hal ini di sebabkan karena imunitas yang belum sempurna
dan lubang pernapasan yang relatif sempit.
b. Jenis kelamin
Penelitian di Uruguay menunjukkan bahwa pada tahu 1997-1998,
58% penderita pneumonia yang di rawat di RS adalah laki laki.
c. Riwayat BBLR
Bayi dengan BBLR beresiko mengalami kematian akibat
pneumonia, hal ini di sebabkan karena zat anti kekebalan di dalam
tubuhnya belum sempurna sehingga memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita pneumonia.

13
d. Pemberian ASI
ASI mengandung nutrisi dan zat zat penting yang berguna terhadap
kekebalan tubuh bayi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi bayi untuk
segera di berikan ASI sejak lahir karena pada saat itu bayi belum dapat
memproduksi kekebalannya sendiri.
Pemberian ASI ternyata dapat menurunkan resiko pneumonia pada bayi
dan balita. Penelitian di Rwanda melaporkan bahwa bayi yang di rawat di
rumah sakit karena pneumonia lebih beresiko pada bayi yang tidak
memperoleh ASI.
e. Status Gizi
f. Status Imunisasi
Pada dasarnya beberapa penyakit penyakit infeksi yang terjadi
pada anak anak dapat di cegah dengan imunisasi. Yaitu antara lain ;
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, tuberkulosis, campak dan polio.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pneumonia juga merupakan
penyakit yang dapat di cegah melalui pemberian imunisasi yaitu dengan
imunisasi campak dan pertusis. Penyakit pertusis berat dapat
menyebabkan infeksi saluran napas berat seperti pneumonia. Oleh karena
itu pemberian imunisasi DPT dapat mencegah pneumonia.
g. Defesiensi Vit A
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian Vit A berguna
dalam mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinya kematian
akibat pneumonia. Pemberian Vit A di khususkan pada balita berumur 6
bulan sampai 2 tahun yang di rawat di RS karena campak dan komplikasi
pneumonia. Oleh karena itu jika anak menderita pneumonia tetapi telah
memperoleh Vit A sebelumnya dalam jangka waktu tertentu, maka anak
tersebut tidak akan menderita pneumonia berat dan dapat mencegah
mortalitas.

14
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum yaitu :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. Infus Dextrose 10% : NACL 0,9% =3:1
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier
e. Berikan antibiotika jika penderita telah di tetapkan sebagai pneumonia.
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan
manajemen tatalaksana baru yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit) yang terintegrasi dan di terapkan sebagai acuan program
penanggulangan ISPA pneumonia di pelayanan kesehatan dasar. Adapun
tatalaksananya adalah meliputi :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan dan tindakan
Tata LaksanaTherapy:
1. Bagi penderita pneumonia, di berikan antibiotika per oral selama 5
hari. Antibiotika yang di gunakan adalah kotrimoksasol (480 mg dan
120 mg) dan Paracetamol (500mg dan 100mg). akan tetapi pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan, tidak di anjurkan untuk di berikan
pengobatan antibiotika per oral maupun paracetamol.
2. Tindakan yang di berikan pada penderita pneumonia berat adalah di
rawat di RS. Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukkan anak
menderita penyakit yang sangat berat di mana jika anak mempunyai
salah satu tanda bahaya tersebut maka perlu segera di rujuk ke RS
yaitu:
 Pada anak umur 2 bulan - <5 tahun tanda bahaya tsb antara lain
kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor atau
mengalami gizi buruk.

15
 Pada anak umur <2 bulan : kurang bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin.
 Penderita sangat muda atau tua : mengalami keadaan klinis berat
yaitu sesak napas, kesadaran menurun, serta gambaran kelainan
toraks cukup luas, adanya riwayat penyakit lain (bronkiektasis
atau bronkitis kronik, adanya komplikasi dan tidak adanya respon
terhadap pengobatan yang telah di berikan.
3. Pemberian oksigen terutama pada anak yang cyanosis
4. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

16
BAB III
KASUS DAN TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK D DENGAN PNEUMONIA


DIRUANG PICU RUMAH SAKIT DAERAH MOEWARDI

Nama Mahasiswa : Vandhika Wicaksono


Nim : 070113 a 056
Tempat Praktik : PICU RSUD MOEWARDI
Tanggal Pengkajian : 4 Maret 2014
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Identitas Klien
 Nama Klien : An. D
 Umur : 4 Tahun
 Jenis Kelamin : perempuan
 Pendidikan :-
 Agama : islam
 Suku : jawa
 Bahasa sehari-hari: Indonesia, jawa
 Gol. Darah :O
 Alamat : Pager sari RT 03/07 Guno jatisono
wonogiri
b. Identitas penanggung jawab
 Nama Klien : Tn.P
 Umur : 33 Tahun
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Pendidikan : sma
 Agama : islam
 Suku : jawa

17
 Hub dengan klien : Ayah klien
 Pekerjaan : Buruh
 Alamat : Pager sari RT 03/07 Guno jatisono
wonogiri
c. Tanggal masuk RS : 4 januari 2014 pukul 15.00 WIB
d. Diagnosa medis : Pneumonia dengan gagal nafas

II. Riwayat kesehatan


1. Keluahan utama
Keluarga mengatakan an. D sesak nafas
2. Riwayat kesehatan saat ini
Alasan masuk rumah sakit: keluarga an. D mengatakan bahwa 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, anak demam, 1 hari kemuadian
demam tidak berkurang , sehingga anak dibawa kepelayanan
kesehatan terdekat namun demam panda an. D tidak berkurang
sehingga anak dirujuk ke RSUD MOEWARDI pada tanggal 4
januari 2014 pukul 16.00 WIB, dan dirawat inap di ruang
melati 2 selama +-1 bulan. Dalam perawatan hari pertama anak
kejang dan demam naik turun, anak juga mengalami sesak
nafas. Dalam pelayanan sudah diberikan pelayanan semaksimal
mungkin namun tidak ada alat yang lengkap sehingga an. D
harus dirawat di ruang PICU pada tanggal 31 januari 2014
pukul 17.00 WIB dan dipasang ventilator dengan setting
(preasure control). Anak mendapatkan perawatan yang intensif.
Anak terpasang ETT pada tanggal 31 januari 2014. Anak
mengalami gagal nafas, suhu 37,6C.

Faktor pencetus: keluarga kurang memperhatikan kesehatan an. D


Timbulnya keluhan : bertahap

18
Faktor yang memperberat: klien menderita hidrosepalus sejak umur
3 tahun dan keluarga baru mengetahuinya setelah anaknya di
rawat di RS

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan


keberhasilannya:
Keluarga mengatakan sudah membawa an. D kepelayanan
kesehatan, namun tidak ada perkembangan, keluarga
mengatakan an. D sebelumnya dirawat di ruang melati 2
dengan keluhan sesak, demam.

3. Riwayat kesehatan lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
Keluarga mengatakan an. D menderita penyakit hidrosepalus
sejak umur 3 tahun, namun keluarga baru mengetahuinya
b. Riwayat kelahiran
An. D dilahirkan dirumah sakit swasta dengan proses melahirkan
secara spontan. Dengan BB : 3000 gr. TB: 49 cm
c. Kecelakaan
Keluarga mengatakan an. D tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Keluarga mengatakan an. D sebelumnya pernah dirawat di
RSUD MOEWARDI, dan anak D pernah dilakukan operasi
dengan diagnosa hidrosepalus pada bulan desember 2013.
e. Keluarga mengatakan an. D tidak alergi makanan atau obat-
obatan
f. Faktor lingkungan:
Keluarga mengatakan lingkungan bersih, keluarga selalu
membersihkan halaman rumah.
g. Riwayat imunisasi
Keluarga mengatakan an. D sudah mendapatkan imunisasi
lengkap yaitu hepatitis B dan DPT pada usia dan BCG
pada usia, olio, dan campak.

19
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Kebiasaan hidup tidak sehat: keluarga mengatakan ayah an.
D perokok aktif, ayah suka merokok didekat anaknya.
b. Penyakit menular: keluarga mengatakan tidak memiliki
penyakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dll
c. Penyakit menurun: keluarga mengatakan tidak ada riwayat
penyakit menurun seperti hipertensi, DM dll

5. Genogram

Keterangan:
: laki-laki : menikah
: perempuan : tinggal 1 rumah
: klien

20
6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 25 kg
BB selama sakit : 20 kg
LILA :13.5 cm
b. Perkembangan
 Sensorik: anak bisa melihat, bisa mendengar
namuntidak bisa menyampaikan keinginannya,
rentang gerak dalam meraba benda disekitar sangat
kurang karna anak dalam pengaruh sedasi
 Motorik: an. D bisa menggerakkan tangan, namun
lemah karna pengaruh sedasi, anak hanya bisa
berbaring ditempat tidur. Motorik halus pada anak
tidak dapat negungkapkan sesuatu yang diinginkan
karna terpasang ETT dan karna pengaruh sedasi.

 Kognitif : tidak terkaji


 Komunikasi/berbahasa: anak tidak dapat
menyampaikan sesuatu yang ia inginkan melalui
bahasa, anak hanya bisa meneteskan air mata
apabila perawat melakukan tindakan keperawatan
seperti suction dll
 Emosi-sosial: anak tampak cemas, takut, gelisah
 Kemandirian: anak hanya bisa berbaring ditempat
tidur

III. RIWAYAT POLA FUNGSIONAL


1. Pola managemen dan persepsi kesehatan
 Keluarga mengatakan apabila ada keluarga yang sakit
maka keluarga langsung membawa kepelayanan
kesehatan

21
 Keluarga mengatakan sehat itu sangat penting, apabila
mengalami sakit, maka aktivitas akan sangat terganggu
2. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak makan 3 x sehari dengan
porsi sayur, tempe, tahu, telur dll dan tidak ada gangguan pada
pola nutrisi/metabolik
Selama sakit:
 An. D terpasang NGT
 Kemampuan menelan menurun karena anak terpasang
ETT dan pengaruh sedasi
 Inf D1/2s 343cc + D40 157cc + KCL 20mg ->
kecepatan 22m/jam = 528 cc/24 jam
 BB sebelum sakit : 25 kg
BB selama sakit : 20 kg
 Suhu : 37,6 o C
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : keluarga mengatakan tidak ada gangguan pada pola
eliminasi pada anak.d
Selama sakit :
a. Jumlah urin :810 cc
Warna : kuning
Bau: amoniak
b. Terdapat pemasangan kateter
c. Masukan dan pengeluaran
Input cairan :
 Inf D1/2s 343cc + D40 157cc + KCL 20mg ->
kecepatan 22m/jam = 528 cc/24 jam
(IV)
 Inj Caftazidine 750 mg/8jam = 225 cc/24 jam
(IV)
 Inj Antrain 200mg k/p -> 1cc = 24 cc/24 jam
(IV)

22
 Inj Kutoin 50mg + Nacl 0,9% sd 15ml bolus pelan
dalam 30 menit per 12 jam = 30 cc/24 jam
(IV)
 Inj Furosemid 10mg/12 jam = 20 cc/24 jam
(IV)
 Jumlah: 827 cc/24 jam
Output :
 Urin 740 cc/24jam
 Iwl: 175
 Jumlah: 915 cc/24jam
Balance cairan: - 88
Deuresis : 1,541

4. Pola istirahat tidur


Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak tidur 8 jam sehari dan
tidak ada mengalami gangguan
Selama sakit : anak kadang-kadang terbangun pada malam hari
karena sesak akibat penumpukan sekret di jalan nafas.

5. Pola aktivitas latihan


Sebelum sakit : keluarga mengatakan anak selalu bermain dengan
teman sebayanya
Selama sakit: anak D hanya bisa berbaring ditempat tidur
a. Nafas pendek dan cepat
b. RR: 37 x/menit
c. Irama: Reguler
d. Bunyi nafas gurgling
e. Adanya sputum pada jalan nafas
f. Penggunaan otot bantu pernafasan, tedapat pemasangan
ETT yang tersambung ke ventilator

6. Pola persepsi kognitif

23
a. Kemampuan melihat, mendengar, merasakan baik
b. Tingkat kesadaran lemah karna pngaruh sedasi

7. Pola hubunga peran


a. Anak tidak dapat berinteraksi karna penurunan kesadaran,
dan karna adanya pemasangan vemtilator
b. Anak tampak gelisah, tidak rileks
c. Keluarga sellu menjaga klien diruangan

8. Pola seksual-reproduksi

Klien masih balita, sehingga pola seksual belum berjalan


sebagaimana mestinya. Reproduksi juga belum berjalan
sebagaimana mestinya.
Vagina tampak bersih, tidak ada lesi.
9. Pola koping-toleransi stres
Anak ytampak cemas, tidak rileks, eksperesi wajah gelisah

10. Pola nilai kepercayaan


Keluarga selalu mengajarkan anak nilai-nilai agama isalam pada
anak, ibu selalu menganjurkan anak untuk selau berdoa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : lemah karna pengaruh sedasi
Tinggi badan : 76 cm
BB : 20 kg
TTV:
Nadi : 137 x/menit
Suhu: 38o C
SpO2: 94,9
RR: 37 x/menit
2. Sistem neurobehavior
Pada anak :
a. Kesadaran : lemah karna pengaruh sedasi

24
b. GCS E4, Vx, M10 = 10
c. Pengkajian perkembangan anak
Anak saat ini memenuhi perkembangan anak pre sekolah
d. Ada riwayat kejang atau tidak: Keluarga mengatakan anak
pernah mengalami kejang saat dirawat di ruang melati 2
RSUD MOEWARDI
e. Fungsi saraf
Olfaktorius : Tidak terkaji
Oftikus: Tidak terkaji
Okulomotorius: anak bisa mengangkat kelopak mata, kontriksi
pupil baik
Troklearis: anak bisa menggerakan mata kebawah dan keatas
Trigeminus : reflek kornea dan mengedip baik
Abdusen: gerakan mata baik
Fasialis: anak dapat mengekspresikan wajah
Koklearis: Tidak terkaji
Glosofaringeus: Tidak terkaji
Vagus: Tidak terkaji
Asoserius: pergerakan kepala dan bahu lemah
Hipoglosus : Tidak terkaji
f. Fungsi motorik
a. Sikap : kooperatif, anak cemas, gelisah
b. Ukuran tubuh : bulat BB: 20 kg
c. Kemampuan berjalan : anak hanya bisa berbaring
ditempat tidur
g. Pemeriksaan refleks
Refleks tendon bisep : +2/+2
Reflek tenson trisep : +2/+2
Reflek tendon patela : +2/+2
Reflek tendon archiles : +2/+2
Reflek patologis : +2/+2
3. Sistem penginderaan

25
1. Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Tidak
terkaji
 Lapang pandang : Tidak terkaji
 Gerakan mata : gerakan mata baik, dilihat saat dites
dengan pensil, gerakan mata keatas, kebawah,
kesamping kiri kanan baik.
 Pemeriksaan fisik mata: tidak ada edema, tidak ada
hematom, lesi, luka, masaa pada daerah mata
 Kelenjar lakrimal : konjungtiva tidak anemis
 Sklera ikterik
 Pupil: reaksi terhadap cahaya(miosis), simetris
kanan dan kiri
2. Pemeriksaan hidung
 Infeksi hidung : simetris, bentuk bulat, tidak ada
luka, tidak ada masa, tidak ada pembesaran polip,
lubang hidung kurang bersih, tidak ada cairan yang
keluar dari hidung
 Palpasi: tidak ada perubahan anatomis dari bentuk
hidung, tidak ada nyeri tekan
 Patensi aliran udara dalam nares : anak terpasang
ETT tersambung keventilator
3. Pemeriksaan telinga
 Infeksi telinga luar: bentuk simetris kanan dan kiri,
kurang bersih
 Infeksi telinga dalam : kurang bersih, tidak ada lesi,
massa, tidak ada serumen
 Palpasi daun telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa
 Pemeriksaan rine: Tidak terkaji
4. Sistem pernafasan

26
 Pernafasan : frekuensi 29x/menit, reguler,
pengembangan dada sama kanan dan kiri
 Anak menggunakan alat bantu pernafasan.
Ventilator (preasure control)
 Taktil premitus: paru kanan sama dengan paru kiri
 Perkusi sonor
 Auskultasi gurgling
5. Sistem kardiovaskuler
a. Denyut nadi/pulsasi
Karotis 149x/menit
Jugularis 149x/menit
Radialis 150x/menit
Femoralis 150x/menit
Dorsal pedis 149x/menit
Tekanan vena jugularis 149x/menit
6. Sistem pencernaan
Data obyektif
a. BB sekarang : 20 kg
b. TB: 75 cm
c. LILA: 13.9cm
d. Mulut kurang bersih
e. Adanya karies gigi pada anak
f. Bau mulut amoniak
g. Adanya sekret pada daerah mulut
h. Pemeriksaaan abdomen
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 12x/ menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Diet : PUASA
7. Sistem perkemihan
a. Input cairan :

27
 Inf D1/2s 343cc + D40 157cc + KCL 20mg ->
kecepatan 22m/jam = 528 cc/24 jam
(IV)
 Inj Caftazidine 750 mg/8jam = 225 cc/24 jam
(IV)
 Inj Antrain 200mg k/p -> 1cc = 24 cc/24 jam
(IV)
 Inj Kutoin 50mg + Nacl 0,9% sd 15ml bolus pelan
dalam 30 menit per 12 jam = 30 cc/24 jam
(IV)
 Inj Furosemid 10mg/12 jam = 20 cc/24 jam
(IV)
 Jumlah: 827 cc/24 jam

b. Output :
 Urin 740 cc/24jam
 Iwl: 175
 Jumlah: 915 cc/24jam
c. Balance cairan: - 88
d. Deuresis : 1,541
8. Sistem reproduksi
Pada perempuan
 Tidak ada kelainan pada lubang vagina
 Tidak ada cairan putuh yang keluar
 Vagina bersih
 Tidak ada kemerahan pada daerah perinium
 Anak berumur 4 tahun dan belum masa menstruasi
9. Sistem integumen
Tidak ada lesi atau luka atau massa
10. Sistem endokrin
a. Pertumbuhan dan perkembangan

28
BB sebelum sakit : 25 kg
BB selama sait :20 kg
LILA : 13,9 cm
b. Pekembngan
 Rentang gerak berkurang
 Kominikasi tidak bisa diungkapkan
 Anak cemas, takut, gelisah
 Anak hanya bisa berbaring di tempat tidur
c. Ekspresi wajah cemas
d. Leher simetris
e. Tidak ada hiperpigmentasi pada kulit
f. Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
11. Sistem imun
a. Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat
b. Tidak ada riwayat infeksi kronis
c. Anak pernah menjalani tindakan operasi dengan
hidrosepalus pada bulan desember
d. Imunisasi lengkap
12. Sistem hematologi
a. Tidak ada riwayat transfusi darah
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Pucat pada kulit dan kuku
V. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Maret 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan metode
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu
Elektrolit Mg/dl 60 - 100 Hexo kinase
Natrium darah

Kalium darah Mmol/L 132 - 145 Direx Ise

29
Kalsium ION Mmol/L 3.1 - 5.1 Direx Ise

Mmol/L 1.17 - 1.29 Direx Ise

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 5 Maret 2014


Pemeriksaan hasil Satuan Rujukan
Hematologi
Hemostasis
15.5 Detik 10.0 – 15.0
PT
28.9 Detik 20.0 – 40.0
APTT
1,310 -
INR

Kimia Klinik
7.540 7.350 – 7.450
PH
11.7 Mmol/L -2 - +3
BE
42.3 mmHg 27.0 – 40.0
PCO2
74.4 mmHg 83.0 – 108.0
PO2
36 % 37 - 50
Hematokrit
34.4 Mmol/L 21.0 – 28.0
HCO3
32.4 Mmol/L 19.0 – 24.0
Total CO2
94.8 % 94.0 - 98.0
O2 saturasi
........................................................................................................

30
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Maret 2014
Pemeriksaan hasil Satuan Rujukan metode Ket.
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.0 g/dl 10.8-12.8
Hematokrit 39 % 31-43
Leukosit 14.8 Ribu/ul 4.5-14.5
Trombisit 206 Ribu/ul 150-450
Eritrist 4.93 Juta/ul 3.70-570

INDEX ERITROSIT
MCV 78.3 /um 80.0-96.0
MCH 26.4 Pg 28.0-33.0
MCHC 33.5 g/dl 33.0-36.0
RDW 15.0 % 11.6-14.6
HDW 3.7 g/dl 2.2-3.2
MPV 8.2 fl 7.2-11.1
PDW 76 % 25-65

HITUNG JENIS
Eosinofil 0.80 % 0.00-4.00
Basofil 0.40 % 0.00-1.00
Netrofil 75.70 % 29.00-72.00
limfosit 12.30 % 36.00-52.00
Monosit 10.10 % 0.00-5.00
LUC/AMC

31
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 75 Mg/dl 60 - 100
SGOT 89 u/l 0 - 35
157 u/l 0 - 45

VI. TERAPY
INPUT
 Inf D1/2s 343cc + D40 157cc + KCL 20mg -> kecepatan
22m/jam = 528 cc/24 jam
(IV)
 Inj Caftazidine 750 mg/8jam = 225 cc/24 jam
(IV)
 Inj Antrain 200mg k/p -> 1cc = 24 cc/24 jam
(IV)
 Inj Kutoin 50mg + Nacl 0,9% sd 15ml bolus pelan dalam
30 menit per 12 jam = 30 cc/24 jam
(IV)
 Inj Furosemid 10mg/12 jam = 20 cc/24 jam
(IV)

 Paracetamol 30mg (PO)


 Captopril 3 x 6,25mg (PO)
 Zink 1x20mg (PO)
 Candistatin (PO)
 Chloramphenizol Zalf mata 2x005 (PO)

TOTAL jml cairan masuk = 827 cc/24 jam


OUTPUT :
 Urin 740 cc/24jam
 Iwl: 175

32
 Jumlah: 915 cc/24jam
 Balance cairan: - 88
 Deuresis : 1,541

A. ANALISA DATA

NO Hari/tggl Data Kemungkinan penyebab Mas. Kep


4/3/14 DS:- Produksi sputum meningkat Bersihan jalan nafas tidak
DO: efektif
a. N: 137
x/menit
b. An. D
nampak sesak nafas
c. Bunyi nafas
gurgling
d. Adanya
penumpukan sputum di
jalan nafas
e. Terpasang
ETT
f. Alat bantu
ventilator (preasure
control)
g. O2 saturasi
94,9
4/3/14 DS:- Penurunan saturasi oksigen Pola nafas tidak efektif
DO:

33
a. PO2 74,4
mmHg (83.0-108.0)
b. BE 11.7 (-2
- +3)
c. Anak
tampak sesak
d. RR: 37
x/mnit
e. O2 saturasi
94,9
f. Alat bantu
ventilator (preasure
control)
4/3/14 DS:- Penurunan perfusi jaringan Gangguan pertukaran gas
DO:
a. HASIL
AGD:
PH : 7.540
BE : 11.7
PCO2 : 42.3
PO2 : 74.4
Hematokrit : 36
HCO3 : 34.4
Total CO2 : 32.4
O2 saturasi : 94.9
b. Anak
tampak sesak nafas
c. Suhu 38o C
d. Bunyi nafas
gurgling
e. Terpasang
ETT
4/3/14 DS:- Gangguan termoregulasi Proses Infeksi

34
DO:
a. Anak
tampak lemas
b. Suhu 38o C
c. Akral
hangat
d. Mukosa
nampak kering
e. Leukosit
14.8
f. Keringat
berlebih
4/3/14 DS:- hospitalisasi Resiko gangguan tumbang
DO:
a. Anak tidak
bisa menyampaikan
keinginannya melalui
bahasa
b. Anak bisa
mengerakkan tangan
namun lemah karna
pengaruh sedasi
c. Anak
tampak cemas, takut,
gelisah
d. Anak hanya
bisa berbaring ditempat
tidur
e. Ibu nampak
cemas dengan keadaan
anaknya
f. An D
mengalami penurunan

35
berat badan
BB sebelum sakit : 25 kg
BB selama sakit : 20 kg
Diet : PUASA

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN


DENGAN PRODUKSI SPUTUM MENINGKAT

2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNAGAN DENGAN


PENURUNAN SATURASI O2

3. GANGGUAN PERTUKARAN GAN BERHUBUNGAN DENGAN


PENURUNAN DIFUSI JARINGAN

4. GANGGUAN TERMOREGULASI BERHUBUNGAN DENGAN


PROSES INFEKSI

5. GANGGUAN TUMBANG BERHUBUNGAN DENGAN


HOSPITALISASI

36
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Hari/tggl/jam
Tujuan Rencana tindakan Rasional ttd
DX
Selasa Setelah dilakukan tindakan a. Monitor a. T
4/3/14 keperawatan selama 3 x 24 frekuensi atau kedalaman akipnea,
jam pada an. D diharapakan pernafasan dan gerakan pernafasan dan
bersihan jalan nafas efektif dada gerakan dada
dengan kriteria hasil: tak simetris
a. Anak terjadi karena
tidak sesak nafas terjadi
b. Anak peningkatan
tenang tekanan dalam
c. RR paru
dalam batas normal b. Auskultasi b. S
(20-30) area paru, catat area uara gurgling
d. Bunyi penurunan atau tak ada mengidentifika
nafas vesikuler aliran udara si terdapatnya
e. Tidak penyempitan
ada penumpukan bronkus oleh
sekret sputum
f. PO2 c. Suction c. M
dalam batas normal sesuai indikasi engeluarkan
(83.0 – 108.0) sputum secara
g. BE mekanik dan
dalam batas normal mencegah
h. Hasil obstruksi jalan
AGD dalam batas nafas
normal d. Lakukan d. M
fisioterapi dada erangsang
gerakan
mekanik lewat
vibrasi dinding

37
dada supaya
sputum mudah
bergerak
keluar
e. Ajarkan e. M
batuk efektif engeluarkan
sputum
f. Berikan f. In
informasi kepada formasi yang
keluarga tentang jelas akan
bersihan jalan nafas tidak menenangkan
efektif pada anak D pihak keluarga
g. Kolaborasi g. M
pemberian obat emudahkan
bronkodilator dan pengenceran
mukolitik melalui dan
inhalasi (nebulezer) pembuangan
skret dengan
cepat
Selasa Setelah dilakuakn tindakan a. Kaji a. M
4/3/14 keperawatan selama 3x 24 frekuensi/kedalaman dan anifestasi
jam pada an. D diharapkan kemudahan dalam disstres
pola nafas menjadi efektif bernafas tergantung
dengan kriteria hasil: pada indikasi
a. Nadi dalam batas normal drajat
b. RR dalam batas normal keterlibatan
c. An. D tidak sesak nafas paru dan status
d. Tidak menggunakan alat kesehatan
bantu pernafasan b. Observasi umum
e. SPO2 > 95% warna kulit, membran b. Si
mukosa dan kuku, catat anosis kuku
adanya sianosis perifer menunjukkan
atau sianosis sentral vasokontriksi

38
respon tubuh
terhadap
demam,
membran
mukosa dan
mulut sekitar
c. Kaji status menunjukkan
mental hipoksia
sistemik
c. G
elisah mudah
terangsang,
bingung dan
samnolen
dapat
menunjukkan
d. Berikan hipoksia atau
informasi kepada penurunan
keluarga tentang oksigen sentral
gangguan pertukaran gas d. P
pada an. D emberian
e. Kolaborasi informasi akan
dengan tim kesehatan menenangkan
dalam pemberian O2 pihak keluarga
atau ventilator bila
diindikasikan e. U
ntuk
membantu
pernafasan
padan klien
Selasa Setelah dilakukan tindakan a. Kaji a. M
4/3/14 keperawatan selama 3x24 frekuensi/ kedalaman anifestasi
jam kepada an. D dan kemudahan dalam distres

39
diharapakan tidak terjadi bernafas. tergantung
gangguan pertukaran gas pada indikasi
dengan kriteria hasil: derajat
a. An. D keterlibatan
tidak sesak nafas. paru dan status
b. RR kesehatan
dalam batas normal b. Observasi umum
c. Tidak warna kulit, mambran b. Si
terpasang alat bantu mukosa dan kuku, catat anosis kuku
pernafasan adanya sianosis perifer menunjukkan
(ventilator) atau sianosis sentral. vasoonstriksi
d. Pernafa respon tubuh
san reguler terhadap
e. HASIL demam,
AGD: membran
PH : Dalam batas mukosa dan
normal mulut sekitar
BE : Dalam batas menunjukkan
normal hiposksia
PCO2 : Dalam batas sistemik
normal
PO2 : Dalam batas
normal
Hematokrit : Dalam
batas normal
HCO3 : Dalam batas
normal
Total CO2 : Dalam
batas normal
O2 saturasi : Dalam
batas normal

Selasa Setelah dilakukan tindakan a. Kaji suhu a. U

40
4/3/14 keperawtan selama 3x24 tubuh dan nadi setiap 1 ntuk
jam kepada an. D jam mengetahui
diaharapkan tidak terjadi tingkat
peningkatan suhu tubuh perkembangan
dengan kriteria hasil: anak
a. Suhu b. Lakukan b. D
dalam batas normal tindakan pendinginan, emam tinggi
b. Keringa misal kompres air hangat sangat
t tidak berlebih meningkatkan
c. leukosit kebutuhan
dalam batas normal metabolic dan
d. Mukosa kebutuhan
bibir lembab oksigen dan
mengganggu
oksigenasi
c. Berikan seluler
informasi kepada c. In
keluarga tentang formasi akan
peningkatan suhu tubuh meningkatkan
pada anak dan cara pengetahuan
penanganannya keluarga dalam
melakukan
tindakan
d. Kolaborasi mandiri
pemberian antipiretik d. M
dan antibiotik yang empercepat
sudah diresepkan sesuai penurunan
kebutuhan suhu tubuh
Selasa Setelah dilakukan tindakan a. Kaji a. U
4/3/14 keperawatan selama 3x24 pemahaman orang tua ntuk
jam pada an. D diharapakan tentang kondisi anaknya mengetahui
tidak terjadi gangguan dan gambaran perawtan tindakan
tumbuh kembang dengan keperawtan

41
kriteria hasil: yang akan
a. Anak b. Sarankan dilakukan
dapat pada orang tua untuk b. A
menyampaikan selalu kan
keinginannya menjaga/menemani anak menyamankan
melalui bahasa saat diruangan anak selama
b. Anak didampingi
tidak cemas c. Jelaskan orang tua
c. Anak semua prosedur pada c. M
tidak takut anak atau prang tua emberi
d. Anak informasi yang
tidak gelisah d. Kolaborasi akurat
e. Orang dengan tim kesehatan d. D
tua tidak cemas dalam memberi ukungan
dengan keadaan dukungan emosional emosional
anaknya pada anak dan orang tua yang tinggi
selama anak dirawat akan
dirumah sakit menurunkan
kecemasan
selama berada
dirumah sakit

D. TINDAKAN KEPERAWATAN HARI 1

NO Hari/tggl Tindakan kep Respon dan hasil Ttd


DX Jam
Rabu. 1. Memonitor Respon: anak kooperatif
5/3/14 frekuensi pernafasan pada anak
Hasil: RR 37 x/ment

42
d Respon : anak kooperatif
2. MengauskultasiHasil: bunyi nafas gurgling, adanya sputum pada
bunyi nafas pada anak area pernafasan
Respon: an kooperatif
3. Melakukan Hasil: sputum keluar, tindakan suction berjalan
tindakan suction dengan lancar
Respon: ibu mendengarakn informasi
Hasil: ibu sedikit tenang setelah diberikan informasi
4. Memberikan Respon: anak kooperatif
informasi kepada keluarga Hasil: O2 Telah di berikan melalui ventilator
tentang bersihan jalan nafas
tidak efektif pada an. D
5. Kolaborasi
pemberian oksigen
Rabu 1. Mengkaji sttus Respon: anak kooperatif
5/3/14 mental pada anak D Hasil: an. D tampak gelisah
2. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif
sign Hasil: spo2: 94,9
RR 37 x/menit
Nadi 137 x/mnt
Respon:anak kooperatif
3. Mempertahankan
Hasil: ventilator terpasang (preasure control)
pemberian ventilator Respon: ibu mendengarkan informasi
4. Memberikan Hasil: ibu sedkit tenang setelah diberikan informasi
informasi kepada keluarga
tantang gangguan pertukaran
gas pada an. D
Rabu 1. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif
5/2/14 sign Hasil: An. D tampak sesak nafas
RR : 37x/menit
N : 137 x/menit
S : 38 C
SPO2 : 94.9

43
PO2 : 74.4
Respon: anak kooperatif
2. Mempertahankan
Hasil: ventilator sudah di berikan dengan settingan
pemberian Ventilator dengan Pressure Control
setting (Pressure Control) Respon:kelurga mendengarkan
3. Memberikan Hasil:keluarga cukup tenang setelah
informasi kepada keluarga diberikan informasi
tentang gangguan pertukaran
gas pada an. D
Rabu 1. Memonitor suhuRespon:anak kooperatif
5/2/14 tubuh pada an. D Hasil: suhu 38o C
2. Mengompres anak
Repon: anak kooperatif
dengan menggunakan air Hasil: suhu 37.6o C
hangat Respon: kelurga mendengarkan informasi
3. Memberikan Hasil: ibu mengerti tentng cara penanganan anak
informasi kepada keluarag dan dengan peningkatan suhu tubuh
cara penanganan anak denga Respon: anak kooperatif
suhu tubuh meningkat Hasil: injeksi cairan masuk
4. Memberikan
cairan injeksi melalui IV
Rabu 1. Mengkaji Respon: ibu kooperatif
5/2/14 pemahaman orang tua tentangHasil: ibu tampak cemas
keadaan an. D dan
perawatannya Respon: anak kooperatif
2. Mengobservasi Hasil: anak cemas, gelisah, takut
keadaan mental an. D Respon: keluarga kooperatif
3. Menganjurkan Hasil: ibu menemani an. D diruangan
kepada keluarga untuk sellu
menemani anak selama Respon: klien kooperatif
diruangan. Hasil: ibu cukup tenang
4. Kolaborasi Anak gelisah, cemas, takut
dengan tim kesehatan dalam
memberikan dukungan

44
emosional pada anak dan
keluarga

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2

NO Hari/tggl Tindakan kep Respon dan hasil Ttd


DX Jam
Kamis. 1. Memonitor Respon: anak kooperatif
6/3/14 frekuensi pernafasan pada anak
Hasil: RR 34 x/ment
d Respon : anak kooperatif
2. MengauskultasiHasil: bunyi nafas gurgling, adanya sputum pada
bunyi nafas pada anak area pernafasan
Respon: an kooperatif
3. Melakukan Hasil: sputum keluar, tindakan suction berjalan
tindakan suction dengan lancar

Ka 1. Mengkaji statusRespon: anak kooperatif


mis. mental pada anak D Hasil: an. D tampak gelisah
6/3/14 2. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif
sign Hasil: spo2: 95
RR 34 x/menit
Nadi 132 x/mnt

Ka 1. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif


mis. sign Hasil: An. D tampak sesak nafas
6/3/14 RR : 34x/menit
N : 132 x/menit
S : 38,4 C
SPO2 : 95
PO2 : 74.4
Respon: anak kooperatif

45
2. Mempertahankan
Hasil: ventilator sudah di berikan dengan settingan
pemberian Ventilator dengan Pressure Control
setting (Pressure Control)
Ka 1. Memonitor suhuRespon:anak kooperatif
mis. tubuh pada an. D Hasil: suhu 38,4 C
6/3/14 2. Mengompres anak
Repon: anak kooperatif
dengan menggunakan air Hasil: suhu 37.8o C
hangat Respon: anak kooperatif
3. Memberikan Hasil: injeksi cairan masuk
cairan injeksi melalui IV

Ka 1. Mengkaji Respon: ibu kooperatif


mis. pemahaman orang tua tentangHasil: ibu tampak masih cemas dengan keadaan
6/3/14 keadaan an. D dan anaknya
perawatannya Respon: anak kooperatif
2. Mengobservasi Hasil: anak cemas, gelisah, takut
keadaan mental an. D Respon: keluarga kooperatif
3. Menganjurkan Hasil: ibu menemani an. D diruangan
kepada keluarga untuk sellu
menemani anak selama
diruangan.

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 3

NO Hari/tggl Tindakan kep Respon dan hasil Ttd


DX Jam
Jum’at. 1. Memonitor Respon: anak kooperatif
7/3/14 frekuensi pernafasan pada anak
Hasil: RR 38 x/ment
D Respon : anak kooperatif
2. MengauskultasiHasil: bunyi nafas gurgling, adanya sputum pada
bunyi nafas pada anak area pernafasan
Respon: an kooperatif
3. Melakukan Hasil: sputum keluar, tindakan suction berjalan

46
tindakan suction dengan lancar

Jum 1. Mengkaji sttus Respon: anak kooperatif


’at. mental pada anak D Hasil: an. D tampak gelisah
7/3/14 2. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif
sign Hasil: spo2: 97
RR 38 x/menit
Nadi 140 x/menit
Jum 1. Memonitor vitalRespon: anak kooperatif
’at. sign Hasil: An. D tampak sesak nafas
7/3/14 RR : 38x/menit
N : 140 x/menit
S : 38,2 C
SPO2 : 97
PO2 : 74.4
Respon: anak kooperatif
2. Mempertahankan
Hasil: ventilator sudah di berikan dengan settingan
pemberian Ventilator dengan Pressure Control
setting (Pressure Control)
Jum 1. Memonitor suhuRespon:anak kooperatif
’at. tubuh pada an. D Hasil: suhu 38,2o C
7/3/14 2. Mengompres anak
Repon: anak kooperatif
dengan menggunakan air Hasil: suhu 37.6o C
hangat Respon: anak kooperatif
3. Memberikan Hasil: injeksi cairan masuk
cairan injeksi melalui IV

Jum 1. Mengkaji Respon: ibu kooperatif


’at. pemahaman orang tua tentangHasil: ibu tampak cemas
7/3/14 keadaan an. D dan
perawatannya Respon: anak kooperatif
2. Mengobservasi Hasil: anak cemas, gelisah, takut
keadaan mental an. D Respon: keluarga kooperatif

47
3. Menganjurkan Hasil: ibu menemani an. D diruangan
kepada keluarga untuk selalu
menemani anak selama
diruangan

EVALUASI KEPERAWATAN HARI 1


NO Hari/tggl/ Evaluasi Ttd
DX Jam
Rabu, S :-
5/3/14 O : An. D tampak sesak nafas
13.00 Adanya sputum di jalan nafas
Bunyi nafas gurgling
A : masalah belum teratasi
P : lanjutlkan intervensi
Lakukan tindakan suction.
Auskultasi bunyi nafas.
Pantau Vital sign
Rabu
S :-
, O : An. D tampak sesak nafas
5/3/1 RR 37 x/mnt
4 Nadi 137x/mnt
13.00 Anak tampak cemas
A :masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Kaji status mental
Pertahankan pemberian ventilator ( Pressure Control)
Rabu
S :-
, O : anak tampak sesak nafas

48
5/3/1 SPO2 : 94.9
4 RR : 37 x/menit
13.00 N : 137x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji status mental
Monitor vital sign
Pertahankan ventilasi
Rabu
S:-
, O : Suhu 37,6o C,
5/3/1 Anak tampak lemas
4 Akral hangat
13.00 A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutrkan intervnsi
Kompres air hangat
Berikan cairan IV
Rabu
S:-
, O: anak tampak cemas, takut dan gelisah
5/3/1
A: masalah belum teratasi
4 P:Lanjutkan intervensi
13.00 Anjurkan keluarga menemani anak selama diruangan
Berikan dukungan emosional

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE 2


NO Hari/tggl/ Evaluasi Ttd
DX Jam
Kamis, S :-
6/3/14 O : An. D tampak sesak nafas
13.00 Adanya sputum di jalan nafas
Bunyi nafas gurgling
A : masalah belum teratasi
P : lanjutlkan intervensi
Lakukan tindakan suction.

49
Auskultasi bunyi nafas.

Kami
S :-
s, O : An. D tampak sesak nafas
6/3/1 RR 34 x/mnt
4 Nadi 132x/mnt
13.00 Anak tampak cemas
A :masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Kaji status mental
Pertahankan pemberian ventilator ( Pressure Control)
Kami
S :-
s, O : anak tampak sesak nafas
6/3/1 SPO2 : 95
4 RR : 34 x/menit
13.00 N : 132x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Monitor vital sign
Pertahankan ventilasi
Kami
S:-
s, O : Suhu 37,8o C,
6/3/1 Anak tampak lemas
4 Akral hangat
13.00 A : masalah belum teratasi
P : lanjutrkan intervensi
Kompres air hangat
Berikan cairan IV
Kami
S:-
s, O: anak tampak cemas, takut dan gelisah
6/3/1
A: masalah belum teratasi
4 P:Lanjutkan intervensi
13.00 Anjurkan keluarga menemani anak selama diruangan

50
Berikan dukungan emosional

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE 3


NO Hari/tggl/ Evaluasi Ttd
DX Jam
Jumat, S :-
7/3/14 O : An. D tampak sesak nafas
13.00 Adanya sputum di jalan nafas
Bunyi nafas gurgling
A : masalah belum teratasi
P : lanjutlkan intervensi
Berikan suction.
Auskultasi bunyi nafas.
Pantau Vital sign
Jumat S :-
7/3/14 O : An. D tampak sesak nafas
13.00 RR 38 x/mnt
Nadi 140x/mnt
Anak tampak cemas
A :masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
Kaji status mental
Pertahankan pemberian ventilator ( Pressure Control)
Jumat S :-
7/3/14 O : anak tampak sesak nafas
13.00 SPO2 : 97
RR : 38 x/menit
N : 140x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Kaji status mental
Monitor vital sign
Pertahankan ventilasi
Jumat S:-

51
7/3/14 O : Suhu 37,6o C,
13.00 Anak tampak lemas
Akral hangat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutrkan intervnsi
Kompres air hangat
Berikan cairan IV
Jumat S:-
7/3/14 O: anak tampak cemas, takut dan gelisah
13.00 A: masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
Anjurkan keluarga menemani anak selama diruangan
Berikan dukungan emosional

BAB IV

PENUTUP

52
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas
bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan,
oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka
kematian anak.

B. SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya
daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti
bakteri yang menyerang saluran pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

53
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih
memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena
penyakit yang di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah.
Pemberian ASI sangat di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk
imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko
terkena penayakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A,
pemberian ASI dan imunisasi. Untuk mencegah hal tsb, ibu ibu sebaiknya
memperhatikan gizi si anak,memberikan ASI pada bayinya, kelengkapan
imunisasi dan selalu waspada terhadap tanda bahaya jika si anak mengalami
infeksi saluran napas.

54
DAFTAR PUSTAKA

https://ml.scribd.com/doc/92936811/Makalah-Pneumonia
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712008/bab2.pdf

55

Anda mungkin juga menyukai