Anda di halaman 1dari 7

1.

Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan (unsur penyusun bumi yang
paling keras). Batuan terbagi menjadi tiga macam yakni : Batuan beku adalah batuan
yang terbentuk langsung dari magma baik di bawah permukaan maupun di atas
permukaan bumi. (Turner 1974). Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan
yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1995). Batuan Metamorf berasal dari
kata meta à lain dan morf à bentuk jadi batuan metamorf adalah batuan yang lepas atau
gembur dapat berubah menjadi batuan yang keras apabila tekanan bertambah atau
temperatur meningkat, maka akan terbentuk metamorf yang berarti batuan yang telah
berubah. (Katili, 1963).

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari tentang mineral. Mineral merupakan


komponen penyusun batuan. Mineral adalah sebagian besar zat hablur yang ada dalam
kerak bumi serta bersifat homogeny fisik maupun kimiawi. Setipa jenis mineral
menunjukkan sikap yang berbeda-beda terhadap gaya pelapukan dari luar karena terdapat
mineral yang mudah lapuk dan terdapat juga mineral yang sulit lapuk. Setiap mineral
memiliki kandungan Kristal dan unsur penyusun yang berbeda-beda. Mineral dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam yakni mineral organik yang merupakan semua
senyawa kimia yang ada secara alami kecuali senyawa organik dan mineral anorganik
yang umumnya beupa senyawa karbon kecuali karbobat dan karbida yang dimasukkan
kelompok mineral anorganik.

2. Bumi secara umum terdiri dari beberapa lapisan yaitu bagian paling atas disebut litosfer
atau crust, lapisan di bawahnya adalah astenosfer atau mantel dan yang paling bawah
adalah inti bumi.

a) Kerak Bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu
kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5–10
km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20–70 km. Penyusun kerak
samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua
yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak Bumi dan sebagian
mantel bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.
Temperatur kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya
temperatur kerak menyentuh angka 1.100 C. Kerak dan bagian mantel yang relatif
padat membentuk lapisan litosfer. Karena konveksi pada mantel bagian atas dan
astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur
meningkat 30 0C setiap km, namun gradien panas bumi akan semakin rendah pada
lapisan kerak yang lebih dalam.

b) Selubung bumi atau yang biasa disebut mantel bumi ini merupakan lapisan yang
menyelubungi inti bumi dan merupakan bagian terbesar dari bagian bumi sekitar 83.2
persen dari volume dan 67.8 persen dari keseluruhan masa bumi. Terdiri dari material
yang berfasa cair,sering pula selubung bumi disebut sebagai lapisan astenosfer. Pada
lapisan ini tempat terjadinya pergerakan-pergerakan lempeng-lempeng yang
disebabkan oleh gaya konveksi atau energi dari panas bumi. Pergerakan tersebut
sangat mempengaruhi bentuk muka bumi. ketebalann selubung ini berkisar 2.883 km.
Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc dekat dengan inti dan 3.3 gr/cc didekat kerak
bumi. Pada wilayah selubung bagian atas akan mulai terbentuk intrusi magma yang
diakibatkan oleh batuan yang menyusup dan meleleh.

c) Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dari dasar kerak bumi sampai ke
pusat bumi. Inti bumi dapat dipisahkan menjadi inti bumi bagian luar dan inti bumi
bagian dalam. Batas antara selubung bumi dan inti bumi ditandai dengan penurunan
kecepatan gelombang P secara drastis dan gelombang S yang tidak diteruskan.
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya berat jenis material penyusun inti bumi
dan perubahan sifat meterialnya dari yang bersifat padat menjadi bersifat cair.
Meningkatnya berat jenis disebabkan karena perubahan dari material silikat yang
menusun selubung bumi menjadi material campuran logam yang kaya akan besi (Fe)
di inti bumi. Perubahan sifat material menjadi cairan disebabkan karena turunnya titik
lebur material yang mengandung besi dibandingkan material yang kaya silikat. Itulah
sebabnya material yang menyusun inti bumi bagian luar berupa cairan yang kaya
logam Fe. Sebaliknya semakin bertambahnya tekanan ke bagian yang semakin dalam
akan mengakibatkankan naiknya titik lebur material logsm. Hal ini menyebabkan
material yang menyusun inti bumi bagian dalam merupakan material logam yang
bersifat padat. Komposisi material penyusun inti bumi diketahui dengan perkiraan
bahwa unsur besi merupakan unsur yang banyak dijumpai pada kerak batuan
penyusun kerak bumi. Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin
dalam letaknya, maka kadar besi juga akan semakin meningkat, sehingga pada
selubung bumi mempunyai kemungkinan mengadung kadar besi yang lebih besar
daripada kerak bumi.

3. Mineral terbentuk melalui proses alamiah di berbagai lingkungan di bumi yang


meungkinkan atom-atom yang bersesuaian saling terikat satu sama lainya. Adapun
proses-proses pembentukan mineral sebagai berikut:

a) Penguapan dari larutan: Penguapan adalah proses perubahan cairan menjadi padatan
ketika suhu bertambah. Adapun jenis larutan yang dapat menguap dan membentuk
mineral antara lain: air permukaan, air tanah, dan larutan hidrotermal.

b) Penyubliman gas: Sublimasi adalah perubahan dari gas menjadi padatan ketika suhu
berkurang. Proses ini terjadi ketika gas-gas volkanik keluar ke permukaan bumi atau
gas-gas dari larutan terpisah dibawah permukaan bumi.

c) Kristalisasi: Kristalisasi adalah perubahan bentuk dari cairan menjadi padatan saat
temperatur menurun. Kristalisasi terjadi pada aliran lava di permukaan yang
membentuk mineral vulkanik atau pada magma di bawah permukaan yang
membentuk mineral plutonik.

d) Pertumbuhan Fasa Padat: Merupakan tumbuhnya kristal-kristal mineral baru sebagai


penggati mineral yangtelah ada sebelumnya. Proses ini umumnya terjadi saat proses
metamorfisme.

e) Reaksi Padat-Cair atau Padat-Gas: Terjadi ketika suatu mineral kontak dengan suatu
cairan atau gas, maka atom-atom mineral tersebut akan bereaksi dengan atom
pembentuk cairan atau gas tersebut kemudian membentuk ikatan dan menghasilkan
suatu mineral baru. Proses ini umumnya terjadi pada berbagai proses pembentukan
mineral, proses pelapukan, pembentukan urat, serta proses metamorfisme.
4. Proses terbentuknya batuan beku. Batuan beku ini terbentuk oleh magma yang ada di
dalam perut bumi. Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras
atau mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun
oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak
bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi. Selanjutnya
untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung pada jenis
batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan beku dan proses
pembentukannya antara lain:

a) Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi
di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri
dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan granit, batuan
peridotim, dan juga batuan gabro.

b) Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar
lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat sehingga
di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan
jenis ini antara lain batu granit porfir.

c) Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah
ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak
hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan
ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung kristal (armorf).

5. Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terjadi karena proses pengendapan materi
hasil erosi atau pelarutan. Dengan kata lain, batuan sedimen merupakan batuan yang
berasal dari batuan yang sudah pernah ada sebelumnya. Entah itu batuan beku, batuan
metamorf yang mengalami pelapukan, terkikis maupun tersangkut, yang kemudian
diendapkan di tempat lain. Sedemikian sehingga mengalami proses bernama
sementasi dan litifikasi menjadi sebuah batuan sedimen yang keras. Proses
terbentuknya batuan sedimen melibatkan 3 proses pengerasan atau pembatuan, antara
lain:
a) Pemampatan (Compaction): Proses pertama ialah pemampatan (compaction). Proses
pemampatan menyebabkan butiran sedimen akan tertekan semasa tertimbus. Susunan
butiran akan tersusun semula dengan lebih padat. Apabila terdapat banyak partikel yang
lembut, seperti syal, maka sedimen akan lebih mudah mengalami pemampatan.
Akibatnya, lapisan akan menjadi lebih tipis, porositi berkurang, terutama dalam sedimen
lumpur. Pengurangan porositi biasanya akan menyebabkan kehilangan air hingga
mencapai 60-80%. Air kemudian akan mengalir menuju kawasan yang berketelapan
tinggi, seperti pasir. Inilah yang kemudian akan memainkan peranan penting dalam
pelarutan dan pengendapan kimia dalam pasir. Barulah setelah tersusun semula,
pemampatan yang terterusan akan menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lainnya.
Sedemikian sehingga tempat sentuhan tersebut mengalami tekanan yang tinggi dan
perubahan fisikal pun berlaku, seperti proses larutan tekanan atau pressure solution.
Kemudian silika yang terlarut akan masuk ke dalam rongga antara butiran dan mulai
membentuk simen.

b) Penyimenan (Cementation): Proses kedua ialah penyimenan (cementation). Penyimenan


adalah proses di mana mineral baru yang berasal dari cairan rongga akan terbentuk atau
terendap di permukaan butirannya. Adapun jenis simen yang biasanya terbentuk dan
utama ialah kuarza dan kalsit. Kemudian simen akan mengikat butiran yang
menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan ini biasanya berlaku pada tingkat
pertengahan diagenesis. Karena jika berlaku pada tingkat awal, maka akan mengurangkan
kesan pemampatannya. Yang mana, simen yang keras akan dapat menahan tekanan.
Adapun simen kuarza berasal dari air liang yang tepu dengan silika, yaitu hasil dari
larutan organisme bersilika, larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia mineral liat, dan
lain sebagainya. Sedangkan simen klasit dapat terbentuk semasa sedimen terendap, yaitu
berada di kawasan sekitar karbonat.

c) Penghabluran Semula (Recrystallization): Proses ketiga ialah penghabluran semula


(recrystallization). Penghabluran ulang merupakan proses perubahan ukuran atau bentuk
dari batuan sedimen tanpa disertai dengan perubahan kimia atau mineralnya. Ukuran
biasanya akan mengalami penambahan (bertambah besar), meskipun ada juga yang
ukurannya justru mengecil. Penghabluran semula ini termasuk penting apalagi dalam
kasus batu kapur, di mana ukuran kalsit menjadi bertambah besar, tekstur, dan
strukturnya yang mungkin lenyap.

Batuan sedimen teritis, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di darat. Contohnya ialah batu pasir dan tanah loss.

Batuan sedimen marinne, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di laut. Contohnya ialah batu karang dan batu garam.

6. Proses pembentukan yang terjadi dalam batuan malihan disebabkan oleh beberapa
faktor. Seperti aktivitas kimia, perubahan tekanan, dan temperatur induknya.
Penjelasan tentang faktor yang berpengearuh saat proses pembentukan batuan
metamorf atau malihan yaitu:

a) Perubahan Tekanan: Tekanan atau pressure merupakan faktor yang berfungsi


untuk mengontrol proses pada pembentukan batuan metamorf atau batuan
malihan. Semakin tinggi perubahan tekanan bisa menyebabkan reklistalisasi atau
pengkristalan ulang pada suatu mineral didalam kandungan batuan induk
sebelumnya.

b) Aktivitas Kimia: Aktivitas Kimia juga berpengaruh didalam pembentukan batuan


metamorf. Yaitu mereklistalisasi atau mengubah batuan induk sebelumnya yang
tidak melewati suatu fase cair.

c) Perubahan temperatur bisa disebabkan oleh perubahan gradient geothermal atau


yintrusi magma. Selain itu gesekan antar massa pada batuan berlangsung supaya
tidak melalui fase cair terlebih dahulu. Oleh karena itu proses metamorfosis
berjalan dengan lancar dan menghasilkan suatu batuan yang sempurna.
Temperatur atau suhu berfungsi sebagai pengontrol saat proses pembentukan
suatu batuan yang berlangsung supaya tidak memasuki fase cair terlebih dahulu.
Contoh dari batu metamorf kontak yaitu batu marmer yang terbentuk dari bantu kapur
atau gamping. Batuan metamorf thermal pneumatolik merupakan suatu batuan yang
terbentuk karena terdapat zat-zat tertentu. Memasuki batuan yang sangat padat saat itu
sedang mengalami sebuah proses metamorfodis batuan. Contoh Batuan Metamorf
Thermal-Pneumatolikyaitu Batu permata, batu topaz, dan batu zamrud.

Anda mungkin juga menyukai