Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BIOLOGI KIMIA
“PEMBAHASAN TANIN”
Dosen Pengampu :
Oleh :
Nia Khairiani (4193520010)
Winda Sari Sinambela (4193220005)
Junri I.T Nanggolan (4193220017)
Indah Chairina (4193520011)
2020
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol
yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan
protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.
Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan; berbagai senyawa ini
berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta
dalam pengaturan pertumbuhan[1]. Tanin yang terkandung dalam buah muda menimbulkan rasa
kelat (sepat)[2]; perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa tanin bersama berjalannya
waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah.
Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi
(condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysabletannins) (Harbone, 1996). Tanin
memiliki peranan biologis yang kompleks.Hal ini dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks
mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam.Maka dari itu efek yang disebabkan tanin
tidak dapat diprediksi.Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis.Maka dari itu
semua penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin mulai dilirik para peneliti (Sudjadi, 1986).
• Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
• Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak
dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
◊ Sifat kimia Tanin (Harbone, 1996):
• Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan
sehingga sukar mengkristal.
• Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
• Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat.
• Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman,
misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang.
• Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
• Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada gastrointestinal dan
pada kulit.
• Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan cara
mengendapkan protein.
• Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak
larut.
◊ Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa polifenol yang artinya senyawa yang memiliki bagian
berupa fenolik.Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang
terkondensasi. Klasifikasi tanin yaitu :
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan oksigen, maka
dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida.Salah satu
contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat
dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin
terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat
molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxydiphenic (HHDP).Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan
dalam air.Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin
yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat (Harbone, 1996).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi meghasilkan asam
klorida.Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol.
Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan
formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk
produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu.Tanin terkondensasi telah
banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan
melalui C8dengan C4.Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin (Harbone, 1996).
– Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
• Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara
kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian
oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan
satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8.Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan
flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti
bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
• Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida
galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil
atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam
heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa.Bila dihidrolisis elagitanin ini
menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau
asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins
adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam daun dan
kulit berbagai jenis tumbuhan.
Teh mengandung tanin yang bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau menciutkan dinding
usus yang rusak karena asam atau bakteri.Oleh karena itu zaman dahulu sebelum ada oralit, bayi
mencret diberi teh kental sebagai usaha mengatasi hal itu. Senyawa kimia dalam daun the secara
umum dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu ; 1). Substansi fenol yang terdiri dari
flavonol dan flavonol ; 2). Subsatansi bukan fenol diantaranya karbohidrat, pektin, alkoloid,
protein, lemak, asam amino, klorofil, asam organik, vitamin dan mineral; 3).Substansi aromatik
dan 4). Enzim (Persi, 2012).
Polifenol teh atau yang disebut dengan tanin merupakan zat yang unik karena berbeda dengan
tanin yang berada dalam tanaman lain. Tanin dalam teh tidak bersifat menyamak dan tidak
berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan.Tanin dalam teh termasuk tanin terkondensasi
yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin tunggal yang membntuk senyawa dimet
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Pada daun the segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin,
yang sebagian besar dari golongan katekin dan daun teh juga dilengkapi enzim polfenol oksidase
yang siap bekerja merubah tanin menjadi senyawa turunan tanin yaitu, theaflavin dan
thearubigin. Pada proses ini daun teh berubah menjadi coklat muda lalu coklat tua (Persi, 2012).
Gangsalan; delima; dalima merupakan tumbuhan yang tumbuh liar dihutan, dan dapat pula
ditanam orang dihalaman sebagai tanaman hiasan atau buah-buahan.Daunnya berbentuk taji,
batangnya bulat panjang seperti pipa.Dalam kulit buah delima mengandung zat samak dan zat
lendir. Abunya mengandung boorzuur (acidum boricum), sedang kulit akarnya mengandung
berbagai macam alkaloida yang berkhasiat mengobati radang gusi (bunganya), disentri
(buahnya), mencret, masalah kewanitaan, seperti keputihan dan gejala-gejalanya, serta
menghilangkan bau yang kurang sedap (Persi, 2012).
Kandungan Kimia
Kulit buah (shi liu pi) mengadung alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic
acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit akar dan kulit
kayu mengandung sekitar 20 % elligatanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid
pelletierine (C8H14NO), pseudopelletierine (C9H15NO), metilpelletierine (C8H14NO.CH3),
isopelletierine (C8H15NO), dan metillisopellettierine (C9H17NO). Daun mengandung alkaloid,
tannin, kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase.Jus buah mengandung asam sitrat, asam
malat, glukosa, fruktosa, maltose, vitamin (A, C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium,
natrium, dan kalium), dan tannin.Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan
kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi.Kulit buah dan kulit kayu juga
astringen kuat sehingga digunakan untuk pengobatan diare (Persi, 2012).
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah kulit kayu, kulit akar, kulit buah, daun, biji,
dan bunganya.Kulit akar dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Kulit buah dapat
digunakan segar atau setelah dikeringkan (Persi, 2012).