Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER INTERNASIONAL

KEBIJAKAN FISKAL

OLEH :
Ni Ketut Daena Nila Sucipta (1707512040)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
REGULER DENPASAR
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja
negara yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal bukan
semata-mata kebijakan dalam bidang perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana
mengelola pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan fiskal memiliki tujuan yang persis dengan kebijakan moneter. Perbedaan tersebut
terletak pada instrument kebijakan yang diterapkannya, yaitu dalam kebijakan moneter
pemerintah mengendalikan jumlah uang yang beredar, sedangkan dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah,
karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu yang menyangkut semua kebijakan
yang bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Kebijakan ekonomi sangat
beragam dan bermacam-macam pula kebijakannya. Oleh sebab itu, pemerintah wajib
menganut salah satu kebijakan ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan
pemerintah. Apapun sistem ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi
yang terbaik bagi perekonomian rakyat, meskipun nantinya dalam perjalanannya memiliki
berbagai kelemahan.
Kebijakan ekonomi pasti memiliki fenomena yang berdampak positif dan negatif,
salah satu dampak negatif yang sering terjadi adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena
yang timbul akibat banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, besarnya
tarikan permintaan dari konsumen, dan adanya inflasi tularan dari luar negeri. Akbiatnya
akan mempengaruhi perekonomian didalam negeri dan semakin bertambahnya
pengangguran. Selain dampak negatif kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya,
yaitu memudahkan pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran pembelajaan
negara. Sehingga, dengan kebijakan ini maka hasil yang didapatkan digunakan untuk
keperluan didalam negeri dan keperluan rakyat.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
2. Apa tujuan kebijakan fiskal?
3. Apa saja fungsi kebijakan fiskal?
4. Apa peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian?
5. Bagaimana pengaruh resiko kebijakan fiskal?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal yang sering juga disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy”, biasa
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja
negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Oleh karena itu,
anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan berupa hasil pengutan pajak dan pengeluaran
yang dapat berupa “goverment expenditure” dan “goverment transfer”, maka sering pula
dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan
pembesar atau memperkecil jumlah pungutan pajak. Memperbesar atau memperkecil
“goverment expenditure” dan atau memperkecil “goverment transfer” yang bertujauan untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain, kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
negara.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemeritah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pegeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

2.2 Tujuan Kebijakan Fiskal


Tujuan kebijakn fiskal adalah untuk mempengaruhi jalan nya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah
transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan
harga, implementasinya untuk menggerakan pos penerimaan dan pengeluaran dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur
ekonomi perdangangan dan keuangan. Maka semakin rumit pula penanggulangan inflasi.

4
Kombinasi beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
perdagangan harga.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalangkan pembangunan ekonomi
bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:
1)      Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta
dan negara. Selain itu, juga mendorong dan menghambat bentuk investasi berencana disektor
publik, namun pada kenyataannya dibeberapa negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu
masalah yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi
investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat negara tersebut. Oleh karena itu,
kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan
inkremental yang dapat digunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan
menghambat laju investasi.

2)      Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.


Kebijakan fiskal untuk tujuan ini, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana
yang besar dan cepat yang menjadi tanggungan negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukan modal. Nantinya investasi optimal secara sosial bermanfaat dalam
pembentukan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya
produksi.

3)      Untuk meningkatkan kesempatan kerja.


Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskla berperan dalam hal pengelolaan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-
lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan.
Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah
penduduk.

4)      Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional


Kebijakan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi
menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurango dampak
internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.
Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikan harga pasar.

5
sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu
untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.

5)      Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional


Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri
dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan
yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti
pelancaran program pembangunan regional yan berimbang pada berbagai sektor
perekonomian.

2.3 Fungsi Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keungan negara yaitu yang
terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN yang merujuk pada
pasal 3 ayat (4) UU No. 17/2003 tentang keuangan negara, kebijakan fiskal terkait anggaran
(APBN) mempunyai fungsi, antara lain:
 Fungsi otoritas
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada
tahun yang bersangkutan.
 Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
 Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
 Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efesiensi dan efekivitas perekonomian
 Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
 Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

6
2.4 Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian
Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan
lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar ataupun memperkecil pengeluaran
pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx), dan jumlah transfer oleh pemerintah (Tr) peranan
kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat inflasi
Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal berupa tindakan memperkecil pengeluaran
pemerintah. Hal tersebut, dapat dilakukan jika pemerintah membatalkan atau menunda
proyek-proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Maka, jumlah uang yang beredar akan
menurun. Meningkatkan perolehan pajak merupakan cara yang dapat ditempuh oleh
pemerintah. Melalui upaya menumbuhkan kesadaran pajak masyarakat serta pengenaan tarif
pajak yang tinggi untuk beberapa komponen pajak yang dianggap perlu.

2. Meningkatkan produk domestik bruto


Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah
(G). Hal tersebut, dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek
pembangunan yang didanai oleh APBN. Dengan adanya proyek tersebut, maka akan terjadi
permintaan barang dan jasa. Sehingga, akan mendorong adanya produksi oleh masyarakat.
Kebijakan fiskal lainnya yang dapat meningkatkan produk domestik bruto adalah
peningkatan transfer pemerintah (Tr). Transfer pemerintah (Tr) dapat berupa bantuan
bencana alam, beasiswa pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi dapat
meningkatkan daya beli masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan permintaan barang
maupun jasa, yang akhirnya mendorong kegiatan produksi oleh pengusaha.

3. Mengurangi tingkat pengangguran


Mengurangi tingkat pengangguran, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal, yaitu
memperbesar pengeluaran pemerintah (G) dan memperbesar transfer pemerintah (Tr) berupa
subsidi kepada pengusaha, pengurangan pajak terhadap pengusaha dan sebagainya.
Pengeluran pemerintah untuk mendanai proyek-proyek pembangunan membutuhkan jasa
tenaga kerja, dengan demikian pengangguran dapat dikurangi.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat


Pengeluaran pemerintah (G), misalnya proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, pembelian barang berupa peralatan kantor, rumah sakit, militer memberikan

7
pendapatan kepada masyarakat karena semuanya itu melibatkan tenaga kerja serta
memberikan keuntungan kepada pengusaha. Penyedia bahan bangunan mendapatkan
kentungan saat dilaksanakan proyek pembangunan. Pedagang peralatan kantor, peralatan
rumah sakit, militer mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian barang.

2.5 Pengaruh resiko kebijakan fiskal


Resiko fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan
oleh sesuatu diluar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal dangat perlu untuk empat
tujuan strategis, yaitu:
1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal.
2. Meningkatkan keterbukaan fiskal.
3. Meningkatkan tanggung jawab fiscal
4. Menciptakan kesinambungan fiscal

Resiko fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama, yaitu:


1. Resiko ekonomi makro
Penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar
penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak.
Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN terutama berasal dari
dua resiko utama, yakni:
a. Inflasi
Pemerintah memperoyeksikan angka inflasi tahun 2014 sebesar 5,3 % lebih
rendah dari tingkat inflasi pada tahun 2013, yang mencapai angka yang cukup
tinggi yaitu sebesar 8,3 %. Sementara pada tahun 2015, BI (bank Indonesia) sudah
menetapkan besaran inflasi sekitar 4,4 % atau berada pada kisaran rentang sasaran
inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,0 ± 1,0 %.
b. Harga Minyak
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 105 per barel s/d
US$ 95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak
dipasaran dunia.

8
2. Resiko utang dinamika ekonomi makro.
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh
dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukkan beban utang yang
tidak terkendali pada masa yang akan mendatang. Pada dasarnya resiko utang terdiri
dari empat, antara lain:
a. Resiko pasar
Terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas yang
timbul sebagai akibat dari ketikpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis.
Resiko nilai tukar terutama berasal dari utang memlaui penjaman luar negeri,
sedangkan resiko tingkat bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis
LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
b. Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang,
proses bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan oleh aspek ilegal.
Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian manusia untuk
kegagalan sistem yang berdampak pada penurunan sorvereign credit rating.
c. Resiko reputasi
Resiko reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang dari
sudit pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
kepastian dan konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.

3. Kewajiban kontijensi pemerintah pusat


Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya suatu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah.
Kewajiban kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari
pemberian dukungan dan/atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,
kewajiban yang timbul akibat program pensiun dan tabungan hari tua pegawai negeri.
4. Desentralisasi fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik Kesatuan Indonesia. Dalam

9
hal pelaksanaannya, penerapan kebijakan ini selain menghasilkan hal-hal positif
sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi menimbulkan resiko fiskal.
Resiko fiskal dari desntralisasi fiskal diantaranya bersumber dari kebijakan daerah,
tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar negari
dari rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan : penstabil
otomatik dan kebijakan fiskal diskresioner. Jika dilihat dari perbandingan jumlah
penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu : Kebijakan Anggaran Seimbang, Kebijakan Anggaran Defisit,
Kebijakan Anggaran Surplus, Kebijakan Anggaran Dinamis.
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan
pengeluaran dalam anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam
dua tahap yang berurutan, yaitu : bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan
menjadi suatu APBN dan bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 Ekonomi Makro edisi 4”BPFE-
Yogyakarta.1982.

Prathama rahardja dan Mandala manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro dan Suatu
Pengantar edisi 3. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soediyono Reksoprayitno. 2000. Pengantar Ekonomi Makro edisi 6. BPFE:Yogyakarta

Surjaningsih, Ndari, G. A Diah Utari, et al. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap
Output dan Inflasi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

12

Anda mungkin juga menyukai