Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FORMULASI SEDIAAN STERIL
SEMESTER VI - 2019
Kelompok : 2
Anggota : Cindy Monica Ambarita (A 161 083)
Nurul Hadilah (A 161 104)
R. Adhea Amelda Arafah (A 161 107)

AMINOPHYLLINE INJECTION

BAB I
DEKSRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN

1.1 Zat Aktif Aminophylline

Gambar 1.1 Struktur Aminophylline


Rumus Molekul : C16H24N10O4
Berat Molekul : 420,43
Pemerian : Putih atau serbuk; putih agak kkuningan; bau
amoniak lemah, rasa pahit. Jika dibiarkan diudara
terbuka, perlahan-lahan kehilangan etilendiamin dan
menyerap karbondioksida dengan melepaskan
teofilin. Larutan bersifat basa terhadap kertas lakmus.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larutan 1 g
dalam 25 ml air menghasilkan larutan jernih; larutan 1
g dalam 5 ml air menghablur jika didiamkan dan larut
kembali jika ditambah sedikit etilendiamin.

1
pH larutan : 8,6 – 9,0
pH stabilitas sediaan : 8,6 – 9,0
Stabilitas : Menyerap karbondioksida dengan melepaskan
theofilin.
Titik lebur : 169° - 170,5oC

Inkompatibilitas : Asam, klorpromazin HCl, clyndamycin phospat,


(OTT) corcotrophin, dimenhidrinat, eritromicin gluceptate,
hidralazin HCl, prokain HCl, prametazin HCl,
vancomisin HCl.
Khasiat : Antiasma, diuretikum, bronkodilator.
Penyimpanan : Pada wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya.
(Farmakope Indonesia edisi IV, hal111)

1.2 Zat Tambahan


1.2.1 NaOH
Sinonim : Sodium Hydrate
Rumus molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Kristal putih atau hampir putih, cepat menyerap
karbon dioksida dan air.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan metanol, larut dalam glycerin,
praktis tidak larut dalam eter.
pH : 13, untuk larutan 0,5% w/w
Fungsi : Bahan pembasa atau pengadjust pH.
OTT : NaOH inkompatibel dengan senyawa yang
mudah terhidrolisis atau teroksidasi.
Stabilitas : NaOH bersifat higroskopis.
( Rowe, Edisi 6, halaman 648)
1.2.2 Benzalkonium Chlorida
Sinonim : Alkylbenzyldimethylammonium chloride
Rumus molekul : (C6H5CH2N(CH3)2)CI
Berat Molekul : 360
Pemerian : Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih
atau kekuningan. Biasanya berbau aromtik

2
lemah. Larutan dalam air berasa pahit, jika
dikocok sangat berbusa dan biasanya sedikit
alkali.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol,
bentuk anhidrat mudah larut dalam benzene
dan agak sukar larut dalam eter.
pH : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Fungsi : Pengawet, antimikroba
OTT : Aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas,
fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin,
nitrat.
Stabilitas : Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi
oleh cahaya, udara dan bahan logam.
Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang
temperatur yang lebar. Larutannya dapat
disimpan pada periode waktu yang lama dalam
suhu kamar.
( Rowe, Edisi V, hal.27)
1.2.3 NaCl (Natrium klorida)
Sinonim : Sodium chloride
Rumus molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk
kristal putih, tiap 1 g setara dengan 17,1 mmol
NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian
gliserol.
pH : 6,7-7,3
Fungsi : Pengisotonis
OTT : Larutan natrium klorida bersifat korosif dengan
besi, membentuk endapan bila beraksi dengan
perak, garam merkuri, agen oksidasi kuat
pembebas klorine dari larutan asam sodium
klorida.

3
Stabilitas : Larutan sodium klorida stabil tetapi dapat
menyebabkan perpecahan partikel kaca dari
tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat
disterilkan dengan cara autoklap atau filtrasi.
Dalam bentuk padatan stabil dan harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan
tempat kering.
(Farmakope Indonesia edisi.IV, hal.584, Martindale,
hal.635).
1.2.4 Aqua Pro Injectionum (API)

Sinonim : Water for injection


Rumus molekul : H2O
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berasa, tidak berbau dan
tidak berwarna.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan
elektrolit.
pH : 7
Fungsi : Pembawa
OTT : Dalam sediaan farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat dan zat tambahan lainnya yang
mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan
adanya air atau kelembaban).
Stabilitas : Air stabil dalam setiap keadaan (padat, cairan,
uap panas).
(Farmakope Indonesia edisi III, hal.97)

BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

2.1 Bentuk sediaan aktif


Bentuk zat aktif adalah aminofilin yang merupakan campuran dari theofilin
dan etilendiamin (bentuk garam dari teofilin) karena aminofilin lebih mudah larut
dalam air dibandingkan theofilin.

4
Larutan injeksi dalam vial 10 ml karena theofilin penggunaan peroral
merangsang sekresi asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.

2.2 Mekanisme kerja


Melemaskan otot polos bronkus dan pembuluh darah paru dengan cara
menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga mencegah pemecahan cAMP
dan cGMP masing-masing menjadi 5’-AMP dan 5’-GMP; merangsang pernafasan
pusat; meningkatkan diafragma kontraktilitas.

2.3 Farmakokinetika
2.3.1 Absorpsi
Cepat dan benar-benar diserap dalam larutan atau segera-release. C
max adalah 10 mcg / mL (5 sampai 15 mcg / mL). T max adalah 1 sampai 2
jam. Makanan dan antasida tidak menyebabkan perubahan klinis penting;
kisaran terapeutik adalah 10 sampai 20 mcg / mL.
2.3.2 Distribusi
40% protein terikat (terutama albumin). teofilin terikat
mendistribusikan seluruh cairan tubuh, tapi mendistribusikan buruk menjadi
lemak tubuh. Vd adalah 0,45 L / kg (0,3-0,7 L / kg) berdasarkan berat badan
ideal. Bebas melewati melalui plasenta ke dalam ASI dan ke CSF.
2.3.3 Metabolisme
Tidak mengalami apapun terukur pertama-pass eliminasi. Sekitar
90% dari dosis dimetabolisme di hati pada orang dewasa dan anak-anak
dari 1 tahun usia. Kafein dan 3-methylxanthine adalah satu-satunya
metabolit teofilin dengan aktivitas farmakologi
2.3.4 Eksresi
Kurang dari 15% aminofilin yang diberikan ditemukan kembali
kedalam urine dalam bentuk tidak berubah. Rata-rata waktu paruhnya sekitar
3,5 jam pada anak kecil, sedangkan pada orang dewasa umumnya 8 atau 9
jam.

2.4 Indikasi dan Dosis

5
2.4.1 Indikasi
Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
2.4.2 Dosis
A. Dewasa
Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi
dengan teofilin, injeksi IV pelan : 250-500 mg (5 mg/kg) yang
diinjeksikan selama 20 menit dengan monitoring ketat, yang
dilanjutkan dengan IV infuse 500 mcg/kg/jam.
B. Anak
Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi
dengan aminofilin, injeksi IV pelan 5 mg/kg yang diinjeksikan
selama 20 menit dengan monitoring ketat, yang dilanjutkan
dengan IV infuse :
Anak usia 6 bulan – 9 tahun : 1 mg/kg/jam
Anak usia 10 – 16 tahun : 800 mcg/kg/jam

2.5 Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap teofilin dan etilendiamin.

2.6 Aturan Pakai


Sediaan digunakan dengan cara intravena.

2.7 Efek Samping


Efek samping yang sering terjadi adalah diare, mual dan muntah, neurologi,
pusing, sakit kepala, insomnia dan tremor, renal, dieresis.
2.8 Toksisitas
Intoksifikasi fatal pada pemberian intravena cepat dengan dosis terapeutik
(500 mg) kadang-kadang menyebabkan kematian mendadak yang mungkin
disebabkan oleh aritmia jantung.

2.9 Interaksi obat

6
Interaksi dengan obat yang meningkatkan kadar aminofilin, seperti
Propanolol, Cimetidine, kontrasepsi oral, beta blocker, efedrin, interferon,
amiodarone, allopurinol, eritromycin, troleandomycin, ciprofloxacin, calcium
channel blocker, kortikosteroid, disulfiran, vaksin influenza, makrolida,
mexiletine, thiabendazole, dan sebagainya
Interaksi dengan obat yang menurunkan kadar aminofilin, seperti phenytoin,
Phenobarbital, ketoconazole, isoniazid, barbiturate, ritonavir, isoproterenol, dan
sebagainya.
Dan hindari konsumsi caffeine yang berlebihan, hindari diet protein dan
karbohidrat yang berlebihan.
(Sumber : ISO Farmakoterapi, 2008; Dasar Farmakologi Terapi,2012)

BAB III
FORMULA
3.1 Formula
3.1.1 Formulasi
Aminofilin 25mg/ml
Obat suntik dalam vial 10 ml No I

7
3.1.2 Formula Lengkap
Aminofilin 25 mg/ml
Carbon Adsorben 1%
Benzalkonium Chlorida 0,01%
NaOH q.s
Aqua pro injeksi ad 1 ml
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products
Volume 6)

3.2 Alasan Pemilihan Formula


Aminofilin ini dibuat dalam bentuk injeksi bertujuan untuk meningkatkan
bioavailabilitasnya sebagai antiasma sehingga berefek cepat jika digunakan secara
parenteral dan tepat jika digunakan pada kasus serangan asma akut aktif yang
nantinya aminofilin ini akan memberikan efek melebarkan saluran atau
bronkodilator.

3.3 Alasan Pemilihan Zat Tambahan pada Formula


Tujuan penambahannya NaCl adalah sebagai senyawa pengisotonis yang
dilarutkan dalam aqua pro injection. Kemudian digunakannya Benzalkonium
Chlorida sebagai pengawet karena untuk menghilangkan terjadinya pertumbuhan
mikroba pada sediaan multiple dose selain dilakukannya secara aseptis tetapi tetap
dibutuhkannya pengawet karena digunakan lebih dari sekali.

3.4 Perhitungan Tonisitas


3.3.1 Hasil Perhitungan

Zat ΔTb1% Konsentrasi C x ΔTb1% (a)


zat % (C)
Aminofilin 0,17 2,5 0,425
Benzalkonium 0,091 0,01 0,00091

8
Chlorida

a = ∆Tb x C
0,17 x 2,5 = 0,425
0,091 x 0,01 = 0,00091
a = 0,425 + 0,00091
= 0,42591
W =
=

= 0,1633 g/mL

Tonisitas yang sebenarnya :


0,9 – W = 0,9 – (0,1633)
= 0,7367 g/100ml (Hipotonis)
Larutan agar isotonis ditambahkan NaCl sebanyak :
0,9 – 0,7363 = 0,1633 g/100mL
= 1,633 mg/1mL

3.5 Penimbangan
3.3.1 Perhitungan
Vial = n. C + 6 mL
= 1 x 10,5 + 6 mL
= 10,5 + 6 mL
= 16,5 mL ~ 17 mL
3.3.2 Penimbangan bahan
Tabel 1. Penimbangan Bahan
Bahan Satuan Dasar Volume Produksi
1 ml 1 vial/17 ml
Aminofilin 25 mg 425 mg
Carbon Adsorbens 10 mg 170 mg

9
NaCl 1, 63 mg 27,7 mg
Benzalkonium Cl 0,1 mg 1,7 mg

3.6 Pembuatan
Aminofilin dilarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi. Aqua pro injeksi
yang akan digunakan didihkan terlebih dahulu bersama carbon adsorben selama
15 menit, disaring. Kemudian NaCl dilarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi.
Setelah itu, campurkan kedua larutan diatas, kocok ad homogen. Lalu,
benzalkonium Cl ditambahkan dalam campuran, kocok ad homogeny. Aqua pro
injeksi ditambahkan sampai kurang lebih 15 ml. Setelah itu, larutan dicek pHnya.
Bila pH belum mencapai pH stabilitas ditambahkan NaOH secukupnya untuk
menambahkan pH sampai rentang 8,6-9. Kemudian, Larutan ditambahkan aqua
pro injeksi sampai 17 mL. Larutan disaring dengan kertas saring dan filtrat
pertama dibuang. Setelah itu larutan diisikan kedalam vial sebanyak 10 ml ,
pengisisan ampul dilakukan di dalam laminar air flow (LAF).
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile
Products Volume 6)

3.7 Evaluasi Sediaan


Tabel 2. Jenis Evaluasi Sediaan
JENIS EVALUASI HASIL EVALUASI

1. EVALUASI FISIKA
a) Penetapan pH (FI IV,1039- 8,5-9
1040)
b) Bahan partikulat dalam injeksi Tidak ada
(FI IV,981-984)

10
c) Penetapan volume injeksi 10 ml
dalam wadah (FI IV,1044)
d) Uji keseragaman sediaan (FI Seragam
IV,990-1001) Jernih
e) Uji kejernihan (FI IV,998)
f) Uji kebocoran Tidak bocor
2. EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas
Antimikroba (FI IV, 858-855) Tidak dilakukan
b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863)
c) Uji Endotoksin Bakteri (FI Tidak dilakukan
IV,905-907)
Tidak dilakukan
d) Uji pirogen (FI IV,908-909)
e) Uji kandungan zat antimikroba Tidak dilakukan
(FI IV,939-942)
f) Uji potensi antibiotik (FI Tidak dilakukan
IV,891-899)
Tidak dilakukan

3.7.1 Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV, hal.1039-1040)


Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator
universal. Dengan pH meter: Sebelum digunakan, periksa elektroda dan
jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter: Bilas elektroda
dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji.
Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan
pengenceran larutan uji.
3.7.2 Uji kejernihan (Lachman, hal.1355)
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan
berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan
suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat
dilihat dengan mata.
3.7.3 Uji keseragaman volume (Farmakope Indonesia, hal.1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
3.7.4 Uji kebocoran (Lachman edisi III, hal.1354)
Letakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1% ) dalam
ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat

11
warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul
dicuci untuk membersihkan zat warnanya. Catatan: Tidak dilakukan untuk
vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku.

Tabel 3. Jenis Evaluasi Lain


No Jenis Evaluasi Penilaian

1 Penampilan fisik wadah Baik


2 Jumlah sediaan 1 Vial
3 Kejernihan Baik-Jernih
4 Brosur -
5 Kemasan -
6 Kebocoran ampul Tidak ada yang bocor
7 Etiket -
8 Keseragaman volume Volume seragam

3.8 Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30°C, terlindung dari cahaya

BAB IV
KEMASAN, BROSUR, DAN LABEL

4.1 Kemasan

12
4.2 Brosur

13
4.3 Etiket

4.4 Label

4.5 Kemasan

14
a. Kemasan Primer : Vial
b. Kemasan Sekunder : Label, brosur, kemasan (dus)
4.6 Logo
Logo yang digunakan pada sediaan formulasi ini yaitu logo tanda bulatan
dengan lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K ditengahnya, itu
melambangkan bahwa Natrium Thiosulfas merupakan obat dengan golongan obat
keras.
Logo : Keras
4.7 Penjelasan yang terdapat pada Kemasan dan Brosur Produk
1. Nama Dagang
Amin
2. Nama Generik
Aminofilin
3. Nama Industri Farmasi
PT. CNA FARMA
4. Bentuk sediaan
Injeksi
5. Komposisi
Aminofilin 25mg/mL
6. Indikasi
Untuk meringankan penyakit asthma bronchial.
7. Efek samping
Diare, mual dan muntah serta neurologi, pusing, sakit sepala, insomnia,
tremor, renal, dieresis.
8. Penyimpanan
Disimpan ditempat sejuk dan kering pada suhu 15-25 0 C dan terlindung
dari cahaya matahari.
9. No Batch
Nomor ini merupakan suatu identitas produksi yang diberikan oleh
industri farmasi terhadap suatu obat dalam satu satuan produksi.
No. Batch : A90110101
1. No Registrasi

15
No. Registrasi : DKL1910100143A1
Keterangan :
D : Menunjukan nama dagang
K : Golongan obat keras
L : Obat jadi produksi dalam negeri (Lokal)
19 : Tahun pendaftaran obat jadi
101: Menunjukkan nomor urut pabrik
001: Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh masing-masing
pabrik
43 : Menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (injeksi)
2. Nama dan Alamat Industri Farmasi
Nama dan alamat industri farmasi dituliskan sebagai identitas industri
yang memproduksi obat.
3. Tanggal kadaluwarsa
Tanggal kadaluwarsa merupakan istilah yang umum digunakan untuk
menunjukkan suatu waktu dimana produk sudah selayaknya tidak digunakan
lagi. Biasanya pada kemasan obat akan tertulis sebagai “Exp. Date”.
Mnf Date : April 2019
Exp : April 2021

DAFTAR PUSTAKA

16
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan
Terapi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi keempat.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gilman, goodman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 10. Jakarta :
Buku kedokteran EGC.
Lachman, L., dkk, 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press,
Jakarta, pp. 92-95.
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 6th Ied, 2009.USA: Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association. London.
Reynold, James EF. 1982. Martindale the extra pharmacopeia, 28th edition.
London: The pharmaceutical press.
Niazi, sarfaraz 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations Sterile Products Volume 6. USA : CRC Press.
Yulinah sukandar, elin, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PR.ISFI.

17

Anda mungkin juga menyukai