Sahrul Nuhuyanan - G1A014060 Little Edit
Sahrul Nuhuyanan - G1A014060 Little Edit
G1A014060
Tutor :
PENDAHULUAN
menyenangkan sebagai salah satu bentuk reaksi individu terhadap hal yang
akan dihadapi (Lazarus, 1991). Menurut Goleman dalam buku yang ditulis
meningkat hampir 50% dari 416 juta menjadi 615 juta orang dalam kurun
Indonesia sendiri, beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa masih
tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang (Kemenkes RI, 2014). Hal tersebut
penduduk di dunia.
menghadapi ujian (Kumari & Jain, 2014). Penelitian lain juga menyebutkan
2017). Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Habibie
yang luas yaitu mempengaruhi secara negatif dalam kehidupan sosial dan
kesehatan.
2010; Hartley & Phelps, 2012; Yerkes & Dodson, 1908). Pada mahasiswa,
kualifikasi peserta didik (Akbar & Hawadi, 2001). Dalam program sarjana
bloknya. Salah satu jenis ujian yang dilakukan adalah Objective Structured
dengan serangkaian simulasi dalam bentuk rotasi stase dengan alokasi waktu
diuji dengan ujian atau penilaian yang sama, sedangkan terstruktur artinya
yang spesifik. Metode ini trend pada profesi keperawatan sejak tahun 2000-an
Examination (OSCE) ?
ujian.
1.5. Keaslian Penelitian
Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecemasan
sebagai salah satu bentuk reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi
al., 2003). Perasaan cemas dapat digambarkan juga sebagai perasaan takut
yang jelas, tidak bisa mengharapkan sesuatu pertolongan, dan tidak ada
dapat menjadi reaksi emosional yang normal di beberapa situasi, tetapi tidak
merasa cemas, perasaan itu akan memotivasi individu tersebut untuk berbuat
memberikan sinyal bagi ego dan akan terus meningkat jika tindakan-
tindakan yang layak untuk mengatasi suatu ancaman itu tidak diambil.
8
yang rasional, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis,
yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego (Freud dalam
dalam kondisi yang ringan, sementara kecemasan yang kuat dan negatif
(Sumadinata, 2004).
mengingat kembali apa yang sudah dipelajarinya saat ujian. Kecemasan juga
Menurut Goleman dalam buku yang ditulis oleh Kurniali dan Erningpraja
tubuh dan berimplikasi pada penurunan kualitas hidup dari orang tersebut.
(1984) didukung oleh Semiun (2006) yang juga membagi tanda dan gejala
simtom:
b. Simtom kognitif
yang tidak tepat ini, individu akan menjadi kebingungan, ceroboh, dan
c. Simtom somatik
berupa respon fisik. Simtom somatik yang timbul dibagi menjadi dua
pencernaan.
d. Simtom motor
arti dan tujuan seperti mengetukkan jari dan menjadi mudah terkejut
mengancam.
2010; Hartley & Phelps, 2012; Yerkes & Dodson, 1908). Menurut Stuart dan
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Psikoanalitik
individu.
2) Teori Interpersonal
Dalam teori interpersonal, kecemasan terjadi karena rasa takut
3) Teori Perilaku
4) Teori Keluarga
5) Teori Biologis
b. Faktor Presipitasi
bagian, yaitu:
hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri
fisiologis dan gejala somatik yang diikuti dengan rasa khawatir dan ketakutan
akan kegagalan yang terjadi sebelum atau selama menghadapi ujian (Zeidner,
1998). Kondisi fisiologis ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang berlebihan
pelajar saat ujian (Andrews & Wilding, 2004). Penelitian lain juga
angka drop-out pada pelajar (Vaez & Laflamme, 2008). Selain terhadap
kurangnya persiapan, serta riwayat hasil tes yang buruk sebelumnya (ADAA,
kecemasan yang berlebih dan pemikiran yang tidak relevan saat menghadapi
ujian (Putwain, et al., 2010). Seperti yang disampaikan oleh Zeidner (1998)
dalam jurnal yang disusun oleh Putwain, et al. (2010), kecemasan ujian juga
kesulitan, waktu ujian, serta karakter penguji yang dirasakan oleh pelajar .
Suasana kelas dapat mempengaruhi individu saat ujian. Pada kelas yang
merupakan salah satu jenis orientasi pelajar dalam berprestasi di mana pelajar
Dalam kondisi ini, pelajar berlomba-lomba mendapatkan hasil tes yang baik
agar tidak berada di urutan terendah. Hal ini menimbulkan kecemasan ujian
bagi pelajar (Putwain, et al., 2010). Tingkat kesulitan & waktu ujian
baiknya (Huberty, 2009). Selain itu, mahasiswa juga merasa bahwa karakter
objektivitas hasil ujian dapat mengalami bias akibat jawaban peserta ujian
mengalami kecemasan ujian pada satu ujian, pelajar akan merasa takut kondisi
tersebut kembali terulang pada ujian berikutnya sehingga pelajar tersebut akan
mengalami kondisi yang sama atau lebih buruk dari sebelumya (Cherry,
2017).
untuk belajar adalah berkisar antara 7-8 jam sedangkan sisanya yaitu
sebanyak 16-17 jam adalah waktu yang dihabiskan di rumah. Sehingga waktu
belajar di rumah mempunyai rentang waktu yang lebih lama dari pada
disekolah. Oleh karena itu waktu belajar di rumah harus dapat dimanfaatkan
”Sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, oleh sebab itu aspek-
(1985: 17), untuk menentukan waktu belajar ada beberapa petunjuk agar bisa
lebih efektif yaitu: (1) pilihlah waktu yang memungkinkan anda dapat belajar
dengan baik, di waktu pagi, di waktu siang, sore, atau malam hari; belajar
larut malam itu kurang efektif, (2) bertanyalah pada diri sendiri, pelajaran
mana yang anda anggap sukar dan mana yang mudah, (3) mata pelajaran yang
sukar bagi anda, hendaknya dipelajari lebih lama, agar betulbetul anda kuasai,
(4) berilah waktu yang cukup untuk setiap mata pelajaran, (5) tidak ada
belajar, (6) ulangilah pelajaran yang baru saja diberikan di kelas, hal ini akan
lebih mudah diingat, (7) belajar setiap hari 1 jam selama 6 hari berturut-turut
akan memberikan hasil lebih besar dari pada belajar 6 jam sekaligus dalam
satu hari, dan (8) jangan menyia-nyiakan waktu belajar. Tetapi dalam
kenyataannya, masih banyak siswa yang tidak dapat belajar dengan efektif,
sehingga banyak siswa yang belajar tetapi tidak memperoleh manfaat dari
belajar itu sendiri. (Susanti, 2007). Fakta yang ada menunjukkan bahwa
titip nama), mengumpulkan tugas kuliah tidak tepat waktu, belajar dengan
sistem kebut semalam “SKS” dalam menghadapi mid term test maupun final
(IP) mereka.
kualifikasi peserta didik (Akbar & Hawadi, 2001). Dalam masa studinya,
penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan dalam model PBL
akhir blok secara kuantitatif. Ujian yang merupakan penilaian sumatif adalah:
a. Ujian Tulis, yaitu ujian yang dilakukan secara tertulis (Paper Based
b. Ujian Lisan, yaitu ujian yang dilakukan secara lisan, dapat berupa
Student Oral Case Analysis maupun Structured Debate. Ujian ini juga
dapat berupa karya ilmiah, karya seni, ataupun karya nyata. (Buku
dengan cara memberikan skenario kasus dan soal kepada mahasiswa untuk
dibaca dan dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan oleh penanggung
jawab blok. Setelah membaca soal, mahasiswa masuk ke dalam ruangan yang
anamnesis, diagnosa, sampai dengan edukasi pasien dalam batas waktu yang
penilaian dari penanggung jawab blok untuk memberikan penilaian yang sesuai
sangat kompleks, mulai dari biaya pelatihan pasien simultan dan riasnya, biaya
penilai, biaya staf pendukung, ruang dan peralatan, dan konsumsi (Selim &
Dawood 2015).
Ujian
Kecemasan
OSCE
Ujian Osce
Lama Waktu
Belajar
1. Instrumen Penelitian
b. Kuesioner Biodata
alamat.
c. Kuesioner T-MAS
yang diberikan oleh subjek berbentuk dikotomi, yaitu “Ya” dan “Tidak”.
20
21
1.
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Pengolahan Akhir
C. Analisis Data
Uji analisis data yang digunakan adalah uji analitik komparatif kategorik
kedokteran unsoed dalam menghadapi ujian osce dengan lama waktu belajar .
Jika memenuhi syarat yaitu data terdistribusi normal, maka akan dianalisa
dengan menggunakan Chi Square. Apabila sebaran data tidak normal maka uji
alternatif yang dipakai yaitu uji Fisher. Hubungan tingkat kecemasan dengan
Purwokerto.
23
E. Jadwal Penelitian
Pelaksanaan √
Pengolahan data √
dan analisis data
Penyusunan √ √
laporan hasil
24
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R & Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat,
dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo
Anxiety Disorder Association of America. 2016. “Test Anxiety”. Diakses 12
Februari 2018 di https://adaa.org/living-with-anxiety/children/test-anxiety
Andrews, B & Wilding, J.M. 2014. The Relation of Depression and Anxiety to
Life-stress and Achievement in Students. British Journal of Psychology.
95: 509-521
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Budi, YS. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Mahasiswa
Program Studi DIII Keperawatan Menghadapi Ujian Skill Laboratorium:
Studi Mixed Methods di STIKES Banyuwangi. Skripsi Magister
Keperawatan pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: tidak
diterbitkan
Buku Pedoman Sistem Pendidikan Program Pendidikan Dokter Tingkat Sarjana.
2014. Purwokerto: Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Brenneisen, MF; Souza, S; Silveria, PS; Itaqui, L; de Saouza, AR; Compos, EP;
de Abreu; Hoffman, I; Magalhaes, CR; Lima, MC; Almeida, R; Spirandi;
Tempski, P. 2016. Factors Associated to Depression and Anxiety in
Medical Students: a multicenter study. BMC Medical Education 16(1):
282-290
Brighouse, H & Swift, A. 2016. Family Values: The Ethics of Parent-child
Relationship. New Jersey: Princeton University Press
Brunier, A & Mayhew, M. 2016. “Investing in Treatment for Depression and
Anxiety Leads to Fourfold Return”. WHO, Diakses 1 Maret 2018
Davidoff, L.L. 1991. Psikologi: Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Davison, G.C, Neale, J.M & Kring, A.M. 2006. Psikologi Abnoral. Jakarta:
Rajawali Press
Epstein, R. 2007. “Assessment in Medical Education”. The New England Journal
of Medicine 356: 387-396
Glick, R; Berlin, J, Fishkind, A; Zeller, S. 2008. Emergency Psychiatry. New
York: Lippincott Williams & Wilkins
Haber, A. & Runyon, R.P. 1984. Psychology of Adjustment. New York: The
Dorsey Press
Habibie, R. 2016. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dalam Bidang Akademik
dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Skripsi Sarjana pada Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman: tidak diterbitkan
25
Harold, G & Leve, L. 2012. Parents as Partners: How the parental relationship
affects children’s psychological development. American Psychological
Association. 79(3): 25-55
Hartley, C & Phelps, E. 2012. Anxiety and Decision-Making. Biologycal
Psychiatry. 72(2): 113-8
Hashmat, S; Hashmat, M; Amanullah, F; Aziz, S. 2008. Factors Causing Exam
Anxiety in Medical Students. Journal Pakistan Medical Association 58(4):
167-170
Hoffman, S & Dibartolo, P. 2010. Social Anxiety (2nd Edition). Massachusetts:
Elsevier
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Huberty, TJ. 2009. Test and Performance Anxiety. Principal Leadership 10(1):
12-16
Irsyad, F. 2015. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unsoed yang menjalankan kurikulum 2005 dan 2014. Skripsi
Sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman: tidak
diterbitkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Balai Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, 10 Oktober). “Stop Stigma
dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)”.
Depkes, Diakses 1 Maret 2018
Kessler, RC; Chiu, WT; Demler, O; Merikangas, KR; Walters, EE.
2005. “Prevalence, Severity, and Comorbidity of 12-Month DSM-IV
Disorders in the National Comorbidity Survey Replication”. Arch.Gen.
Psychiatry 62 (6): 617–27
Kolb, A & Kolb, D. 2012. Kolb’s Learning Style. Dalam: Seel, N.M (eds)
Encyclopedia of the Sciences of Learning. Boston: Springer
Kumari, A & Jain, J. 2014. Examination Stress and Axiety: Study of College
Students. Global Journal of Multidisciplinary Studies 4 (01): 31-40
Kurniali, P & Erningpraja, I. 2005. Control Your Mind, Control Your Health.
Jakarta: Elexmedia Komputindo
Lazarus, R. 1991. “Progress on a Cognitive-motivational-relational Theory of
Emotion”. American Psychologist 46: 819-834.
Moetrarsi, F., Prawirodharjo, R.S., Sumarni, D.W., Sudiyanto, A. 1998.
Hubungan Gangguan Jiwa dengan Problem Mahasiswa. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran UGM
Moleong, J.L. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Moutinho I.L, Maddalena NC, Roland RK, Lucchetti AL, Tibrica SH, Ezequiel
OD, Lucchetti G. 2017. Depression, Stress and Anxiety in Medical
Students: A Cross-sectional Comparison between Students drom Different
Semesters. Rev Assoc Med Bras. 63(1):21-28
Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Norberg, M; Norton, A; Olivier, J; Zvolensky, M. 2010. Social Anxiety, Reasons
for Drinking, and College Students. Behaviour Therapy. 41(4): 555-566
26
Yerkes RM & Dodson JD. 1908. The Relation of Strength of Stimulus to Rapidity
of Habit-formation. Journal of Comparative Neurology and Psychology.
18: 459-482
Yulherida; Andriani, P; Sofya, PA. 2016. Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi
Objective Structured Clinical Examination (OSCE): Studi pada Peserta
UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016. Journal Caninus Dentistry
1(4): 26-31
Zamani, A & Pouratashi, M. 2018. The Relationship between Academic
Performance and Working Memory, Self-efficacy Belief, and Test
Anxiety. Journal of School Psychology. 6(40093): 25-44
Zeidner, M. 1998. “Test-Anxiety: The State of the Art”. New York: Plenum
Zuckerman, M & Spielberger, C. 2015. Emotions and Anxiety. New York:
Psychology Press