NUR HALIMAH
Nur Halimah
NIM G24090057
ABSTRAK
NUR HALIMAH. Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas terhadap Suhu Udara
di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor. Dibimbing oleh SONNI
SETIAWAN dan BREGAS BUDIANTO.
Kata kunci: Aktivitas lalu lintas, Kelayakan stasiun klimatologi, Kota Bogor,
Suhu udara.
ABSTRACT
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Rini Hidayati, Ms
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS LALU LINTAS
TERHADAP SUHU UDARA DI STASIUN OBSERVASI
KLIMATOLOGI BARANANGSIANG BOGOR
NUR HALIMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Data 2
Peralatan 2
Prosedur Analisis Data 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Ketentuan Letak Stasiun Klimatologi 3
Spesifikasi Alat-alat Pengukur Cuaca 4
Termometer Bola Basah dan Bola Kering 4
Termometer Maksimum 5
Termometer Minimum 6
Pengukuran Unsur Cuaca 7
Pengukuran Radiasi Surya 7
Pengukuran Suhu Udara 8
Ketelitian Alat Pengukur Cuaca 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Kondisi Umum Wilayah Kajian 10
Koreksi Dan Filterisasi Data 10
Radiasi Matahari 12
Suhu Udara 14
SIMPULAN DAN SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Denah taman alat menurut Doorenbos (1976) 3
2 (a) Termometer bola kering, (b) Termometer bola basah 5
3 (a) Penampang termometer maksimum, (b) Penampang skala
termometer maksimum (skala terkecil 0.2˚C) 5
4 Penampang thermometer 6
5 Gun-Bellani 7
6 Pemasangan Gun-Bellani di taman alat 8
7 Pemasangan 4 termometer di dalam sangkar cuaca 8
8 Lokasi Stasiun Pengamatan Klimatologi Baranangsiang Bogor 10
9 Grafik data suhu udara minimum yang error 11
10 Grafik data suhu udara minimum yang terkoreksi 11
11 Radisi Matahari secara Musiman (dari hari ke hari) selama 13
tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013) 12
12 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari harian dengan Suhu
Udara Maksimum selama 13 tahun (dari bulan Agustus 2000
sampai Februari 2013) 13
13 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari yang Rendah dengan
Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun pada hari tidak ada
hujan 13
14 Rata-rata suhu udara harian selama 13 tahun di Baranangsiang
Bogor 14
15 Perbandingan data rata-rata suhu udara maksimum 15
16 Perbandingan rata-rata suhu udara minimum selama 13 tahun
di Baranangsiang Bogor 16
17 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 7.30 selama 13 tahun
di Baranangsiang Bogor 17
18 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 13.30 selama 13
tahun di Baranangsiang Bogor 17
19 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 17.30 selama 13
tahun di Baranangsiang Bogor 18
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisa pengaruh aktivitas lalu lintas
terhadap suhu udara yang diamati di stasiun observasi klimatologi Baranangsiang
Bogor.
2
METODE
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data observasi harian
stasiun Baranangsiang Bogor berupa data suhu udara (maksimum, minimum,
pukul 7.30, pukul 13.30, dan pukul 17.30) (˚C) serta data radiasi matahari
(MJ/m²/hari) dari bulan Agustus tahun 2000 hingga bulan Februari tahun 2013.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi dua bagian yaitu alat
yang digunakan untuk pengukuran suhu udara (termometer) dan alat untuk
mengukur radiasi surya (Gun-Bellani). Selanjutnya ialah alat yang digunakan
untuk mengolah data dan penyajian hasil berupa seperangkat komputer dengan
perangkat lunak Microsoft Office 2003 dan 2007.
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membuat grafik
total radiasi matahari selama 13 tahun, kemudian membuat grafik hubungan
radiasi total dengan suhu udara maksimum. Untuk melihat pengaruh lain selain
radiasi terhadap suhu udara maka data radiasi surya selama 13 tahun difilter data
radiasi rendahnya dan tidak ada hujan yang kemudian dikorelasikan dengan suhu
udara maksimum yang sudah ikut terfilter dengan radiasi surya.
Untuk melihat keragaman data suhu udara dihari kerja dan hari libur, maka
data suhu udara dipisahkan berdasarkan hari kerja (hari senin-hari jum’at) dan hari
minggu (hari sabtu dan hari minggu) dan memisahkan data hari libur dihari kerja.
Jika semua data sudah terpisah berdasarkan hari kerja dan libur, maka dibuat
grafik rata-rata suhu udara berdasarkan hari dan jam pengamatan di setiap
harinya.
Setelah semua grafik terbentuk maka langkah selanjutnya ialah analisis
grafik radiasi, grafik korelasi radiasi dengan suhu udara maksimum serta grafik
rata-rata suhu udara.
Apabila terdapat data yang error maka data tersebut harus dikoreksi terlebih
dahulu sebelum pengolahan data lanjutan serta analisis hasil. Karena jika data
yang dianalisis error atau salah maka hasil analisa pun akan salah pula. Adapun
salah satu data error yang terdapat dari data cuaca stasiun observasi klimatologi
Baranangsiang adalah data suhu udara minimum. Selain itu, banyak pula data
yang salah pencatatannya yang disebabkan oleh kesalahan pada saat entry data
oleh pengamat dan kesalahan tersebut harus dikoreksi pula agar data yang akan
dianalisis memberikan informasi yang akurat. Kesalahan data dan hasil koreksi
data harus diberitahukan atau disebarkan untuk kepentingan uji lanjutan yang
akan dilakukan di masa mendatang oleh peneliti lain dari berbagai bidang dan
instansi.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pagar kawat
4 5 U
3 6
10 m
2 7
8
1
Pintu pagar
Persediaan air
Keterangan gambar:
1. anemometer
2. polarimete panic
3. pengukur lama penyinaran surya
4. penakar hujan otomatis
5. sangkar termometer beserta alat pengukur di dalamnya
6. seperangkat termometer tanah
7. termometer rumput
8. penakar hujan observatorium (obs).
Tinggi pagar 1.2 m, menggunakan kawat harmonika, setiap jarak 2.5 m
dipasang tiang yang cukup kokoh. Di dalam taman alat dipasang jalan setapak
membujur di tengah dari utara keselatan dengan percabangan menuju setiap alat
(Doorenbos 1976 dalam Nasir 1980).
KNMI (2000) menyatakan bahwa syarat kondisi lingkungan untuk stasiun
klimatologi adalah sebagai berikut:
- Tidak ada tanaman atau ketinggian tanaman melebihi 0,5 m yang ditanam atau
yang berada dalam radius 25 meter di sekitar lokasi pengamatan;
- Tidak ada tanaman atau tinggi tanaman yang melebihi 1,5 m yang ditanam atau
yang berada dalam radius 50 meter di sekitar lokasi pengamatan;
- Tidak ada hambatan seperti pohon dan semak yang berada dalam radius 100
meter sekitar lokasi pengamatan;
- Tidak ada kendala seperti gudang atau bangunan lainnya dan hutan yang berada
dalam radius 400 meter di sekitar lokasi pengamatan.
Aspek-aspek penting lainnya adalah:
- Pemeliharaan (menyabit rumput, penyiangan dan sebagainya);
- Menjaga kebersiahan alat (menghapus kotoran atau air yang mungkin telah
terbentuk pada pengukur radiasi, menjaga kebersihan alat perekam curah hujan,
menyikat alat ukur suhu dan kelembaban, dll);
- Pemantauan untuk setiap kunjungan yang tidak sah atau vandalisme ;
- Mengawasi setiap perubahan lingkungan (bangunan baru, tanaman yang ditanam
daerah sekitar lokasi pengamatan, dll) dan melaporkan ini segera ke bagian
BMKG.
Termometer ini merupakan termometer air raksa dalam bejana kaca untuk
mengukur suhu udara aktual yang terjadi (termometer bola kering). Adapun
termometer bola basah adalah termometer yang pada bola air raksa (sensor)
dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik
jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi
(BMKG 2008).
(a) (b)
Gambar 2 (a) Termometer bola kering, (b) Termometer bola basah
Termometer Maximum
Spesifikasi :
Bahan Sensor : Air Raksa
Bahan Badan : Gelas Bening
Diameter luar tabung badan : 1.4 s/d 1.7 cm
Rentang Pengukuran : 0oC s/d 50oC
Ketelitian : ± 0.1oC
Pembagian Skala :0.2oC
Lebar Tiap Skala : 0.8 s/d 1.2 mm
Sumber : Alphamas Mandiri (2008)
Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat
tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara
meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin.
(a) (b)
Gambar 3 (a) Penampang termometer maksimum, (b) Penampang skala
termometer maksimum (skala terkecil 0.2˚C)
temperatur naik dan kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak
melalui bagian yang sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara.
Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air
raksa dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada
tempatnya. Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu
udara karena penyusutan air raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi
Termometer menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan.
Termometer dikembalikan setelah dibaca (BMKG 2008).
Termometer Minimum
Spesifikasi :
Bahan Sensor : Alkohol
Bahan Badan : Gelas Bening
Diameter luar tabung badan : 1.4 s/d 1.7 cm
Rentang pengukuran : -10oC s/d +45oC
Ketelitian : ± 0.25oC
Pembagian Skala : 0.5oC
Lebar Tiap Skala :0.8 s/d 1.2 mm
Sumber : Alphamas Mandiri (2008)
Selain itu peletakan termometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan
posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk
mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi
bawah (suhu minimum).
Untuk mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan
dengan memiringkan/ membalikkan posisi termometer hingga indek bergerak ke
ujung dari alkohol (posisi suhu aktual) (BMKG 2008).
7
Radiasin surya yang diukur pada stasiun klimatologi adalah energi yang
berasal dari pancaran radiasi matahari yang dating pada permukaan horizontal.
Energi ini disebut pula sebagai energi gelombang pendek, karena panjang
gelombangnya yang jauh lebih pendek daripada radiasi bumi (radiasi gelombang
panjang).
Satuan energi sesaat adalah W/m² sedangkan MJ/ m² digunakan untuk
menyatakan jumlah energi kumulatif yang diterima permukaan (Wallace & Hobs
1977, Holton 1979, Handoko 1993). Pengukuran akumulasi radiasi gelombang
pendek surya selama suatu periode pengukuran tertentu dilakukan dengan
menggunakan alat Radiometer Gun-Bellani.
Gambar 5 Gun-Bellani
Radiasi gelombang pendek masuk ke dalam ruang hampa di dalam suatu
bola berdinding kaca jatuh ke permukaan pengindera yang berupa tembaga
berwarna hitam (dilapisi zat warna khusus). Bola tembaga berisi zat cair aquades
atau alkohol, kira-kira 40 ml, dan berhubungan dengan tabung buret. Radiasi
gelombang pendek oleh bola tembaga berwarna hitam diubah menjadi energi
panas untuk menguapkan zat cairnya. Uap tersebut kemudian mengisi seluruh
ruang tabung buret. Karena suhu tersebut lebih rendah (sebab tertanam di tanah)
maka berlangsung kondensasi sehingga menambah isi cairan di dalam tabung.
Pertambahan isi cairan di dalam tabung merupakan fungsi penerimaan radiasi.
Akumulasi penerimaan radiasi surya selama satu hari dihitung memakai
persamaan:
R = A.d + B
(2 x Tp ) Ts Tsr
4
Dimana: Tp = suhu udara hasil pengamatan pagi hari
Ts = suhu udara hasil pengamatan siang hari
Tsr = suhu udara hasil pengamatan sore hari
Kota Bogor merupakan kota yang memiliki tempat wisata dan rekreasi yang
relatif banyak dan sering menjadi incaran objek wisata bagi penduduk di sekitar
kota Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Sukabumi dan lain
sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nas (2007) bahwa isu-isu
dalam pembangunan Kota Bogor yang berkelanjutan terdiri atas: 1) Kota Bogor
sebagai penyangga ibukota Jakarta, 2) Kota Bogor sebagai tujuan wisata, 3) Kota
Bogor sebagai penampung pekerja komuter dari Jakarta. Tempat-tempat wisata
biasanya akan ramai pada hari libur, sehingga volume kendaraan akan bertambah
pada hari libur.
30.0
20.0
.0
15
0 500 1000 1500 2000 2500
3000 3500 4000 4500 5000
Hari
ke
30.0
Suhu Udara (˚C)
25.0
20.0
15 .0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
Hari ke
Radiasi Matahari
Radiasi surya merupakan unsur iklim dan cuaca utama yang akan
mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi
surya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak antara matahari dan bumi,
panjang hari dan sudut datang, dan pengaruh atmosfer bumi.
16
Radiasi Matahari (MJ/m²/hari)
14
12
10
0
2000
2004
2007
2008
2009
2012
2001
2002
2003
2005
2006
2010
2011
Tahun
Gambar 11 Radisi Matahari secara Musiman (dari hari ke hari) selama
13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013)
40.0
30.0
y = 0.4159x + 27.09
R2 = 0.599
25.0
20.0 0
0 5 10 15 20 25
40.0
Suhu Udara (°C)
35.0
30.0
y = 0.4315x + 26.93
25.0
R2 = 0.3863
20.0 0
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
Sehingga untuk melihat pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara di
stasiun observasi Baranangsiang harus dilakukan normalisasi terhadap data radiasi
surya, yaitu dengan memisahkan data radiasi yang rendah kemudian dihubungkan
dengan data suhu udara maksimum. Hasil yang diperoleh dapat dilihat seperti
gambar 13.
Pada radiasi yang rendah seharusnya suhu udara akan rendah pula. Namun,
dari gambar 13 terlihat bahwa suhu udara maksimum tetap tinggi saat menerima
14
radiasi yang rendah. Hal tersebut mengartikan bahwa ada pengaruh lain yang
mempengaruhi nilai suhu udara yang teramati di stasiun pengamatan klimatologi
Baranangsiang Bogor. Karena letak stsaiun pengamatan tersebut berada di pinggir
jalan Padjadjaran, maka dapat diasumsikan bahwa hal yang mempengaruhi nilai
suhu udara yang teramati ialah aktivitas lalu lintas di jalan tersebut.
Suhu Udara
26.0
25.8
25.6
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Hari
Gambar 14 Rata-rata suhu udara harian selama 13 tahun di
Baranangsiang Bogor
15
Tabel 2 Data jumlah hari libur yang terdapat dihari kerja selama tiga belas tahun
Hari Jumlah Hari libur
Senin 33
Selasa 25
Rabu 25
Kamis 35
Jum’at 44
31.0
30.8
30.6
0
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
Hari
Gambar 15 Perbandingan data rata-rata suhu udara maksimum
22.2
22.0
u
S
21.8
0
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
Hari
Gambar 16 Perbandingan rata-rata suhu udara minimum selama 13 tahun di
Baranangsiang Bogor
Suhu Udara(˚C)
24.2
24.0
23.8
0
Hari
Gambar 17 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 7.30 selama 13
tahun di Baranangsiang Bogor
Pukul 7.30 merupakan waktu keberangkatan sekolah dan kerja para pegawai
sehingga aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat. Suhu udara tertinggi pada pukul
7.30 terjadi pada hari senin yang merupakan awal hari kerja setelah libur akhir
pekan. Masyarakat yang berasal dari luar Kota Bogor banyak yang memilih hari
senin pagi atau minggu sore untuk berangkat menuju Bogor. Namun, pada
minggu pagi biasanya para pegawai enggan untuk kemana-mana dan memilih
untuk beristirahat sehingga pada hari minggu pukul 7.30 aktivitas lalu lintas
cenderung lebih lengang.
Rata-rata Suhu Udara Pukul 13.30
30.2
Suhu Udara (˚C)
30.0
29.8
29.6
0
seninselasarabukamisjum'atsabtu minggu
Hari
Gambar 18 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 13.30 selama 13
tahun di Baranangsiang Bogor
Biasanya pegawai dan pelajar yang berasal dari luar kota Bogor yang
berdomisili di Bogor memilih berangkat ke kota Bogor pada Minggu siang atau
sore. Selain itu, banyaknya para pengunjung tempat rekreasi di Bogor memilih
pulang pada hari minggu siang hingga sore. Hal inilah yang menjadi penyebab
tingginya rata-rata suhu udara pada hari minggu pukul 13.30 dan 17.30 seperti
18
yang terlihat pada grafik gambar 18 dan 19 karena aktivitas lalu lintas semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya aktivitas para pengguna jalan.
Dapat di asumsikan bahwa pada sore hari sebagian orang memilih untuk
pergi ke pusat perbelanjaan. Letak kampus IPB Baranangsiang yang
berdampingan dengan pusat belanja Botani Square di manfaatkan sebagian orang
untuk melepas penat setelah seharian bekerja dan menunggu kondisi lalu lintas
sampai lengang.
Rata-rata Suhu Udara Pukul 17.30
27.0
Udara (˚C)
26.8
u 26.6
h
u
S
26.4
0
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
Hari
Gambar 19 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 17.30 selama 13
tahun di Baranangsiang Bogor
Siang hari yang menjadi waktu pulang sekolah untuk pelajar dan waktu
istirahat untuk pegawai menyebabkan aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat.
Sehingga pada hari kerja suhu udara relatif sama setiap harinya seperti yang
terlihat pada gambar 18. Sore hari merupakan waktu pulang kerja bagi pegawai.
Namun, tidak semua pegawai memiliki waktu pulang kerja yang sama.
Adakalanya sebagian orang memutuskan untuk lembur atau memutuskan untuk
tidak segera pulang untuk menghindari kepadatan lalu lintas.
Untuk lebih memastikan bahwa data suhu udara di stasiun klimatologi
Baranangsiang telah dipengaruhi oleh aktivitas lalu lintas dengan indikator hari
kerja dan hari libur, maka data selama tahun terakhir akan dibandingkan dengan
data suhu udara yang diperoleh dari pengamatan otomatis menggunakan AWS
(Automatic weather Station) oleh BMKG. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
lampiran 1 yang berupa tabel rata-rata suhu udara menggunakan AWS dan
lampiran 2 berupa grafik perbandingan antara data otomatis dengan data manual.
Pada grafik perbandingan suhu udara maksimum terlihat bahwa suhu udara
tertinggi yang diamati oleh AWS adalah hari sabtu dan minggu yang merupakan
hari libur. Begitu pula pada suhu udara maksimum yang diperoleh dengan
observasi manual bahwa yang tertinggi adalah terjadi pada hari sabtu dan minggu
walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan.hal tersebut serupa dengan garfik
perbandingan pada observasi pukul 13.30 dan 17.30. Grafik suhu udara minimum,
pada hari kerja cenderung lebih tinggi yang hamper serupa dengan pengamatan
pada pukul 7.30.
19
Hasil analisis data rata-rata suhu udara maksimum, minimum dan tiga waktu
pengamatan menujukkan bahwa aktivitas jalan raya Padjadjaran dengan indikator
hari kerja dan hari libur telah mempengaruhi suhu udara yang diamati di stasiun
tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan perbedaan antara nilai rata-rata suhu udara
lebih besar dari nilai ketelitian alat pengukurannya. Dengan demikian, aktivitas
lalu lintas di Bogor telah mempengaruhi karakter suhu udara pada stasiun
klimatologi Baranangsiang.
Simpulan
Saran
Dalam penelitian ini koreksi data pagi, siang, dan sore belum dikoreksi
dengan data 10 menitan satu tahun terakhir. Kajian mengenai kerapatan lalu lintas
dengan waktu mungkin dapat melihat dampak aktivitas lalu lintas tehadap suhu
udara di stasiun pengamatan klimatologi.
DAFTAR PUSTAKA
Alphamas Mandiri. 2013. Termometer Bola Basah dan Bola Kering &
Termometer Maksimum dan Minimum. [internet]. [diunduh 20 September
2013]. Tersedia pada
http://www.alphamas.co.id/index.php?page=shop.product_details&product
_id=38&flypage=flypage.tpl&pop=0&option=com_virtuemart&Itemid=27.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2008. Alat-alat
Klimatologi Konvensional. Staklim Banjarbaru. [internet]. [diunduh 20
September 2013]. Tersedia pada
http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alat-
klimatologi-konvensional/.
20
Lampiran 3 Grafik Perbandingan Suhu Udara Tahun 2012-2013 (a) AWS BMKG,
(b) Manual
Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Maksimum
33.4
33.2
Suhu Udara (˚C)
33.0
32.8
32.6
32.4
32.2
32.0
31.8
31.6
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu 31.8 senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
31.6 Hari
Hari
Suhu Udara (˚C)
31.4
(a) 31.2 (b)
31.0
30.8
30.6
30.4
30.2
30.0
22
18.8 21.4
18.6 21.2
18.4 21.0
18.2 20.8
18.0 20.6
17.8 20.4
17.6 20.2
17.4 20.0
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
Hari Hari
(a) (b)
23.2
21.6
21.4 23.0
21.2 22.8
21.0 22.6
20.8 22.4
20.6 22.2
20.4 22.0
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
Hari Hari
(a) (b)
31.2 4
31.0 30.
Suhu Udara (˚C)
2
30.8
30.6 30.
0
30.4
29.
30.2
8
30.0
29.
29.8 6
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
29.
Hari 4 Hari
(a) 29.
2 (b)
29.
0
28.
8
25.6 27.
Suhu Udara (˚C)
25.4 4
25.2 27.
2
25.0
24.8 27.
0
24.6
26.
24.4 8
senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu
26.
Hari 6 Hari
(a) 26.
4 (b)
26.
2
26.
0
23
RIWAYAT HIDUP